Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179631 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahma Dewi Handari
"Tuberkulosis resistan obat (TB RO) menjadi tantangan utama kesehatan global, dengan Indonesia sebagai salah satu dari 7 negara dengan beban kasus TB RO tertinggi dengan insiden rate 10 per 100.000 orang-tahun. Keberhasilan pengobatan TB RO secara nasional rendah sebesar 51% dengan angka kematian pasien TB RO cukup tinggi sebesar 20%. Infeksi HIV pada pasien TB RO memperburuk kondisi klinis, meningkatkan risiko kegagalan pengobatan dan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mortality rate dan perbedaan probabilitas survival antara pasien TB RO dengan komorbid HIV dan tanpa komorbid HIV, dan mengetahui hubungan komorbid HIV dengan kematian pasien TB RO dewasa di Indonesia tahun 2021-2022. Penelitian dilakukan dengan desain studi kohort restrospektif menggunakan data sekunder SITB Nasional Kemenkes tahun 2021-2022. Analisis data dilakukan menggunakan survival Kaplan Meier dan cox regression dengan ukuran asosiasi Hazard Ratio (HR). Terdapat 7172 pasien TB RO eligible yang dijadikan sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan mortality rate pasien TB RO dewasa yang memiliki komorbid HIV (14,191 per 10.000 orang-hari) lebih tinggi dibandingkan pasien TB RO dewasa yang tidak memiliki komorbid HIV (4,776 per 10.000 orang-hari). Probabilitas kumulatif survival pasien TB RO dewasa yang memiliki komorbid HIV (41,89%) secara signifikan lebih rendah dibandingkan probabilitas kumulatif survival pasien TB RO dewasa yang tidak memiliki komorbid HIV (78,32%). Pasien TB RO dewasa dengan komorbid HIV yang menggunakan paduan pengobatan TB jangka panjang memiliki risiko kematian 6,66 kali lebih tinggi dibandingkan pasien TB RO dewasa tanpa komorbid HIV yang menggunakan paduan pengobatan jangka pendek (HR adjust:6,66, 95%CI:4,96-8,96). Pasien TB RO dewasa dengan komorbid HIV yang menggunakan paduan pengobatan TB jangka pendek memiliki risiko kematian 6,02 kali lebih tinggi dibandingkan pasien TB RO dewasa tanpa komorbid HIV yang menggunakan paduan pengobatan TB jangka pendek (HRadjust:6,02, 95%CI:3,89-9,31). Komorbid HIV secara signifikan meningkatkan risiko kematian pasien TB RO selama pengobatan. Tatalaksana pengobatan TB RO dan infeksi HIV yang tepat diperlukan untuk menurunkan risiko kematian pasien TB RO selama pengobatan.

Drug-resistant tuberculosis (DR TB) is a major global health challenge, Indonesia is one of 7 countries with the highest burden of DR TB cases with an incidence rate of 10 per 100.000 persons per year. The success of DR TB treatment nationally is low at 51% with the proportion of mortality high at 20%. HIV infection in DR TB patients worsens the condition, increasing the risk of treatment failure and death. The purpose of this study is to determine the mortality rate and the difference in survival probability between comorbid HIV patients and noncomorbid HIV patients and to determine the relationship between comorbid HIV and death in adult DR TB patients in Indonesia in 2021-2022. The design of this study was a retrospective cohort study using secondary data on SITB national DR TB cases that started treatment in 2021-2022. Data analysis was performed using survival Kaplan Meier and Cox regression to obtain hazard ratio (HR). There were 7172 patients as eligible patients who became the research sample. The results showed that the mortality rate for adult DR TB patients who had comorbid HIV (14,191 per 10,000 person days) was higher than adult DR TB patients without comorbid HIV (4,776 per 10,000 person days). The cumulative probability of survival of adult DR TB patients with comorbid HIV (41.89%) is significantly lower than the cumulative probability of survival of adult RO TB patients without comorbid HIV infection (78.32%). Adult DR TB patients with comorbid HIV who used long-term TB regimens have a 6,66 times higher risk of death than adult DR TB patients without comorbid HIV who used short-term TB regimens (adjusted HR: 6,66 95%CI: 4,96-8,96). Adult RO TB patients with comorbid HIV who used a short-term TB regimen