Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60994 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pujia Nuryamin Akbar
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai bagaimana memori sebuah peristiwa Sejarah di Sukabumi berkembang dan menjadi landasan dalam pola kehidupan masyarakat yang didokumentasikan pada sebuah monumen kesejarahan di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan mendokumentasikan memori kolektif Peristiwa Bojongkokosan dalam kurun waktu tahun 1992 sampai dengan tahun 2022 melalui museum. Untuk mencegah hilangnya sejarah lokal yang berharga, langkah-langkah konkret harus diambil untuk memperkenalkan dan memperkuat memori kolektif masyarakat terhadap peristiwa-peristiwa bersejarah seperti peristiwa Bojongkokosan. Pembangunan Museum Palagan Perjuangan 1945 Bojongkokosan menjawab kebutuhan akan pelestarian sejarah lokal dan memori kolektif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi strukturis. Leirissa menjelaskan bahwa metode strukturis bertolak dari teori strukturisme yang ditulis oleh Anthony Giddens. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan pendekatan studi memori, dengan wawancara mendalam sebagai sumber data utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan Monumen Palagan Bojongkokosan memegang peranan dalam pembentukan memori kolektif peristiwa heroik Bojongkokosan bagi kesadaran akan sejarah pada masyarakat Sukabumi. Identifikasi tersebut menemukan adanya unsur memori kolektif yang terdapat dalam bangunan museum tersebut. Memori ini mencakup memori masyarakat Islami, pejuang, dan cinta akan seni budaya. Memori ini digunakan untuk membangun kesadaran sejarah masyarakat sekitar Bojongkokosan Sukabumi dengan mengaitkan ingatan masyarakat, budaya, dan kelompok masyarakat. Dengan demikian, bangunan Museum Palagan Perjuangan 1945 Bojongkokosan bukan sekadar bangunan tanpa makna. Bangunan tersebut merefleksikan kondisi sosial masyarakat di masa lalu dan menjadi potret kehidupan manusia pada masa tersebut, dapat dijadikan sebagai sarana berkelanjutan identitas dan menumbuhkan kesadaran sejarah masyarakat.

This thesis is a study on how the memory of a historical event in Sukabumi develops and becomes a foundation in the community's way of life, as documented in a historical monument in the region. The research aims to document the collective memory of the Bojongkokosan Event from 1992 to 2022 through a museum. To prevent the loss of valuable local history, concrete steps must be taken to introduce and strengthen the community's collective memory of historical events like the Bojongkokosan Event. The establishment of the 1945 Bojongkokosan Struggle Monument Museum addresses the need for the preservation of local history and collective memory. This research employs a structuralist methodology. Leirissa explains that the structuralist method is based on the theory of structuralism written by Anthony Giddens. The research method used in this study is the historical method with a memory studies approach, using in-depth interviews as the primary data source. The findings show that the Bojongkokosan Struggle Monument plays a significant role in forming the collective memory of the heroic Bojongkokosan event, enhancing historical awareness among the people of Sukabumi. This identification reveals the presence of collective memory elements within the museum building. This memory includes the memory of the Islamic community, warriors, and a love for arts and culture. This memory is used to build historical awareness among the surrounding community of Bojongkokosan Sukabumi by connecting community memory, culture, and social groups. Thus, the 1945 Bojongkokosan Struggle Monument Museum is not merely a building without meaning. It reflects the social conditions of the past and serves as a portrait of human life during that period, making it a continuous medium for identity and fostering historical awareness in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gardner, Brian
New York: Coward-McCann, Inc., 1964
909.82 GAR y
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agseora Ediyen
"Tesis ini menganalisa proses pemaknaan dari memorialisasi pemerintah kota dalam mengkonstruksi citra Kota Sawahlunto yang diartikulasikan dalam Museum Goedang Ransoem dan Lubang Tambang Mbah Soero. Penelitian memfokuskan pada persilangan pemaknaan dari ingatan masyarakat, memorialisasi pemerintah kota, dan penulisan sejarah. Data diperoleh dari pendekatan etnografi di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat dari bulan Januari 2016 sampai dengan Februari 2017. Penelitian menggunakan konsep memori kolektif dan warisan budaya.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kompleksitas pemaknaan memorialisasi pemerintah sebagai pemaknaan dominan. Pemerintah membentuk makna dominan melalui penamaan situs pariwisata, dan benda material museum yang ditanggapi secara beragam oleh masyarakat. Masyarakat menggunakan justifikasi kedekatan dengan keseharian dan sejarah lisan. Penulis menemukan pemaknaan dominan pemerintah kota berbeda dengan penulisan sejarah. Pemegang otoritas memiliki kuasa dalam mengkonstruksi memori kolektif menjadi pemaknaan dominan. Kompleksitas dari pemaknaan dominan memperlihatkan bahwa tidak ada wacana dominan yang mutlak. Penelitian ini menunjukkan akan selalu ada pemaknaan berbeda yang terbentuk.

