Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151713 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitepu, Joice Sola Gratia
"Kandidiasis merupakan suatu penyakit kulit yang diakibatkan oleh Candida krusei yang telah resisten terhadap antijamur Flukonazol. Resistensi disebabkan gen penanda: ERG11, FKS1, ABC1 dan ABC2 yang meningkatkan aktivitas membran transporter. Maka diperlukan pencarian kandidat antijamur yang dapat menggantikan Flukonazol, dimulai dengan memanfaatkan senyawa fenolik yang terdapat pada tanaman herbal. Penelitian ini dilakukan untuk mencari kandidat antijamur Candida krusei dari golongan senyawa fenolik melalui perspektif studi In Silico dengan protein target Enzim lanosterol 14 α-demetilase dengan kode PDB 5V5Z. Aplikasi LiganScout digunakan untuk Virtual Screening, ditemukan beberapa senyawa fenolik, diambil tiga senyawa yaitu Eugenol, Kuersetin, dan Asam Galat. Dilanjutkan dengan penambatan molekular menggunakan Aplikasi Molegro 2011. Hasil penambatan molekular senyawa ligan natif, Flukonazol, dan ketiga senyawa fenolik terhadap Enzim lanosterol 14α-demetilase wild type menunjukkan rerank score berturut-turut: -154.433; -98.3027; -97.4626; -66.4573 dan -65.2084, sedangkan rerank score mutan: -31.0348; -99.4858; -92.1078; -63.9848; dan -62.6408. Ketiga senyawa fenolik menunjukkan potensi antijamur karena rerank score lebih baik dari ligan natif, meski tidak lebih baik dari rerank score Flukonazole. Dilakukan uji aktivitas Antijamur ketiga senyawa fenolik dan Flukonazol, didapatkan nilai uji hambat berturut-turut 3,33; 1,25; 0,63 dan 0 mm. Hal ini menunjukkan ketiga senyawa fenolik berpotensi sebagai Antijamur menggantikan Flukonazol di masa depan.

Candidiasis is a dermatological condition caused by the fungus Candida krusei, which exhibits resistance to the antifungal medication Fluconazole. The presence of marker genes, namely ERG11, FKS1, ABC1, and ABC2, leads to resistance via enhancing the function of membrane transporters. It is imperative to seek other antifungal options to replace Fluconazole. This can be achieved by harnessing the potential of phenolic chemicals derived from herbal plants. The purpose of this study was to identify potential antifungal agents for Candida krusei from the phenolic chemical category using In Silico experiments, focusing on the lanosterol 14 α-demethylase enzyme with the PDB code 5V5Z. The LiganScout software was employed for Virtual Screening, resulting in the identification of many phenolic compounds. Three specific compounds were selected, namely Eugenol, Kuersetin, and Gallic Acid. Subsequently, molecular docking was performed utilizing the Molegro 2011 Application. The molecular docking results of the natif ligan compound, Fluconazole, and the three phenolic compounds against the wild type lanosterol 14α-demethylase enzyme yielded rerank scores of -154.433, -98.3027, -97.4626, -66.4573, and -65.2084 respectively. The mutant rerank scores were -31.0348, -99.4858, -92.1078, -63.9848, and -62.6408. The three phenolic compounds exhibited antifungal efficacy as their rerank score surpassed that of the natural ligan, while it did not surpass the rerank score of Fluconazole. The antifungal activity of the three phenolic compounds and Fluconazole was individually examined using an inhibition test. The corresponding inhibition test values were 3.33 mm, 1.25 mm, 0.63 mm, and 0 mm, respectively. These findings demonstrate that the three phenolic compounds possess the capacity to function as antifungal agents, potentially replacing Fluconazole in the future."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Maula Arif
"Spent coffee grounds have the potential to be a very important source of bioactive compounds, such as phenolic compounds. However, extraction of phenolic compounds has generally been done using organic solvents, which are not environmentally friendly. Therefore, it is proposed that an alternative kind of solvent is used in the extraction process, which in this case is deep eutectic solvents (DES). They are chosen due to their simple preparation, low toxicity, and low flammability. This research used DES that are made up of betaine as the hydrogen bond acceptor (HBA) combined with 1,2-butanediol, 1,3-butanediol, and lactic acid as the hydrogen bond donor (HBD). Optimization of the extraction process was done by varying the extraction temperature (40, 50, 60 ° C), type of HBD used (poly-alcohols and acids), as well as the water content in the DES (0, 25, 50% v/v). The total phenolic content of each spent coffee ground sample was measured as an equivalent to gallic acid concentration. The Box-Behnken method was used as a tool to design the experiment and find the optimal extraction operating condition. The optimal extraction condition for the DES using 1,2-Butanediol as the HBD is a temperature of 59.58 ° C, a solid liquid ratio of 0.081 g/g, and a water content of 47.60% v/v, which results in a phenolic content of 58.65 mg GAE/g SCG. for the DES using 1,3-Butanediol as the HBD, the optimal condition is a temperature of 59.76 ° C, a solid liquid ratio of 0.071 g/g, and a water content of 24.05% v/v, which results in a phenolic content of 55.41 mg GAE / g SCG. Finally, the DES using lactic acid as the HBD is optimal when the temperature is 59.62 ° C, has a solid liquid ratio of 0.077 g/g, and a water content of 49.55% v/v, which results in a phenolic content of 54.96 mg GAE/g SCG. Furthermore, experiments concerning the physicochemical properties of the DES used have been done in order to provide additional data and context to the extraction results of the optimization process. Lastly, a direct correlation has been found regarding spent coffee ground's antioxidant activity with its phenolic content.

