Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Rasha Hafira
"Sistem reproduksi pada perempuan memiliki peran yang sangat penting dimana salah satu tanda penting dari tahap pubertas perempuan adalah dimulainya siklus menstruasi pertama atau menarche. Namun, banyak perempuan yang menghadapi gangguan sebelum awal siklus menstruasi dimulai, yaitu premenstrual syndrome atau sindrom pramenstruasi. Faktor-faktor beragam dapat mempengaruhi kemunculan dan keparahan Premenstrual Syndrome, diantaranya adalah aktivitas fisik, ansietas, dan kualitas tidur. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode cross-sectional, dan melibatkan empat jenis kuesioner. Kuesioner-kuesioner yang digunakan mencakup International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), dan Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF). Pengambilan data dilakukan dengan metode quota sampling pada 172 responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariate serta analisis bivariate Chi-Square. Ditemukan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki derajat premenstrual syndrome berat, tingkat aktivitas fisik sedang, dan kualitas tidur buruk. Temuan utama penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan premenstrual syndrome (p value 0.375, p value >0.05), terdapat hubungan antara ansietas dengan premenstrual syndrome (p value 0.00, p value <0.05), dan hubungan antara kualitas tidur dengan premenstrual syndrome (p value 0.039, p value <0.05).

The female reproductive system plays a crucial role, particularly in marking the puberty stage with the onset of the first menstrual cycle or menarche. However, many women encounter disturbances before the initiation of menstruation, known as premenstrual syndrome or PMS. Various factors can influence the occurrence and severity of Premenstrual Syndrome, including physical activity, anxiety, and sleep quality. This research employs a quantitative approach, a cross-sectional method, and involves four types of questionnaires: the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), and Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF). Data collection is conducted through quota sampling method with 172 respondents. Data analysis includes univariate and bivariate Chi-Square analysis. The findings indicate that a majority of respondents experience severe premenstrual syndrome, moderate physical activity levels, and poor sleep quality. The primary research results reveal no significant relationship between physical activity and premenstrual syndrome (p value 0.375, p value >0.05), a significant association between anxiety and premenstrual syndrome (p value 0.00, p value <0.05), and a correlation between sleep quality and premenstrual syndrome (p value 0.039, p value <0.05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Devita
"Sindrom pramenstruasi merupakan kumpulan gejala yang muncul pada fase luteal yang menyebabkan ketidaknyamanan serta penurunan kualitas hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi keluhan sindrom pramenstruasi adalah aktivitas fisik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan skor aktivitas fisik dengan keluhan sindrom pramenstruasi. Sampel penelitian adalah 104 anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Indonesia. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik Baecke dan Shortened Premenstrual Assessment Form. Hasil penelitian menunjukkan sebagian kecil mahasiswi mengalami sindrom pramenstruasi serta tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik total dan sindrom pramenstruasi, namun terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik olahraga dan sindrom pramenstruasi (r=- 0,230, p=0,019). Mahasiswi disarankan untuk melakukan aktivitas olahraga yang cukup dan teratur untuk mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi.

Premenstrual syndrome is the symptom which occurs in the luteal phase and cause discomfort and decrease life quality. One of the factors which contribute to premenstrual syndrome is physical activity. The purpose of this study was to determine the correlation between physical activities score and premenstrual syndrome. A sample of this study was 104 members of Unit of Student Activities. Data were collected using Shortened Premenstrual Assessment Form and Baecke physical activity questionnaire. The result showed a small number of students had premenstrual syndrome and there were no significant correlation between total physical activities and premenstrual syndrome, but there was a significant correlation between sport and premenstrual syndrome (r=-0,230; p=0,019). This study encourages students to do sport regularly and sufficiently to decrease premenstrual syndrome.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiya Ulya Fawnia
"Mahasiswa memiliki aktivitas akademis dan beban tugas tinggi dan cenderung mengadopsi perilaku gaya hidup yang kurang baik, seperti diet tidak sehat, penurunan aktivitas fisik rutin, dan peningkatan aktivitas sedentari sehingga menyebabkan kualitas tidur buruk disertai gangguan tidur ringan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran diet, aktivitas fisik, dan kualitas tidur pada mahasiswa beserta hubungannya terhadap kualitas tidur menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire, Global Physical Activity Questionnaire, dan Pittsburgh Sleep Quality Index dengan desain penelitian cross-sectional. Terdapat hubungan antara frekuensi diet mahasiswa dengan kualitas tidurnya (p < 0,05), sedangkan pada aktivitas fisik dan kualitas tidur tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan (p > 0,05). Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk, diet rendah serat, serta aktivitas fisik yang tidak rutin. Strategi diperlukan untuk meningkatkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi diet tinggi serat dan aktivitas fisik rutin setiap harinya serta meningkatkan kesadaran mengenai kualitas tidur untuk memenuhi kebutuhan dasar mahasiswa.

