Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105779 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Dwi Susanto
Jakarta: UI-Press, 2016
616.24 AGU o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jason Theola
"

Salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan. Penyakit saluran pernapasan dapat diakibatkan oleh jamur, sehingga disebut mikosis paru. Jamur-jamur penyebab infeksi saluran pernapasan pada manusia terdiri atas banyak spesies mulai dari spesies-spesies Candida sp. hingga spesies jamur penyebab mikosis yang lebih patogen, yaitu Aspergillus fumigatus. Metode biakan spesimen respirasi berupa sputum dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies jamur penyebab mikosis paru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan jumlah spesies yang dapat tumbuh pada media Agar Saboraud Dekstrosa dengan metode biakan konvensional menggunakan agar miring dengan metode biakan High Volume Culture pada cawan petri (plate). Penelitian ini menggunakan desain potong lintang di mana jenis dan jumlah spesies yang dapat tumbuh diidentifikasi dari sputum yang dibiakan pada metode yang berbeda. Data jumlah spesies yang didapat pada dua metode berbeda tersebut kemudian dianalisis korelasinya dengan uji McNemar dan didapatkan nilai kemaknaan P=0.000. Hubungan antara metode biakan dengan hasil kultur mempunyai korelasi yang signifikan (P<0.05).


One of the main health problems in Indonesia is respiratory disease. Respiratory disease can be caused by fungus, so-called lung mycosis. The fungi species that cause respiratory infections in humans are ranged from Candida sp. to more dangerous species Aspergillus fumigatus. Culture methods using respiration specimen especially sputum can be used to identify species of fungi that cause pulmonary mycosis. This study was conducted to compare the number of species that can grow on Saboraud Dextrose Agar by using conventional culture methods on sloped agar and high volume culture method on plate. This study uses a cross-sectional design in which the data of species and number of species are acquired from different culture methods. The correlation of data between culture methods and number of species are analyzed with McNemar test and it shows significancy value P=0.000. The relationship between the culture method and culture result has a significant correlation (P<0.05).

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Judhi Saraswati
"Asap rokok merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang mengandung 4.000 jenis bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi kesehatan orang yang merokok tetapi juga bagi orang- orang di sekitarya. Anak-anak merupakan kelompok yang berisiko. Dampak yang ditimbulkan dari asap rokok temebut salah satunya adalah gangguan saluran pcrnafasan, yaitu ISPA dan gangguan fungsi paru.
Prevalensi orang merokok dari tahun ke tahun meningkat yang berarti prevalensi perokok pasifjuga meningkat. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2002, anak-anak umur 0-14 tahun merupakan kclompok berisiko yang paling banyak. Berdasarkan data dari Puskesmas Kelurahan Grogol mcnujukkan bahwa ISPA menempati urutan pertama dibandingkan penyakit Iainnya dan data tcntang gangguan fungsi paru belum tersedia di Kelurahan Grogol.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hubungan antara pajanan asap rokok di rumah dengan kejadian ISPA dan gangguan fungsi paru sehingga menjadi informasi yang bermanfaat untuk memutuskan strategi mcngatasi dampak asap rokok terhadap kesehatan. Penelitian ini bcrsifat deskriptif analilik dengan pendekatan Cross Sectional, yang dilakukan terhadap anak SD kelas IV dan V di Kelurahan Grogol denganjumlah sampcl 174 responcien. Respondcn merupakan siswa yang sehat pada saat dilakukan pcngukuran fimgsi paru dan tidak mengalami penyakit TB paru, asma dan bronkhitis.