Ampas kopi bekas memiliki potensi untuk menjadi sumber senyawa bioaktif yang sangat penting, seperti senyawa fenolik. Namun, ekstraksi senyawa fenolik umumnya telah dilakukan menggunakan pelarut organik, yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, diusulkan bahwa jenis pelarut alternatif digunakan dalam proses ekstraksi, yang dalam hal ini pelarut eutektik dalam (DES). Mereka dipilih karena persiapannya yang sederhana, toksisitas rendah, dan mudah terbakar. Penelitian ini menggunakan DES yang terdiri dari betaine sebagai akseptor ikatan hidrogen (HBA) yang dikombinasikan dengan 1,2-butanadiol, 1,3-butanediol, dan asam laktat sebagai donor ikatan hidrogen (HBD). Optimalisasi proses ekstraksi dilakukan dengan memvariasikan suhu ekstraksi (40, 50, 60 ° C), jenis HBD yang digunakan (poli-alkohol dan asam), serta kadar air dalam DES (0, 25, 50% v/v). Total konten fenolik dari masing-masing sampel tanah kopi yang dihabiskan diukur sebagai setara dengan konsentrasi asam galat. Metode Box-Behnken digunakan sebagai alat untuk merancang percobaan dan menemukan kondisi operasi ekstraksi yang optimal. Kondisi ekstraksi optimal untuk DES menggunakan 1,2-Butanediol sebagai HBD adalah suhu 59,58 ° C, rasio cairan padat 0,081 g/g, dan kadar air 47,60% v/v, yang menghasilkan fenolik isi 58,65 mg GAE/g SCG. untuk DES menggunakan 1,3-Butanediol sebagai HBD, kondisi optimal adalah suhu 59,76 ° C, rasio cairan padat 0,071 g/g, dan kadar air 24,05% v/v, yang menghasilkan fenolik isi 55,41 mg GAE/g SCG. Akhirnya, DES menggunakan asam laktat sebagai HBD optimal ketika suhu 59,62 ° C, memiliki rasio cairan padat 0,077 g/g, dan kadar air 49,55% v/v, yang menghasilkan kandungan fenolik 54,96 mg GAE/g SCG. Selain itu, percobaan mengenai sifat fisikokimia DES yang digunakan telah dilakukan untuk memberikan data tambahan dan konteks untuk hasil ekstraksi dari proses optimasi. Terakhir, korelasi langsung telah ditemukan mengenai aktivitas antioksidan tanah kopi yang dihabiskan dengan kandungan fenoliknya.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasanah
"Antikonvulsan merupakan obat yang digunakan untuk mengobati konvulsi/kejang yang terjadi pada manusia. Antikonvulsan ini menekan aktivitas sistem saraf pusat dan meningkatkan aksi GABA yang menghambat neurotransmitter sehingga mencegah terjadinya kejang. Sebagian tanaman telah diketahui mengandung berbagai senyawa kimia yang memiliki khasiat baik bagi kesehatan manusia. Berdasarkan hal tersebut, ditemukan ramuan herbal yang terdiri dari campuran antara cengkih (Syzygium aromaticum L.), pala (Myristica fragrans L.), dan jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) oleh Raden Soenarto Mertowardojo. Ramuan herbal tersebut dipercaya secara empirik sebagai jamu penurun ketegangan saraf yang mengandung fenolik dengan aktivitas antikonvulsan. Pengujian aktivitas antikonvulsan dilakukan secara in vivo pada mencit jantan galur ddY terinduksi striknin dalam 6 kelompok pengujian, yaitu kontrol negatif (aquades), kontrol positif I (fenobarbital i.p.), kontrol positif II (fenobarbital p.o.) dosis I (jamu 0,325 mL/40 g BB), dosis II (jamu 0,65 mL/40 g BB), dan dosis III (jamu 1,3 mL/40 g BB). Aktivitas antikonvulsan jamu dalam 250 mL pelarut dengan metode refluks diuji berdasarkan kemampuan memperpanjang onset kejang, mempercepat durasi kejang dan meningkatkan proteksi. Analisis data menunjukkan bahwa jamu dosis III (1,3 mL/40 g BB) paling baik dalam memperpanjang onset kejang, mempercepat durasi kejang dan meningkatkan proteksi secara signifikan. Pengujian total fenolik dilakukan melalui ekstraksi 10 g bahan jamu dalam 250 mL pelarut secara refluks dengan variasi suhu dan komposisi pelarut (Suhu 60oC, 70oC, 80oC dan pelarut air:etanol 100:0; 75:25; 50:50). Total fenol tertinggi diperoleh pada suhu 80oC dan komposisi pelarut air:etanol 50:50.