This thesis analyzes the process of how the dominant meaning by the city government in constructing Sawahlunto rsquo s branding articulated in Museum Goedang Ransum and Lubang Tambang Mbah Soero. There are various meanings encoded in the museums, which are the society rsquo s memory, how the government constructs memory, and the writing of history. The data were obtained through ethnographic research in Sawahlunto, West Sumatera Province, from January 2016 to February 2017. Exploring the dynamics of the construction of the dominant meaning reflects how collective memory, representation, and cultural heritage could be further problematized in these case studies.
The results of this study indicate the complexity of how the government constructs memory as a dominant forces in the transformation of Sawahlunto. The government enforce a dominant meaning through, for example, naming of tourism sites and museum representation, which is responded differently by the society. Society uses the justification of stheir daily life and also its oral history. The dominant meaning is increasingly visible when compared to the writing of history and this reveals its position in the construction of the city 39 s branding. The government has the power to construct a particular collective memory as the dominant meaning. The complexity of the chosen studies shows that there is no absolute dominant discourse. This study shows that there will always be other different meanings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Assifa
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan kajian kepustakaan yang bertujuan meneliti unsur ambiguitas dalam novel karya Man’en Gannen No Futtobooru Karya Kenzaburo Oe dengan latar waktu tahun pertama Man’en, 1860 dan 1960. Seperti yang dipaparkan Oe dalam pidatonya di Swedia, bahwa bangsa Jepang merupakan bangsa yang ambigu. Keambiguan ini diakibatkan oleh pengalaman interaksi masa lalu Jepang dengan Barat pasca kekalahan Perang Dunia II. Penelitian ini bertujuan untuk melihat unsur ambiguitas dalam sikap masyarakat Jepang tahun 1960an melalui analisis shutaisei yang diusung Maruyama Masao yang tercermin melalui tokoh dan peristiwa dalam novel. Shutaisei secara singkat dapat diartikan “Kemampuan dan kebebasan yang dimiliki individu dalam bertindak sesuai kehendaknya”. Melalui analisis ada tidaknya shutaisei ini kita bisa mengaitkannya dengan sikap ambiguitas masyarakat Jepang tahun 1960-an. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang akan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan yang ada dalam sebuah karya sastra.

ABSTRACT
thesis is a study which aims at examining the ambiguity conveyed in Kenzaburo Oe’s novel, Man'en Gannen no Futtobooru . This novel is set in the 1960s and 1860s. As described by Oe in his Nobel speech, that the Japanese nation is an ambiguous nation. This Ambiguity is caused by Japan’s past interaction and experiences with the West after Japan's defeat in World War II. This research examined Japanese ambiguity through analysis of shutaisei of Maruyama Masao. Shutaisei briefly means "The ability to think and to act independently according to his will". By examining of the existence of this shutaisei through the events an characters, we can explain the ambiguious of Japanese in 1960s."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Larasati
"Novel grafis berjudul Meine freie deutsche Jugend (2020) karya Thomas Henseler dan Susanne Buddenderg yang diangkat dari novel biografi karya Claudia Rusch menggambarkan kehidupan sehari-hari dan pengalaman masa kecilnya di Jerman Timur. Penggambaran Jerman Timur oleh Claudia dan juga dampak yang diberikan oleh pemerintah terhadap para tokoh, terutama Claudia, menjadi fokus dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik analisis tekstual dengan menganalisis monolog dan dialog para tokoh. Penelitian ini juga menganalisis simbol dan gambar dengan teori semiotika Roland Barthes sebagai landasannya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggambaran Jerman Timur oleh Claudia dalam novel grafis Meine freie deutsche Jugend menggambarkan rasa trauma yang dirasakan oleh warga eks Jerman Timur. Dengan penggambaran yang cukup mendetail, para pembaca juga bisa ikut merasakan dan membayangkan rasanya tinggal dan menjalani kehidupan sehari-hari di Jerman Timur. Dampak yang diberikan oleh pemerintahan Jerman Timur terhadap Claudia dan orang-orang terdekatnya cukup buruk, baik secara fisik maupun psikis.

