Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rafasyah Syafira Darsono
"Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah komoditas sayuran dengan ancaman penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Pantoea sp. dalam produksinya. Pemanfaatan agen biokontrol dari bakteri yang berasosiasi dengan akar tanaman berpotensi tinggi menghasilkan mekanisme penghambatan patogen pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat bakteri agen biokontrol yang mampu menghambat pertumbuhan patogen Pantoea sp., mempelajari karakterisasi dan mekanisme aktivitas agen biokontrol dalam penghambatan patogen Pantoea sp., serta mengidentifikasi isolat bakteri agen biokontrol. Kultur bakteri kandidat agen biokontrol diisolasi dari tanah perakaran tanaman bawang merah di lahan pertanian bawang merah di Cirebon dan Majalengka, Jawa Barat, serta Brebes, Jawa Tengah. Pengujian aktivitas meliputi uji antagonisme dan karakterisasi aktivitas biokontrol (produksi enzim protease, kitinase, selulase, siderofor, hidrogen sianida, ammonia, peroksidase dan aktivitas katalase) secara in vitro. Identifikasi isolat bakteri agen biokontrol dengan dilakukan gen 16S rRNA dan dilanjutkan dengan pembuatan rekonstruksi pohon filogenetik. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 5 isolat rizobakteri (I-8, L1-9, L1-12, BM-L3(2), dan BM-L3(3)) yang memiliki kemampuan antagonis terhadap patogen Pantoea sp. penyebab penyakit hawar daun bakteri pada bawang merah. Kelima isolat tersebut menunjukkan hasil positif pada uji aktivitas enzim protease, kitinase, selulase, siderofor, hidrogen sianida, ammonia, peroksidase dan aktivitas katalase. Hanya isolat BM-L3(2) yang tidak memiliki kemampuan dalam produksi enzim kitinase. Isolat BM-L3(2) dan BM-L3(3) teridentifikasi sebagai Brevibacillus schisleri dan Bacillus sp., sedangkan isolat I-8, L1-9, dan L1-12 teridentifikasi sebagai Streptomyces rochei berdasarkan sifat morfologi, analisis sekuens 16S rRNA, dan kekerabatan pada hasil rekonstruksi pohon filogeni.

Shallot (Allium ascalonicum L.) is vegetable commodity that has the threat of bacterial leaf blight caused by Pantoea sp. in its production. Utilization of biocontrol agents from bacteria associated with plant roots has high potential to produce pathogen inhibition mechanisms in plants. This research aims to obtain bacterial isolates of biocontrol agents that are able to inhibit the growth of Pantoea sp., study the characterization and mechanism activity of biocontrol agents, and identify bacterial of biocontrol agents. Bacterial of biocontrol agent candidates were isolated from root soil of shallot plants in Cirebon, Majalengka, and Brebes. The activity of the antagonism and biocontrol charaterization (enzyme production of protease, chitinase, cellulase, siderophore, HCN, ammonia, peroxidase and catalase) was tested by in vitro. Identification of biocontrol agent bacterial with the 16S rRNA gene was carried out and continued with phylogenetic tree reconstruction. Based on the results of the study, 5 rhizobacterial isolates (I-8, L1-9, L1-12, BM-L3(2), and BM-L3(3)) were obtained that have antagonism activity as biocontrol agent bacteria against the pathogen Pantoea sp. causing bacterial leaf blight in shallots. The five isolates showed positive results in the enzyme activity tests of protease, chitinase, cellulase, siderophore, hydrogen cyanide, ammonia, peroxidase, and catalase. Only isolate BM-L3 (2) does not have the ability to produce chitinase enzyme. Isolates BM-L3(2) and BM-L3(3) were identified as Brevibacillus schisleri and Bacillus sp., while isolates I-8, L1-9, and L1-12 were identified as Streptomyces rochei based on morphological characters, 16S rRNA sequence analysis, and kinship on phylogeny tree reconstruction results."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research aimed is to study the effect of guano organic fertilizer towards the availability of Cd on soil and the degree of plants tissue ability to absorb Cd, also to study its effect on plant's productivity which parameter is tuber's dry weight. ..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Azalea eugenie L
"ABSTRAK