Anticonvulsants are drugs used to treat convulsions that occur in humans. These anticonvulsants suppress the activity of the central nervous system and increase the action of GABA which inhibits neurotransmitters so as to prevent the occurrence of seizures. Some plants have been known to contain various chemical compounds that have good properties for human health. Based on this, herbal concoctions were made consisting of a mixture of cloves (Syzygium aromaticum L.), nutmeg (Myristica fragrans L.), and red ginger (Zingiber officinale var rubrum) by Raden Soenarto Mertowardojo. The herbal ingredients were trusted empiric as a nerve tension-lowering herb containing phenolic with anticonvulsant activity. Testing of anticonvulsant activity was carried out in vivo on striknin-induced male mice with ddY strain in 6 test groups, namely negative control (distilled water), positive control I (phenobarbital ip), positive control II (fenobarbital po) dose I (herbal medicine 0.325 mL / 40 g BB), dose II (herbal medicine 0.65 mL / 40 g BB), and dose III (herbal medicine 1.3 mL / 40 g BB). The anticonvulsant activity of herbs in 250 mL of solvent with the reflux method was tested based on the ability to extend seizure onset, accelerate the duration of seizures and increase the rate of protection. Data analysis showed that herbal dosage III (1.3 mL / 40 g BB) is best for extend seizure onset, accelerate the duration of seizures and significantly increase the rate of protection. Total phenolic testing was carried out by extracting 10 g of herbal ingredients in 250 mL of solvent by reflux with variations in temperature and solvent composition (Temperature 60oC, 70oC, 80oC and water solvents: ethanol 100: 0; 75:25; 50:50). The highest total phenol was obtained at 80oC and the water solvent composition: 50:50 ethanol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferlita Feliana
"ABSTRAK
Trigeminal neuralgia adalah nyeri pada sebagian wajah yang melibatkan nervus trigeminus. Penyakit ini dapat memberikan efek signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya, seperti kehilangan berat badan, isolasi, bahkan depresi. Sebanyak 50% penderita trigeminal neuralgia tidak puas dengan pemberian obat-obatan farmasi karena pengobatan yang diberikan tidak efektif dan menimbulkan berbagai efek samping, seperti pusing dan gangguan gastrointestinal (sakit perut, mual, muntah). Oleh karena itu perlu dicari obat alternatif yang lebih ramah terhadap badan manusia yaitu jamu yang berbahan herbal. Menurut Penelitian Tristantini dkk., tanaman seperti cengkih (Syzygium aromaticum), jahe (Zingiber officinale), dan pala (Myristica fragrans) dapat digabungkan dan diramu sebagai jamu penurun ketegangan saraf. Ekstrak jamu tersebut diketahui mengandung berbagai senyawa fenolik dengan aktivitas antioksidan yang umumnya juga terdapat pada obat-obatan yang digunakan dalam terapi pengobatan trigeminal neuralgia seperti carbamazepine, lamotrigine, dan oxcarbazepine. Formulasi jamu dapat dibuat melalui metode ekstraksi refluks dengan menggunakan pelarut air pada suhu 80oC selama 90 menit yang merupakan suhu dan waktu terbaik ekstraksi jamu. Sementara ekstraksi bahan jamu yaitu pala dan jahe dibuat dengan ekstraksi menggunakan pelarut air, etanol, maupun campuran dari keduanya serta variasi suhu. Penggunaan metode pelarut air-etanol dengan perbandingan 50:50 pada suhu 70oC menghasilkan kadar fenolik tertinggi dari ekstrak pala dan jahe sebesar 23,13 mgGAE/g sampel. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengkaji aktivitas antioksidan dari Jamu Penurun Ketegangan Saraf dengan menggunakan metode DPPH yang menghasilkan nilai IC50 sebesar 234,75 μg/ml.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmad Rofiansyah Badrul Alam
