Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173369 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Made Ayu Juwitasari
"Superhero narratives traditionally depict heroic figures upholding truth and justice to maintain world peace and human safety; The Boys offers a contrasting perspective, exploring the morally ambiguous nature of superheroes influenced by corporate entities and capitalist interests. Vought International is a fictional corporation that is depicted in The Boys, responsible for the control and exploitation of superheroes to achieve financial gain and influence. This study examines the strategies utilized by Vought International to manipulate the media to fulfill corporate advantages and protect its public reputation. The analysis explores deeper into the diverse types of media manipulation employed in superhero narratives, while also examining the critique of corporate control over these narratives. This study utilizes textual analysis method to examine how Vought International leverages media manipulation to cultivate public empathy, support, and profit by commodifying superheroes. It is found that media manipulation strategies employed to achieve Vought International's goals are disinformation, rhetorical devices, visual media manipulation, and suppression of information, including a strategy involving collaboration with the fictional US military, as depicted in The Boys, to consolidate their power.

Narasi superhero biasanya menggambarkan sosok heroik yang menjunjung kebenaran dan keadilan untuk menjaga perdamaian dunia dan keselamatan manusia. Namun, The Boys menawarkan perspektif berbeda dengan mengeksplorasi ambiguitas moral superhero yang dipengaruhi oleh perusahaan korporat dan kepentingan kapitalis. Vought International, korporasi fiktif dalam The Boys, mengendalikan dan mengeksploitasi superhero demi keuntungan finansial dan pengaruh. Studi ini meneliti strategi yang digunakan Vought International dalam memanipulasi media untuk kepentingan perusahaan dan menjaga reputasi publiknya. Analisis ini mendalami berbagai jenis manipulasi media dalam narasi superhero, serta mengkaji kritik terhadap kontrol korporat atas narasi tersebut. Menggunakan analisis tekstual, studi ini mengungkap bagaimana Vought International memanfaatkan manipulasi media untuk menumbuhkan empati, dukungan, dan keuntungan publik dengan mengkomodifikasi superhero. Strategi manipulasi media yang digunakan untuk mencapai tujuan Vought International meliputi disinformasi, perangkat retoris, manipulasi media visual, dan penyembunyian informasi, termasuk strategi kolaborasi dengan militer AS fiktif dalam The Boys untuk mengukuhkan kekuasaan mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Meta Sandhi
"This thesis discuss the cohesion devices on movie advertisement which played at movie theatre which content in newspaper public action in Jakarta in190s, 1960s, and 1970s. This thesis is descriptive research which the data source comes from the past. Theo bjective of this research is to compare and describe the cohesion devices appears most of every decades. Results from this research is grammatical and lexical cohesion which were presented by Halliday and Hasan appeared in three decades; this type of cohesion devices that appear most in thus three decades is repetition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10936
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditama Rizky Noviandry
"Penelitian ini membahas mengenai penjinakan hasrat yang terjadi di dalam ranah Instagram oleh pihak kapitalisme terhadap para pengguna Instagram. Penulis menggunakan pendekatan fenomenologis yang mana penulis melihat kebebasan yang terjadi di dalam menggunakan media sosial Instagram hanya sebuah kebebasan semu belaka. Para pengguna Instagram telah diarahkan dalam penyaluran hasratnya dalam menggunakan Instagram sehingga tidak adanya lagi kebebasan, karena dalam penyaluran hasratnya mereka sudah dikotak-kotakkan ke dalam kotak-kotak tertentu agar hasrat mereka dapat tersalurkan.