Penyakit kresek daun adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae. Penyakit kresek daun ini sering menyerang tanaman padi. Apabila terserang penyakit kresek daun, apalagi dalam usia tanam yang masih muda akan menyebabkan kematian. Kerugian akibat penyakit kresek daun dapat mencapai 60%. Monitoring untuk mengurangi dampak serangan penyakit kresek daun dilakukan dengan memetakan sebaran padi terdampak kresek daun di Kabupaten Karawang. Pemetaan dilakukan dengan teknologi penginderaan jauh dengan citra multispektral landsat menggunakan metode LSU (Linear Spectral Unmixing) dan pemetaan dengan data luas serangan yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan menggunakan hyperspectral. Pemetaan yang dilakukan adalah untuk melihat pola sebaran setiap bulan pada setiap kecamatan pada kurun waktu 10 tahun yaitu tahun 2005-2014. Analisa dan pemetaan faktor iklim yang merupakan faktor fisik seperti suhu udara, kelembaban udara dan curah hujan dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh ketiga faktor fisik ini terhadap luas serangan penyakit kresek daun di Kabupaten Karawang.ABSTRACT
Bacterial leaf blight was a disease caused by the bacterium Xanthomonas campestris pv. Oryzae. This disease often attacked the rice plant and could cause the death, especially at the young age. The loss due to this bacterial leaf blight could reach up to 60%. We made spatial distribution of bacterial leaf blight for monitoring and reducing its impacts to the rice plant in Kabupaten Karawang. Mapping processed by technology of remote sensing with landsat image multispectral data using Linear Spectral Unmixing (LSU) method also mapping the attacked area obtained from fields observation using hyperspectral, in having the pattern distribution every months on eachs sub-district during 2005-2014 (10 years). We investigated also the climate influence as the physical factors, such as temperature, humidity and rainfall to affect on these three parameters to the bacterial leaf blight disease in Kabupaten Karawang."
Universitas Indonesia, 2015
T45266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Rahayu Inggriani
"Penggunaan larutan pra-perlakuan kolkisin dan pewarna sintetis, aseto-carmin diketahui dapat memberikan dampak toksik bagi penggunanya maupun lingkungan sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai potensi bahan alam sebagai pengganti kolkisin dan pewarna aseto-carmin. Jenis bawang-bawangan seperti bawang bombay, bawang dayak, bawang merah, dan bawang putih memiliki kekerabatan ordo dengan tanaman penghasil kolkisin. Kayu secang memiliki senyawa aktif pewarna brazilin yang dapat menjadi potensi pengganti larutan kolkisin dan pewarna aceto-carmin. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian empat larutan bawang terhadap indeks mitosis dan abnormalitas pada akar bawang merah dan menentukan larutan bawang yang digunakan dalam percobaan pewarna kayu secang untuk melihat perbedaan struktur morfologi kromosom yang diwarnai kayu secang dengan pewarna sintesis, aseto-carmin. Larutan empat bawang dibuat dengan melarutkan serbuk bawang ke dalam air hingga konsentrasi 0,01% dan 0,1%, sedangkan pewarna kayu secang dibuat dengan melarutkan serbuk kayu secang pada pelarut asam-asetat 25% dan 45% yang kemudian dibedakan dengan ada tidaknya pemanasan. Metode squash digunakan untuk mendapatkan kromosom akar bawang yang telah diberikan perlakuan larutan empat jenis bawang maupun pewarna kayu secang. Berdasarkan hasil Uji ANOVA satu arah, pemberian larutan bawang bombay, bawang dayak, bawang merah dan bawang putih sebagai larutan pra-perlakuan tidak berbeda nyata (P < 0,5) dengan yang diberi perlakuan kolkisin untuk indeks mitosis, indeks metafase dan abnormalitas kromosom. Bawang bombay 0,1% dipilih menjadi larutan pengganti kolkisin pada percobaan pewarna kayu secang karena memiliki kecenderungan lebih tinggi pada indeks mitosis, mefase dan c-metafase di antara bawang yang lain. Pewarna kayu secang dapat dijadikan alternatif pewarna kromosom karena tidak mempengaruhi struktur dan morfologi kromosom dibandingkan dengan pewarna sintetis, aseto-carmin. Larutan empat bawang memiliki potensi untuk menggantikan larutan kolkisin dan pewarna kayu secang memiliki potensi untuk menggantikan pewarna sintetis, aseto-carmin.