Graphic novel with the title Meine freie deutsche Jugend (2020) by Thomas Henseler and Susanne Buddenderg which is based on the biographical novel by Claudia Rusch depicts Claudia's daily life and her childhood experiences in East Germany. The depiction of East Germany by Claudia and the impact that was given by the government on the characters, especially Claudia, are the main focus of this research. This study used qualitative methods and textual analysis techniques by analyzing monologues and dialogues of the characters. This study also analyzes symbols and images with Roland Barthes' semiotic theory as the basis. The results of this study indicate that Claudia's depiction of East Germany in the graphic novel Meine freie deutsche Jugend depicts the trauma which was felt by the former East German citizen. With a fairly detailed depiction, readers can also feel and imagine what it's like to stay and live everyday life in East Germany. The impact that the East German government had on Claudia and those closest to her was quite bad, both physically and psychologically."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sembiring, Yolanda Clara
"Fokus dalam skripsi ini adalah bagaimana interaksi dan kegiatan yang terjadi pada sebuah tempat melahirkan memori kolektif, dan bagaimana keberadaannya pada tempat tersebut. Karena satu dan lain hal seiring dengan berjalannya waktu, memori tersebut dapat memudar. Yang menjadi pertanyaan adalah ada atau tidaknya usaha untuk melestarikannya dan bagaimana bentuk usaha tersebut, sebab ada atau tidaknya usaha berpengaruh terhadap keberadaan dari memori. Pasar Baru dan Shek Kip Mei, Hong Kong menjadi studi kasus dalam skripsi ini. Pembahasan dilakukan dengan cara studi literatur, studi lapangan dan mencari referensi dari jurnal-jurnal serta artikel terkait.

Interaction and activities happen among people in a place that create collective memory and also its presence at that place, become the focus of this paper. Since time goes by and many things happen, memory of a place can be decrease. Were there any efforts or not, and if any, how it was done to continue and maintain the memory, become one of the question because any efforts or no effort will influent the presence of memory. This study was done by literature study, surveying the area and looking for any related journals and articles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42457
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Akmalie
"Memori kolektif Jepang mengalami kontestasi dikarenakan adanya inkonsistensi dari narasi yang selalu digaungkan dan proses edukasi yang dilakukan secara repetitif dan berubah-ubah. Novel The Memory Police dapat dikategorikan sebagai situs memori yang merepresentasikan isu pembentukan memori kolektif Jepang. Metode kualitatif sebagai alat untuk mendapat data dengan sumber data studi pustaka dalam rangka mengkaji proses pembentukan memori kolektif Jepang serta keterlibatan elit di dalam prosesnya. Pembentukan memori kolektif Jepang dikaji dengan kerangka konseptual memori kolektif dengan pendekatan instrumentalisme dan determinisme historis. Pembentukan memori kolektif Jepang merupakan hasil dari berbagai peristiwa yang melibatkan proses mengingat dan melupakan. Kedua proses ini dipengaruhi oleh bagaimana elit membentuk narasi dan melimitasi informasi apa saja yang dianggap membahayakan moral bangsa Jepang. Namun demikian, pembentukan memori kolektif Jepang tidak hanya bersifat top-down oleh elit penguasa tetapi juga memiliki sifat bottom-up yang merupakan bentuk kontestasi terhadap narasi resmi pihak otoritatif. The Memory Police hadir sebagai situs memori yang merepresentasikan kontestasi pembentukan memori kolektif Jepang. The Memory Police mengonfrontasi pembentukan memori kolektif Jepang yang selama ini merupakan konstruksi dari elit penguasa Jepang.

