UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Gaya Hidup Flexing dan Viktimisasi Korban Kejahatan Penipuan Berkedok Online Trading = Flexing Lifestyle and Victimization of Fraud Crime Victims Under the Guise of Online Trading

Aritonang, Miko Bangun Agustinus; Ni Made Martini Puteri, supervisor; Kisnu Widagso, examiner (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025)

 Abstrak

Dalam era digital saat ini, penjahat internet telah menunjukkan kemampuan mereka yang terampil dan canggih dalam melakukan kejahatan berdasarkan peluang yang ada. Kejahatan siber telah menjadi tren yang meningkat di sektor teknologi informasi dan digital, khususnya pada platform binary option. Para pelaku penipuan ini cenderung memanfaatkan media sosial dan platform online untuk menarik calon korban mereka. Mereka menggunakan strategi pemasaran yang cerdik dengan "flexing" atau memamerkan gaya hidup mewah dan kekayaan yang seolah-olah merupakan hasil dari investasi mereka. Korban penipuan investasi online peluang investasi yang menguntungkan, orang awam yang tertarik pada dunia perdagangan, serta orang-orang yang tengah menghadapi kesulitan finansial dan mencari jalan keluar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk viktimisasi dengan menggunakan gaya hidup flexing sebagai daya tarik korban dalam penipuan berbasis online trading pada kasus binary option dan menentukan langkah-langkah pencegahan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan penipuan ini. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan wawancara terhadap lima informan yang terdiri dari empat korban dan satu petugas kepolisian yang menangani kasus penipuan daring. Berdasarkan hasil penelitian, fenomena ini dapat dianalisis menggunakan teori aktivitas rutin, yang menjelaskan bahwa kejahatan terjadi ketika pelaku, korban potensial, dan ketiadaan pengawasan bertemu pada waktu dan tempat yang sama. Penipuan ini juga memanfaatkan halo effect, di mana bias kognitif membuat korban menilai positif investasi berdasarkan kesan pertama yang diciptakan oleh gaya hidup mewah para promotor. Untuk pencegahan terhadap manipulasi ini, teori primary crime prevention menekankan pentingnya edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang taktik manipulatif yang digunakan pelaku. Dampak penipuan ini tidak hanya dirasakan oleh korban primer yang mengalami kerugian finansial langsung, tetapi juga oleh viktimisasi sekunder yang menanggung beban emosional dan sosial, serta viktimisasi tertier yang merasakan dampak sosial jangka panjang, seperti penurunan kepercayaan masyarakat terhadap investasi daring. Pendekatan ini relevan dengan teori secondary crime prevention, yang berfokus pada pengurangan risiko viktimisasi lebih lanjut, serta teori tertiary crime prevention, yang bertujuan untuk mengurangi dampak jangka panjang dari kejahatan dan mencegah kejahatan berulang.

In today's digital era, internet criminals have shown their skilled and sophisticated abilities in committing crimes based on existing opportunities. Cybercrime has become an increasing trend in the information and digital technology sector, especially on the binary option platform. These fraudsters tend to utilize social media and online platforms to attract their potential victims. They use clever marketing strategies by "flexing" or showing off a luxurious lifestyle and wealth that seems to be the result of their investment. Victims of online investment fraud through binary options come from various backgrounds, including novice investors looking for profitable investment opportunities, laypeople interested in the world of trading, and people who are facing financial difficulties and looking for a way out. This study aims to analyze the form of victimization by using the flexing lifestyle as an attraction for victims in online trading- based fraud in the binary option case and to determine preventive measures to protect the public from this fraudulent crime. The research method used is qualitative, with interviews with five informants consisting of four victims and one police officer who handles online fraud cases. Based on the results of the study, this phenomenon can be analyzed using the Routine Activity Theory, which explains that crime occurs when perpetrators, potential victims, and the absence of supervision meet at the same time and place. This fraud also exploits the halo effect, where cognitive biases cause victims to positively evaluate investments based on the first impression created by the promoters' lavish lifestyles. To prevent this manipulation, the primary crime prevention theory emphasizes the importance of education to raise public awareness of the manipulative tactics used by the perpetrators. The impact of this fraud is not only felt by the primary victims who experience direct financial losses, but also by the secondary viktimisasi who bear the emotional and social burden, as well as the tertiary viktimisasi who experience long-term social impacts, such as decreased public trust in online investment. This approach is relevant to the econdary crime prevention theory, which focuses on reducing the risk of further victimization, as well as the tertiary crime prevention Theory, which aims to reduce the long-term impact of crime and prevent recurrence of crime.

 File Digital: 1

Shelf
 T-Miko Bangun Agustinus Aritonang.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Membership
No. Panggil : T-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ida rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : xii, 132 pages : illustration + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-pdf 15-25-23205682 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 9999920564238
Cover