The use of colchicine pre-treated solution and synthetic dye, aceto-carmine, is known to have a toxic impact on its users and the environment. Hence, it is necessary to research the potential of natural ingredients as a substitute for colchicine and aceto-carmine dye. Types of onions such as shallots, Dayak onions, shallots, and garlic have an order kinship with colchicine-producing plants, and Sappan wood has an active compound of brazilin dye which can be a potential substitute for colchicine solution and aceto-carmine dye. The research was conducted to determine the effect of giving four onion solutions on the mitotic index and abnormalities in shallot roots to determine the onion solution used in the sappan wood dye experiment and to find out the differences in the morphological structure of the chromosomes in the sappan wood dye compared to the synthetic dye, aceto-carmine. The four onion solutions were made by dissolving each onion powder in water to a concentration of 0.01% and 0.1%. Sappan wood dye was made by dissolving sappan wood powder in 25% and 45% acetic acid solvent, which was then distinguished by heated or not. The squash method was used to get chromosomes from onion roots treated with four types of onions and sappan wood dyes. Based on the results of the one-way ANOVA test, the administration of onion, Dayak onion, shallot, and garlic solution as a pre-treatment solution was not significantly different (P <0.5) from that given colchicine treatment for mitotic index, metaphase index, and chromosomal abnormalities. Onion 0.1% was chosen as a colchicine replacement solution in the sappan wood dye experiment because it obtained the highest scores on the mitotic, metaphase, and c-metaphase indices among the other onions. Sappan wood dye can be an alternative to chromosome dye because it does not affect the structure and morphology of chromosomes compared to the synthetic dye, aceto-carmine. The four onions solution can potentially replace the colchicine solution, and Sappan wood dye can replace the synthetic dye, aceto-carmine.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaili
"Bacillus sp. 140-B dan Streptomyces sp. L.3.1-DW diisolasi dari tanah dan rizosfer tanaman dari perkebunan nanas dan pisang di Provinsi Lampung. Kedua bakteri tersebut diuji kemampuannya dalam melawan patogen Fusarium oxysporum Schlecht f. sp. cubense (Foc) secara in-vitro dan in-vivo. Aplikasi Bacillus sp. 140-B dan Streptomyces sp. L.3.1-DW sebagai isolat tunggal maupun kombinasinya secara in-vivo pada tanaman pisang var. Cavendish dilakukan dalam rumah kaca selama 30 hari.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi dan menguji potensi Bacillus sp. 140-B dan Streptomyces sp. L.3.1-DW sebagai agen biokontrol dalam menghambat patogen Foc dan mengkaji kemampuannya untuk menghasilkan enzim ketahanan tanaman pisang. Potensi Bacillus sp. 140-B dan Streptomyces sp. L.3.1-DW sebagai agen biokontrol ditunjukkan dengan kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan patogen Foc, sintesis enzim protease dan kitinase ekstraseluler, produksi hormon tumbuh Indole-Acetic Acid (IAA), dan produksi enzim ketahanan tanaman phenylalanine ammonia-lyase (PAL) and tyrosine ammonia lyase (TAL). Bacillus sp. 140-B dan Streptomyces sp. L.3.1-DW juga berperan sebagai plant growth-promoting rhizobacteia (PGPR), yang diindikasikan dengan peningkatan pertumbuhan tanaman pisang, di mana perlakuan Streptomyces L.3.1-DW memiliki rata-rata tinggi tanaman tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, dengan atau tanpa infeksi Foc.
Hasil penelitian secara in-vitro dan in-vivo menunjukkan bahwa Streptomyces sp. L.3.1-DW memiliki kemampuan sebagai agen biokontrol yang lebih baik dibandingkan Bacillus sp. 140-B. Penelitian ini mengindikasikan bahwa Bacillus sp. 140-B dan Streptomyces sp. L.3.1-DW dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengendalikan infeksi Foc.

Bacillus sp. 140-B and Streptomyces sp. L.3.1-DW were isolated from soil and rhizosphere area of pineapple and banana plantation in Lampung Province. Those bacteria were evaluated in-vitro and in-vivo tests againts Fusarium oxysporum Schlecht f. sp. cubense (Foc). Application of Bacillus sp. 140-B and Streptomyces sp. L.3.1-DW as single isolate or in combination in banana plant var. Cavendish were tested under greenhouse conditions for 30 days.