Variabel independen yang diteliti adalah pajanan asap rokok jumlah perokok, jumlah konsumsi rokok per hari dan waklu merokok) karakteristik reponden (jcnis kelamin dan status gizi), lingkungan rumah (kepadatan rumah, ventilasi, jenis lantai, jenis dinding dan kelembaban rumah) dan aktifitas rumah (bahan bakar memasak dan penggunaan anti nyamuk) sedangkan variabel dependen adalah [SPA dan gangguan fungsi paru. Pengukuran gangguan fungsi paru responden dilakukan dengan menggunakan spirometri. Sedangkan pengambilan data variabel independen pajanan asap rokok, karakteristik responden, Iingkungan rumah dan aktifitas rumah dengan kuisioner yang diisi oleh orangtua rcspondcn. Kunjungan ke rumah responden dilakukan untuk pengukuran data kelembaban dan ventilasi rumah Serta konfirmasi jawaban kuisioner melalui wawancara kepada orang tua responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi ISPA 67,8% sedangkan prevalensi gangguan fungsi paru anak SD di Kelurahan Grogol sebesar 20,7% dengan prevalcnsi restriksi 5,2% dan prevalensi obstruksi l4,9% Serta restriksi dan obstruksi sebmar 0,57%. Jumlah perokok dan penggunaan bahan hakar memasak terbukti bermakna lerhadap ISPA dan variabcl yang dominan mempcngaruhi ISPA adalah penggunaan bahan bakar memasak dcngan OR 2,735. Sedangkan variabel jenis kelamin terbukti bermakna terhadap gangguan fungsi paru dengan OR 2,|67. Perlu penelitian lebih Ianjut dengan jumlah sampel yang Iebih banyak dengan mengikuti perjalanan pajanan asap rokok dan variabel lainnya terhadap reponden (studi kohort) sehingga dapat diketahui pengaruh dari pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA dan gangguan fungsi paru."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32068
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah
"Latar belakang dan tujuan: Pengaruh dari pencemaran udara khususnya akibat kendaraan bermotor belum sepenuhnya dapat dibuktikan dan bersifat kumulatif. Tujuan penelitian umuk mengetahui kadar NO; dan SO; di lingkungan kerja SPBU dan mengetahui hubungan antara prevalens gangguan iimgsi pam dan gejala respirasi dengan faktor usia, indeks massa tubuh, masa kerja dan faktor kebiasaan merokok dan olahraga pada operator pompa bensin.
Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan di beberapa SPBU. Desain penelitian potong lintang. Populasi adalah operator pompa bensin, dengan besar sampel 196 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, kuesioner, analisa lingkungan dan pemeriksaan spiromeni.
Hasil penelitian: Kadar NO; dan SO; di semua SPBU masih di bawah nilai ambang batas. Prevalens gangguan fimgsi pam restriksi 23,4% dan gejala respirasi 20,4%. Terdapat hubungan bermakna antara gangguan fungsi pam restriksi dengan usia Z 41 tahun (OR = 3,42). Terdapat hubungan bermakna antara gejala respirasi dengan perokok tingan (OR : 4,32) dan status gizi obes (0P¢5,87) serta status gizi lebih (OR: 3,78).
Kesimpulan dan saran: Gangguan fungsi paru restriksi berhubungan dengan usia dan keluhan respirasi berhubungan dengan kebiasaan merokok dan status gizi obes dan lebih. Saran yang diajukan agar pemeriksaan bcrkala spirometri dan foto toraks perlu dilakukan untuk mendeteksi gangguan fimgsi pam lebih dini sehingga terhindar dari penyakit paru yang lebih berat.

Background and objectives : The influence of pollution, especially due to vehicle has not been fully proven and cumulative. The purpose of this study was to determine levels of NO2 and S02 at gas stations and knows the relationship between the prevalence of lung function disorders and respiratory symptoms by factor of age, body mass index, periods of working smoking habits and exercise.
Methods : This research was conducted at the gas stations using cross sectional design. Population are gasoline operator, 196 respondents. Data was collected by interviews, questionnaires, environmental analysis, spirometry.
Results : Levels of NO2 and S02 at all gas stations were below the threshold limit value. Prevalence of restriction lung disorder were 23 ,4% and prevalence of respiratory symptoms were 20,4%. There was association between restriction with age >41 years (OR = 3.42) and there were association between respiratory symptoms with light smokers (OR: 4.32), obese (OR;5,87) and also overweight (OR: 3,78).