University students, burdened with high academic activities, often adopt unhealthy lifestyles, including poor diets and reduced physical activity, leading to compromised sleep quality. This cross-sectional study investigated the dietary habits, physical activity, and sleep quality of 378 students from 14 faculties at the University of Indonesia. Data were collected using the Food Frequency Questionnaire, Global Physical Activity Questionnaire, and Pittsburgh Sleep Quality Index. A significant correlation was found between dietary frequency and sleep quality (p < 0.05), while no significant link was observed between physical activity and sleep quality (p > 0.05). This study concluded that students have poor sleep quality, a low-fiber diet, and irregular performed physical activity. Strategies are needed to improve a healthy lifestyle by consuming a high-fiber diet, engaging in regular physical activity every day, and increasing awareness of the quality of sleep to meet the basic needs of students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Egi Priyenti Andreani
"Angka kejadian sindrom pramenstruasi pada perempuan usia reproduksi cukup tinggi. Namun, penyebab pasti dari sindrom pramenstruasi masih belum diketahui secara pasti. Salah satu faktor yang dikatakan berpengaruh terhadap sindrom pramenstruasi adalah diet. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pola diet dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Desain penelitian adalah cross sectional dengan 101 sampel yang merupakan mahasiswi program sarjana reguler perwakilan dari setiap rumpun keilmuan di UI. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswi memiliki pola diet kurang dan tidak ada hubungan antara pola diet dengan kejadian sindrom pramenstruasi (p=0,320). Diharapkan perawat dapat memberikan edukasi tentang pola diet sehat dan mahasiswi dapat meningkatkan derajat kesehatan dengan menerapkan pola diet sehat.

Prevalence of premenstrual syndrome (PMS) in women of reproductive age is quite high. The exact aetiology of PMS is not known precisely. One of the factors that may contribute to PMS is dietary pattern. This study aims to determine the correlation between dietary pattern and PMS incident. The study design was cross sectional with 101 regular undergraduate program students that representing each group of science in UI, using consecutive sampling method. The result showed that most of the students have poor diet and no relationship between dietary pattern and PMS incident (p=0,320). Hopely, nurses can provide education about healthy diet and student can improve health status by applying a healthy diet.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destyana
"Siswa perempuan cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi, selain itu sebagian besar siswa perempuan juga mengalami gejala premenstrual syndrome (PMS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan hubungan antara stres akademik dan PMS pada mahasiswa tingkat akhir di Universitas Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel 356 mahasiswi melalui pengumpulan data online dengan angket Student-life Stress Inventory (SSI) dan Premenstrual Syndrome Scales (PMSS) serta analisis data kategorik. Stres akademik pada mahasiswi pada tahun terakhir cenderung memiliki tingkat stres atau derajat berat yang tinggi. Selain itu, sebagian besar siswi mengalami PMS sedang dan berat. Ada hubungan positif yang kuat antara stres akademik dan sindrom pramenstruasi pada mahasiswa program sarjana reguler di Universitas Indonesia (r = 0,765) (p <0,05). Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang stres akademik dan gejala sindrom pramenstruasi serta cara menanganinya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres dan PMS seperti latar belakang keluarga, tingkat ekonomi, religiusitas, dan koping pada mahasiswi.

Female students tend to have high stress levels, besides that most female students also experience symptoms of premenstrual syndrome (PMS). This study aims to determine the prevalence and relationship between academic stress and PMS in final year students at the University of Indonesia. The research design was cross sectional with a sample of 356 female students through online data collection using a Student-life Stress Inventory (SSI) questionnaire and Premenstrual Syndrome Scales (PMSS) and categorical data analysis. Academic stress in female students in the last year tends to have a high level of stress or degree of weight. In addition, most of the students experienced moderate and severe PMS. There is a strong positive relationship between academic stress and premenstrual syndrome in regular undergraduate students at the University of Indonesia (r = 0.765) (p <0.05). Students can increase knowledge about academic stress and symptoms of premenstrual syndrome and how to deal with it. Future research is expected to measure other factors that influence stress and PMS such as family background, economic level, religiosity, and coping in female students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Putri
"Tuberkulosis masih menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk Indonesia sebagai negara ke-3 tertinggi penderita tuberkulosis di dunia. Sementara pada tingkat provinsi, Kota Depok berada pada urutan 11 dengan penyumbang kasus tuberkulosis terbanyak di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rumah sehat, cakupan pengobatan TB, dan angka keberhasilan pengobatan TB dengan Incidence Rate (IR) tuberkulosis di Kota Depok tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan tempat dengan populasi seluruh masyarakat yang tercatat di 11 kecamatan di Kota Depok yang terdiagnosis penyakit tuberkulosis. Hasil penelitian melalui uji korelasi menunjukkan variabel independen yang memiliki hubungan signifikan dengan Insidence Rate (IR) tuberkulosis adalah cakupan pengobatan di Kecamatan Bojongsari (p = 0.000). Sementara hasil uji korelasi cakupan rumah sehat, cakupan pengobatan TB, angka keberhasilan pengobatan TB di Kota Depok menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. Hasil analisis lainnya, cakupan rumah sehat di Kota Depok memiliki keeratan hubungan lemah berpola negatif (r = -0.173), cakupan pengobatan TB memiliki keeratan hubungan lemah berpola positif (r = 0.184), dan angka keberhasilan pengobatan TB memiliki keeratan hubungan kuat berpola negatif (r = -0.584).

