Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158575 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachma Widya Ningtyas
"Penelitian ini membahas isu kesehatan mental yang kini sedang ramai diperbincangkan publik hingga banyak disebarluaskan melalui TikTok. Banyak konten baru terkait Kesehatan mental yang dapat mempengaruhi orang untuk tindakan self-diagnose. Tidak semua konten dapat dipercaya dan dapat diaplikasikan untuk semua orang. Dibutuhkan literasi informasi dalam menyaring terhadap konten-konten tersebut. Kekhawatiran atas penyebaran informasi yang tidak akurat dan potensinya untuk memperburuk stigma menjadi dasar pentingnya penelitian ini. Penelitian ini menganalisis kaitan antara literasi informasi terkait konten kesehatan mental di TikTok dan kecenderungan mereka melakukan self-diagnose. Penelitian ini menggunakan survey terhadap 232 mahasiswa dalam mengukur kesadaran diri mengenai literasi informasi dan penggunaan tiktok terhadap penolakan ataupun penerimaan self-diagnose. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa seluruh hipotesis diterima, sehingga dapat dipahami kesadaran diri mengenai literasi informasi berpengaruh secara signifikan dalam dukungan ataupun menolak ataupun menerima self-diagnose terkait Kesehatan mental di TikTok. Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemerhati di bidang literasi informasi kesehatan untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana mahasiswa terlibat dan memproses informasi kesehatan mental dari media digital, dengan harapan dapat meningkatkan praktik informasi yang terinformasi dan perilaku digital yang lebih sehat di kalangan mahasiswa.

This research discusses the issue of mental health which is currently being widely discussed by the public and is being widely shared via TikTok. There is a lot of new content related to mental health that can influence people to self-diagnose. Not all content can be trusted and can be applied to everyone. Information literacy is needed to filter this content. Concerns about the spread of inaccurate information and its potential to exacerbate stigma underlie the importance of this research. This research analyzes the relationship between information literacy related to mental health content on TikTok and their tendency to self-diagnose. This research used a survey of 232 students to measure self-awareness regarding information literacy and the use of TikTok to reject or accept self-diagnoses. Based on the research results, it is known that all hypotheses are accepted, so it can be understood that self-awareness regarding information literacy has a significant influence on supporting or rejecting or accepting self-diagnoses related to mental health on TikTok. This research can be considered 3 by observers in the field of health information literacy to increase understanding of how students engage with and process mental health information from digital media, with the hope of increasing informed information practices and healthier digital behavior among students."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Hana Qatrunnada
"Mahasiswa Universitas Indonesia memiliki beberapa masalah berkaitan dengan kesehatan mental. Penelitian oleh Maulida 2012 menunjukkan bahwa 46,9 mahasiswa yang melakukan pencarian bantuan konseling di Badan Konseling Mahasiswa UI sudah mencapai tingkat depresi sedang. Namun jumlah pencarian bantuan oleh mahasiswa yang mempunyai masalah kejiwaan cukup rendah, dengan hanya sebanyak 22,5 ditangani dokter dan 2,4 ditangani psikolog Vidiawati, dkk., 2017.
Penelitian oleh Anita dan Hadjam 2017 menunjukkan adanya hubungan antara literasi kesehatan mental tinggi serta sikap positif terhadap kesehatan mental terhadap kecenderungan untuk mencari bantuan profesional dalam kasus gangguan mental.
Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran literasi kesehatan mental pada mahasiswa tingkat satu program studi S1 Reguler Universitas Indonesia tahun 2018. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dan bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan menggunakan kuisoner yang diisi responden secara mandiri. Kuesioner yang digunakan mengadaptasi dari Mental Health Literacy Questionnaire O Connor, 2015.
Pada penelitian didapatkan sebanyak 54,7 n = 204 responden memiliki tingkat literasi baik dan sebanyak 44,2 n = 165 memiliki tingkat literasi sedang. Literasi kesehatan mental mahasiswa tingkat satu program studi S1 Reguler Universitas Indonesia tahun 2018 sebagian besar sudah tergolong baik, namun masih banyak yang perlu ditingkatkan lagi.

University of Indonesia students have some problems related to mental health. Research by Maulida 2012 shows that 46.9 of students seeking counseling assistance at UI Student Counseling Body have reached moderate levels of depression. However, the number of seeking assistance by students who have psychiatric problems is quite low, with only 22.5 handled by doctors and 2.4 treated by psychologists Vidiawati, et al., 2017.