Conclusions : Lung iimction disorder was associated with the age and respiratory symptoms were associated with smoking and body mass index (obese and overweight). Suggestions were proposed for periodic inspection spirometry and chest X-ray needs to be done to detect early lung disorder to avoid the worse lung disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32304
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erlang Samoedro
"Latar belakang penelitian : Prevalens penyalahgunaan obat semakin tinggi di Indonesia dan menimbulkan pengaruh pada bidang kesehatan. Konsumsi zat dan obat ? obatan terlarang memiliki pengaruh pada kesehatan paru. Pemeriksaan fungsi paru pada pecandu menunjukkan hasil yang tidak jelas.
Metode penelitian : Studi deskriptif analitik yang melibatkan 144 subyek yang memenuhi kriteria inklusi. Foto toraks dilakukan untuk mengetahui status Tuberculosis paru dan dieksklusi bila terdapat gambaran TB paru. Subyek dilakukan pemeriksaan spirometri dan kuesioner.
Hasil penelitian : Seratus empat puluh empat subyek ikut dalam penelitian. Seratus dua puluh satu subyek adalah laki - laki, 128 subyek mempunyai hasil spirometri normal. Gambaran spirometri restriksi 3 orang dan obstruksi 1 orang. Terdapat korelasi antara penurunan VEP1/KVP dengan usia p=0,000 r=-0,454 (korelasi sedang), lama menghisap kanabis p=0,01 r=-0,345 (korelasi lemah), lama menghisap metamphetamin p=0,004 r=-0,25 (korelasi lemah), lama menggunakan heroin injeksi p=0,025 r= - 0,337 (korelasi lemah), lama merokok p=0,000 r=-365 (korelasi lemah) dan konsumsi rokok perhari p=0,04 r=-0,238 (korelasi lemah). Terdapat hubungan bermakna antara pengguna heroin injeksi dengan HIV OR 27,4 p=0,037 CI 95% 3,27-229,6.
Kesimpulan : Terdapat korelasi antara penurunan VEP1/KVP dengan usia, lama menghisap kanabis, lama menghisap metamphetamin, lama menggunakan heroin injeksi, lama merokok dan jumlah konsumsi rokok perhari. Pengguna heroin injeksi memiliki risiko HIV 27,4 kali.

Background: The increasing drug user prevalence in Indonesia affecting health sectors. The lungs health were affected by the use of illicit drug. Lung function test amongs drug users still unclear.
Methods: This descriptive analitic study involves 144 drug users whom met the inclusion criteria. Thorax foto was performed to find out the subject with Tuberculosis and exclude from the study. Subjects are then performed spirometry test and interviewed using questionaire.
Results: One hundred forty four subjects were included in this study. One hundred twenty one (84,03%) were male, 128 subjects were normal spirometry. Restriction were found in 14 subject and obstruction were found in 1 subject. There were corelation between VEP1/FVC with age p=0,000 r=-0,454 (moderate corelation), time using canabis p=0,01 r= -0,345 (weak corelation), time using metamphetamin inhalation p=0,004 r=-0,25(weak corelation), time using heroin injection p=0,025 r= - 0,337 (weak corelation), time using cigarette p=0,000 r=-0,365 (weak correlation), amount cigarette consume/day p=0,04 r=-0,238(weak correlation). There were relation between HIV and the heroin injection OR 27,4 p=0,037 CI 95% 3,27-229,6.