"Kejibeling (Strobilanthes crispus) merupakan salah satu tanaman herbal yang telah lama digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit seperti batu ginjal, batu empedu, diabetes, kolesterol, tumor, dan lain-lain. Salah satu kandungan pada daun kejibeling adalah asam fenolat. Pemodelan untuk ekstraksi asam fenolat dilakukan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi selama proses ekstraksi. Model yang digunakan adalah model inti menyusut. Model memiliki 3 tahapan proses yaitu difusi internal, difusi eksternal dan reaksi. Simulasi matematis dilakukan pada ekstraksi asam fenolat dari daun kejibeling yang dilandaskan pada data eksperimen. Variasi yang digunakan untuk simulasi ini adalah variasi suhu yaitu 40, 50 dan 60oC serta variasi konsentrasi enzim yaitu 3%, 5% dan 7%. Dari pemodelan yang dilakukan telah didapatkan nilai konsentrasi asam fenolat awal (Cc), faktor pra-eksponensial (kd00), energi aktivasi (Ea) dan koefisien difusi liquid (Dl). Nilai parameter yang dihasilkan adalah nilai Cc sebesar 0,5 kmol/m3, nilai kd00 untuk suhu 40oC konsentrasi enzim 3%, 5%, 7% masing-masing sebesar 8,92E+03,  1,65E+04, 2.5E+04 m/d. Untuk suhu 50oC konsentrasi 3%, 5%, 7% masing-masing sebesar 4,25E+04, 7,65E+04, 1,2E+05 m/d dan untuk suhu 60oC konsentrasi enzim 3%, 5%,7% masing-masing sebesar 1,9E+06, 2,3E+06, 7,8E+06 m/d. Nilai energi aktivasi (Ea) sebesar 1,25E+07  J/kmol dan nilai Dl sebesar 8,3E-06 m2/d.

Kejibeling (Strobilanthes crispus) is a herbal plant that has long been used to treat various types of diseases such as kidney stones, gallstones, diabetes, cholesterol, tumors, and others. One of the ingredients in kejibeling leaves is phenolic acid. Modeling for phenolic acid extraction was carried out to describe the phenomena that occur during the extraction process. The model used is the shrink core model. The model has 3 stages of the process, namely internal diffusion, external diffusion and reaction. Mathematical simulations were carried out on the extraction of phenolic acid from kejibeling leaves based on experimental data. The variations used for this simulation are temperature variations, namely 40, 50 and 60oC and variations in enzyme concentration, namely 3%, 5% and 7%. From the modeling carried out, the initial phenolic acid concentration (Cc), pre-exponential factor (kd00), activation energy (Ea) and liquid diffusion coefficient (Dl) were obtained. The resulting parameter values are Cc values of 0,5 kmol/m3, kd00 values for 40oC enzyme concentrations of 3%, 5%, 7% respectively 8,92E+03, 1,65E+04, 2,5E+04 m/s. For a temperature of 50oC a concentration of 3%, 5%, 7% was 4,25E+04, 7,65E+04, 1,2 x 105 m/s and for a temperature of 60oC an enzyme concentration of 3%, 5%, 7% was 1,9E+06, 2,3E+06, 7,8E+06 m/s. The activation energy value (Ea) is 1,25E+07 J/kmol and the Dl value is 8,36E-07 m2/s."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Material utama yang digunakan sebagai linear pada roket padat adalah senyawa epoksi. Guna memperoleh sifat-sifat yang lebih baik, beberapa sampel linear baru dibuat dengan memvariasi penambahan bubbuk fenolik ke dalam komposisi lama dan beberapa sifatnya diuji."