Research by Anita and Hadjam 2017 suggests an association between high mental health literacy as well as a positive attitude to mental health against a tendency to seek professional help in cases of mental disorders.
The aim of this research is to get mental health literacy picture on the first grade students of Regular University of Indonesia study program in 2018. The research uses quantitative approach with cross sectional design and is descriptive. The data collected is primary data by using questionnaires filled by respondents independently. The questionnaire used adapted from the Mental Health Literacy Questionnaire O 39 Connor, 2015.
The result showed that 54,7 n 204 had good literacy level and 44,2 n 165 had moderate literacy level. The mental health literacy of first year undergraduate students of Regular University of Indonesia in 2018 is mostly good, but there is still much that needs to be improved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Tri Anggraeni
"Pendahuluan: Stigmatisasi terhadap orang dengan gangguan jiwa cukup tinggi di kalangan penyedia layanan kesehatan, termasuk mahasiswa kedokteran. Penelitian ini menganalisis dampak promosi kesehatan jiwa terhadap stigma kesehatan jiwa pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan menggunakan data dari mahasiswa kedokteran tahun ketiga (N=132), dibagi menjadi kelompok intervensi (n=66) dan kontrol (n=66). Kelompok intervensi menerima satu kali webinar tentang kesehatan mental. Tingkat stigma dinilai menggunakan kuesioner MICA-4.
Hasil: Prevalensi stigma kesehatan jiwa dari kuesioner pre-test sebesar 18,94%, dengan cutoff-point 48. Tingkat stigma tertinggi pada post-test terdapat pada pertanyaan 6, faktor 2, dan faktor 3. Pada kelompok intervensi, skor MICA menurun dari median 42 menjadi 39 dengan perbedaan yang signifikan secara statistik (p=0,001), sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,951) pada kelompok kontrol.
Kesimpulan: Stigma yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah terkait pengetahuan tentang penyakit jiwa, kesediaan untuk mengungkapkan penyakit jiwa sendiri, dan stigma terhadap anggota keluarga atau teman pasien psikiatri. Studi ini menunjukkan bahwa promosi kesehatan mental melalui webinar menunjukkan penurunan yang signifikan dalam stigma kesehatan mental di kalangan mahasiswa kedokteran tahun ketiga.

Introduction: Stigmatization of people with mental illnesses is high among health care providers, including medical students. This study analyzes the impact of mental health promotion on mental health stigma in third-year medical students of the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia.
Methods: The research is a quasi-experimental study using data from third-year medical students (N=132), divided into intervention (n=66) and control (n=66) groups. The intervention group received a one-time webinar about mental health. The stigma level was assessed using the MICA-4 questionnaire.
Results: The prevalence of mental health stigma from the pre-test questionnaire is 18.94%, with a cutoff point of 48. The highest stigma level on post-test was found on question 6, factor 2, and factor 3. In the intervention group, the MICA score decreased from median 42 to 39 with a statistically significant difference (p=0.001), while there was no significant difference (p=0.951) in the control group.
Conclusion: The most common stigma found in this study is related to knowledge of mental illness, willingness to disclose their own mental illness, and stigma towards family members or friends of psychiatric patients. This study demonstrates that mental health promotion using webinar shows a significant reduction in mental health stigma among third-year medical students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ayumaruti
"Literasi kesehatan mental merupakan pengetahuan serta keyakinan individu tentang masalah atau gangguan jiwa yang membantu proses pengenalan, pengelolaan, atau cara pencegahannya yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan suatu tindakan yang bermanfaat khususnya bagi kesehatan mental individu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat literasi kesehatan mental mahasiswa program S1 reguler di Universitas Andalas dan faktor - faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan data Studi Literasi Kesehatan 2019 dengan menggunakan sampel dari mahasiswa angkatan 2018 di 15 fakultas di Universitas Andalas (n=363). Instrumen yang digunakan untuk pengukuran literasi kesehatan mental adalah kuesioner Mental Health Literacy Scale (MHLS) yang telah diadaptasi kedalam konteks budaya dan Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor tingkat literasi kesehatan mental yang relatif rendah yaitu 59,96 dalam skala 1-100. Hasil analisis bivariat adalah determinan yang berasosiasi signifikan dengan literasi kesehatan mental yaitu jenis kelamin, suku, status tempat tinggal, status pacaran, rumpun ilmu, dan kepemilikan asuransi kesehatan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan tingkat literasi kesehatan mental adalah rumpun ilmu, kepemilikan asuransi kesehatan, dan status pasangan/pacaran. Yang merupakan variabel dominan adalah rumpun ilmu kesehatan. Diperlukan intervensi untuk meningkatkan literasi kesehatan mental yang berfokus pada topik yang terkait dengan mahasiswa laki – laki dan mahasiswa non kesehatan melalui peningkatan edukasi serta pengembangan dan pemanfaatan pusat informasi kesehatan mental di Universitas Andalas.

