Ditemukan 37653 dokumen yang sesuai dengan query
Indira Deviena Putri
"Maraknya digitalisasi penjualan tiket dan penggunaan media sosial yang luas menjadikan penipuan tiket konser secara daring sebagai isu yang tak kunjung selesai. Prevalensi kasus tersebut malah semakin meningkat dengan adanya tren pelaksanaan konser musik di Indonesia. Didasari oleh pendekatan kualitatif, studi ini mengeksplorasi pengalaman viktimisasi yang dilalui oleh para pengguna media sosial ketika mereka melalui penipuan tiket konser. Dengan melakukan wawancara dengan sepuluh pengguna media sosial yang merupakan korban dari penipuan tiket konser, temuan dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan pengalaman dan dampak viktimisasi antara korban. Di atas itu, hasil dari wawancara yang dilakukan dengan Kominfo dan Polda Metro Jaya menemukan bahwa sudah terdapat beberapa langkah pencegahan yang dilakukan oleh negara. Namun, pernyataan dari para subjek penelitian menunjukkan bahwa implementasi dari segala upaya tersebut masih menghadapi berbagai hambatan.
The digitalization of ticket sales and the widespread use of social media have made online concert ticket fraud a persistent issue. The prevalence of these cases has increased with the rising trend of music concerts in Indonesia. Based on a qualitative approach, this study explores the experiences of victimization experienced by social media users when they go through concert ticket fraud. By conducting interviews with ten social media users who were victims of concert ticket fraud, the findings of this research show that there are differences in the experiences and impacts of victimization between victims. On top of that, the results of interviews conducted with Kominfo and Polda Metro Jaya found that there had been several preventive steps taken by the state. However, statements from research subjects show that the implementation of all these efforts still faces various obstacles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vanesya Yustriandita
"
ABSTRAKKarya akhir ini membahas konstruksi lima media daring di Indonesia yang memberitakan korban penipuan oleh biro umrah First Travel. Analisis yang digunakan pada karya akhir ini menggunakan konsep media construction of crime oleh Sacco dan teori media-hype oleh Vasterman. Data yang digunakan bersumber dari salah satu lembaga intelijen media di Indonesia, yaitu Indonesia Indicator I2 . Hasil karya akhir ini menyajikan konstruksi yang telah dibangun oleh media daring mengenai korban First Travel. Selain itu, terlihat pula kecendrungan apa yang dihasilkan media dalam memberitakan korban First Travel.
ABSTRACTThis final paper aims to explain the construction of online media mass in Indonesia, focusing on fraud victims committed by ldquo First Travel rdquo . For the analysis, I use the concept called ldquo media construction of crime rdquo by Sacco and ldquo media hype rdquo theory by Vasterman. The data on this paper cited from one of the media intelligence agencies, Indonesia Indicator I2 . This final paper presents the construction that has been built by online media about fraud victims committed by First Travel. In addition, there is also a tendency what the media generated when constructing the victims."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Hafsah Lathifah Khairunnisa
"Lelang online di media sosial merupakan bentuk penyalahgunaan fungsi media sosial. Salah satu media yang digunakan untuk kegiatan lelang online adalah Instagram. Instagram digunakan oleh pelaku kejahatan untuk melakukan viktimisasi penipuan lelang online. Dengan menggunakan routine activity theory tulisan ini akan menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi viktimisiasi penipuan lelang online di media sosial Instagram. Data yang ada pada penulisan ini menggunakan data sekunder dari media sosial yang akan dianalsis dengan teknik analisis narasi. Berdasarkan hasil penelitian, adalah terdapat 3 (tiga) faktor viktimisasi penipuan lelang online di Instagram. Pertama, pemanfaatan computing environment pada Instagram yang merupakan motivated offender. Kedua, perilaku risk-taking korban yang mempengaruhi korban menjadi suitable target. Terakhir, kurangnya pengawasan yang handal oleh provider yaitu Instagram dan Pemerintah yang merupakan uncapable guardian.
