Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Natanael Parningotan Agung
"Abstrak: Urologi merupakan salah satu bidang ilmu yang selalu terdepan dalam membawa kemajuan ilmiah ke dalam praktik klinis, termasuk teknologi pencetakan 3D (3D printing/3DP). Penelitian ini bertujuan untuk membahas dan memaparkan peran terkini dari phantom dan perangkat yang dicetak 3D untuk aplikasi spesifik organ dalam urologi. Pencarian literatur mengenai dua topik tersebut berasal dari basis data PubMed, Embase, Scopus, dan EBSCOhost. Phantom organ urologi yang dicetak 3D dilaporkan mampu memberikan wawasan baru bagi residen mengenai karakteristik anatomi organ, baik dalam kondisi normal maupun patologis, secara nyata dan terukur. Selain itu, phantom organ 3D juga membantu ahli urologi dalam merancang strategi pra-operasi dengan menyediakan model anatomi organ yang terdeteksi kelainan secara rinci. Di beberapa pusat layanan kesehatan, teknologi 3DP juga berkontribusi dalam pengembangan perangkat spesifik untuk pengelolaan penyakit. Hingga saat ini, para ahli urologi telah memperoleh manfaat dari phantom dan perangkat cetak 3D dalam pendidikan dan pengelolaan penyakit pada organ-organ dalam sistem genitourinaria, termasuk ginjal, kandung kemih, prostat, ureter, uretra, penis, dan adrenal. Dapat disimpulkan bahwa teknologi 3DP memiliki potensi untuk membawa perubahan luar biasa dalam praktik urologi sehari-hari.

Abstract: Urology is one of the fields that are always at the frontline of bringing scientific advancements into clinical practice, including 3D printing (3DP). This study aims to discuss and presents the current role of 3D-printed phantoms and devices for organ- specified applications in urology. The discussion started with a literature search regarding the two mentioned topics within PubMed, Embase, Scopus, and EBSCOhost databases. 3D-printed urological organ phantoms are reported for providing residents new insight regarding anatomical characteristics of organs, either normal or diseased, in a tangible manner. Furthermore, 3D-printed organ phantoms also helped urologists to prepare a pre- surgical planning strategy with detailed anatomical models of the diseased organs. In some centers, 3DP technology also contributed to developing specified devices for disease management. To date, urologists have been benefitted by 3D-printed phantoms and devices in the education and disease management of organs of in the genitourinary system, including kidney, bladder, prostate, ureter, urethra, penis, and adrenal. It is safe to say that 3DP technology can bring remarkable changes to daily urological practices."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Natanael Parningotan Agung
"Abstrak: Urologi merupakan salah satu bidang ilmu yang selalu terdepan dalam membawa kemajuan ilmiah ke dalam praktik klinis, termasuk teknologi pencetakan 3D (3D printing/3DP). Penelitian ini bertujuan untuk membahas dan memaparkan peran terkini dari phantom dan perangkat yang dicetak 3D untuk aplikasi spesifik organ dalam urologi. Pencarian literatur mengenai dua topik tersebut berasal dari basis data PubMed, Embase, Scopus, dan EBSCOhost. Phantom organ urologi yang dicetak 3D dilaporkan mampu memberikan wawasan baru bagi residen mengenai karakteristik anatomi organ, baik dalam kondisi normal maupun patologis, secara nyata dan terukur. Selain itu, phantom organ 3D juga membantu ahli urologi dalam merancang strategi pra-operasi dengan menyediakan model anatomi organ yang terdeteksi kelainan secara rinci. Di beberapa pusat layanan kesehatan, teknologi 3DP juga berkontribusi dalam pengembangan perangkat spesifik untuk pengelolaan penyakit. Hingga saat ini, para ahli urologi telah memperoleh manfaat dari phantom dan perangkat cetak 3D dalam pendidikan dan pengelolaan penyakit pada organ-organ dalam sistem genitourinaria, termasuk ginjal, kandung kemih, prostat, ureter, uretra, penis, dan adrenal. Dapat disimpulkan bahwa teknologi 3DP memiliki potensi untuk membawa perubahan luar biasa dalam praktik urologi sehari-hari.