This research is focused to explain about desire taming that occurs in Instagram by capitalism to the Instagram user. Writer used phenomenology approach to examine where the the writer sees that the freedom that happened when using Instagram as social media just a sheer freedom. The user of Instagram have been directed in channeling his desire in using the Instagram so there is no more freedom, because in channeling his desire, the user have been directed to some boxes so that their desire can be channeled."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The analysis of HOS (High Order Statistics) are expexted to provide a richer description about data in parametric features for the purpose of pattern recognition of the data of an object or event. The higher order analysis of HOS will give the more candidates of feature parameter that can be selected for utilization...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hisyam Ikhtiar Mulia
"Penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana situasi dan kondisi ekonomi-politik kontemporer bergulir. Realitas ekonomi politik kontemporer dianggap mengalami perubahan besar-besaran. Lebih tepatnya, realitas ekonomi-politik telah memasuki paradigma baru dimana informasi dan komunikasi menjadi variable sentral di dalamnya. Penelitian ini mengambil kasus freeware, suatu teknologi yang berakar dari penciptaan komputer dan internet di abad ke-20, untuk menjustifikasi bahwa realitas sosial-ekonomi-politik kontemporer bergulir seperti gambaran Antonio Negri dan Michael Hardt. Hal ini terkait dengan keberadaan kapitalisme postmodern yang berupa Empire, terjadinya produksi biopolitis sebagai corak produksi kontemporer, keberadaan immaterial labor, eksploitasi pada masyarakat secara menyeluruh di level global, hingga Multitude yang dianggap mampu melakukan perlawanan. Keseluruhan rangkaian fenomena tersebut dianggap terjustifikasi dengan keberadaan freeware. Freeware dianggap mengandung sendi-sendi kapitalisme postmodern, khususnya menyoal informatisasi dan komunikasi.

This research is trying to explain how the contemporary political economic reality works. The contemporary political economic reality is assumed to have been totally transformed. Specifically, political economic reality has turned into a new paradigm which information and communication become the central variable in it. This research takes freeware, a technology which rooted from the discovery of computer and internet on the 20th Century, to justify that the contemporary political social economic reality woks as how Antonio Negri and Michael Hardt explain it. This is related to the existence of postmodern capitalism which formed as Empire, the existence of biopolitical production as a form of contemporary production, the existence of immaterial labor, the exploitation which happened totally to the social reality on global level, also Multitude which was born internally and oppose the Empire itself. The totality of theat combination will be explained as justifiable to the exsistence of freeware. Freeware is justified containting those principle of poatmodern capitalism, especially when it comes to the exploitation of information."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Armando
"Studi ini pada dasarnya upaya untuk memahami hubungan antara media dengan sistem kapitalisme global dengan merujuk pada teori-teori yang dikembangkan para ilmuwan beraliran kritis yang memandang internasionalisasi sistem penyiaran komersial adalah bagian dari upaya terencana negara-negara maju dalam rangka melanggengkan penjajahan ekonomi dan politik. Teori-teori ini percaya bahwa privatisasi pertelevisian adalah kondisi yang dibutuhkan bagi ekspansi modal transnasional yang merupakan keniscayaan dalam sistem kapitalisme global. Dalam kaitan itu, teori-teori ini mengasumsikan adanya upaya sengaja yang dirancang di negara-negara pusat kapitalisme global untuk mengarahkan -atau bahkan menekan-- agar para pengambil kebijakan di banyak negara menerapkan privatisasi pertelevisian. Lebih jauh lagi, teori-teori ini percaya bahwa begitu sistem pertelevisian komersial dijalankan oleh sebuah negara berkembang, sebuah bentuk penjajahan media akan berlangsung dengan sendirinya yang antara Iain diindikasikan oleh ketergantungan akan program impor, teknologi, kecakapan dan modal asing.
Dengan menggunakan metode wawancara mendalam terhadap sejumlah narasumber kunci, Studi sumber-sumber sekunder (pemberitaan di media, analisis, laporan, surat peijanjian, peraturan-perundangan, data-data industri yang dipublikasikan), Serta analisis isi (terhadap kecenderungan isi siaran dalam kurun waktu 1991 - 2003), penelitian ini menunjukkan bahwa tesis imperalisme media mengandung sejumlah kelemahan untuk menjelaskan proses privatisasi pertelevisian di Indonesia.
Tesis impenalisme media terlalu berlebihan dalam memandang kekuatan modal transnasional dalam mengarahkan proses pengambilan pilihan dalam sebuah negara yang sangat mungkin bersifat otonom dan lebih mencerminkan dinamika pertarungan kepentingan kelompok-kelompok dalam negeri itu sendiri. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan privatisasi pertelevisian di Indonesia pada dasarnya adalah langkah pragmatis untuk merespons kepentingan bisnis kapitalis domestik yang berada dalam lingkar terdalam pusat kekuasaan, dan tidak lahir sebagai hasil darl tekanan kepentingan pemodal transnasional.