Online auctions on social media are a form of abuse of the function in social media. One of the social media used for online auction activities is Instagram. Instagram is used by criminals to do victimization on online auction fraud. By using routine activity theory, this paper will explain the factors that influence the victimization of online auction fraud on social media Instagram. The data used in this paper is a secondary data from social media which will be analyzed using narrative analysis techniques. Based on the research results, there are 3 (three) factors of victimization of online auction fraud on Instagram First, the use of the computing environment on Instagram which is a motivated offender. Second, the victim's risk-taking behavior that influences the victim to become a suitable target. Finally, there is a lack of reliable supervision by providers, namely Instagram and the government, which are uncapable guardians."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Tania Putri Khairunnisa
"Dengan jumlah pengguna media sosial yang besar, fenomena ulasan palsu daring bukanlah hal yang jarang terjadi di Indonesia. Namun, hal ini belum banyak dibahas secara akademis, terlepas dari kompleksitas isu dan beragamnya kerugian bagi korban. Menggunakan pendekatan kualitatif, studi ini bertujuan untuk memahami pengalaman perempuan yang ter-viktimisasi oleh ulasan produk kecantikan palsu di Twitter (X) melalui metode wawancara mendalam. Penelitian ini mengadopsi perspektif feminisme Marxis untuk turut mengeksplorasi penggunaan ulasan daring oleh industri kecantikan sebagai perantara teknologi yang mempromosikan standar feminitas guna menumbuhkan konsumerisme perempuan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ulasan palsu tergolong sebagai penipuan karena merupakan iklan yang menyesatkan. Standar kecantikan/feminitas yang termuat dalam ulasan palsu menuntut perempuan untuk terus-menerus mengonsumsi produk kecantikan, sehingga semakin rentan menjadi korban eksploitasi kapitalisme dan patriarki. Tidak hanya menyebabkan kerugian fisik, kesehatan, sosial, emosional, atau finansial, ulasan palsu juga dapat memengaruhi kepercayaan diri perempuan dan menjebak mereka dalam tanggung jawab atas kerja domestik digital yang tidak dibayar.
With a large number of social media users, the online fake reviews phenomenon is not uncommon in Indonesia. However, it has not been widely discussed academically, despite the complexity of the issue and the various losses for victims. By using a qualitative approach, this study aims to understand the experiences of women victimized by fake beauty product reviews on Twitter (X) through in-depth interviews. This research adopts a Marxist feminist perspective to also explore the beauty industry’s use of online reviews as a tool that promotes femininity standards to encourage consumerism on women. The findings of this research show that fake reviews are considered as fraud because they are misleading advertisements. The beauty/femininity standards contained in fake reviews demand continuous consumption of beauty products, making women more vulnerable to exploitation by capitalism and patriarchy. Not only do fake reviews cause physical, health, social, emotional, or financial harm, they can also affect women’s self-confidence and trap them in the responsibility of unpaid digital domestic labor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aritonang, Miko Bangun Agustinus
"Dalam era digital saat ini, penjahat internet telah menunjukkan kemampuan mereka yang terampil dan canggih dalam melakukan kejahatan berdasarkan peluang yang ada. Kejahatan siber telah menjadi tren yang meningkat di sektor teknologi informasi dan digital, khususnya pada platform binary option. Para pelaku penipuan ini cenderung memanfaatkan media sosial dan platform online untuk menarik calon korban mereka. Mereka menggunakan strategi pemasaran yang cerdik dengan "flexing" atau memamerkan gaya hidup mewah dan kekayaan yang seolah-olah merupakan hasil dari investasi mereka. Korban penipuan investasi online peluang investasi yang menguntungkan, orang awam yang tertarik pada dunia perdagangan, serta orang-orang yang tengah menghadapi kesulitan finansial dan mencari jalan keluar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk viktimisasi dengan menggunakan gaya hidup flexing sebagai daya tarik korban dalam penipuan berbasis online trading pada kasus binary option dan menentukan langkah-langkah pencegahan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan penipuan ini. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan wawancara terhadap lima informan yang terdiri dari empat korban dan satu petugas kepolisian yang menangani kasus penipuan daring. Berdasarkan hasil penelitian, fenomena ini dapat dianalisis menggunakan teori aktivitas rutin, yang menjelaskan bahwa kejahatan terjadi ketika pelaku, korban potensial, dan ketiadaan pengawasan bertemu pada waktu dan tempat yang sama. Penipuan ini juga memanfaatkan halo effect, di mana bias kognitif membuat korban menilai positif investasi berdasarkan kesan pertama yang diciptakan oleh gaya hidup mewah para promotor. Untuk pencegahan terhadap manipulasi ini, teori primary crime prevention menekankan pentingnya edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang taktik manipulatif yang digunakan pelaku. Dampak penipuan ini tidak hanya dirasakan oleh korban primer yang mengalami kerugian finansial langsung, tetapi juga oleh viktimisasi sekunder yang menanggung beban emosional dan sosial, serta viktimisasi tertier yang merasakan dampak sosial jangka panjang, seperti penurunan kepercayaan masyarakat terhadap investasi daring. Pendekatan ini relevan dengan teori secondary crime prevention, yang berfokus pada pengurangan risiko viktimisasi lebih lanjut, serta teori tertiary crime prevention, yang bertujuan untuk mengurangi dampak jangka panjang dari kejahatan dan mencegah kejahatan berulang.
In today's digital era, internet criminals have shown their skilled and sophisticated abilities in committing crimes based on existing opportunities. Cybercrime has become an increasing trend in the information and digital technology sector, especially on the binary option platform. These fraudsters tend to utilize social media and online platforms to attract their potential victims. They use clever marketing strategies by "flexing" or showing off a luxurious lifestyle and wealth that seems to be the result of their investment. Victims of online investment fraud through binary options come from various backgrounds, including novice investors looking for profitable investment opportunities, laypeople interested in the world of trading, and people who are facing financial difficulties and looking for a way out. This study aims to analyze the form of victimization by using the flexing lifestyle as an attraction for victims in online trading- based fraud in the binary option case and to determine preventive measures to protect the public from this fraudulent crime. The research method used is qualitative, with interviews with five informants consisting of four victims and one police officer who handles online fraud cases. Based on the results of the study, this phenomenon can be analyzed using the Routine Activity Theory, which explains that crime occurs when perpetrators, potential victims, and the absence of supervision meet at the same time and place. This fraud also exploits the halo effect, where cognitive biases cause victims to positively evaluate investments based on the first impression created by the promoters' lavish lifestyles. To prevent this manipulation, the primary crime prevention theory emphasizes the importance of education to raise public awareness of the manipulative tactics used by the perpetrators. The impact of this fraud is not only felt by the primary victims who experience direct financial losses, but also by the secondary viktimisasi who bear the emotional and social burden, as well as the tertiary viktimisasi who experience long-term social impacts, such as decreased public trust in online investment. This approach is relevant to the econdary crime prevention theory, which focuses on reducing the risk of further victimization, as well as the tertiary crime prevention Theory, which aims to reduce the long-term impact of crime and prevent recurrence of crime."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ayunda Nurvitasari
"Sosial media tidak hanya menjadi sarana informasi efisien yang menghubungan satu dengan yang lain tetapi juga sebuah medium representasi diri. Penelitian ini merupakan upaya untuk menganalisis konstruksi identitas online di sosial media, khususunya pengguna Twitter, sebagai implikasi penggunaan sosial media. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian diri (self-assessment) untuk mengidentifikasi tujuan penggunaan dan aktivitas pengguna Twitter, diikuti dengan penjelasan lebih lanjut dan interpretasi terkait dengan permasalahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Twitter memfasilitasi penggunanya untuk mengeksplor representasi diri online mereka secara bebas. Di samping itu, konstruksi identitas di Twitter mencakup karakteristik-karakteristik selektif representasi diri, yakni asynchronous dan reduced cues. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa konstruksi identitas adalah sebuah upaya memperoleh pengakuan dari orang lain sebab sangat terpengaruh oleh kehadiran sosial (social presence). Walaupun demikian, penting untuk mempertimbangkan representasi diri online sebagai sebuah dimensi baru dari identitas seseorang yang tidak kalah nyata dari identitas offline berdasarkan fakta bahwa keberadaan dunia online dan offline akan cenderung saling terkait dan terhubung satu sama lain.