have a 6.02 times higher risk of death than adult DR TB patients without comorbid HIV who used a short-term TB regimen (adjusted HR: 6.02, 95%CI:3.89-9.31).Comorbid HIV significantly increased the the risk of death during treatment. Appropriate DR TB and HIV treatment management is needed to reduce the risk of  DR TB patient death during treatment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Proporsi pasien Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO) yang memiliki hasil akhir pengobatan meninggal meningkat di tahun 2021 menjadi 19%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko kematian pasien TB RO selama masa pengobatan di Indonesia. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data kasus TB RO yang memulai pengobatan tahun 2020-2021 dan telah memiliki hasil akhir pengobatan hingga Mei 2023 dan tercatat pada Sistem Informasi Tuberkulosis. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, survival dengan menggunakan Kaplan Meier, dan multivariat dengan menggunakan cox regression. Jumlah sampel penelitian adalah 7.515. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 19,39% pasien meninggal dengan laju kejadian keseluruhan adalah 6 per 10.000 orang hari dan probabilitas kumulatif survival sebesar 73%. Analisis multivariat menunjukkan Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian pasien TB RO selama masa pengobatan di Indonesia adalah kelompok umur 45-65 (HR 1,519; 95% CI 1,275-1,809) tahun dan 65+ (HR 3,170; 95% CI 2,512-4,001), wilayah fasyankes Jawa-Bali (HR 1,474; 95% CI 1,267-1,714), koinfeksi HIV (HR 3,493; 95% CI 2,785-4,379), tidak mengetahui status HIV (HR 1,655; 95% CI 1,474-1,858) memiliki riwayat pengobatan (HR 1,244; 95% CI 1,117-1,385), tidak konversi ≤3 bulan (HR 4,435; 95% CI 3,920-5,017), paduan pengobatan LTR (1,759; 95% CI 1,559-1,985), kepatuhan pengobatan pada kelompok tidak minum obat 1-30 hari (HR 0,844; 95% CI 0,748-0,953) dan kepatuhan pengobatan pada kelompok tidak minum obat >30 hari (HR 0,318; 95% CI 0,273-0,370). 

The proportion of drug-resistant tuberculosis (RO-TB) patients who have the final outcome of treatment will die in 2021 to 19%. The purpose of this study was to determine the risk factors for death of TB RO patients during the treatment period in Indonesia. The design of this study was a retrospective cohort using data on TB RO cases that started treatment in 2020-2021 and had final treatment results until May 2023 and were recorded in the Tuberculosis Information System. The analysis used in this study is descriptive analysis, survival using Kaplan Meier, and multivariate using cox regression. The number of research samples is 7,515. The results of this study showed that 19.39% of patients died with an overall incidence rate of 6 per 10,000 person days and a cumulative probability of survival of 73%. Multivariate analysis shows that the factors that influence the death of TB RO patients during the period of treatment in Indonesia are the age group 45-65 (HR 1.519; 95% CI 1.275-1.809) years and 65+ (HR 3.170; 95% CI 2.512-4.001), health facilities area Java-Bali (HR 1.474; 95% CI 1.267-1.714), HIV coinfection (HR 3.493; 95% CI 2.785-4.379), do not know HIV status (HR 1.655; 95% CI 1.474-1.858) have a history of treatment ( HR 1.244; 95% CI 1.117-1.385), no conversion ≤3 months (HR 4.435; 95% CI 3.920-5.017), mixed treatment LTR (1.759; 95% CI 1.559-1.985), treatment adherence in non-medication group 1 -30 days (HR 0.844; 95% CI 0.748-0.953) and medication adherence in the non-medication group >30 days (HR 0.318; 95% CI 0.273-0.370)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lola Miftahul Fidini
"Apoteker memiliki peranan penting dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Berpartisipasi langsung dalam praktik kerja kefarmasian merupakan salah satu hal penting yang dilakukan untuk menjadi seorang apoteker profesional. Oleh karena itu, sebagai bekal dan pengalaman dalam memahami peran apoteker dalam dunia kerja, para calon apoteker diwajibkan untuk menjalani praktik kerja profesi. Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di RS UI periode Juli-Agustus 2022.

