Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152402 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kristanti Diliasari
"Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan Lean Six Sigma sebagai strategi untuk mengurangi waktu tunggu di klinik anak Rumah Sakit X, yang merupakan aspek kritis dalam memengaruhi kepuasan pasien dan mutu layanan rawat jalan. Waktu tunggu yang berkepanjangan telah menjadi isu utama yang perlu diperbaiki, terutama di klinik anak yang memiliki kunjungan tertinggi namun belum mencapai target Indikator Nasional Mutu (INM). Penelitian ini menggunakan pendekatan action research selama satu minggu dengan mengamati 60 pasien yang memiliki janji temu di klinik tersebut. Perbaikan seperti peningkatan waktu pemeriksaan dokter, pengaturan ulang ruang pengkajian dan pengurangan pemborosan telah signifikan dalam mengurangi waktu tunggu dari 55.94 menit menjadi 29.60 menit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Lean Six Sigma berhasil meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan di Klinik Anak Rumah Sakit X. Langkah-langkah ini diharapkan dapat terus meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas pelayanan di lingkungan Klinik Anak Rumah Sakit X serta menunjukkan potensi Lean Six Sigma  dalam konteks pelayanan kesehatan.

This study aims to evaluate the implementation of Lean Six Sigma as a strategy to reduce waiting times at the pediatric clinic at X Hospital, which is a critical aspect in influencing patient satisfaction and the quality of outpatient services. Prolonged waiting times have become a major issue that needs to be improved, especially in pediatric's clinic which have the highest number of visits but have not yet reached the National Quality Indicator (INM) target. This study used an action research approach for one week by observing 60 patients who had appointments at the clinic. Improvements such as increasing doctor examination times, reorganizing assesment rooms, and reducing waste have been significant in reducing waiting times from 55.94 minutes to 29.60 minutes, The results of this research show that the implementation of Lean Six Sigma has succeeded in increasing the efficiency and quality of services at the pediatric's clinic at X Hospital. It is hoped that these steps will continue to improve operational efficiency and service quality in the pediatric clinic environment at X Hospital and demonstrate the potential of Lean Six Sigma in the context of heath services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Annisa Firdaus
"Indikator Standar Pelayanan Minimal waktu tunggu pelayanan obat pada di depo farmasi rawat jalan RSUD Koja belum mencapai standar. Selisih terbesar antara pencapaian dengan standar terjadi pada pelayanan obat jadi pasien BPJS. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan obat jadi di depo farmasi rawat jalan dengan pendekatan Lean Six Sigma. Jenis penelitian ini adalah operational research dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menyatakan rata-rata waktu tunggu adalah 1 jam 21 menit 48 detik dengan kegiatan value-added sebesar 7,40% dan non- value-added sebesar 92,60%. Kategori waste terbesar ada pada kategori waiting, dan disusul oleh kategori lainnya yaitu motion, defects, overprocessing, human potential, dan inventory. Proses yang menjadi bottleneck adalah proses persiapan obat. Akar penyebab utama pada bottleneck yang dianalisis dengan fishbone adalah kategori man.
Usulan perbaikan terdiri dari realisasi perhitungan beban kerja, 5S, standarisasi pekerjaan, visual management, kaizen, perbaikan sistem, counter nomor antrian obat, perluasan ruangan, serta poli cepat dan perubahan layout. Dari usulan perbaikan, didapatkan hasil future state map yang menunjukkan waktu tunggu mengalami penurunan menjadi 49 menit 8 detik dengan value-added sebesar 12,38% dan non-value-added sebesar 87,62%.

The waiting time for medicine services in outpatient pharmacy RSUD Koja has not reached the standard. The biggest difference between achievement and standard occurs in the service of noncompounding medicine for BPJS patients. This study was conducted to analyze the waiting time of outpatient medicine services using Lean Six Sigma approach. This research is operational research with qualitative and quantitative approaches.
The results of this research that the average of waiting time is 1 hour 21 minutes 48 seconds with 7.40% of value-added and 92.49% of non-value-added. The biggest waste category is waiting, followed by other categories, such as motion, defects, overprocessing, human potential, and inventory. The bottleneck of medicine service is the process of medicine preparation with the root cause of problem using fishbone diagram is man category.