Social media has not only become an efficient communication tool that connects people but also a medium of self-representation. This paper attempts to examine the construction of online identity on social media, specifically Twitter users, as the implication of social media use. This research uses self-assessment approach to identify Twitter users? purposes and activities while using the particular social media platform, followed by further explanation and interpretation in relation to the matter. The findings suggest that Twitter platform enables its? users explore their online self-representation more freely. In addition, the identity construction on Twitter involves both characteristics of selective self-representation, namely asynchronous and reduced cues. The result also considers online identity construction as an attempt to attain acceptance from others since it is highly influenced by social presence. However, it?s important to think of online self-representation as a new dimension of one?s identity which is as real as the offline identity based on the fact that the nature of online and offline world are likely to intertwine and overlap one another."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Theofani Febriyanti Charista
"Media sosial berpeluang menjadi medium terjadinya Kekerasan Siber Berbasis Gender (KSBG), seperti revenge porn yang tidak terlepas dari objektifikasi dan komodifikasi seksual serta dominasi dan kontrol laki-laki atas perempuan dan tubuhnya sesuai dengan perspektif feminis radikal. Tulisan ini menggunakan metode analisis konten kualitatif untuk menilai reaksi yang ditimbulkan para pengguna Twitter terhadap uraian kasus revenge porn yang dialami oleh korban melalui bot Anonymous Chat di Telegram. Sebanyak 41.6% warganet memberikan dukungan pada korban, sementara 58.4% warganet memberikan opini yang mengarah pada viktimisasi sekunder dan akan dikategorikan ke dalam lima skala viktimisasi sekunder, yakni minimization of the victim’s suffering, avoidance of the victim, blaming the victim, attractiveness of the victim, dan derogation of the victim.
Social media has the opportunity to become a medium for Gender-Based Cyber Violence (GBCV), such as revenge porn which cannot be separated from sexual objectification and commodification, as well as men’s domination and control over women and their bodies by a radical feminist perspective. This article uses a qualitative content analysis method to assess the reactions caused by Twitter users to the description of the revenge porn case experienced by the victim via the Anonymous Chat bot on Telegram. As many as 41.6% of netizens provide support for victims. In comparison, 58.4% of netizens who provide opinions that lead to secondary victimization will be categorized into five scales of secondary victimization, namely minimization of the victim’s suffering, avoidance of the victim, blaming the victim, the attractiveness of the victim, and derogation of the victim."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dody Rochadi
"Penggunaan media sosial dari tahun ke tahun di Indonesia terus mengalami tren yang positif terutama media sosial seperti Twitter, Facebook serta media sosial lainnya. Pergeseran penggunaan media sosial sebagai salah satu strategi public relations terus mengalami peningkatan, tetapi penggunaan media ini umumnya hanya untuk melakukan promosi bukan untuk melakukan penanganan krisis yang dialami suatu perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui sejauhmana pemanfaatan media sosial Facebook sebagai strategi public relations Big Daddy Entertainment dalam manajemen krisis konser Lady Gaga, dan (2) mengetahui sejauhmana pemanfaatan media sosial Twitter sebagai strategi public relations Big Daddy Entertainment dalam manajemen krisis konser Lady Gaga.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media sosial Facebook secara keseluruhan memiliki peran yang penting dalam komuniksi krisis yaitu sebagai media untuk penyedia dan pendistribusian informasi kepada khalayak luas saat krisis. Bahkan, karena karakteristiknya, penerima informasi bukan hanya terbatas yang ada di wilayah tempat krisis berlangsung, bahkan informasi tersebut dapat tersebar hingga ke seluruh pelosok dunia. Fungsi yang sama juga dimiliki oleh Twitter. Meskipun jenis media sosial ini terbatas hanya pada 140 karakter, namun hal tersebut tidak menjadi penghalang kecepatan penyebaran informasi yang sangat penting pada saat situasi krisis. Salah satu elemen penting dalam manajemen sebuah krisis adalah komunikasi. Keberhasilan sebuah organisasi dalam menangani krisis dengan baik ditentukan juga oleh bagaimana organisasi yang bersangkutan dalam mengemas dan mendistribusikan informasi sepanjang proses penanganan krisis tersebut.