Tuberculosis is still the main cause of death worldwide, including Indonesia as the 3rd country with the highest number of tuberculosis sufferers in the world. Meanwhile, at the provincial level, Depok City is in 11th place with the largest contributor to tuberculosis cases in West Java Province. This study aims to determine the relationship between healthy homes, TB treatment coverage, and TB treatment success rates with the Incidence Rate (IR) tuberculosis in Depok City in 2021. This study uses an ecological study design based on place with a population of all communities recorded in 11 sub-districts in Depok. Depok City, which was diagnosed with tuberculosis. The results of the study through the correlation test showed that the independent variables that had a significant relationship with the Incidence Rate (IR) of tuberculosis is treatment coverage in Bojongsari District (p = 0.000). Meanwhile, the results of the correlation test between healthy home coverage, TB treatment coverage, and TB treatment success rates in Depok City showed an insignificant relationship. The results of other analyzes showed that the coverage of healthy homes in Depok City had a weak negative correlation (r = -0.173), TB treatment coverage had a weak positive correlation (r = 0.184), and the success rate of TB treatment had a strong negative correlation (r = -0.584)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Estiani
"Premenstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosional yang terkait dengan siklus menstruasi yang biasanya terjadi 7-14 hari sebelum periode menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. Gejala yang muncul dapat mengganggu aktivitas. Salah satu faktor penyebab Premenstrual Syndrome adalah usia menarche dan asupan zat gizi mikro. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis data sekunder terkait hubungan antara usia menarche dan asupan zat gizi mikro dengan kejadian Premenstrual Syndrome pada remaja putri di SMAN 4 Surabaya tahun 2017. Penelitian ini menggunakan studi Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data dianalisis secara multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zink (0,014), dan kolesterol (0,001) dengan kejadian Premenstrual Syndrome. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan natrium merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Premenstrual Syndrome dengan OR=5,787 artinya remaja putri yang memiliki asupan natrium tinggi berisiko mengalami kejadian Premenstrual Syndrome 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan remaja putri yang tidak mengonsumsi natrium secara berlebih, setelah dikontrol usia menarche, vitamin B1, vitamin B2, zink, dan kolesterol

Premenstrual Syndrome (PMS) consists of physical, psychological, and emotional symptoms associated with menstrual cycle which usually occurs 7-14 days before the menstrual period and disappears when menstruation begins. The symptoms can even cause interference activities. Menarche and micronutrition intake are the factors causing PMS. The purpose of this study was to analyze the relationship between menarche and micronutrition intake with PMS in adolescent girls at SMAN 4 Surabaya in 2017. This study uses a ross sectional study with a quantitative approach. Data analyzed by logistic regression. The result of bivariate analysis found correlation between menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zinc (0,014), dan cholesterol (0,001) with Premenstrual Syndrome. The results of multivariate analysis found that sodium intake is the dominant variable in the correlation with Premenstrual Syndrome, OR=5,787 means that adolescent girls with high sodium intake will increase the risk of Premenstrual Syndrome 5,8 times higher than adolescent girls with normal sodium intake, after controlled by menarche, vitamin B1, vitamin B2, zinc, dan cholesterol"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Setiawati Rahayu
"Sindrom pramenstruasi merupakan sekumpulan gejala yang dirasakan 7-10 hari sebelum siklus menstruasi, gejala yang sering dirasakan adalah perubahan mood, nyeri sendi atau otot, food carving. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik sampling yang digunakan adalah sensus, sehingga responden dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswi yang terdaftar di program studi gizi dari angkatan 2011?2013. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswi Gizi FKM UI mengalami defisiensi zat gizi mikro, sedangkan hasil uji hubungan antara asupan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi menyatakan beberapa asupan zat gizi memiliki hasil yang signifikan dengan sindrom pramenstruasi yaitu, Protein (0.047), Vitamin A (0.014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0.002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0.000) dan Kalsium (0.000). adapun asupan zat gizi yang paling dominan memengaruhi sindrom pramenstruasi adalah vitamin B1, mahasiswi yang memiliki asupan vitamin B1 yang cukup memiliki resiko 61 kali lebih kecil mengalami sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan mahasiswi yang mengalami defisiensi.

Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle, which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual syndrome compared with students who are deficient.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maissie Lince Trisia
"Premenstrual Syndrome (PMS) adalah gangguan yang terjadi sebelum menstruasi, ditandai dengan gejala fisik dan psikologis seperti sakit kepala, nyeri payudara, kembung, kelelahan, nyeri perut, kecemasan, hingga depresi. Pada remaja disabilitas, terdapat keterbatasan dalam mengkomunikasikan keluhan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan kondisi PMS pada remaja disabilitas dengan metode cross-sectional dan teknik non-probability sampling, melibatkan 120 responden di wilayah Jabodetabek. Instrumen menggunakan Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF) dan menggunakan analisis univariat. Hasil menunjukkan mayoritas responden berdomisili di Jakarta (62,5%), berusia remaja pertengahan (47,5%), memiliki tingkat pendidikan dasar (56,7%), dan mengalami disabilitas intelektual (53,3%). Sebanyak 52,5% responden mengalami PMS berat, 25,8% PMS tingkat sedang, 20% PMS ringan, dan 1,7% tidak menunjukkan gejala. Hasil ini menegaskan pentingnya peran orang tua dan guru sebagai pendamping utama dalam mengenali serta mengatasi PMS pada remaja disabilitas. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar untuk pengembangan intervensi kesehatan reproduksi yang inklusif dan strategis, guna meningkatkan kualitas hidup remaja disabilitas secara holistik.

Premenstrual Syndrome (PMS) is a multifactorial disorder preceding menstruation, characterized by physical and psychological symptoms, including headaches, mastalgia, bloating, fatigue, back and/or abdominal pain, food cravings, anxiety, even depression. Adolescents with disabilities frequently encounter challenges in conveying symptoms. This study aims to delineate the characteristics of PMS among adolescents with disabilities. A cross-sectional study design was employed, utilizing non-probability sampling to recruit 120 female adolescents with various types of disabilities in the Greater Jakarta area (Jabodetabek). Data were collected using the Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF) and analyzed through univariate statistical methods. The results revealed that the majority of respondents resided in Jakarta (62.5%), were in mid-adolescence (47.5%), had a primary education level (56.7%), and were diagnosed with intellectual disabilities (53.3%). Additionally, 52.5% of respondents reported severe PMS symptoms, 25.8% experienced moderate symptoms, 20% exhibited mild symptoms, and 1.7% did not report any symptoms. The findings underscore the importance of the roles of parents and educators as proximal caregivers in recognizing and addressing PMS symptoms in adolescents with disabilities. This study provides foundational insights for the development of inclusive and evidence-based reproductive health interventions aimed at enhancing the overall quality of life of adolescents with disabilities. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Hardiyanty
"Aktivitas fisik dipercaya dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Mahasiswa memiliki tingkat aktivitas fisik yang dipengaruhi oleh aktivitas akademik, kegiatan organisasi dan bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada mahasiswa Universitas Indonesia. Sebanyak 450 mahasiswa diikutsertakan dan dipilih melalui teknik stratified random sampling untuk mahasiswa laki-laki dan perempuan dari Rumpun Ilmu Kesehatan, Rumpun Sains dan Teknik, dan Rumpun Sosial Humaniora di Universitas Indonesia pada penelitian ini. Instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas tidur adalah Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI, tingkat aktivitas fisik menggunakan International Physical Activity Questionneire IPAQ. Sebanyak 348 orang 77,3 memiliki kualitas tidur yang buruk dan 323 orang 71,8 dengan aktivitas fisik berat. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada mahasiswa Universitas Indonesia Mahasiswa yang aktivitas fisik tinggi memiliki kualitas tidur yang lebih baik dariada yang rendah p=0,051; ?=0,05. Pemahaman pentingnya kualitas tidur yang baik dengan melakukan aktivitas fisik yang adekuat perlu ditingkatkan pada mahasiswa.

Physical activity is believed to affect a person 39 s sleep quality. Students have a level of physical activity there are influenced by academic activities, organizational activities and work. This study aims to determine the relationship between physical activity and sleep quality at Universitas Indonesia students. A total of 450 students were enrolled and selected through stratified random sampling techniques for male and female students from Health Science, Science and Engineering Clusters, and Social Humanities at the Universitas Indonesia in this study. The instrument used to assess sleep quality is the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI , the level of physical activity used the International Physical Activity Questionnaire IPAQ. A total of 348 people 77.3 had poor sleep quality and 323 people 71.8 with severe physical activity. The result showed that there was a significant correlation between physical activity and sleep quality in Universitas Indonesia students who had high physical activity had better sleep quality than low activity p 0.051 0,05 . Understanding the importance of good sleep quality by doing adequate physical activity needs to be improved on the students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>