Abstract: Urology is one of the fields that are always at the frontline of bringing scientific advancements into clinical practice, including 3D printing (3DP). This study aims to discuss and presents the current role of 3D-printed phantoms and devices for organ- specified applications in urology. The discussion started with a literature search regarding the two mentioned topics within PubMed, Embase, Scopus, and EBSCOhost databases. 3D-printed urological organ phantoms are reported for providing residents new insight regarding anatomical characteristics of organs, either normal or diseased, in a tangible manner. Furthermore, 3D-printed organ phantoms also helped urologists to prepare a pre- surgical planning strategy with detailed anatomical models of the diseased organs. In some centers, 3DP technology also contributed to developing specified devices for disease management. To date, urologists have been benefitted by 3D-printed phantoms and devices in the education and disease management of organs of in the genitourinary system, including kidney, bladder, prostate, ureter, urethra, penis, and adrenal. It is safe to say that 3DP technology can bring remarkable changes to daily urological practices."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harrina Erlianti Rahardjo
"Tujuan: Melaporkan pengalaman TUR-P menggunakan NaCl 0,9% sebagai irigasi (sistem bipolar) dan efeknya terhadap kadar hemoglobin, hematokrit dan natrium.
Bahan dan Cara: Studi ini adalah studi prospektif non randomisasi. Enam puluh pasien PPJ memenuhi kriteria penelitian (30 sistem bipolar, 30 sistem monopolar), dinilai lama operasi, jumlah cairan irigasi, berat chip prostat, penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, natrium dan ada tidaknya TUR sindrom.
Hasil : Terdapat perbedaan yang bermakna antara volume prostat pada kedua grup. Pada sistem bipolar rerata lama operasi adalah 39,66+12,02 menit dan 54,33+19,01 menit pada sistem monopolar, rerata berat chip yang direseksi 14,09+11,25 gram pada sistem bipolar dan 24,26+18,15 gram pada sistem monopolar. Rerata penurunan hemoglobin 0,7601 pada sistem bipolar dan 1,09g/dl pada sistem monopolar, rerata penurunan natrium 2,3mEg11 pada sistem bipolar dan 1,7meg11 pada sistem ronopolar. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara lama operasi dengan penurunan hemoglobin dan natrium pada kelompok sistem bipolar sedangkan pada sistem monopolar terdapat korelasi yang bermakna antara lama operasi dengan penurunan hemoglobin(p:0,04), dan penurunan natrium(p:0,008). Tidak dijumpai adanya TUR sindrom pada kedua kelompok.
Simpulan: Dari pengalaman awal ini, disimpulkan bahwa TUR-P dengan sistem bipolar merupakan prosedur yang aman dan tidak memerlukan keahiian tambahan. Penelitian lanjutan dengan studi prospektif randomisasi untuk membandingkan sistem ini dengan sistem monopolar sangat dianjurkan.

Objectives: To report our experience in TUR-P using normal saline as irrigation (bipolar system) and its effect towards patient's hemoglobin, hematocryte and sodium content. Materials and methods: This study was performed in a prospective non-randomized fashion. Sixty BPH patients were included (30 patients were done with bipolar system, 30 patients with monopolar system). The parameters recorded were operation time, amount of irrigation, resected tissue weight, hemoglobin, hematocryte and sodium decline and presence of TUR syndrome.
Results : There was a significant difference in prostate volume between the two groups. Mean operation time was 39,66+12,02 mnt in the bipolar group and 54,33+19,01 mnt in the monopolar group, resected tissue weight was 14,09+11,25 grams in the bipolar group and 24,26+18,15 grams in the monopolar group. Hemoglobin decline was 0,7601 in the bipolar group and 1,09 in the monopolar group, sodium decline was 2,3mEg11 in the bipolar group and 1,7meg11 in the monopolar group. There was no significant correlation between operation time with hemoglobin and sodium decline in the bipolar group whilst in the monopolar group there was significant correlation between operation time with hemoglobin decline (p:0,04), and sodium decline (p:0,008). There was no TUR syndrome seen in either groups.