Pharmacists have an important role in doing pharmaceutical practice. Participating directly in the practice of pharmacy work is one of the important things to do to become a professional pharmacist. Therefore, as a provision and experience in understanding the role of pharmacists in the world of work, prospective pharmacists are required to undergo professional work practices. The Professional Practice of Pharmacist is held Matraman University of Indonesian Hospital periode July - August 2022.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afianti Hasanah
"Indonesia masuk kedalam Negara dengan tiga beban TB tertinggi, salah satunya adalah TB-MDR. Persentase kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan di Indonesia melebihi batasan target WHO yaitu 10. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada pasien Tuberkulosis Multi Drug Resistance TB-MDR selama masa pengobatan di Indonesia tahun 2010-2014. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional menggunakan data sekunder registrasi kohort e-TB Manager Surveilans TB Resistan Obat 2010-2014.
Variabel independen pada penelitian ini meliputi faktor kerentanan individu usia, jenis kelamin, komorbid diabetes mellitus, jumlah resistansi OAT, hasil pemeriksaan sputum di awal pengobatan, faktor kerentanan sistem kesehatan riwayat pengobatan TB sebelumnya dan interval inisiasi pengobatan, dan faktor kerentanan sosial wilayah tempat tinggal. Variabel dependen pada penelitian ini adalah hasil akhir kematian pada pasien TB-MDR. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia dengan kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan.

Indonesia is one of the countries in three high burden country list, partially MDR TB. The presentation of mortality among MDR TB patients during treatment in Indonesia is above WHO target which is 10. This study aimed to describe the epidemiological and factors associated with mortality among MDR TB patients during treatment in Indonesia from 2010 through 2014. The study was conducted with cross sectional using secondary data cohort registration e TB Manager Surveillance of TB Drugs Resistance 2010 2014.
Independent variables of this study were individual vulnerability age, sex, diabetes mellitus comorbidities, number of drugs resistance, initial sputum test, programmatic or institutional vulnerability previous history of TB treatment and interval of treatment, and social vulnerability living status. Dependent variable of this study was the end of treatment result for mortality among MDR TB patients. The results indicated that age associated with mortality among MDR TB patients during treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Immi Rizky Budiyani
"Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan global, termasuk di DKI Jakarta dengan beban TBC Resistan Obat (TBC RO) yang tinggi. Konversi kultur dahak adalah indikator penting dalam pemantauan pengobatan TBC. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi waktu konversi kultur dahak dan mengidentifikasi prediktor yang mempengaruhinya pada pasien TBC RO di DKI Jakarta tahun 2020-2022 menggunakan desain kohort retrospektif. Variabel yang dianalisis meliputi tipe resistensi, inisial sputum, usia, jenis kelamin, riwayat pengobatan sebelumnya, komorbid HIV, komorbid Diabetes Mellitus, jenis fasilitas kesehatan, dan paduan pengobatan TBC RO. Dari 936 pasien yang dianalisis, 82,05% mengalami konversi kultur dahak dengan probabilitas survival kumulatif di akhir pengamatan sebesar 11,01% dan median survival keseluruhan 3 bulan. Enam variabel yang menjadi prediktor waktu konversi kultur dahak adalah tipe resistensi, inisial sputum, usia, riwayat pengobatan sebelumnya, jenis fasilitas kesehatan, dan paduan pengobatan yang digunakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bermanfaat untuk program TBC serta menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease that poses a global health problem, including in DKI Jakarta, which has a high burden of Drug-Resistant TB (DR-TB). Sputum culture conversion is an important indicator in monitoring TB treatment. This study aims to evaluate the time to sputum culture conversion and identify its predictors among DR-TB patients in DKI Jakarta from 2020 to 2022 using a retrospective cohort design. The analyzed variables include resistance type, initial