The suggestion for process improvements consist of realization of workload calculations, 5S, standardization of work, visual management, kaizen, software repairs, machine for queue number, room expansion, poli cepat and layout changes. Based on that suggestions, future state map results show that waiting time decreased to 49 minutes 8 seconds with 12.38% of value-added and 87.62% of non-value- added.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.A.N. jaya Kusuma
"Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap lamanya waktu pelayanan gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat RSUP Sanglah Denpasar tahun 2012, dimana kondisi ini mempunyai potensi untuk terjadinya kejadian yang terjadi kejadian yang tidak diharapkan dan menurunkan kepuasan pasien.
Penelitian dilakukan dengan rancangan kuantitatif dan kualitatif. Dilakukan observasi terhadap 450 pasien dalam kurun waktu 14 Januari sampai 19 Januari 2013 dengan pendekatan Constraint Lean Six sigma dicari penyebab, hambatan, pemborosan serta defek pada proses pelayanan pasien gawat darurat.
Median waktu pelayanan gawat darurat sebesar 219 menit, penyebab lamanya waktu pelayanan oleh karena itu belum ada panduan praktek klinik kegawatdaruratan, hambatan pada pelayan radiologi, pemborosan terjadi pada waktu tunggu antara penegakkan diagnosis ke tindakan dan antara tindakan ke keputusan untuk keluar dari Instalasi Gawat Darurat. Level kualitas sigma sebesar 2,9 sigma dengan defek sebesar 86.762 DPMO.
Diperlukan panduan praktek klinik untuk memandu proses pelayanan gawat darurat agar menjadi efektif, efisien dan aman untuk pasien dan proses bisnis rumah sakit.

This research based on issues regarding the time of emergency service at emergency Instalation Sanglah Hospital was too long in 20012, since that situation had increased the adverse event and decreasing patient satisfaction.
Quantitative and qualitative design was performed by doing observation of 450 emergency patient beginning from 14th until 19th January using Contstraint Lean Six Sigma approach to identify causes, constraints, wastes and defects in service process.
The median value of emergency service time was 219 minute due to the absence of clinical practice guideline. The constraint was at radiology examination, wasting time due to delay of waiting time from diagnosis to procedure and from procedure to discharge dispotition. Sigma Quality level for Emergency Service at 2,9 Sigma with defects Possibility was 86.762 DPMO.
This study suggest that clinical practice guidelines is needed to guidance emergency service process in effort to become more effective, efficient, safe for the the patient and hospital business process.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elina Waiman
"Rumah sakit perlu menjaga mutu layanan yang diberikan kepada pasien. Waktu tunggu rawat jalan merupakan salah satu indikator mutu yang diukur oleh rumah sakit. Rerata waktu tunggu di Klinik Penyakit Dalam Charitas Hospital Palembang yang mencapai target hanya sebesar 54%. Penelitian ini merupakan penelitian operasional eksperimental untuk melihat bagaimana upaya perbaikan dengan penerapan Metode Lean Six Sigma (LSS) dapat mereduksi waktu tunggu pasien rawat jalan. Upaya perbaikan berupa penerapan sistem perjanjian dan simplifikasi alur pasien rawat jalan sesuai future state map dilakukan rumah sakit pada April 2021 sampai dengan Januari 2022. Data waktu tunggu pasien rawat jalan sebelum upaya perbaikan diambil dari sistem informasi dan manajemen rumah sakit (SIMRS) pada Maret 2021, sedangkan data sesudah upaya perbaikan diambil dari Februari sampai Maret 2022, dengan 222 subjek pada masing-masing kelompok. Terdapat reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan sesudah upaya perbaikan, yaitu secara keseluruhan subjek sebesar 11% dari 79 menit menjadi 69 menit meskipun tidak bermakna secara statistik (p=0,110). Pada subjek tanpa pemeriksaan penunjang terdapat reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 16% dari 77 menit menjadi 65 menit (p=0,016), pada subjek dengan pemeriksaan laboratorium dari 151 menit menjadi 124 menit (p=0,176), dan pada subjek dengan pemeriksaan radiologi dari 120 menit menit menjadi 90 menit. Terdapat reduksi waktu tunggu rawat jalan berdasarkan definisi SPM sebesar 29%, yaitu dari 58 menit menjadi 41 menit (p=0,002). Terdapat 26% subjek dengan sistem perjanjian yang datang terlambat. Subjek yang datang terlambat dilakukan relokasi slot, yaitu mengisi slot kosong sesuai antrian pasien yang sudah datang. Apabila