Conclusions: TUR-P with bipolar system is a new technology which is safe and requires no additional skills. Further investigation using randomized controlled trial to compare this technology with monopolar system is recommended.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Sholichin
"Tujuan: Penelitian ini akan mencari korelasi antara pemeriksaan dengan sistim skoring (IPSS) dan hasil pemeriksaan uroflowmetri (Qmax) serta hasil pemeriksaan urodinamik ( BOOI ). Diharapkan akan diketahui sejauh mana data subyektif pasien berkorelasi dengan data obyektif.
Bahan dan Cara: Data dikumpulkan dari pasien yang dilakukan pemeriksaan di Poliklinik Khusus Urologi sejak bulan Oktober 2005 sampai dengan Mei 2006 dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
HasiI Penelitian: Terdapat 89 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Umur rata-rata 65,56 ±7,2 tahun. IPSS rata-rata 20,57+7,0. Pancaran kencing maksimal (Qmax) rata-rata 5,94 ±3,5 ml/detik. BOOI kategori obstruksi sebanyak 56 (65,1%) pasien, ekuivokal 20 (23,3%) dan tidak obstruksi sebanyak 10 (11,6%). Koefisien korelasi antara IPSS dan Qmax adalah r = - 0,32 (sangat lemah) signifikansi p = 0,002. Koefisien korelasi antara IPSS dengan BOOI adalah r = 0,28 p = 0,008. Koefisien korelasi antara Qmax dan BOOI adalah r = - 0,45 p = 0,00. Hasil uji Anova didapatkan adanya perbedaaan Qmax yang bermakna p=0,041 (p<0,05) diantara derajat LUTS. Pada penelitian ini tidak ada perbedaan BOOT yang bermakna (p=0,093) diantara derajat LOTS. Tidak ada perbedaan Qmax yang bermakna (p = 0,12 ) diantara BOOT.
Kesimpulan: Keluhan LUTS yang diukur dengan IPSS mempunyai korelasi sangat lemah tetapi signifikan dengan pemeriksaan obyektif yang diukur dengan uroflowmetri dan urodinamik. Pemeriksaan uroflowmetri mempunyai korelasi sangat lemah tetapi signifikan dengan pemeriksaan urodinamik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Praditya Candra Pranantyo
"Pemeriksaan IVU merupakan pemeriksan yang sering digunakan di Indonesia untuk mengevaluasi traktus urinarius mengingat ketersediaannya yang luas dan cukup murah. Sekalipun demikian, pemeriksaan IVU memerlukan pajanan dan serial film yang cukup banyak sehinga dosis radiasi yang diterima pasien cukup tinggi dan biaya yang dikeluarkan untuk film cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan cost effectiveness pemeriksaan IVU dan menurunkan pajanan radiasi yang diterima pasien dengan menilai sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan IVU dengan serial film terpilih pada diagnosis klinis obstruksi traktus urinarius.
Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang membandingkan sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan IVU serial film terpilih (radiografi abdomen polos, serial film 5 menit, 20 menit, buli penuh dan post void) serta serial film lengkap (radiografi abdomen polos, serial film 5 menit, 10 menit, 20 menit, 30 menit, buli penuh serta post void). Populasi studi penelitian terdiri dari pasien dengan diagnosis klinis obstruksi traktus urinarius yang dievaluasi dengan pemeriksaan IVU standar yang tersimpan dalam Picture Archiving and Communication System (PACS) Departemen Radiologi FKUI-RSCM antara bulan Februari 2012 hingga Januari 2013 yang dipilih secara random, sehingga didapatkan jumlah subjek penelitian sebanyak 75, dengan 1 set data drop out. Masing-masing set data dievaluasi secara double blind dalam serial film terpilih dan lengkap oleh peneliti dan pembimbing. Bila terdapat ketidaksesuaian maka dievaluasi ulang oleh pihak ketiga.
Didapatkan sensitivitas dan spesifisitas serial film terpilih untuk evaluasi ginjal sebesar 100% dan 99,16%, untuk evaluasi ureter sebesar 100% dan 99,29% serta hasil evaluasi keseluruhan sebesar 93,1% dan 97,7%. Pada statistik analitik yang menggunakan uji McNemar, tidak terdapat perbedaan bermakna antara evaluasi serial film terpilih dan serial film lengkap.