The use of social media in Indonesia, such as Facebook, Twitter and other platforms, continues to show a positive trend every year with more people include the tool as part of their public relations strategies. However, it is still limited to promotion only without many people understand how it could also be leveraged to assist them in managing a crises. The purposes of this study are (1) to understand the use of Facebook as part of public relations strategies during the crisis management of Lady Gaga concert and also (2) to understand the use of Twitter as part of public relations strategies during the crisis management of Lady Gaga concert.This study shows that Facebook as a social media tool can play an important role in supporting the communications process during crises management. The platform could effectively disseminate information and reach out to wider external audiences of the organization. With the platform, the organization can even reach out to audience broader audience with no limitation of time and regions. The same function is also offered by Twitter. Although it only limits to 140 characters in one tweet, it does not limit how it can distribute information to wider audience in a second and this contributes significantly to an effective crisis management. Communications is an essential element when managing a crises. The success of an organization in managing a crises effectively is determined by the way the information is being packaged and distributed throughout the entire process."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46243
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Mirna Putri Lestari
"
ABSTRAKKemunculan internet serta berbagai macam media sosial, semakin memudahkan manusia untuk berkomunikasi. Bukan hanya menjadi sarana berkomunikasi, namun beragam media sosial ini dalam perkembangannya juga menjadi wadah untuk mengekspresikan pengalaman bagi para penggunanya. Tulisan ini berfokus pada pengalaman yang diekspresikan melalui praktik-praktik media di Draft SMS, serta kaitannya dengan anonimitas yang ditawarkan akun resmi tersebut. Ekspresi pengalaman ini selanjutnya dapat dilihat dalam wujud pesan anonim yang dititipkan, serta komentar dari para pembaca.
ABSTRACTThe emergence of the internet and various kinds of social media, facilitate people to communicate easier across time and space. Not only as means of communications, but various social media in its development are also become a place for its users to express their experience. This paper focuses on experiences that expressed through media practices in Draft SMS, as well as their relation to the anonymity offered by this official account. The expressions of these diverse experience can be seen in the form of anonymous messages entrusted, as well as the readers."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Syarifa Hasna Fairuz
"
ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang dimiliki oleh tingkat penggunaan media sosial terhadap tingkat resiko viktimisasi online harassment pada mahasiswa angkatan 2013 Universitas X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didasari oleh Teori Aktivitas Rutin dari Cohen dan Felson dalam melihat resiko viktimisasi online harassment. Dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner, indikator-indikatornya telah ditentukan oleh penulis. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan SPSS dan kajian teori serta jurnal peneltian yang digunakan. Dari 383 responden, hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan serta pengaruh antara pengguna tingkat penggunaan media sosial terhadap viktimisasi online harassment yang dialami oleh mahasiswa angkatan 2013 Universitas X.
ABSTRACT This research aims to understand the extent of influence of the use of social media towards the risks of online harassment victimization on batch 2013 students of University X. this research ia a quantitative reseach that is based on Routine Activity Theory by Cohen and Felson in order to see the risks of online harassment victimization. Questionnare, which indicators have been determined by the writer, is used as an instrument in conducting this research. The received data is then analyzed by using SPSS, theoretica studies, and research journals. The result revealed by 383 respondents that there is a correlation and impacts between the social media usage level and the level of online harassment victimization that is experienced by batch 2013 students of University X."
2017
S68012
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library