dilakukan analisis terhadap subjek yang datang tepat waktu saja, didapatkan adanya reduksi median waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 13%, yaitu dari 79 menit menjadi 69 menit (p=0,014) dan reduksi waktu tunggu rawat jalan berdasarkan SPM sebesar 36%, yaitu dari 58 menit menjadi 37 menit (p=0,000). Khusus pada kelompok pasien dengan pemeriksaan laboratorium, terjadi pengurangan variasi alur cabang dan proporsi pasien yang menjalani alur cabang (p=0,000), serta pengurangan frekuensi kunjungan ke kasir lebih dari satu kali. Rancangan upaya perbaikan yang disusun berdasarkan metode LSS bermanfaat dalam mereduksi waktu tunggu pasien rawat jalan, mengurangi variasi alur cabang di rawat jalan, dan menurunkan defek, dengan komitmen dari pimpinan rumah sakit, dokter, staf, dan pasien. Evaluasi berkala dan perbaikan berkesinambungan perlu dilakukan agar kontinuitas reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan dapat berlangsung.

Hospital should maintain good quality of care for its patients. Outpatient waiting time is a quality indicator measured by hospital. Only 54% of outpatient waiting time in Internal Medicine Clinic of Charitas Hospital Palembang meets the standard. An experimental study was conducted to examine how Lean Six Sigma (LSS) Methodology would reduce outpatient waiting time. Improvement project comprised of appointment system and outpatient flow simplification was conducted from April 2021 to January 2022. Pre-implementation data was taken from hospital information system on March 2021 and post- implementation data from February to March 2022, with a sample size of 222 subjects in each group. There was an 11% reduction in overall median outpatient waiting time i.e, from 79 minutes to 69 minutes eventhough statistically insignificant (p=0.110), with 16% reduction from 77 minutes to 65 minutes in subjects without ancillary examination (p=0.016), 18% reduction from 151 minutes to 124 minutes in those with laboratory examination (p=0.176), and 25% reduction from 120 minutes to 90 minutes in those with radiology examination. There was a 29% reduction from 58 minutes to 41 minutes in median outpatient waiting time as defined by government minimal standard of care (p=0.002). As many as 26% subjects with appointment system came late, which were then relocated to the available slots. Comparison was conducted between waiting time before intervention and after intervention in groups of appointment patients who came on-time and resulted in a 13% reduction of median outpatient waiting time from 79 minutes to 69 minutes (p=0,014) as well as a 36% reduction in waiting time as defined by government minimal standard of care from 58 minutes to 36 minutes (p=0,000). In subjects with laboratory examination, there was a reduction in the number of patients undergoing branch lines flow (p=0.000). Improvement project designed using LSS methodology is beneficial in reducing outpatient waiting time, variation in outpatient flow, and defect, especially when supported by commitment of hospital leaders, doctors, staffs, and patients. Regular evaluation and continuous improvement are needed to ensure sustainable reduction of outpatient waiting time."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Kresnauli
"Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit XYZ bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dengan target 100% indikator waktu tunggu layanan terpenuhi. Namun, data dari laporan penjaminan mutu internal menunjukkan bahwa ketercapaian indikator mutu rata-rata waktu tunggu obat non-racikan di Depo Farmasi Rawat Jalan dengan sistem pembayaran BPJS masih diatas 30 menit, atau belum tercapai sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari letak pemborosan, variasi, dan hambatan yang menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan dengan pendekatan Constraint Lean Six Sigma. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa rata-rata lead time yang dibutuhkan dalam satu proses pelayanan resep obat non racikan adalah 80,27 menit dengan jenis kegiatan pemborosan yang paling banyak dengan total 94% dari keseluruhan waktu kegiatan Non-Value Added adalah waiting (3.790 sekon). Selain itu, terdapat tiga jenis pemborosan lainnya yaitu overproduction (89 sekon), poor process design (76 sekon), dan defects (67 sekon) yang masing-masing menyumbang 2% dari total waktu Non-Value Added yang ada dalam keseluruhan lead time. Hambatan terjadi pada proses dispensing dan serah obat karena terjadi penumpukan resep yang disebabkan oleh kurangnya jumlah tenaga teknis kefarmasian dan apoteker serta kurang maksimalnya sistem informasi dalam menunjang keseluruhan sistem proses. Melihat masalah ini, dibutuhkan tambahan tenaga kefarmasian dan juga pengembangan sistem informasi dengan keseluurhan data sudah terdigitalisasi dan terintegrasi agar lebih mudah untuk digunakan oleh seluruh tenaga kefarmasian dalam rangka mempercepat proses pelayanan resep obat non-racikan. Semakin cepat pelayanan resep, akan semakin meningkat juga kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Pharmacy services at XYZ Hospital aim to improve the quality of health services with a target of 100% service waiting time indicators being met. However, data from the internal quality assurance report shows that the achievement of the quality indicator of the average waiting time for non-compounded drugs at the Outpatient Pharmacy Depot with the BPJS payment system is still above 30 minutes, or has not been achieved in accordance with the standards set by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. Therefore, this research aims to find the location of waste, variations, and bottleneck that cause the long waiting time for services with the Constraint Lean Six Sigma approach. Based on the results of the study, it was found that the average lead time required in one non-compounded prescription service process was 80.27 minutes with the most wasteful activity type totaling 94% of the overall Non-Value Added activity time was waiting (3,790 seconds). In addition, there are three other types of waste, namely overproduction (89 seconds), poor process design (76 seconds), and defects (67 seconds), each of which accounts for 2% of the total Non-Value Added time in the overall lead time. Bottlenecks occur in the dispensing and drug handover process due to the accumulation of prescriptions caused by the lack of technical pharmaceutical personnel and pharmacists and not yet optimized information systems in supporting the entire process system. Seeing this problem, additional pharmaceutical personnel are needed and also the development of the information system with the entire data already digitalized and integrated so that it is easier to be used by all pharmaceutical personnel in order to speed up the process of non-prescription drug prescription services needed to be done. The faster the prescription service, the more patient satisfaction will increase."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melanie Husna
"Waktu tunggu yang lama pada pelayanan rawat jalan akan mengurangi kepuasan pelanggan. Dari sisi karyawan, tidak mengetahui beban kerja sebenarnya menyebabkan karyawan mudah mengeluh dan meminta untuk diadakan tambahan karyawan yang sebenarnya bisa jadi tidak perlu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Peneliti melakukan observasi alur proses pelayanan rawat jalan dan waktu yang digunakan pasien untuk melakukan proses pengobatan di poliklinik paru RSUD Pasar Minggu dan melakukan analisis beban kerja dan penghitungan kebutuhan SDM dokter spesialis paru. Dari hasil observasi dilakukan analisis waste dan pemetaan Value Stream Map rawat jalan. Hasil penelitian pada Curent State Map menunjukkan 90% waktu pelayanan rawat jalan poliklinik paru merupakan kegiatan yang tidak bernilai tambah (waste) dan hanya 10 % yang merupakan kegiatan bernilai tambah (value added). Usulan perbaikan dengan metode lean dituangkan dalam Future State Map dan diproyeksi dapat menurunkan kegiatan non value added menjadi 69,2% dan meningkatkan kegiatan value added menjadi 30,7%. Menurunkan waktu tunggu dari awalnya 279 menit menjadi 72 menit
Long waiting time on outpatient services will reduce customer satisfaction. From the employee side, not knowing the actual workload causes the employees to easily complain and ask to be held additional employees who may actually be unnecessary. In this study, the researcher observed the outpatient service process flow process and the time used by the patient to perform the treatment process at the Lung Polyclinic of RSUD Pasar Minggu and analyzed the work load and the calculation of the HR requirement of lung specialist doctor. From the results of observations conducted waste analysis and mapping Outstanding Output Value Stream Map. The results of the research on the Curent State Map shows 90% of the outpatient service time of pulmonary polyclinic is an activity that is not value added (waste) and only 8% is a value added activity. Proposed improvement by lean method, set forth in the Future State Map is projected to reduce non value added activities to 69.2% and increase value added activities to 30.7% and reduce waiting time from 279 minutes to 72 minutes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfrida Rooslanda Putri Venesha