The aims of this study were to characterize and investigate the potentials of Bacillus sp. 140-B and Streptomyces sp. L.3.1-DW as biocontrol agents to inhibit Foc pathogen and investigate their abilities to produce plant resistancy enzymes. The potentials of Bacillus sp. 140-B and Streptomyces sp. L.3.1-DW as biocontrol agents were showed by their abilities to inhibit growth of Foc pathogen, synthesize extracellular protease and chitinase enzymes, produce growth hormone, such as Indole-Acetic Acid (IAA), and produce plant resistancy enzymes, such as phenylalanine ammonia-lyase (PAL) and tyrosine ammonia lyase (TAL). Bacillus sp. 140-B and Streptomyces sp. L.3.1-DW also act as plant growth-promoting rhizobacteia (PGPR), that indicated by improvement of banana growth, in which Streptomyces L.3.1-DW caused the highest growth of banana either with or without Foc infection.
In-vitro and in-vivo tests was showed that Streptomyces sp. L.3.1-DW had better biocontrol activities compared to Bacillus sp. 140-B. This study indicated that Bacillus sp. 140-B and Streptomyces sp. L.3.1-DW could be used as alternative solutions to control Foc pathogen.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30921
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Purwaningsih
"Bawang merah, yang dikenal dengan nama botani Allium
ascuJonicum Linn, biasa digunakan sebagai penyedap masakan
dan sebegjjal obat bradisional untuk baberapa penyakit terten-
"bu. Akan betapi, informasi ilmiah rnengenai efek farmakologi
bawang rnerah masih sangat sedikit.
Pada penelit/ian ini, dilakukan pengujian efek
antihejpaboboksik bawang rnerah terhadap hewan percobaan. Dua
puluh bujuh eskor bikus betina, strain Wistar, berumur ± 3
bulan, dan berat 130-160 gram, dibagi secara acak dalam tiga
kelompok. Keloinpok I adalah keloropok kontrol, kelompok II
adalah kelompok yang diberi CCl^ 0,55 mg/g BB, dan kelompok
III adalah kelompok yang diberi bawang merah 10 g/kg BB
selama delapan hari dan CCl^ 0,55 mg/g BB.
Efek antihepatotoksik bawang merah ditentukan melalui
perubahan aktivitas GPT-plasma dan pemeriksaan derajat
kerusakan jaringan habi.
Hasil penelitian menunjukkan bahv/a bawang merah
mernpunyai efek ant ihepatotoksik, seperti tampak pada kelom
pok III yang menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap
kelompok II. Maka dapat disimpulkan bahwa bawang merah
mengandung senyawa yang dapat menghambat peningkatan
aktivitas GPT-plasma dan kerusakan jaringan hati akibat
CCI4."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Tri Wahyudi
"ABSTRAK
Xanthomonas oryzaepv. oryzae (Xoo) menyebabkan hawar daun bakteri (HDB) pada padi (Oryza sativaL.), yang
merupakan penyakit utama dan menjadi pembatas bagi produksi tanaman pokok di banyak negara di dunia. IsolasiXoo
dilakukan dari daun padi yang terserang hawar daun bakteri. Identifikasi X. oryzae pv. oryzae dilakukan berdasarkan
pada gejala yang ditimbulkannya, patogenisitas, karakter
morfologi, fisiologi, dan genetik biakan bakteri yang diisolasi
dari tanaman padi yang terinfeksi Xoo. Sebanyak 50 isolat yang diduga
Xoo telah berhasil diisolasi. Bakteri tersebut
bersifat aerobik, berbentuk batang, dan tergolong Gram negatif. Isolat-isolat tersebut diuji hipersensitivitasnya pada
tanaman tembakau dan patogenisitasnya pada padi. Kelima puluh isolat bakteri tersebut mampu menginduksi reaksi
hipersensitif pada tanaman tembakau dan menyebabkan gejala sakit pada tanaman padi dengan perkembangan gejala
yang berbeda. Hasil uji fisiologi, reaksi hipersensitivitas
dan patogenisitas, tiga isolat bakteri yang diduga kuat Xoo
yaitu STG21, STG42, dan STG46 menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak membentuk indol, tidak menghasilkan
pigmen flouresens, menghidrolisis kasein, memiliki aktivitas enzim katalase, tetapi tidak memiliki aktivitas enzim
oksidase. Hasil parsial sekuensing gen penyandi 16S rRNA dari STG21 dan STG42 menunjukkan homologi dengan X.