Mental health literacy is individual knowledge and beliefs about mental problems or disorders that help the process of recognizing, managing or preventing them which can then be used to take action that is especially beneficial for individual mental health. The purpose of this study was to describe the level of mental health literacy of regular undergraduate students at Andalas University and the influencing factors. This study used data from the 2019 Health Literacy Study using samples from class 2018 students in 15 faculties at Andalas University (n=363). The instrument used for measuring mental health literacy is the Mental Health Literacy Scale (MHLS) questionnaire which has been adapted to the cultural context and the Indonesian language. The results showed that the average score for mental health literacy was relatively low, namely 59.96 on a scale of 1-100. The results of the bivariate analysis show that there are determinants that are significantly associated with mental health literacy, namely gender, ethnicity, residence status, dating status, academic background, and health insurance ownership. The results of the multivariate analysis show that the variables associated with the level of mental health literacy are knowledge cluster/major, ownership of health insurance, and partner/dating status. Which is the dominant variable is the health science cluster/major. Interventions are needed to increase mental health literacy that focuses on topics related to male students and non-health students through increased education and the development and utilization of mental health information centers at Andalas University."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prameswari Zahra Adelaide
"Latar Belakang: Kesehatan mental merupakan salah satu isu kesehatan yang belum terpecahkan di Indonesia. Mahasiswa kedokteran adalah satu dari banyak populasi yang rentan terkena gangguan mental diakibatkan stresor yang tinggi. Stresor ini paling tinggi dialami oleh mahasiswa transisi dari sekolah menengah atas ke fakultas kedokteran, dan dari tahun preklinik ke klinik. Meskipun mereka menerima edukasi formal tentang kesehatan mental, tetapi sangat penting untuk mengetahui dan meningkatkan beberapa parameter kesehatan mental, seperti pengetahuan dan perilaku. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan dan perilaku pada mahasiswa tingkat tiga preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sesudah webinar kesehatan mental.
Metode: Studi potong lintang ini menggunakan data sekunder berupa nilai pretest dan posttest pada kelompok webinar dan yang tidak menghadiri webinar (kontrol). Kuesioner yang digunakan adalah MAKS (pengetahuan) dan CAMI (perilaku). Total subjek sebanyak 132, di mana 66 masing-masing terdapat di kelompok webinar dan kontrol. Analisis data menggunakan Wilcoxon dan Mann-Whitney, di mana Mann-Whitney untuk membandingkan nilai posttest kelompok webinar dan kontrol.
Hasil: Tidak ada kenaikan yang signifikan dalam perilaku pada kelompok webinar dan kontrol (p>0.05), namun terlihat dalam aspek pengetahuan. Tidak ada perbedaan yang berarti juga terlihat pada posttest perilaku antara dua kelompok tersebut, namun terlihat signifikan pada pengetahuan (P<0.05).
Kesimpulan: Promosi kesehatan mental dalam bentuk webinar dapat meningkatkan pengetahuan, namun tidak dalam perilaku, terhadap kesehatan mental pada mahasiswa tingkat tiga preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Introduction: Mental health issues is one of health concerns that has not yet been overcome in Indonesia. Medical students are among those with high risk of developing mental disorder due to higher exposure to stress. The stressors are higher in medical students transitioning from high schools to first-year medical schools, and from preclinical to clinical years. Despite the formal education about mental health, it is important to identify and improve some specific parameters of mental health, such as knowledge and attitude. This study was conducted to identify whether there is an improvement in knowledge and attitude about mental disorder in third-year preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia before and after webinar of mental health promotion.
Methods: This cross-sectional study uses secondary data in the form of pretest and posttest score of webinar participants and non-webinar (control group). MAKS and CAMI questionnaire are used to assess the knowledge and attitude, respectively. There are a total of 132 subjects, which are equally divided into webinar and control group. The analysis uses Wilcoxon and Mann-Whitney, with the latter being used to compare only between posttest score of webinar and control group.