IVU is commonly used in evaluation of urinary tract in Indonesia due to its widespread availability and low cost. Nevertheless, IVU posed extensive radiation exposure and requires numerous serial films, leading to high radiation dose on patients and considerable expenses on films. The aim of this research is to increase cost effectiveness of IVU and minimizing radiation exposure by assessing sensitivity and specificity of selected serial film IVU and complete serial film IVU.
This research is a diagnostic test comparing sensitivity and specificity of selected serial film IVU (consisting of scout film, 5 minutes, 20 minutes, full bladder and post void films) and complete serial film IVU (consisting of scout film, 5 minutes, 10 minutes, 20 minutes, 30 minutes full bladder and post void films. The study population consists of patients with clinical diagnosis of urinary tract obstruction evaluated with standard IVU which are stored in Picture Archiving and Communication System (PACS) at Radiology Department Faculty of Medicine, University of Indonesia- Cipto Mangunkusumo General Hospital (FKUI-RSCM) in February 2012 until January 2013, which are randomly selected, hence 75 subjects obtained with 1 drop out data set. Each data set undergone double blind evaluation both in selected serial film and complete serial film by the researcher and the supervisor. In case of discrepancy, re-evaluation by a third party was obtained.
Sensitivity and specificity of selected serial films in evaluation of kidneys is 100% and 99,16%, in evaluation of ureters is 100% and 99,29% while in general evaluation of urinary tract is 93,1% and 97,7%. Upon analytic statistics using McNemar test, no significant difference is found between selected serial films and complete serial films.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Aulia Qurotaayun
"Latar Belakang Status epileptikus adalah kondisi kegawatdaruratan Neurologi yang dapat terjadi pada anak. UKK Neurologi IDAI menerbitkan Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus IDAI 2016 agar terdapat keseragaman tata laksana serta menghindari over dan underteatment. Tujuan Mengkaji dan mengevaluasi penerapan Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus UKK Neurologi IDAI 2016 dan variabel yang memengaruhi tata laksana status epileptikus oleh dokter spesialis anak di Indonesia. Metode Metode penelitian menggunakan studi potong lintang dengan instrumen penelitian berupa kuesioener daring yang berisi 16 pertanyaan kesesuaian tata laksana, dengan total skor 21. Penelitian dilakukan selama bulan Oktober 2023. Respondens merupakan dokter spesialis anak di Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Hasil Rerata skor kesuaian tata laksana status epileptikus dari 129 subjek adalah 11,68 dari 21,00. Rentang skor subjek adalah 2,00 hingga 19,00. Proporsi dokter spesialis anak yang mengetahui rekomendasi adalah 97,3% dan yang pernah mendapatkan sosialisasi adalah 82,9%. Signifikansi uji komparatif rerata skor kesesuaian kategori usia <41 tahun, 41-60 tahun, >60 tahun adalah p=0,071, kategori tahun kelulusan ≤10 tahun dan >10 tahun p=0,04, kategori tempat kerja klinik/praktik pribadi, rumah sakit tipe B/A dan rumah sakit tipe C/D adalah 0,309, kategori lokasi kerja kota madya dan kabupaten adalah p=0.279, serta kategori riwayat sosialisasi dan tidak p=0,139. Terdapat perbedaan kemampulaksanaan rekomendasi tata laksana antara lokasi kerja praktik/klinik pribadi dan rumah sakit sebesar p=0,287 dan rumah sakit tipe B/A dan rumah sakit tipe C/D sebesar p=0,013, serta berdasarkan tempat kerja sebesar p=0,798. Kesimpulan Terdapat perbedaan rerata skor kesesuaian rekomendasi tata laksana yang secara statistik bermakna pada kategori tahun kelulusan ≤10 tahun dan >10 (p=0,04), serta perbedaan kemampulaksanaan rekomendasi di rumah sakit tipe B/A dan rumah sakit tipe C/D (p=0,013).