Studi ini menunjukkan bahwa faktor yang paling menentukan kelahiran dan perkembangan privatisasi pertelevisian adalah kelompok kecil pengusaha domestik yang berada sedemikian dekat dengan pusat kekuasaan sehingga memiliki jalur pengaruh secara berkelanjutan yang sangat besar terhadap rangkaian kebijakan pemerintah. Kebijakan privatisasi pertelevisian tidak memiliki orientasi etisiensi ekonomi ataupun peningkatan daya Saing Sebagaimana yang berusaha dicapai rangkaian de-regulasi ekonomi yang dijalankan pemerintah dalam kumn waktu yang sama.
Studi ini menunjukkan bahwa kekuatan pemodal nasional dalam menentukan lahirnya privatisasi pertelevisian juga dimungkinkan karena kerangka kebijakan pertelevisian nasional di indonesia sendiri sebenarnya tidak terarah dan tidak memiliki pola yang terencana sejak awal.
Privatisasi pertelevisian Indonesia pada dasarnya tidak dapat dijelaskan sebagai bagian dari liberalisasi politik atau bahkan Iiberalisasi ekonomi. Para kapitalis yang merambah masuk ke dalam bisnis pertelevisian tersebut adalah kaum pedagang yang tidak saja tidak menaruh perhatian pada keterbukaan politik meiainkan juga tidak menginginkan sebuah ekonomi pasar terbuka, yang memungkinkan terjadinya kompetisi objektif antara para pemodai.
Namun demikian, Studi ini juga menunjukkan bahwa peningkatan kompetisi dalam sistem penyiaran komersial yang berlangsung tanpa intervensi pemerintah, menyebabkan lahirnya sejumlah eksternalitas yang canderung mendukung ekspansi kepentingan transnasional.
Dalam hal isi siaran, privatisasi pertelevisian memang tidak dengan sendirinya menciptakan dominasi program impor. Tapi kompetisi bebas antar stasiun menyebabkan timbulnya masalah pasokan program. lndustri program dalam negeri tidak mampu melayani kebutuhan untuk mengisi jam siaran stasiun-stasiun televisi yang berjumlah semakin banyak, sementara harga program yang yang ditetapkan produsen lokal pun melonjak mengikuti kompetisi pembeli. Sebagai akibat, stasiun televisi komersiai memilih untuk Iebih banyak mengimpor program dari industri televisi asing yang memang memiliki pasokan dan perpustakaan program yang dibutuhkan. Kecenderungan ini, pada gilirannya, akan mendorong kenaikan harga program impor.
Perkembangan ini menjadikan Indonesia nampak sebagai pasar yang banyak menyerap program-program impor dari pusat industri hiburan di negara-negara maju, tanpa sebaliknya menghasilkan program-program yang dapat diekspor ke pasar internasional.
Studi ini juga menunjukkan bahwa salah satu akibat paling signilikan dalam hal privatisasi pertelevisian adalah dalam hal dominasi modal transnasional dalam industri periklanan nasional. Privatisasi pertelevisian memang dengan segera mendorong pertumbuhan industri periklanan dalam negeri. Namun pada saat yang sama, terjadi dominasi modal transnasional dalam struktur industri periklanan tersebut, Seraya memarjinalkan perusahaan-perusahaan periklanan lokal.
Dengan demikian, studi ini menyajikan temuan yang sekaligus membantah dan membenarkan sebagian muatan teori-teori impenalisme media. Di satu sisi, studi ini akan menunjukkan argumen bahwa privatisasi partelevisian adaah kebijakan yang ditentukan oleh kepentingan modal transnasional tidak memiliki basis yang kuat. Keputusan privatisasi pertelevisian di Indonesia lahir sebagai akibat dinamika kepentingan di dalam negeri indonesia sendiri. Namun demikian, studi ini menunjukkan bahwa perkembangan sistem penyiaran komersiai di Indonesia memang dalam perkembangannya menghasilkan serangkaian ekstemalitas yang membuka ruang luas bagi ekspansi modal transnasional.