"Lamanya waktu tunggu pelayanan pasien pulang rawat inap di RSUD KiSA Kota Depok mengakibatkan lamanya perpindahan pasien dari IGD yang diindikasi perlu rawat inap, serta lamanya proses pulang dapat meningkatkan infeksi nosokomial. Hal ini merupakan alasan pentingnya pemantauan proses pemulangan pasien yang selama ini belum pernah dilakukan, dan perlunya ditentukan target waktu tunggu proses pemulangan pasien rawat inap. Tujuan penelitian adalah mengetahui implementasi Lean Six Sigma pada proses pasien pulang rawat inap dalam upaya perbaikan mutu pelayanan rawat inap di RSUD KiSA, dengan tahapan Define, Measure, Analyze, Improve dan Control berfokus pada penurunan aktivitas non value added serta pemborosan dengan meningkatkan aktivitas value added. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain action research, menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen, serta implementasi perbaikan proses pemulangan pasien rawat inap. Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan pendekatan Lean Six Sigma dapat diidentifikasi pemborosan tertinggi adalah waste waiting dan selanjutnya dilakukan upaya perbaikan waktu tunggu pelayanan pasien pulang rawat inap berfokus pada pengurangan kegiatan pemborosan. Kondisi awal proses pemulangan pasien diketahui ratio VA hanya 23,9% dan ratio NVA sebesar 76,1% dengan Lead Time 315,08 menit. Sehingga terjadi penurunan Lead Time menjadi 192,50 menit dengan peningkatan rasio VA menjadi 30,6%. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya penetapan alur proses pemulangan pasien serta dilakukan pemantauan waktu tunggu melalui indikator mutu unit rawat inap. Proses evaluasi dilakukan untuk menilai mutu layanan yang diberikan sudah memberikan manfaat bagi pasien dan operasional pelayanan rumah sakit.

The long waiting time for inpatient discharge services at the KiSA Hospital in Depok City results in a long transfer of patients from the emergency room who are indicated to need hospitalization, and the length of the discharge process can increase nosocomial infections. This is the reason for the importance of monitoring the patient discharge process which has never been done before, and the need to set a target waiting time for the inpatient discharge process. The research objective was to determine the implementation of Lean Six Sigma in the process of inpatient discharge in an effort to improve the quality of inpatient services at KiSA Hospital, with the Define, Measure, Analyze, Improve and Control stages focusing on reducing non-value added activities and waste by increasing value added activities. This study used a qualitative approach with an action research design, using in-depth interviews, observation and document review, as well as implementation of improvements to the process of inpatient discharge. The results showed that after the Lean Six Sigma approach was carried out, it was identified that the highest waste was waste waiting and further efforts were made to improve the waiting time for inpatient services focusing on reducing wasteful activities. The initial condition of the patient's discharge process is that the VA ratio is only 23.9% and the NVA ratio is 76.1% with a lead time of 315.08 minutes. So that there is a decrease in Lead Time to 192.50 minutes with an increase in the VA ratio to 30.6%. The recommendation from this study is the need to determine the flow of the patient discharge process and monitor waiting time through inpatient unit quality indicators. The evaluation process is carried out to assess the quality of services provided that have benefited patients and hospital service operations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosinta Magdalena
"Tahun 2017 rata-rata waktu tunggu penyelesaian administrasi pasien pulang rawat inap di RS Eka Pekanbaru 246 menit (> 2 jam), yang meyebabkan ketidakpuasan pasien sehingga perlu dilakukan analisa terkait penyebab lamanya waktu tunggu tersebut dengan pendekatan Lean-Six Sigma untuk dapat melihat pemborosan yang terjadi. Penelitian ini adalah operational research, dengan desain penelitian kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian memperlihatkan proses diawali dengan instruksi dokter bahwa pasien boleh pulang sampai pasien menerima bukti pembayaran administrasi.