Results: There is no significant improvement of attitude in both webinar and control groups (p>0.05), as opposite to knowledge (p<0.05). No notable difference is also seen in the attitude using Mann-Whitney, however the outcome (posttest) of knowledge is notably higher in webinar group (p<0.05).
Conclusion: The mental health promotion in the form of a webinar improves knowledge, but does not increase attitude towards mental disorder in third-year preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Fadhilah
"Stres dan burnout yang dapat berujung pada depresi banyak terjadi padamahasiswa kedokteran karena tuntutan lingkungan akademik dan non-akademik. Meskipun idealnya kejadian depresi akan berkurang saat mahasiswa mendekati akhir tahun praklinis karena mekanisme koping yang lebih baik, prevalensi gejala depresi akan meningkat saat mereka berada di rotasi klinik. Stres yang menumpuk dan tidak teratasi dari tahun praklinis dapat bertahan sampai memasuki rotasi klinik, dan nantinya akan mempengaruhi kinerja mereka terhadap pasien mereka kelak. Psikoedukasi diperlukan untuk mempersiapkan mahasiswa kedokteran untuk mengatasi dan membantu mengatasistres mereka yang tersisa dan yang akan datang dalam rotasi kepaniteraan mereka.
Metode: Studi potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan kemanjuran webinar promosi kesehatan mental dalam mengurangi gejala depresi yang ditemukan pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga di Universitas Indonesia dengan menganalisis data sekunder skor PHQ-9 peserta, baik dari mereka yang datang ke webinar, maupun yang tidak sebagai pembanding. Skor PHQ-9 diisi oleh peserta sebelum dan sesudah sesiwebinar yang hanya diadakan sekali sebagai pre-test dan post-test.
Hasil: Pada data penialian dasar yang diambil dari skor pretes PHQ-9, kelompok yang mengikuti dan tidakmengikuti webinar tidak menunjukkan adanya perbedaan skor (p=0,512). Pada hasil postes, kedua kelompok masih menunjukkan tidak ada perbedaan (p=0,435) dan perbaikan skor dari pre-test ke post-test juga tidak terlalu ditemukan (kelompok peserta webinar p=0,606; kelompok pembanding p=0,063).
Kesimpulan: Webinar promosi kesehatan jiwa jika hanya diberikan satu kali tidak efektif dan berdampak dalam mengurangi gejala depresi pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga.

Background: Stress and burnout, which can lead to depression, is prevalent amongst medical students due to demanding academic and non-academic environment. Althoughideally the occurrence of depression will decrease as the students approach late preclinicalyear due to better coping mechanism, the prevalence of burning out and depressive symptoms will increase as they reach clerkship rotations. Piling up and unresolved stressfrom preclinical year can remain until entering clerkship rotations, and later will affect their performance towards their future patients. Psychoeducation is needed to prepare themedical students to cope and help solve their remaining stress and upcoming stress in their clerkship rotations.
Methods: This cross-sectional study wants to find out the impactand efficacy of mental health promotion webinar in reducing depressive symptoms foundin third-year medical students of Universitas Indonesia by analysing secondary data of PHQ-9 score of the participants both from those who came to the webinar and those whodid not as the comparison. PHQ-9 score was filled by the participants before and after a one-time webinar session as pre-test and post-test.
Results: At the baseline data, taken from PHQ-9 pre-test score, groups that attended webinar and did not shows no score discrepancy (p=0.512). Derived from post-test result, both groups still indicates no difference (p=0.435) and the score improvements from pre-test to post-test also not remarkably found (webinar attendee group p=0.606; comparison group p=0.063).
Conclusion: Mental health promotion webinar if only given once is not effective and impactful in reducing depressive symptoms in third-year medical students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Karenina Sastroamidjoyo
"Kesehatan mental adalah komponen integral dari kesejahteraan yang mempengaruhi kemampuan individu dalam pengambilan keputusan, membangun hubungan, dan membentuk dunia sekitar mereka. Gangguan kesehatan mental mencakup disabilitas psikososial dan kondisi lain yang terkait dengan stres serta risiko melukai diri sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut adalah literasi kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan mengetahui asosiasi determinan sosial kesehatan dengan literasi kesehatan mental pada mahasiswa program sarjana angkatan 2018 Universitas Pattimura dan mengevaluasi karakteristik individu dan determinan yang mempengaruhi literasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan gambaran literasi kesehatan mental pada mahasiswa universitas Pattimura adalah 55, meskipun hubungan karakteristik individu seperti usia dan jenis kelamin dengan literasi kesehatan mental tidak signifikan secara statistik, ditemukan bahwa usia ≥ 19 tahun dan perempuan cenderung memiliki literasi yang lebih tinggi. Analisis determinan sosial kesehatan juga menunjukkan bahwa ada asosiasi signifikan antara suku kedua orang tua dengan literasi kesehatan mental. Hasil multivariabel menunjukkan bahwa suku kedua orang tua merupakan faktor dominan yang mempengaruhi skor literasi kesehatan mental, sedangkan status pasangan/pacar merupakan faktor confounding. Penelitian ini menekankan pentingnya peningkatan literasi kesehatan mental melalui pendidikan dan intervensi yang tepat untuk meningkatkan perilaku mencari bantuan pada mahasiswa.