sputum, age, gender, previous treatment history, HIV comorbidity, Diabetes Mellitus comorbidity, type of healthcare facility, and DR-TB treatment regimen. Out of 936 analyzed patients, 82.05% experienced sputum culture conversion with a cumulative survival probability at the end of observation of 11.01% and an overall median survival of 3 months. Six variables were identified as predictors of sputum culture conversion time: resistance type, initial sputum, age, previous treatment history, type of healthcare facility, and treatment regimen used. This study is expected to provide valuable information for TB programs and serve as a reference for future research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira A`Dila
"Demi meningkatkan cakupan layanan serta keberhasilan pengobatan TB RO dilakukan perluasan penyediaan layanan TB RO pada fasilitas pelayanan kesehatan di 34 provinsi. Sejak tahun 2020, Indonesia berkomitmen mengimplementasikan sistem manajemen dan monitoring efek samping obat secara aktif (MESO-aktif) untuk pasien TB RO. Kejadian tidak diinginkan selama terapi pengobatan wajib dilaporkan dalam formulir pelaporan ESO. Analisis Kejadian Tidak Diinginkan Serius Tuberkulosis Resisten Obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia Periode Desember 2022 – April 2023 dilakukan dengan melakukan pemantauan KTD pasien TB RO melalui SIMRS. Dari hasil analisis data Kejadian Tidak Diinginkan Serius Tuberkulosis Resisten Obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia Periode Desember 2022 – April 2023 masih terdapat 21 Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) yang dialami 13 pasien sehingga Analisis KTD pasien TB RO yang telah dilakukan dapat dilanjutkan dan dilakukan secara rutin agar pelaporan KTD TB RO melalui Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) untuk meningkatkan implementasi MESO aktif di fasilitas pelayanan kesehatan dan mendukung program TBC Nasional dapat terlaksana dengan baik. 

In order to increase service coverage and the success of TB RO treatment, the provision of TB RO services has been expanded at health service facilities in 34 provinces. Since 2020, Indonesia has committed to implementing an active drug side effect management and monitoring system (MESO-active) for RO TB patients. Adverse events during medication therapy must be reported on the ESO reporting form. Analysis of Serious Adverse Events of Drug-Resistant Tuberculosis at the University of Indonesia Hospital for December 2022 – April 2023 was carried out by monitoring adverse events in RO TB patients via SIMRS. From the results of data analysis of Serious Adverse Events of Drug-Resistant Tuberculosis at the University of Indonesia Hospital for the period December 2022 – April 2023, there were still 21 Undesirable Events (KTD) experienced by 13 patients, so the adverse event analysis of RO TB patients that has been carried out can be continued and carried out routinely. So, reporting adverse TB RO events through the Tuberculosis Information System (SITB) to increase the implementation of active MESO in health service facilities and support the National TB program can be implemented well.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jefman Efendi Marzuki HY
"Pendahuluan: Delamanid (DLM) merupakan obat baru tuberkulosis resistan obat (TB-RO) yang sudah digunakan di Indonesia sejak tahun 2019. DLM diketahui dapat menginhibisi kanal kalium hERG sehingga berpotensi menyebabkan pemanjangan interval QT hingga risiko Torsades de pointes (TdP). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan interval QTc pada pasien TB-RO yang mendapatkan paduan DLM dibandingkan dengan kelompok tanpa paduan DLM yakni shorter treatment regimens (STR) dengan injeksi di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder di RSPG dan RSSA. Nilai interval QTc dan perubahan nilai interval QTc dari baseline (ΔQTc) akan dinilai selama 24 minggu.
Hasil: Peningkatan rerata interval QTc dan ΔQTc pada kelompok DLM dan STR dengan injeksi terjadi sejak minggu pertama pengobatan. Peningkatan interval QTc maksimum dan ΔQTc yang lebih kecil pada kelompok DLM dengan mean difference 18,6 milidetik (95%IK 0,3 sampai 37,5) dan 31,6 milidetik (95%IK 14,1 sampai 49,1). Proporsi pemanjangan interval QTc lebih kecil pada kelompok DLM dibandingkan STR dengan injeksi (RR= 0,62; 95%IK 0,42 sampai 0,93).