Hasil penelitian digambarkan dengan value stream mapping yang memperlihatkan lead time proses pengurusan administrasi pasien pulang selama 356,42 menit dengan value added 70,49 menit (22,58%), dan aktivitas yang tergolong non value added sebesar 285,93 menit (77,42%). Proses paling lama terjadi di keperawatan karena menunggu obat pasien, dan kasir (administrasi rawat inap) karena menunggu finalize dari farmasi dan jawaban asuransi / perusahaan penanggung biaya pasien. Waste paling besar yaitu waiting sebesar 193,33 menit (69,44%) dari total seluruh waste yang ada. Berdasarkan analisis fishbone diagram diketahui bahwa akar penyebab masalah paling banyak berasal dari kategori man. Usulan perbaikan berupa pembuatan standarisasi kerja, rapat koordinasi, meningkatkan pengawasan, dan menerapkan heijunka.

In 2017 the average waiting time for the process of Discharged Patients Administration at Eka Pekanbaru Hospital is 246 minutes (> 2 hours), it causes patient complaint so it is necessary to analyze the causes of the long waiting time with the Lean-Six Sigma approach to be able to see the waste that occurs. This is operational research that uses quantitative and qualitative design. The result of this research showed that the Discharged Patients Administration in hospital begins from the instruction of the doctor that the patient can go home until the patient receives an administrative payment receipt.
The results of this research were also described with the value stream mapping that showed lead time of discharged patients administration process is 356,42 minutes, with value added 70,49 minutes (22,58%), and non value added 285,93 minutes (77,42%). The longest process occurs on nursing unit and inpatient administration unit. The longest waste is waiting waste of 193,33 minutes (69,44%) of the total waste that found. Based on fishbone diagram analysis it is known that most of the root cause of discharged patients administration process problem come from man category. Based on that analysis, improvements proposed are work standardization, coordination meeting, increase of supervision, and implementation of heijunka.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T52453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Fitriana Anggraeni
"Penelitian dilakukan di Rumah Sakit XYZ yang mencapai indikator mutu dibawah target dalam proses pengadaan dan penerimaan obat dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Lingkup proses yang diteliti dalam penelitian ini mencakup proses perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat dengan menggunakan pendekatan lean six sigma untuk mengidentifikasi waste di dalam proses serta proses dengan tingkat kecacatan tertinggi. Hasil studi mendapatkan bahwa permasalahan utama dalam proses supply chain obat di RS XYZ adalah stok obat kosong. Beberapa faktor yang menyebabkan kosongnya stok obat di RS XYZ antara lain, penyelesaian dokumen purchase order dan kedatangan obat tidak sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan, lock oleh vendor, kekosongan obat di principal, revisi purchase order dan faktur, serta variasi waktu approval purchase request. Bottleneck yang ditemukan dan menjadi salah satu penyebab stok obat kosong adalah proses penyelesaian dokumen purchase order yang merupakan proses dengan waktu terlama serta merupakan proses dengan nilai sigma paling rendah, yakni berada di rentang 1.2 hingga 1.8 di bulan Maret–Mei dan nilai defects per million yang cukup tinggi, yakni 365.714–580.000 di bulan Maret–Mei yang menunjukkan tingginya kecacatan berupa keterlambatan dalam proses penyelesaian dokumen purchase order. Tingginya variasi penyelesaian dokumen purchase order berdampak pada perencanaan penghitungan kebutuhan obat yang didasari pada penghitungan lead time.

This research used qualitative and quantitative analysis conducted at XYZ Hospital, which achieved quality indicators below the target in the supply chain process, specifically in the procurement and receiving of drugs. The scope of the processes examined in this study includes the planning, procurement, receiving, storage, and distribution of drugs using the Lean Six Sigma approach to identify waste within the processes and those with the highest defect rates. The study found that the main issue in the drug supply chain process at XYZ Hospital is drug stockouts. Several factors causing drug stockouts at XYZ Hospital include the completion of purchase order documents and drug arrivals not meeting the established time standards, vendor lock, drug shortages at the principal, purchase order and invoice revisions, and variations in the approval time for purchase requests. A bottleneck identified as one of the causes of drug stockouts is the process of completing purchase order documents, which is the longest process and has the lowest sigma value, ranging from 1.2 to 1.8 in March–May, with a high defects per million value of 365,714-580,000 in March–May, indicating a high defect rate in the form of delays in the purchase order document completion process. The high variation in the completion of purchase order documents impacts the planning of drug requirements calculation, which is based on lead time calculations.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Riza`i
"Instalasi Gawat Darurat IGD adalah gerbang utama masuknya pasien gawat darurat,sehingga dibutuhkan pelayanan yang cepat, tepat, cermat dan alur proses yang lancardan bebas hambatan. Yang menjadi hambatan pelayanan pasien IGD adalah adanyabottleneck proses mulai dari pasien datang sampai dengan pasien keluar sehinggaberdampak pada turn arround time TAT melebihi dari standar yang dtetapkan olehrumah sakit yaitu le; 8 jam.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis alurproses pelayanan pasien gawat darurat dengan menggunakan lean six sigma tools.Desain penelitian ini adalah analisa kualitatif dengan metode observational actionprocess research dan kerangka acuan DMAI Define, Measure, Analyse, Improve .Pengambilan data dengan observasi alur proses pelayanan pasien, telaah dokumen danwawancara mendalam di Instalasi Gawat Darurat RSUP Nasional Dr. CiptoMangunkusumo.