Mental health is an integral component of well-being that influences an individual's ability to make decisions, build relationships, and shape the world around them. Mental health disorders include psychosocial disabilities and other conditions related to stress and risk of self-harm. One factor that influences this behavior is mental health literacy. This research aims to determine the association of social determinants of health with mental health literacy in undergraduate students class of 2018 at Pattimura University and evaluate individual characteristics and determinants that influence this literacy. The results showed that although the relationship between individual characteristics such as age and gender and mental health literacy was not statistically significant, it was found that those aged ≥ 19 years and women tended to have higher literacy. Analysis of social determinants of health also shows that there is a significant association between the ethnicity of both parents and mental health literacy. Multivariable results show that the ethnicity of both parents is the dominant factor influencing mental health literacy scores, while partner/boyfriend status is a confounding factor. This research emphasizes the importance of increasing mental health literacy through appropriate education and intervention to increase help-seeking behavior in college students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feniati Rahayu Aisyah
"Gangguan mental merupakan masalah kesehatan global. Hal tersebut juga didukung dengan adanya pandemi COVID-19. Perlunya pencegahan untuk menjaga kesehatan mental, diantaranya dengan meningkatkan literasi kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untu mengetahui gambaran literasi kesehatan mental pada mahasiswa program sarjana Universitas Islam 45 Bekasi tahun 2021 dan hubungannya dengan karakteristik individu. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner daring kepada 146 mahasiswa program sarjana yang dipilih melalui kuota per fakultas. Penelitian dilaksanakan pada April-Desember 2021 di Universitas Islam 45 Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor literasi kesehatan mental adalah 69,85 dari skala 100. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan uang saku dengan tingkat literasi kesehatan mental. Hasil ini menyarankan intervensi kesehatan mental melalui edukasi dengan mengadakan kuliah umum atau webinar, kegiatan olahraga bersama, dan bazar. Selain itu, pihak universitas dapat mengaktifkan kembali unit layanan psikologi, menyediakan call center dan layanan daring kesehatan mental, dan memberikan masukan kepada pembimbing akademik untuk memantau mahasiswa, baik dari segi akademis maupun fisik dan psikis mahasiswa.

Mental disorders are a global health problem. This is also supported by the COVID-19 pandemic. The need for prevention to maintain mental health, including by increasing mental health literacy. This study aims to determine the description of mental health literacy in undergraduate students at Universitas Islam 45 Bekasi 2021 and its relationship with individual characteristics. Data collection was carried out through filling out online questionnaires to 146 undergraduate students selected through a quota per faculty. The research was carried out in April-December 2021 at the 45 Islamic University, Bekasi. The results showed that the average mental health literacy score was 69.85 out of a scale of 100. There was a significant relationship between gender and pocket money with the level of mental health literacy. These results suggest mental health interventions through education by holding public lectures or webinars, joint sports activities, and bazaars. In addition, the university can reactivate the psychological service unit, provide a call center and mental health online services, and provide input to academic supervisors to monitor students, both academically and physically and psychologically."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggara Haidi Abdurachman
"Media sosial telah menjadi platform untuk mengkampanyekan gerakan tertentu dari komunitas dan organisasi. Kesehatan mental adalah salah satu topik hangat yang sering dibahas melalui berbagai strategi teks dan gambar. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pendekatan visual dan tekstual akun Instagram lokal Indonesia dan internasional masing-masing organisasi kesehatan mental, UISehatMental dan mentalhealth.q, melalui analisis kualitatif. Penelitian sebelumnya telah membahas efek media sosial terhadap kesehatan mental dan menggunakan umpan media sosial sebagai sarana untuk mendeteksi masalah kesehatan mental. Namun, media sosial bukan hanya tempat pengguna memposting konten tetapi juga tempat pengguna mengonsumsi postingan yang dibuat oleh orang atau organisasi lain. Penelitian ini mengumpulkan data dari dua akun Instagram organisasi Indonesia dan internasional, masing-masing UISehatMental dan mentalhealth.q, yang menyebarkan kesadaran tentang kesehatan mental yang kemudian dianalisis dengan analisis wacana kritis dan tata bahasa visual untuk memahami berbagai strategi yang digunakan oleh akun tersebut. Penelitian menemukan bahwa akun organisasi lokal menggunakan register dan bentuk teks yang lebih kasual dalam kontennya, yaitu afirmasi dan ajakan bertindak, dan secara keseluruhan menciptakan lingkungan yang ramah di feed mereka. Sebaliknya, akun internasional menggunakan register dan eksposisi yang lebih formal, yang menciptakan lingkungan formal dan lugas dalam menyampaikan pesan mereka. Temuan ini menyiratkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam wacana sosial tentang kesehatan mental antara Indonesia dan dunia internasional.