Conclusion: There were weak correlation between reduce FEV1/FVC with time of smoking, the amount of cigarette consume perday, time of canabis inhalation, time of metaphetamin inhalation, time of heroin injection . The heroin injection had 27,4 times higher risk for HIV."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzura Intan Wahyudi
"COVID-19 merupakan salah satu penyakit pernapasan yang ditularkan melalui udara dengan media droplet. WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi yang melanda seluruh dunia. Seluruh sektor kehidupan masyarakat mengalami perubahan akibat COVID-19 seperti sektor pendidikan, perekonomian, perkantoran dan sektor lainnya. Hingga saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan COVID-19, namun WHO dan pemerintah Indonesia sudah membuat pedoman perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19 yaitu melalui 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Perilaku pencegahan diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat salah satunya sektor perkantoran. Sektor perkantoran merupakan salah satu salah satu klaster penularan COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan COVID-19 karyawan PT XYZ (Head Office) di Jakarta tahun 2021. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dan dilakukan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Data yang digunakan adalah data primer yang diisi oleh 221 responden dengan metode pengisian kuesioner secara luring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku pencegahan COVID-19 yang baik. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan COVID-19 pada karyawan PT XYZ antara lain pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, self-efficacy, dan isyarat untuk bertindak. Perilaku pencegahan COVID-19 harus terus ditingkatkan khususnya bagi karyawan PT XYZ untuk menghindari penularan dan terbentuknya klaster penularan COVID-19. Edukasi baik secara langsung maupun tidak langsung sangat penting untuk dilakukan di lingkungan kerja. Memaksimalkan fasilitas penunjang seperti penambahan tempat cuci tangan, penyediaan hand sanitizer, penyediaan masker, dan kegiatan sterilisasi ruang kerja juga dapat dilakukan untuk menurunkan risiko penularan COVID-19.

COVID-19 is one of the respiratory diseases transmitted by air with droplets. WHO has designated COVID-19 as a worldwide pandemic. All sectors of people's lives are experiencing changes due to COVID-19, such as the education sector, economy, offices, and other sectors. Until now, there is no cure for COVID-19, but WHO and the Indonesian government have made guidelines to prevent the transmission of COVID-19 through 3M (using masks, washing hands, and social distancing). Preventive behavior is applied by all levels of society, one of which is the office sector. The office sector is one of the clusters of COVID-19 transmission. This research aims to determine the factors related to the preventive behavior of COVID-19 employees of PT XYZ (Head Office)in Jakarta in 2021. This research used the quantitative method with cross-sectional study design, and univariate and bivariate analysis uses the chi-square test. The data used was primary data filled out by 221 respondents to fill out questionnaires offline. The results showed that most of the respondents had good COVID-19 prevention behavior. Factors related to COVID-19 preventive behavior in PT XYZemployees include knowledge, perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, self-efficacy, and cues to action. COVID-19 prevention behavior must continue to be improved, especially for PT XYZ employees, to avoid transmission and the formation of COVID-19 transmission clusters. Education, either directly or indirectly, is essential to do in the work environment. Maximizing supporting facilities such as the addition of handwashing facilities, the provision of hand sanitizer and masks, and sterilization activities of the workspace can also be conducted to reduce the risk of COVID-19 transmission."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Itsna Masyruha
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas penatalaksanaan balita sakit dengan gejala pneumonia di puskesmas, Jawa Barat tahun 2012. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data evaluasi pelatihan MTBS tahap pretest dengan desain cross-sectional. Hasil menunjukkan kualitas penatalaksanaan rendah (9,3%). Terlihat dari rendahnya kepatuhan petugas dalam melakukan penilaian terhadap tanda dan gejala, kesesuaian petugas dalam menetapkan klasifikasi, kesesuaian petugas dalam memberikan pengobatan, serta kepatuhan petugas dalam memberikan konseling (2,6%; 7,9%; 5,6%; dan 1,3%). Faktor yang berhubungan dengan kualitas penatalaksanaan balita sakit tersebut adalah tipe profesi dan pendidikan petugas kesehatan. Kesimpulan yang didapatkan kualitas penatalaksanaan balita sakit dengan gejala pneumonia masih rendah.