Hasil penelitian dari 369 pasien terdapat 166 44.98 memilikiTAT > 8 jam dengan rata ndash; rata waktu pelayanan pada saat datang 5.30 menit, triage4.09 menit, registrasi 7.10 menit, evaluasi dan tatalaksana awal 60.10 menit, zonapelayanan 535.14 menit, permintaan obat ke satelit farmasi 34 menit, pemeriksaanlaboratorium 66.47 menit, pemeriksaan radiologi 98 menit, dan pasien pulang 20.24menit, rawat 50.30 menit, rujuk 110 menit dan meninggal 72.50 menit. Persentase NonValue Added 59 dan perhitungan Six Sigma berada di level sigma 3 yangmemungkinkan terdapat 66.807 melebihi TAT dari 1 juta kesempatan.
Hasil analis fishbone menunjukkan adanya bottelneck di setiap proses terutama di zona pelayanandengan penyebab yaitu menunggu diperiksa, menunggu hasil pemeriksaan penunjang,menunggu alat, obat dan alat kesehatan, menunggu disposisi, menunggu discharge danmenunggu ruang rawat.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa alur proses pelayananpasien IGD tergolong un-lean dan berada di level sigma 3 sehingga diperlukan upayaperbaikan terus menerus Kaizen dengan desain ulang pelayanan mulai dari pro aktiftriage, mengaktifkan zona hijau, advanced patient tracking, ruang intermediate warduntuk pasien boarding dan layanan ambulans melalui anggota tim gerak Lean SixSigma.

Emergency Room ER is the main gate of emergency patients that required a fast,precise, and careful service. One of challenges in ER is bottleneck process start frompatients arrived until patients discharged. This may cause to the Turn Around Time TAT exceeds the standard of 8 hours.
This research aimed to analyse the flowprocess of patient's care in ER using Lean Six Sigma Tools. Design used in this studyis qualitative analysis by method of observational action process research andreference of DMAI Define, Measure, Analyze, and Improve. Data were collected byobservation to process of patient's care, document review and in depth interview inER of National Referral Hospital of Dr. Cipto Mangunkusumo.
Results of this study,166 44,98 from 369 patients have TAT 8 hours with average service time patients arrived 5.30 minutes, triage 4.09 minutes, registration 7.10 minutes,evaluation and initial treatment 60.10 minutes, service zone 535.14 minutes, takingmedicines to pharmacy 34 minutes, laboratory check 66.47 minutes, radiologyexamination 98 minutes, patients discharge 20.24 minutes, to be admission 50.30minutes, refer to another hospital 110 minutes, death 72.50 minutes. Percentage ofNon Value Added is 59 and calculation of Six Sigma is in Level Sigma 3 thatallows there to be 66,807 over TAT of 1 million occasions.
Fishbone analysis shows that there is bottleneck in each process, especially in service zone with varietiescauses of waiting to be checked assessed, waiting for laboratory check or radiologyexamination, waiting for medicines and medical devices, waiting for disposition,waiting to be discharged and waiting for admission.
This study concludes that theflow processes of patient's care in ER is classified as un lean and stand in level sigma3. Therefore it is required continuous improvement Kaizen by re design of servicesstart from pro active triage, green zone activation, advanced patient tracking, intermediate ward for boarding patients and ambulance service through Lean SixSigma team.Keyword Flow Process, Emergency Room, Lean Six Sigma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>