Social media has become a platform to campaign certain movements from communities and organizations. Mental health is one of the hot topics that are often discussed through a variety of strategies of text and images. This research aims to compare the visual and textual approach of local Indonesian and international Instagram accounts of mental health organizations, UISehatMental and mentalhealth.q respectively, through a qualitative analysis. Previous research have discussed the effects of social media towards mental health and using social media feed as a means to detect mental health issues. However, social media is not only a place where users post contents but also a place where users consume posts made by other people or organizations. This research collects data from two Instagram accounts of Indonesian and international organizations, UISehatMental and mentalhealth.q respectively, which spread awareness regarding mental health that are then analyzed with critical discourse analysis and visual grammar to understand the different strategies used by the accounts. The research found that the local organization account use more casual registers and text forms in their contents, namely affirmations and call to action, and overall create a friendly environment in their feed. On the contrary, the international account uses more formal registers and expositions, which create a formal and straightforward environment in conveying their message. The findings imply that there is a significant difference in social discourse when it comes to mental health between Indonesia and the international world. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shahnaz Nurrizki Effendie
"Kesehatan mental lansia merupakan masalah yang tersebar luas. Anak-anak dengan orang tua yang sakit mental cenderung memiliki lebih banyak masalah daripada mereka yang memiliki dua orang tua yang sehat - karena baik transmisi genetik maupun gangguan kehidupan keluarga berhubungan dengan penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati hubungan antara kesehatan mental orang tua dan dampaknya terhadap kemampuan kognitif anak menggunakan data dari Indonesian Families The Live Survey (IFLS) gelombang kelima yang dirilis pada tahun 2014/2015 dan berfokus pada sampel anak-anak berusia 7-14 tahun bersekolah dan menjawab tes kognitif dalam kuesioner IFLS 5
dengan menggunakan metode OLS. Studi ini menemukan ada skor tes kognitif yang lebih rendah di antara anak-anak yang orang tuanya mengalami tekanan psikologis tingkat tinggi (skor skala CES-D 10). Dengan kata lain, kesehatan mental orang tua dipastikan berdampak pada kognisi anak di Indonesia. Selain itu, kesehatan mental orang tua bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak, karakteristik anak, karakteristik orang tua dan rumah tangga, serta karakteristik lingkungan seperti usia anak, daerah tempat tinggal, jam sekolah, tempat tinggal pulau, kognitif ayah. , ibu kognitif, dan sekolah.

The mental health of the elderly is a widespread problem. Children with mentally ill parents tend to have more problems than those with two healthy parents - because both genetic transmission and disorders of family life are associated with the disease. This This study aims to observe the relationship between the mental health of parents and their impact on children's cognitive abilities using data from the fifth wave of Indonesian Families The Live Survey (IFLS) was released in 2014/2015 and focuses on a sample of children aged 7-14 years attending school and answering cognitive tests in the IFLS 5 questionnaire by using the OLS method. The study found there were lower cognitive test scores among children whose parents experience high levels of psychological distress (CES-D scale score of 10). In other words, the mental health of parents is confirmed for impact on children's cognition in Indonesia. Furthermore, parents Mental health is not the only factor that can affect children's cognitive abilities, children characteristics, characteristics of parents and households, and the environment characteristics such as the child's age, area of ​​residence, school hours, island residence, cognitive father, cognitive mother, and school."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>