Studi ini menunjukkan bahwa kebijakan komunikasi di Indonesia tidak dapat dilihat sebagai bangunan yang sudah ditentukan sebelumnya oleh sebuah faktor tunggal, yakni kepentingan ekonomi kapitalisme global, melainkan sebuah medan yang turut ditentukan oleh beragam agen yang turut mempengaruhi proses pengambilan keputusan di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
D792
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heilbroner, Robert L.
Jakarta: LP3ES, 1991
330.122 HEI h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Fathurahman Zikri
"ABSTRAK
Artikel ini membahas hubungan antara framing media dan bagaimana media mainstream dan alternative
menggambarkan masalah pemboman Rumah Sakit MSF di Kunduz, Afghanistan. Teori-teori ilmu komunikasi
digunakan dalam analisa perbandingan isi artikel-artikel media mainstream dan media alternative dalam waktu satu
bulan setelah pemboman Rumah Sakit MSF. Penelitian ini menemukan bahwa kedua media mainstream dan
alternative menggambarkan perspektif yang berbeda pada masalah yang sama. Media mainstream menggambarkan
pemboman sebagai kerusakan tambahan akibat penyerangan terhadap tentara Taliban dan sebuah kesalahan yang
mendorong Militer Amerika Serikat untuk melakukan investigasi sendiri yang akan berjalan dengan transparan.
Namun, media alternative menggambarkan peristiwa sebagai pembantaian yang dilakukan dengan sengaja. Selain
perbedaan pada isi artikel, perbedaan juga terlihat pada bagaimana kedua media menulis artikel mereka. Artikel
media mainstream tidak terlihat bias dengan menghindari kata-kata sifat dan tidak terdapat pendapat atau
argumentasi penulis , sedangkan dalam artikel media alternative terlihat sangat bias dengan banyaknya kata-kata
sifat dan pendapat atau argumentasi penulis.
ABSTRACT
This article examines the relationship between media framing and the way both mainstream and alternative media
portray MSF Hospital bombing issue. Communication theories are used in a comparative content analysis that
examines the articles written by mainstream and alternative media sources within a month after MSF Hospital bombing. The research finds that both mainstream and alternative media portray different perspectives on a similar
issue. Mainstream media portrays the bombing as a collateral damage and a mistake, and toward this mistake U.S.
will do their own investigation that will run unbiased and transparent. However, alternative media portrays the
event as a massacre that is done intentionally. Moreover, the way they construct their articles are different.
Mainstream media article stay away from bias by avoiding any adjective words and not including author opinion or
argumentation, while in alternative media article, there are a lot of adjective words and author opinion or
argumentation.;This article examines the relationship between media framing and the way both mainstream and alternative media
portray MSF Hospital bombing issue. Communication theories are used in a comparative content analysis that
examines the articles written by mainstream and alternative media sources within a month after MSF Hospital bombing. The research finds that both mainstream and alternative media portray different perspectives on a similar
issue. Mainstream media portrays the bombing as a collateral damage and a mistake, and toward this mistake U.S.
will do their own investigation that will run unbiased and transparent. However, alternative media portrays the
event as a massacre that is done intentionally. Moreover, the way they construct their articles are different.
Mainstream media article stay away from bias by avoiding any adjective words and not including author opinion or
argumentation, while in alternative media article, there are a lot of adjective words and author opinion or
argumentation.;This article examines the relationship between media framing and the way both mainstream and alternative media
portray MSF Hospital bombing issue. Communication theories are used in a comparative content analysis that
examines the articles written by mainstream and alternative media sources within a month after MSF Hospital bombing. The research finds that both mainstream and alternative media portray different perspectives on a similar
issue. Mainstream media portrays the bombing as a collateral damage and a mistake, and toward this mistake U.S.
will do their own investigation that will run unbiased and transparent. However, alternative media portrays the
event as a massacre that is done intentionally. Moreover, the way they construct their articles are different.