This thesis aims to describe the quality of care for under-five ill children having pneumonia symptom in community health center in West Java, 2012. This study is conducted by using the evaluation study pre-test IMCI training data with cross sectional design. The result indicates that the quality of care for under-five children is still low. It is showed from the lack adherence of health worker assessing sign and symptom, the lack compatibility in classification and treatment, and the lack adherence of health worker giving the counseling (2,6%;7,9%; 5,6%; 1,3%). The determinants of quality of care for under-five are the type of profession and education of health workers. In conclusion, quality of care for underfive children is low and the determinants are type of profession and education of health worker."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnabeti
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan pertama pada sepuluh data penyakit terbesar di Desa Cilebut Barat dan Cilebut Timur. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pembangunan industri mebel. ISPA menyerang pekerja industri mebel. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional untuk mengetahui hubungan
pajanan (PM10) dengan kejadian ISPA pada pekerja mebel dengan populasi seluruh pekerja mebel di kedua desa. Hasil yang didapat konsentrasi (PM10) 50,3 μg/m3 ? 80 μg/m3 dengan rata-rata 70,6 μg/m3 untuk pengukuran 24 jam. Jumlah pekerja yang mengalami ISPA 43 orang (43,9%). Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara konsentrasi PM10), suhu ruang kerja (p = 0,027), masa kerja (p = 0,010), pemakaian alat pelindung diri (p=0,001), kebiasaan
merokok (p = 0,039) dengan kejadian ISPA (p = 0,045). Pengawasan kesehatan lingkungan dan pekerja, pemeriksaan konsentrasi debu (PM10) dan kesehatan pekerja secara berkala, serta penyuluhan dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran semua pihak akan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas industi mebel.
Acute Respiratory Infections (ARI) ranks first among the ten largest diseases in West and East Cilebut, caused by the development of furniture industry. Cross sectional method is used in this study to know the relationship between PM10 and ARI among the whole
population of workers in the furniture industry in Cilebut, both in the west and the east of this industry area. The study found concentrations of PM10 50,3 μg/m3 ? of 80 μg/m3 with an average of 70,6 μg/m3 in 24 hours of measurement. There were 43 workers who suffered from ARI. The study showed there was a relationship between PM10 concentration, the temperature of the study (p = 0.027), years of service (p = 0.010), use of personal protective equipment (p = 0.001), smoking habits (p = 0.39), and ARI incidences. It is, therefore, necessary to control environmental health and the health of workers periodically through examination of PM10 concentration and through
workers? health checks. In addition, educative information should be disseminated to all parties concerned in order to increase knowledge and the awareness of the impact created by the furniture industry on both the environment and the workers."
Departemen Kesehatan RI. Balai Besar Laboratorium, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Nugroho
"Jakarta Pusat merupakan daerah dengan tingkat kemacetan lalu-lintas yang tinggi sehingga emisi polutan dari kendaraan bermotor tinggi pula. Salah satu polutan tersebut suspended particulate matter (SPM) dapat dipengaruhi oleh faktor meteorologi (curah hujan, kelembaban relatif udara, suhu udara, dan kecepatan angin). Suspended particulars matter (SPM dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan asma.
Tujuan dari penelitian ini untnuk mengetahui keoenderungan konsentrasi SPM dan faktor meteorologi serta hubungan faktor meteorologi dengan prevalensi penyakit infeksi saluran pemapasan bagian atas dan asma di Jakarta Pusat tahun 2003 sampai dengan 2005.
Penelitian ini merupakan studi ekologi, yang mengaualisis data sekunder faktor meteorologi dan suspended particulate matter (SPM) dari badan meteorologi dan geofisika Jakarta dan data penyakit dari suku dinas kesehatan Jakarta Pusat berupa data penderita infeksi saluran pemapasan akut bagian atas dan asma pada puskesmas kelurahan di Jakarta Pusat tahun 2003-2005. Sampel dalam penelitian ini adalah prevalensi infeksi saluran pemapasan akut bagian atas dan asma per kelurahan per bulan. Analisis meliputi uji anova untuk mencari apakah ada perbedaan bermakna antar tahun diantara variabel yang diteliti. Analisis hubungan dilakukan dengan uji korelasi dan regresi.