Kesimpulan: Penelitian ini mengindikasikan paduan mengandung DLM cenderung lebih sedikit meningkatkan interval QTc dibandingkan kelompok STR dengan injeksi. Akan tetapi, pemantauan ketat risiko pemanjangan interval QT perlu dilakukan pada penggunaan obat yang berisiko memperpanjang interval QT.

Backgrounds: Delamanid (DLM) is a tuberculosis resistant (TB-RO) drug and has been used in Indonesia since 2019. It is known that DLM inhibits hERG potassium channel which has the potential to cause cardiac repolarization disorders such as QT prolongation which eventually leads to a risk of Torsades de pointes. This study aims to analyze the QTc interval changes in TB-RO patients who received the DLM-containing regimens compared to the shorter treatment regimens (STR) with injection in Indonesia.
Methods: This is a retrospective cohort study which uses secondary data at RSPG and RSSA. The value of the QTc interval and the changes in the value of the QTc interval from the baseline (ΔQTc) will be assessed for a period of 24 weeks.
Results: There are 31 subjects who received DLM-containing regimens and 76 subjects who received STR with injection. The mean QTc interval and ΔQTc in both groups occurred since the first week of treatment. The increase of QTc interval maximum and ΔQTc was smaller in the DLM group with a mean difference 18.6 miliseconds (95%CI 0.3 to 37.5) and 31.6 milliseconds (95%CI 14.1 to 49.1). The proportion of QTc interval prolongation was smaller in the DLM group (RR= 0.62; 95%CI 0.42 to 0.93
Conclusion: This study indicate that DLM-containing regimens is less likely to increase the QTc interval compared to the STR group with injection. However, close monitoring of the risk of QT prolongation needs to be carried out upon the use of QT prolonging drugs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nayyara Rashida Alchudri
"Latar Belakang
Remaja belum dianggap sebagai populasi tersendiri dalam pengobatan dan penanganan tuberkulosis. HIV merupakan faktor risiko imunosupresif utama TB, dengan proporsi yang meningkat pada remaja. Hingga saat ini, penelitian yang berfokus pada TB pada individu HIV-positif masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki prevalensi dan faktor risiko HIV/TB.
Metode
Penelitian ini menggunakan catatan medis 100 remaja HIV-positif (usia 10-18 tahun) yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari tahun 2017-2022. Model analitik retrospektif digunakan untuk menganalisis variabel dalam HIV/TB. Data dianalisis menggunakan SPSS 29.0.
Hasil
Prevalensi TB aktif adalah 7% dan TB laten adalah 2% di antara remaja dengan HIV di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Uji Fisher menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara usia, jenis kelamin, status gizi, jumlah CD4, viral load HIV, dan kepatuhan terhadap ART pada infeksi TB (p>0.05) pada remaja dengan HIV. Peningkatan risiko TB ditemukan pada mereka yang mengalami malnutrisi, kepatuhan ART yang buruk, CD4 <500 sel/mm3 dan CD4 <29%. Namun, peningkatan risiko hanya signifikan pada mereka yang memiliki jumlah CD4 <500 sel/mm3 ((OR = 13,17, 95% CI [2,73, 63,62]).
Kesimpulan
Prevalensi TB aktif adalah 7% dan prevalens TB keseluruhan adalah 9% di antara remaja HIV-positif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Tingkat keberhasilan adalah 71.4% untuk TB aktif. Tidak ada hubungan yang signifikan antara TB dan faktor-faktor yang dipelajari dalam penelitian ini. Peningkatan risiko TB terdeteksi pada pasien dengan malnutrisi, kepatuhan ART yang buruk, dan jumlah CD4 yang rendah.

Introduction
Adolescents have not been addressed as its own distinct population in the treatment and management of tuberculosis. HIV is a major immunosuppressive risk factor of TB, with a rising proportion comprising of adolescents. To this date, studies focusing on TB on HIV-positive individuals remain limited. This study aims to investigate the prevalence and risk factors of HIV/TB.