620 LAP 2:1 (2000)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alfaria Rizki
"Keji beling (Strobilanthes crispus) yang merupakan tanaman herbal memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan tubuh manusia karena adanya kandungan asam fenolat didalamnya. Beberapa metode ekstraksi senyawa aktif dari tanaman herbal yang sudah umum digunakan adalah maserasi, soxhlet, refluks dan perkolasi. Metode-metode tersebut memiliki beberapa kekurangan seperti selektivitas yang rendah, menghasilkan yield yang rendah dan menggunakan volum pelarut organik yang besar sehingga menimbulkan masalah keamanan dan lingkungan. Ultrasound Assisted Enzymatic - Aqueous Two-phase Extraction (UAE-ATPE) merupakan salah satu metode ekstraksi hijau yang telah banyak digunakan untuk mengekstraksi berbagai jenis senyawa dan memiliki beberapa kelebihan. Pada penelitian ini dilakukan simulasi matematis pada proses ekstraksi tanaman keji beling menggunakan UAE-ATPE yang dilandaskan pada data eksperimen. Pada ekstraksi yang telah dilakukan selama 3 jam menggunakan sonikator dengan frekuensi 20 Hz dan variasi suhu 30oC, 40oC, 50oC dan 60oC menunjukkan bahwa kadar asam fenolat optimum pada proses ekstraksi dengan metode UAE-ATPE adalah 4,21 mgGAE/g daun kering yang diperoleh pada suhu 50oC dengan waktu ekstraksi 140 menit. Nilai parameter yang dihasilkan ialah Cc (konsentrasi awal partikel) sebesar 0,00089 kmol/m3 dan kdo(T) (konstanta kinetika) yang meningkat seiring naiknya suhu yaitu sebesar 2,37E+08 m/s (suhu 30oC), 3,56E+08 m/s (suhu 40oC), 5,21E+08 m/s (suhu 50oC), dan 7,45E+08 m/s (suhu 60o). Dengan nilai AARD (average absolute relative deviation) maksimal sebesar 8,29%, maka parameter proses yang didapatkan bisa dikatakan akurat.

Keji beling (Strobilanthes crispus) which is a herbal plant has many benefits for the health of the human body because of the phenolic acid contained. Several methods of extracting active compounds from herbal plants that are commonly used are maceration, soxhlet, reflux, and percolation. These methods have several drawbacks such as low selectivity, low yield, and use of large volumes of organic solvents, causing safety and environmental problems. Ultrasound Assisted Enzymatic - Aqueous Two-phase Extraction (UAE-ATPE) is a green extraction method that has been widely used to extract various types of compounds and has several advantages. In this study, simulation on the process of extracting the vile shard plant using UAE-ATPE were carried out based on experimental data. The extraction that has been carried out for 3 hours using a sonicator with a frequency of 20 Hz and temperature variations of 30oC, 40oC, 50oC, and 60oC shows that the optimum phenolic acid levels in the UAE-ATPE process are obtained at a temperature of 50oC with an extraction time of 140 minutes, resulting in a phenolic acid of 4,21 mgGAE/g dried leaves. The resulting parameter values are the initial concentration of Cc particles of 0,00089 kmol/m3 and kdo(T) which increases with increasing temperature which is 2,37E+08 m/s (temperature 30oC), 3,56E+08 m/s (temperature 40oC), 5,21E+08 m/s (temperature 50oC), and 7,45E+08 m/s (temperature 60oC). With a maximum AARD (average absolute relative deviation) value of 8,29%, the process parameters obtained can be said to be accurate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This article provides a comprehensive review of the contamination by Butylin compounds (BTa) and its possible implications on the marine and coastal environments of the Philippines...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Koyean, Russell
"Senyawa 6-nitro-2-[(fenilamino)metil]-4(3H)-kuinazolinon merupakan senyawa turunan kuinazolinon yang diharapkan memiliki aktivitas antibakteri dengan mekanisme inhibisi enzim dihidrofolat reduktase. Penciptaan senyawa antibakteri golongan kuinazolinon merupakan salah satu cara untuk menemukan obat baru sebagai antibakteri dengan mekanisme kerja sebagai penghambat enzim dihidrofolatreduktase. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menemukan senyawa baru yang berpotensi sebagai antibakteri berupa sintesis senyawa 6-nitro-2- [(fenilamino)metil]-4(3H)-kuinazolinon dari senyawa 6-nitro-2-bromometil- 4(3H)-kuinazolinon dan anilin. Senyawa 6-nitro-2-[(fenilamino)metil]-4(3H)-kuinazolinon disintesis dari asam antranilat dengan anhidrida asetat serta ammonium asetat yang kemudian dibrominasi dilanjutkan dengan dinitrasi membentuk senyawa 6-nitro-2-bromometil-4(3H)-kuinazolinon dan terakhir diaminasi dengan anilin. Pemurnian dilakukan secara ekstraksi dengan pelarut etil asetat dan air, dipisahkan dengan kromatografi fase normal menggunakan eluen etil asetat - n-heksan (3:1). Diperoleh dua zat yang berbeda dari senyawa awal. Senyawa-senyawa ini dielusidasi struktur dengan spektrofotometer uv-vis, inframerah, dan 1H NMR. Hasil interpertasi uv-vis, inframerah dan 1H NMR menunjukkan terbentuknya dua senyawa baru namun belum bisa dipastikan bahwa salah satu senyawa merupakan senyawa yang diinginkan yaitu 6-nitro-2- [(fenilamino)metil]-4(3H)-kuinazolinon karena masih terdapat cemaran dari proses pemisahan dengan kromatografi.