Rata-rata konsentrasi suspended particulate matter untuk tahun 2003 sebesar 164,486 µg/m3 konsentrasi tertinggi pada bulan Juli sebesar 211,224 µg/m3 dan terendah sebesar 121,827 µg/m3 pada bulan Desember Rata-rata konsentrasi pada tahun 2004 sebesar 152,447 µg/m3 dan tertinggi pada bulan Juni sebesar 288,022 µg/m3 dan terendah 108,067 µg/m3 pada bulan Januari, sedang pada tahun 2005 rata-rata konsentrasi sebesar 296,147 µg/m3 dan tertinggi pada Bulan Mei sebesar 296,147 µg/m3 dan terendah pada bulan Februari sebesar 82,788 gg/ma. Tidak ada perbedaan yang bennakna konsentrasi SPM antara tahun 2003, 2004 dan 2005.
Rata-rata suhu udara sepanjang tahun 2003 - 2005 adalah 28,461°C dengan suhu minimum sebesar 27,465 ?C dan suhu maksimum 29,048 °C. Curah hujan sebesar 163,831 mm, curah hujan minimum sebesar 18,800 mm dan mal-Lsirnum 422,933 mm, rata-rata hari hujan sebesar 11,773 hari, hari hujan minimum 3,333 hari dan maksimum 22,333 hari, Kelembaban udara rata-rata sebesar 74,069%, kelembaban minimum sebesar 68,669 % dan maksimum 80,312 %. Kecepatan angin rata-rata 2,394 knot, kecepatan angin minimum 2,144 knot dan maksimum 2,874 knot.
Hasil penelitian didapatkan prevalen infeksi saluran pemapasan akut bagian atas tertinggi di Jakarta Pusat pada 2003 terjadi pada bulan Juli sebesar 0,0165, tahun 2004 pada Bulan Desember sebesar 0,0185 dan pada tahun 2005 Bulan Agustus sebesar 0,0204 Kecenderungannya semakin naik dari tahun 2003 - 2005. Prevalensi asma di Jakarta Pusat yang tertinggi pada tahun 2003 pada Bulan Agustus sebesar 0,000843, dan pada tahun 2004 pada Bulan Desember sebesar 0,000930 dan pada tahun 2005 pada bulan Maret sebesar 0,000980. Kecenderungan prevalensi asma tahun 2005 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Hubungan antara SPM dengan faktor meteorologi secara bersama-sama diuji menggunakan analisis regresi linear ganda menghasilkan nilai koefisien determinasi (R ) 0,319, artinya persamaan garis regresi yang dihasilkan dapat menerangkan 31,9 % variasi konsentrasi suspended particulate matter. Konsentrasi SPM = -2576,325 + 93,077 * suhu udara + 10,437 hari hujan + 1092,408 * kecepatan angin - 36,924 (suhu udara * kecepatan angin) - 4,940 (hari hujan * kecepatan angin) + e.
Hubungan antara infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dengan suspendend particulate matter bermakna dengan kekuatan hubungan lemah (r = 0,123) berarah positif. Prevalensi infeksi saluran pernapasan akut dapat dijelaskan oleh varibel suspended particulate matter sebesar 1,5 %, peningkatan konsentrasi suspended particulate matter sebesar satu satuan menaikkan prevalensi infeksi saluran pernapasan akut bagian atas sebesar 0,00003 atau 3 per 100.000 penduduk.
Hubungan antara asma dengan suspended parriculate matter bermakna dengan dengan kekuatan hubungan yang Iemah (r = 0,078) berarah positif. Prevalensi asma dapat dijelaskan oleh variabel szupended particulate matter sebesar 0,6 %. Peningkatan suspended particulate matter satu satuan akan meningkatkan prevalensi asma sebesar 0,000013 atau 13 per 1.000000 penduduk.