Method
This study used health records of 100 HIV-positive adolescents (10-18 years) treated in Cipto Mangunkusumo Hospital from 2017-2022. Analytic retrospective model was used to analyze the variables in HIV/TB. Data was analyzed using SPSS 29.0.
Results
Prevalence is 7% for active TB and 2% for latent TB among HIV-positive adolescents in Cipto Mangunkusumo Hospital. Fisher’s exact test revealed a non-significant relationship between age, gender, nutritional status, CD4 count, HIV viral load, and adherence to ART with TB infection (p>0.05) among HIV-positive adolescents. An increased risk of TB was found in those with malnutrition, poor ART adherence, CD4 <500 cells/mm3 and CD4 <29%. However, increase of risk was only significant in those with CD4 count <500 cells/mm3 ((OR = 13.17, 95% CI [2.73, 63.62]).
Conclusion
Active TB prevalence is 7% and the overall TB prevalence is 9% among HIV-positive adolescents in Cipto Mangunkusumo Hospital. Success rate is 71.4% for active TB. There is no significant relationship between TB and the factors studied in this study. Increased risk of TB was detected in patients with malnutrition, poor ART adherence, and low CD4 count.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayyara Rashida Alchudri
"Latar Belakang
Remaja belum dianggap sebagai populasi tersendiri dalam pengobatan dan penanganan tuberkulosis. HIV merupakan faktor risiko imunosupresif utama TB, dengan proporsi yang meningkat pada remaja. Hingga saat ini, penelitian yang berfokus pada TB pada individu HIV-positif masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki prevalensi dan faktor risiko HIV/TB.
Metode
Penelitian ini menggunakan catatan medis 100 remaja HIV-positif (usia 10-18 tahun) yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari tahun 2017-2022. Model analitik retrospektif digunakan untuk menganalisis variabel dalam HIV/TB. Data dianalisis menggunakan SPSS 29.0.
Hasil
Prevalensi TB aktif adalah 7% dan TB laten adalah 2% di antara remaja dengan HIV di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Uji Fisher menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara usia, jenis kelamin, status gizi, jumlah CD4, viral load HIV, dan kepatuhan terhadap ART pada infeksi TB (p>0.05) pada remaja dengan HIV. Peningkatan risiko TB ditemukan pada mereka yang mengalami malnutrisi, kepatuhan ART yang buruk, CD4 <500 sel/mm3 dan CD4 <29%. Namun, peningkatan risiko hanya signifikan pada mereka yang memiliki jumlah CD4 <500 sel/mm3 ((OR = 13,17, 95% CI [2,73, 63,62]).
Kesimpulan
Prevalensi TB aktif adalah 7% dan prevalens TB keseluruhan adalah 9% di antara remaja HIV-positif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Tingkat keberhasilan adalah 71.4% untuk TB aktif. Tidak ada hubungan yang signifikan antara TB dan faktor-faktor yang dipelajari dalam penelitian ini. Peningkatan risiko TB terdeteksi pada pasien dengan malnutrisi, kepatuhan ART yang buruk, dan jumlah CD4 yang rendah.

Introduction
Adolescents have not been addressed as its own distinct population in the treatment and management of tuberculosis. HIV is a major immunosuppressive risk factor of TB, with a rising proportion comprising of adolescents. To this date, studies focusing on TB on HIV-positive individuals remain limited. This study aims to investigate the prevalence and risk factors of HIV/TB.
Method
This study used health records of 100 HIV-positive adolescents (10-18 years) treated in Cipto Mangunkusumo Hospital from 2017-2022. Analytic retrospective model was used to analyze the variables in HIV/TB. Data was analyzed using SPSS 29.0.