Introduction Status epilepticus is a neurological emergency condition that can occur in children. Indonesian Pediatric Society (UKK Neurologi IDAI) issued the IDAI 2016 Recommendations for the Management of Status Epilepticus to ensure consistent management of status epilepticus. Objective To assess and evaluate the implementation of the UKK Neurologi IDAI 2016 Recommendations for the Management of Status Epilepticus and the variables influencing the management of status epilepticus by pediatric specialists in Indonesia. Method The research methodology used a cross-sectional study design with an online questionnaire as the research instrument, consisting of 16 questions on the appropriateness of management, with a total score of 21. The research was conducted in October 2023. The respondents were pediatric specialists in Indonesia who are members of the Indonesian Pediatric Society (IDAI). Results The mean score of compliance with the managementguuidelines recommendations based on workplace in hospital type B/A and hospital type C/D (p=0.013). guidelines for status epilepticus from 129 subjects is 11.68 out of 21.00. The range of subject scores is from 2.00 to 19.00. The proportion of pediatric specialists who are aware of the recommendations is 97.3%, and those who have received training is 82.9%. The significance of the comparative test for the mean scores of compliance in the age categories <41 years, 41-60 years, and >60 years is p=0.071. p=0.04 For the categories of years since graduation ≤10 years and >10 years, p=0.309. for the categories of workplace in clinics/private practice, hospital type B/A, and hospital type C/D, p=0.795 for the categories of working location in rural and urban area, and p=0.139 for the categories of history of training and no training. The difference in the implementation of management guideline recommendations based on working location with a significance of p=0.287 in clinic/private practice and hospitals, and p=0.013 in hospital type B/A and hospital type C/D. The difference in the implementation of management guideline recommendations based on workplace with a significance of p=0.798 in rural and urban area. Conclusion There is a statistically significant difference in the mean scores of compliance with the management guideline recommendations in the categories of years since graduation ≤10 years and >10 years (p=0.04), and difference in the implementations of management."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stivano Rizky Valentino Torry
"Objektif: Studi ini bertujuan untuk menganalisis secara komprehensif mengenai tren, prevalensi, dan luaran operasi urologi yang dilaksanakan di Rumah Sakit Birauen pada tahun 2018 hingga 2022 dan berfokus pada implikasinya terhadap pelayanan kesehatan.
Metode: Penelitian ini merupakan studi desain deskriptif yang yang menganalisis 2564 operasi urologi di Rumah Sakit Bireuen yang meliputi beberapa variable seperti usia, jenis kelamin, jenis prosedur, dan tren selama periode penelitian. Data dianalisis secara statistik deskriptif menggunakan SPSS versi 25 untuk mengidentifikasi pola atau tren yang signifikan.
Hasil: Studi ini menganalisis 2564 operasi urologi dengan mean usia pasien 53±16.3 tahun (rentang usia 1-95 tahun). Sebagian besar pasien berjenis kelamin laki-laki (82.5%). Prosedur paling umum dilakukan adalah ureteroscopy (29.0%), bladder stone lithotripsy (10.7%), and open kidney stone surgery (9.7%). Diagnosis paling umum ditemukan adalah batu saluran kemih, hyperplasia prostat jinak, dan batu kandung kemih. Komplikasi operasi paling umum merupakan infeksi (5,6%) dan perdarahan ringan (3,9%). Studi ini menunjukkan bahwa operasi minimal invasif terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.
Kesimpulan: Batu saluran kemih memiliki prevalensi yang tinggi di Rumah Sakit Bireuen dan terapi minimal invasif penggunaannya meningkat dari tahun ke tahun. Studi ini menawarkan wawasan berharga tentang prosedur urologi yang memandu perbaikan dalam perawatan dan alokasi sumber daya.

Objective: This study aimed to comprehensively analyze the trends, prevalence, and outcomes of urological surgeries performed at Birauen Hospital from 2018 to 2022 and focuses on the implications for healthcare.
Methods: This descriptive study evaluated 2564 urological surgeries in Bireuen Hospital. Data collected several variables included age, gender, procedure type, and trends during the study period. Data were analyzed by descriptive statistics using SPSS version 25 to identify significant trends.
Results: A total of 2,564 urological surgeries were analyzed, with a mean patient age of 53±16.3 years (range: 1–95 years). The majority proportion of patients were male (82,5%). The most common performed procedures were ureteroscopy (29.0%), bladder stone lithotripsy (10.7%), and open kidney stone surgery (9.7%). The most common diagnosis identified was urinary tract stones, benign prostatic hyperplasia, and bladder stones. The most common surgical complications were infection (5.6%) and minor bleeding (3.9%). This study showed minimally invasive surgery is increasing year by year.