Japan's collective memory experiences contestation due to the inconsistency of the narratives that are always echoed and carried out in a repetitive and changing manner. The novel The Memory Police can be classified as a memory site that represents the issue of the shaping of Japan’s collective memory. Qualitative methods as a tool for obtaining data using literature review to examine the process of memory construction and the involvement of the elite in the process. The shaping of Japanese collective memory is examined using conceptual framework of collective memory using instrumentalism and historical determinism approaches. The formation of Japanese collective memory is the result of events involving remembering and forgetting process. These two processes were influenced by how the elite formed narratives and limited any information deemed harmful to the morale of the Japanese people. However, the shaping of Japanese collective memory is not only top-down in nature created by the ruling elite but also has a bottom-up nature which is a form of contestation against the official narrative. The Memory Police exists as a memory site that represents the contestation for the formation of Japan’s collective memory. The Memory Police confronts the official narration which has been a construction of the Japan’s ruling elite."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rizki
"Memori kolektif dan masyarakat sama-sama bersifat dinamis. Berbeda dengan sejarah yang dibentuk secara kronologis dan memiliki akhir, memori kolektif berkembang terus-menerus tergantung dengan situasi yang terjadi di masyarakat. Kedinamisannya turut membentuk identitas masyarakat itu sendiri. Dengan menggunakan konsep pengukuhan identitas dari Jan dan Aleida Assmann, film Груз 200 mencoba merekonstruksi identitas Uni Soviet menjadi tiga kelas sosial (1) kelas aparatur negara; (2) kelas inteligensia; (3) kelas marginal untuk memunculkan narasi-narasi yang heterogen dalam memori identitas nasional Rusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kognisi Balabanov dalam menyampaikan narasi baru melalui film secara tidak langsung merupakan upaya konsolidasi sinema kontemporer dengan memori kolektif untuk terus memperbaharui pengetahuan dan referensi tentang masa lalu. Ini mengungkapkan fakta bahwa memori kolektif tidak hanya terbatas pada representasi masa lalu saja, tetapi juga mendukung koalisi komunitas dan situasi politiknya untuk merangkul suara-suara minoritas sebagai bentuk kritik populis kepada pemerintah saat ini.

Collective memory and society are dynamics. Unlike history whose paths are shaped chronologically and has its ending, collective memory evolves perpetually in the determination on the current state of the society itself. Its dynamic contributes to sculpt the society’s identity. By employing Jan and Aleida Assmann’s concretion of identity concept, Груз 200 tries to reconstruct the identity of the Soviet Union into three social classes (1) state apparatus class; (2) intelligence class; (3) marginal class as they conducive to emerge the heterogeneous narrations in the Russian national memory identity. It shows that Balabanov’s cognition to convey new narratives through film is indirectly an attempt to consolidate contemporary cinema with collective memory in order to continuously renew knowledge and references about the past as well. This bares the fact that collective memory is not limited to the representations of the past, but also supports the community coalitions and their political situation to embrace minority voices as a form of populist criticism to the current government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dika Nurul Hikmah
"Skripsi ini membahas propaganda yang terdapat di dalam film animasi Momotaro no Umiwashi 1943 dan Momotaro Umi no Shinpei 1945 melalui analisis aspek naratif dan sinematografis. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pesan propaganda dirumuskan ke dalam film. Analisis didukung latar belakang produksi film dan latar belakang Jepang memulai Perang Pasifik pada tahun 1941. Hasil analisis menunjukkan adanya pesan propaganda yang disampaikan oleh Angkatan Laut Jepang melalui simbol. Propaganda tersebut bertujuan membuat penonton film percaya bahwa Jepang adalah bangsa superior dan mengajak penonton untuk membenci Barat yang saat itu menjadi musuh Jepang dalam Perang Pasifik.

This study focuses on Pacific War Propaganda in Animated Film Momotaro no Umiwashi 1943 and Momotaro Umi no Shinpei 1945. This study aims to analyze how propaganda messages are encoded into the films through narrative and cinematographic aspects. The analysis is supported by the film production rsquo s background and the reasons why Japan started Pacific War in 1941. The results of this study showed that the propaganda messages are conveyed through symbols. The contain of the propaganda is to make audiences believe that Japan is a superior nation and make them hate the enemy of Japan during the Pacific War."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>