Results
Prevalence is 7% for active TB and 2% for latent TB among HIV-positive adolescents in Cipto Mangunkusumo Hospital. Fisher’s exact test revealed a non-significant relationship between age, gender, nutritional status, CD4 count, HIV viral load, and adherence to ART with TB infection (p>0.05) among HIV-positive adolescents. An increased risk of TB was found in those with malnutrition, poor ART adherence, CD4 <500 cells/mm3 and CD4 <29%. However, increase of risk was only significant in those with CD4 count <500 cells/mm3 ((OR = 13.17, 95% CI [2.73, 63.62]).
Conclusion
Active TB prevalence is 7% and the overall TB prevalence is 9% among HIV-positive adolescents in Cipto Mangunkusumo Hospital. Success rate is 71.4% for active TB. There is no significant relationship between TB and the factors studied in this study. Increased risk of TB was detected in patients with malnutrition, poor ART adherence, and low CD4 count.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Ayu Lestari
"
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Diperkirakan pada tahun 2021 terdapat 10,6 juta orang yang terinfeksi tuberkulosis. Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk dalam 20 negara dengan beban TB, TB MDR/RR, dan TB HIV tertinggi di dunia berdasarkan estimasi jumlah kasus hasil modelling yang dilakukan WHO. Angka inisiasi pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat meningkat dari tahun 2020-2022, namun pasien yang terdiagnosis tuberkulosis resistan obat tidak dapat segera mendapatkan pengobatan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat, serta pengaruh faktor sistem kesehatan dan faktor pasien terhadap keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat di Indonesia tahun 2020-2022. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel pasien tuberkulosis resistan obat yang memulai pengobatan tahun 2020-2022 dan dilaporkan ke sistem informasi tuberkulosis. Penelitian ini menggunakan metode regresi logistik multilevel dengan sumber data sekunder dari Sistem Informasi Tuberkulosis dan Profil Kesehatan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan rerata durasi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat meningkat dari tahun 2020-2022; faktor sistem kesehatan yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat antara lain rasio rumah sakit, metode diagnosis baseline, dan wilayah pendampingan komunitas; sedangkan faktor pasien yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat yaitu jenis kelamin, domisili pasien, riwayat pengobatan OAT suntik, jenis fasilitas kesehatan pertama yang dikunjungi, dan jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan. Perluasan penggunaan cartridge XDR pada alat TCM diperlukan untuk mengetahui resistansi fluorokuinolon sehingga pasien yang terdiagnosis resistan obat dapat segera diobati dan perlunya penguatan kolaborasi antara fasilitas kesehatan, dinas kesehatan, dan organisasi komunitas dalam mendukung pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat.

Tuberculosis is still a health problem in the world. It is estimated that in 2021 there will be 10.6 million people infected with tuberculosis. Indonesia is one of the 20 countries with the highest burden of TB, MDR/RR TB and HIV TB in the world based on the estimated number of cases resulting from modeling conducted by WHO. The rate of initiation of treatment for drug-resistant tuberculosis patients increased from 2020-2022, however, patients diagnosed with drug-resistant tuberculosis cannot immediately receive treatment at health facilities. This study aims to determine the duration of delays in treatment of drug-resistant tuberculosis patients, as well as the influence of health system factors and patient factors on delays in treatment of drug-resistant tuberculosis patients in Indonesia in 2020-2022. This study used a cross-sectional design with a sample of drug- resistant tuberculosis patients who started treatment in 2020-2022 and reported to the tuberculosis information system. This research uses a multilevel logistic regression method with secondary data sources from the Tuberculosis Information System and the Indonesian Health Profile. The results of the study show that the average duration of delay in treatment for drug-resistant tuberculosis patients increased from 2020-2022; health system factors that influence delays in treatment of drug-resistant tuberculosis include hospital ratios, baseline diagnosis methods, and community assistance areas; Meanwhile, patient factors that influence delays in treatment for drug-resistant tuberculosis patients are gender, patient domicile, history of injectable drugs, type of first health facility visited, and number of visits to health facilities. Expanding the use of XDR cartridges in GenExpert is needed to determine fluoroquinolone resistance so that patients diagnosed with drug resistance can be treated immediately and there is a need to strengthen collaboration between health facilities, health services and community organizations in supporting the treatment of drug-resistant tuberculosis patients."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>