Mainstream media article stay away from bias by avoiding any adjective words and not including author opinion or
argumentation, while in alternative media article, there are a lot of adjective words and author opinion or
argumentation.;This article examines the relationship between media framing and the way both mainstream and alternative media
portray MSF Hospital bombing issue. Communication theories are used in a comparative content analysis that
examines the articles written by mainstream and alternative media sources within a month after MSF Hospital bombing. The research finds that both mainstream and alternative media portray different perspectives on a similar
issue. Mainstream media portrays the bombing as a collateral damage and a mistake, and toward this mistake U.S.
will do their own investigation that will run unbiased and transparent. However, alternative media portrays the
event as a massacre that is done intentionally. Moreover, the way they construct their articles are different.
Mainstream media article stay away from bias by avoiding any adjective words and not including author opinion or
argumentation, while in alternative media article, there are a lot of adjective words and author opinion or
argumentation."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Syamtasiyah Ahyat
"ABSTRAK
Adalah suatu kemujuran yang luar biasa bahwa Jacobus Nienhuge, yang dikirim dari negeri Belanda untuk mengembangkan penanaman tembakau di Javwa, mendarat di tepi sungai Deli tanpa menyadari bahwa tanah yang di pijaknya sangat subur tiada duanya dan sanqat coook untuk penanaman tembakau gulung. Begitu diketahui nilai tembakau yang ditanam sanqat tinggi, berkerumunlah para pengusaha onderneming mencari untung menuju wilayah ini. Penguasa-penguasa sctempat yang rakus akan kekayaan, dengan senang memberi konsesi tanah.
Karena tembakau adalah tanaman panen mesti diikuti suatu pengosongan tanah yang panjang serta penduduk yang menggunekan sistem bertani huma, maka menjadi mungkinlah mengkombinasikan dalam satu sistem penanaman tembakau berhuma denqan penanaman padi, jagung, oleh petani prihumi. Sistem ini adalah satu-satunya di daerah tropik di dunia yang saling menggilir denqen para petani. Tetapi karena hubungan keduanya bukanlah sekutu sebenarnya,tetapi huhungan kolonial maka dicegahlah mereka untuk mengembangkan pertanian. Dengan
demikian tidak mengherankan hak-hak agraria yang saling berpautan antara penqusaha ondrneming kolonial dan petani pribumi sering manimbulkan percekcokan dan perselisihan-perselisihan, yang kadangkala pembakaran bangsal-bangsal tembakau oleh para petani.
Hubungan setiap hari antara buruh dan asisten-asisten Eropah sering menimbulkan dendam yang mendalam dari buruh yang diperlakkan kejam dan kasar, baik dengan keteganan antara asisten dengan buruh, sehingga insiden penikaman dan pmebunuhan terhadap assiten oleh kuli yang mederita sering mewarnai kejadian di perkebunan.
Memang kemakmuran unutk wilayah Sumatera TImur benar -benar membawa perubahan, terutama mengangkat elit Sultan dan keluarganya menjadi elit ekonomis yang melimpah ruah. Demikian juga bagi investor-investor Eropah, tetapi tidak bagi penduduk pribumi yang kekurangan lahan akibat keserakahan Sultan dan pengusaha onderneming. Jurang kemiskinan antara rakyat biasa, semakin menganga dengan kaum kapitalisme yang berjaya karena peluh dan keringat tenaga kuli yang dieksploitir sebagai mesin produksi penghasil "dolar", yang mengalir deras bagaikan sungai ke dalam pundi-pundi mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Danissa Hervalecia
"Melalui laporan United States Trade Representative (USTR), berjudul “Section 301
Investigation: Vietnam Currency,”AS menuduh Vietnam telah melakukan
manipulasi nilai tukar dengan cara melemahkan nilai tukar mata uangnya dengan
cara membeli cadangan devisa pada tahun 2019. Maka, hal ini membuat harga
PVLT asal Vietnam menjadi menurun guna untuk peningkatan nilai ekspor
Vietnam. Lebih lanjut, AS menuding Vietnam karena telah melakukan subsidi
karna telah memberikan bantuan untuk melemahkan nilai mata uangnya guna
meningkatkan ekspor dan melakukan investigasi lebih lanjut mengenai hal ini.