Penanggulangan pencemaran SPM dapat ditempuh dengan pengawasan yang ketat terhadap gas buang kendaraan melalui uji emisi secara periodik serta pembatasan umur kendaraan yang beroperasi di jalan raya, bagi penduduk yang tinggal di daerah dengan kepadatan lalu-Iintas dnggi perlu mengambil waktu berlibur pada daerah yang tak terpolusi, untuk mengurangi pajanan yang terus-menerus, penyemprotan air secara periodik pada titik sumber debu saat musim kemarau seperti pada area pembangunan gedung."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Al Hakim
"Penyakit respirasi termasuk penyebab kematian tertinggi di dunia. Namun prevalensinya pada pemukiman kumuh di Indonesia masih belum diketahui. Penelitian cross sectional kemudian dilakukan di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat dengan teknik cluster consecutive sampling pada 18-26 Januari 2012 untuk mengetahui prevalensi penyakit tersebut dan kaitannya dengan pengetahuan masyarakat, sebagai langkah awal intervensi pendidikan kesehatan.
Hasil penelitian terhadap 104 responden berusia >18 tahun berdasarkan kuesioner: 1) Prevalensi penyakit respirasi sebanyak 5% terdiri dari asma (1,7%), pneumonia (0,2%), TB (2,2%) dan PPOK (0,9%) serta tidak ditemukannya hubungan tingkat pengetahuan dengan penyakit respirasi (p=0,342); 2) Terdapat 3,8% responden dengan tingkat pengetahuan baik, 41,3% cukup dan 54,8% kurang, berdasarkan pengetahuan terhadap penyakit respirasi. Kemudian tidak ditemukan hubungan karakteristik demografi usia (p=1,000), jenis kelamin (p=0,935) dan status pekerjaan (p=1,000) dengan tingkat pengetahuan; 3) Sumber informasi yang sering digunakan adalah televisi dan ditemukan korelasi bermakna antara jumlah sumber informasi dengan skor pengetahuan (p<0,05; r=0,278).
Dalam penelitian disimpulkan masih belum perlunya penyuluhan. Namun perlu ditinjau lebih lanjut hubungan pengetahuan terhadap konsistensi perilaku hidup sehat yang dapat mencegah penyakit respirasi. Selain itu juga perlu diketahui faktor lain yang dapat memengaruhi tingkat pengetahuan, serta perlunya optimalisasi informasi kesehatan respirasi melalui televisi sebagai sumber informasi tersering yang digunakan.

Disease of the respiratory system is one of leading cause of death in the world. However there has not been report about this prevalence in slum neighborhood, especially in Indonesia. Cross-sectional study was conducted in slums area, Kelurahan Petamburan, Tanah Abang, Central Jakarta using cluster consecutive sampling technique on 18?26 January 2012 to know the prevalence of respiratory diseases and its association with level of knowledge as the early step to analyze the need of health education.
The results of research on 104 respondents aged >18 years old using questionnaire: 1) Prevalence of respiratory health problems as much as 5% consists of asthma (1,7%), pneumonia (0,2%), TB (2,2%), COPD (0,9%) and there is no association between level of knowledge and those prevalence; 2) There are 3,8% of the respondents with a good level of knowledge, 41,3% sufficient and 54,8% poor based on respiratory health problems. And the research found that there is no association between socio demographic such as age (p=1,000), gender (p=0,935), employment (p=1,000) and level of knowledge; 3) Frequently used source of information is through television and there is significant correlation between the number of sources information with knowledge about respiratory health problems (p<0,05; r=0,278).
In the study, it was concluded that health education was not yet needed. But the influence of knowledge to the healthy living behavior which can prevent respiratory disease should be analyzed. Besides factors having association with level of knowledge about respiratory health is also needed to be found, and finally it is considered that optimalization of television as the most frequently used source information is needed."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>