Compound 6-nitro-2-[(phenylamino)methyl]-4(3H)-quinazolinone is a derivate of quinazolinone. This compound is expected to have antibacterial activities by inhibition of dihydrofolatereductase enzymes. The creation of antibacterial substances of quinazolinone is one of several ways to discover a new drug as a antibacterial drug that works by inhibiting dihydrofolatereductase enzyme. Thus, the synthesys of 6-nitro-2-[(phenylamino)methyl]-4(3H)-quinazolinone from 6-nitro-2-bromomethyl-4(3H)-quinazolinone with aniline should be done for the discovery of new antibacterial compound. Compound 6-nitro-2-[(phenylamino)methyl]-4(3H)-quinazolinone is synthesized from anthranilic acid, anhydrous acetic acid and ammonium acetate, brominated and continued by nitration forming 6-nitro-2-bromomethyl-4(3H)-quinazolinone and finally aminated by aniline. Purification were done by extraction method using solvents ethyl acetate and water, separated by normal phased chromatography using ethyl acetate - n-hexane (3:1) as the mobile phase. Obtaining two compounds that different from their former substances. These new compounds are elucidated using spectrophotometer uv-vis, Infrared spectroscopy, and 1H NMR. The interpretation result from spectrophotometer uv-vis, infrared spectroscopy and 1H NMR indicates the forming of two new substances. These new substances unable to be verified that one of the compounds is the desired substance which is 6-nitro-2-[(phenylamino)methyl]-4(3H)-quinazolinone due to contamination from the chromatography process.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzah Dinillah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perilaku lentur papan laminasi dengan bahan karton minuman daur ulang/ kotak aseptik yang menggunakan perekat phenol formaldehida. Kotakaseptik tersebut dipotong menjadi ukuran cacah 50 mm x 5 mm. Dalam pengujian digunakan persentase phenol formaldehida 0%, 2,5%, 5%, dan 7,5% dengan menggunakan perbandingan berat terhadap cacah aseptik. Dari hasil pengujian kuat lentur, papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 0% merupakan hasil yang terbaik dibandingkan dengan papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 2,5% ,5%, dan 7,5%. Selanjutnya papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 0% akan direkatkan menjadi papan laminasi 2 lapis dan 3 lapis dengan perekat panas(phenol formaldehida) yang akan dibandingkan kekuatannya bila menggunakan perekat dingin (epoksi).

ABSTRACT
The final project discussed about bending behavior of board laminates of recycled beverage carton/aseptic using phenol formaldehyd adhesive. The aseptic was cut to be spesific meassure 50mm x 5 mm in size. In eksperimental used 0%, 2,5%, 5%, and 7,5% of phenol formaldehyde. From the results of flexural strength testing, particle board with phenol formaldehyde percentage of 0% was the best result if compared with the percentage of particle board with 2.5%, 5%, and 7.5% of phenol formaldehyde. Furthermore, particle board with percentage of phenol formaldehyde 0% would be glued to rise 2 ply and 3 ply of board laminates with hot glue (phenol formaldehyde) that will be compared its strength when using cold adhesive (epoxy)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54527
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>