Nilai tukar, walaupun bukan merupakan faktor penentu, berpengaruh terhadap
surplus atau defisit perdagangan, yang selanjutnya mempengaruhi nilai tukar, dan
seterusnya. Namun, secara umum, mata uang domestik yang lebih lemah
merangsang ekspor dan membuat impor lebih mahal. Sebaliknya, mata uang
domestik yang kuat menghambat ekspor dan membuat impor lebih murah. Dari
latar belakang tesis ini, yang dapat dijadikan sebagai pokok-pokok permasalahan
sebagai berikut: pertama, bagaimana pembuktian terkait dugaan kebijakan
manipulasi nilai tukar mata uang oleh Vietnam dan bagaimana praktik tersebut
berdampak pada perdagangan internasional? Kedua, bagaimana ketentuan
Agreement on Subsidies and Countervailing Measure (ASCM) / Perjanjian SCM
terhadap praktik dugaan manipulasi mata uang oleh Vietnam? Ketiga, agaimana
analisis mengenai Laporan “Section 301 Investigation: Vietnam Currency” oleh
USTR terkait dengan tuduhan manipulasi nilai mata uang oleh Vietnam?
Penelitian ini dapat diklasifikasikan juga sebagai penelitian hukum doctrinal
(doctrinal legal reserach). Penelitian doktrin berkaitan dengan analisis suatu doktrin
hukum dan bagaimana ia dikembangkan dan diterapkan. Cara ini sering kali
bercirikan mempelajari teks hukum, sehingga sering juga disebut dengan 'hukum
huruf hitam' atau dikenal dengan istilah studi normatif.
Hasil tesis ini menunjukkan bahwa menurut data dari International Monetary Fund
(IMF) bahwa memang benar Vietnam telah membeli cadangan devisa di tahun 2019
dan menurunnya nilai tukar VND. Namun, kontribusi pemerintah tersebut bukan
merupakan subsidi menurut Perjanjian SCM. Lebih lanjut, USTR tidak memiliki hak
untuk melakukan investigasi kebijakan moneter di suatu negara.

Through United States Trade Representative (USTR) report, entitled “Section 301
Investigation: Vietnam Currency,” the US accused Vietnam of manipulating the
exchange rate by devaluating its currency exchange rate by buying foreign
exchange reserves in 2019. Thus, this made the Vietnam’s PVLT price has
decreased in order to increase the value of Vietnam's exports. Furthermore, the US
accused Vietnam of conducting prohibited subsidy because the Vietnam
Government’s financial contribution weakening the value of its currency has
increased exports and US further initiate investigations on this matter. The
exchange rate, although not a determining factor, affects the trade surplus or
deficit, which in turn affects the exchange rate, and so on. In general, however, a
weaker domestic currency stimulates exports and makes imports more expensive.
In contrast, a strong domestic currency discourages exports and makes imports
cheaper. From the background of this thesis, which can be used as the main points
of the problem as follows: First, what is the evidence related to the alleged policy
of currency manipulation by Vietnam and how this practice has an impact on
international trade? Second, how does the provisions of the Agreement on Subsidies
and Countervailing Measure (ASCM) regulates the alleged practice of currency
manipulation by Vietnam? Third, how is the analysis of the “Section 301
Investigation: Vietnam Currency” Report by USTR related to allegations of
currency manipulation by Vietnam?
This research can also be classified as doctrinal legal research (doctrinal legal
research). Doctrinal research is concerned with the analysis of a legal doctrine and
how it is developed and applied. This method is often characterized by studying
legal texts, so it is often also referred to as 'black letter law' or known as normative
studies.
The results of this thesis has shown that according to data from the International
Monetary Fund (IMF), it is true that Vietnam has purchased foreign exchange
reserves in 2019 and the VND exchange rate has decreased. However, the
government contribution is not categorized as subsidy under ASCM. Furthermore,
USTR does not have the right to conduct monetary policy investigations towards
other country.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>