Conclusion: Urinary tract stones were found to be prevalent in Bireuen Hospital and the use of minimally invasive therapies has increased over the years. This study offers valuable insights about urological procedures guiding improvements in care and resource allocation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heltara Ramandika
"Latar Belakang: Peningkatan tekanan intraabdomen dapat menurunkan perfusi berbagai sistem organ, terutama organ intraabdomen dengan vaskularisasi tinggi seperti ginjal. Indeks resistensi RI dan indeks pulsatilitas PI ginjal adalah parameter kuantitatif ultrasonografi USG Doppler yang mengukur derajat resistensi atau impedansi aliran darah dan dapat berperan sebagai indikator perfusi ginjal. Dalam kepustakaan masih belum terdapat data nilai korelasi antara RI dan PI ginjal terhadap tekanan intraabdomen melalui insuflasi CO2 pada subjek manusia.
Tujuan: Mengetahui korelasi antara nilai RI dan PI ginjal dengan tekanan intraabdomen.
Metode: Desain penelitian merupakan potong lintang dan menggunakan data sekunder. Sampel berjumlah 36 data pasien yang telah menjalani laparoskopi nefrektomi donor ginjal hidup di RSUPN Cipto Mangunkusumo RSCM dan RSCM Kencana periode Agustus 2017 hingga Januari 2018. Data pengukuran tekanan intraabdomen (mmHg), RI dan PI ginjal intraoperatif baik sebelum insuflasi baseline maupun saat insuflasi CO2 didapatkan dari rekam medik dan laporan operasi.
Hasil: Setiap subjek mendapatkan tekanan insuflasi CO2 yang berbeda, dengan nilai tekanan antara 8, 9, 10, 12, 13 atau 14 mmHg saat laparoskopi. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,001) antara rerata nilai RI dan PI ginjal baseline (0,574 dan 0,951) dibandingkan rerata RI dan PI ginjal saat insuflasi CO2 (0,660 dan 1,188). Namun tidak didapatkan adanya korelasi maupun kemaknaan secara statistik antara tekanan intraabdomen terhadap RI ginjal (r=0,16 dan p=0,349) ataupun PI ginjal (r=0,14 dan p=0,429) saat dilakukan insuflasi CO2.
Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi antara RI maupun PI ginjal dengan tekanan intraabdomen saat dilakukan insuflasi CO2 intralaparoskopi.

Background: Increased intraabdominal pressure may decrease perfusion of various organ systems, especially intraabdominal organs with high vascularization such as kidney. The renal resistance index RI and pulsatility index PI are Doppler ultrasound US quantitative parameters which measure degree of blood flow resistance or impedance and may act as indicators of renal perfusion. Amongst literature yet there is still no data of correlation between renal RI and PI with intraabdominal pressure during CO2 insufflation on human subject.
Purpose: To evaluate correlation between renal RI-PI value and intraabdominal pressure.
Method: The study design is cross sectional and utilize secondary data. Thirty six samples of renal donor patients data who had undergone laparoscopic nephrectomy procedure in Cipto Mangunkusumo National General Hospital RSCM and RSCM Kencana hospital were acquired from August 2017 to January 2018. Intraoperative measurements data of intraabdominal pressure (mmHg), renal RI and PI, both before baseline and during CO2 insufflation were obtained from medical records and surgery reports.
Results: Each subject received a different CO2 insufflation pressure, with a pressure value either 8, 9, 10, 12, 13 or 14 mmHg during laparoscopy. There was a significant difference (p <0.001) between mean of baseline renal RI and PI (0.574 and 0.951) compared to mean renal RI and PI during CO2 insufflation (0.660 and 1.188). There was no correlation between intraabdominal pressure with renal RI (r = 0.16 and p = 0.349) or renal PI (r = 0.14 and p = 0.429) during CO2 insufflation.
Conclusion: There was no correlation between renal RI or PI with intraabdominal pressure during CO2 insufflation intralaparoscopy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>