oryzae pv oryzae masing-masing sebesar 80% dan 82%,
sedangkan STG46 menunjukkan homologi dengan X.
campestris sebesar 84%. Mutagenesis dengan transposon Mini-Tn5 pada STG21 menghasilkan salah mutan (M5) yang
tidak dapat menginduksi reaksi hipersensitif pada tanaman tembakau dan berkurang patogenisitasnya pada padi.
Panjang gejala HDB pada padi yang ditimbulkan mutan M5 berkurang sebesar 80%.

Abstract
X. oryzae pv. oryzae (Xoo) causes bacterial leaf blight (BLB) of rice (
Oryza sativa L.), a major disease that constrains production of the staple crop in many countries of the world. Identification of X.
oryzae pv. oryzae (Xoo) was conducted based on the disease symptoms, pathogenicity, morphological, physiological,
and genetic characteristics of bacterial cultures isolated from the in
fected plants. Fifty bacterial isolates predicted as Xoo
have been successfully isolated. They are aerobic, rod shaped, and Gram negative bacteria. The isolates were evaluated
for their hypersensitivity in tobacco and
pathogenicity in rice plant. Fifty isolates induced hypersensitive reaction in
tobacco and showed pathogenicity symptom in rice in different length. Based on physiological test, hypersensitivity and
pathogenicity reactions, three bacterial isolates strongly predicted as
Xoo, i.e. STG21, STG42, and STG46, were non
indole formation, non pigment fluorescent, hydrolyzed casein, catalase activity positive, but negative oxidase. Partial
sequencing of 16S rRNA genes of STG21 and STG42 showed 80% and 82% homology with X. oryzae, respectively,
while STG46 showed 84% homology withX. campestris. Mini-Tn5 transposon mutagenesis of STG21 generated one of
the mutants (M5) lossed it?s ability to induce hypersensitive reaction in tobacco plant and deficient in pathogenicity on
rice. The lesion length of rice leaf caused
by the mutant M5 decreased up to 80%. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2002
S29729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Epiphania
"Bawang merah diketahui memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antioksidan dan antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas ekstrak etanol 70% umbi bawang merah yang diberikan secara topikal sebagai penyembuh luka terbuka pada tikus putih jantan. Bahan uji yang digunakan adalah umbi bawang merah yang diekstrak dengan pelarut etanol 70%. Tikus dilukai dengan ukuran diameter luka sebesar 2 cm. Parameter yang diamati adalah %kontraksi luka yang diukur setiap 2 hari dan pengamatan histopatologi menggunakan pewarna hematoksilin & eosin. Perlakuan dilakukan selama 21 hari terhadap 30 ekor tikus jantan Sprague dawley. Tikus terbagi kedalam 5 kelompok, yaitu kelompok negatif, kelompok positif, dan tiga kelompok dosis ekstrak etanol 70% umbi bawang merah (11mg; 33mg; 99mg per 200g bb tikus). Pengamatan histopatologi dilakukan pada hari ke-22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% umbi bawang merah secara topikal tidak memiliki efek penyembuhan luka terbuka jika ditinjau dari diameter dan persentase kontraksi luka.

One of medicinal plants that has been used by Indonesian people as wound care is red onion (Allium ascalonicum L.). Red onion is known for the anti- inflammation, antioxidant and antimicrobial activities. This study was aimed to determine the effect of 70% ethanolic extract of Allium ascalonicum L. that applied topically as open wound care. Tested substance was red onion bulbs that were extracted in 70% ethanol. Rats were wounded with diameter was 2 centimeters. The parameters evaluated were % wound contraction measured every two days and skin histopathology stained with hematoxylin and eosin. Treathment done for 21 days toward 30 male white Sprague dawley rats. Rats were divided into 5 groups: negative control, positive control, and three extract groups (11mg; 33mg; 99mg/ 200 g bw). Skin histopathology were performed on day-22. The results showed that the 70% ethanolic extract of red onion didn’t have the effect as wound care based on diameter and % wound contraction data."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Durratun Nasuha
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S31130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>