Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70640 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anastasia Winanti Riesardhy
"Identitas tidak lepas dari komunikasi karena komunikasi juga dapat membentuk dan mengubah identitas seseorang. Berangkat dari perspektif identitas dan kaitannya dengan komunikasi, penelitian ini mencoba untuk melihat proses komunikasi identitas ibu rumah tangga berpendidikan tinggi. Studi ini dianggap penting karena penelitian terdahulu mengatakan, semakin tinggi pendidikan perempuan, maka semakin rendah pula keinginannya untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Selain itu, patriarki yang ada di Indonesia cenderung meyakini bahwa perempuan tidak memerlukan pendidikan tinggi karena akan berakhir di ranah domestik. Faktanya terdapat perempuan berpendidikan tinggi yang secara sadar memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Sadar akan keputusannya yang tidak sejalan dengan narasi perempuan berpendidikan tinggi, mereka kemudian mendirikan komunitas bernama Lab Belajar Ibu (LBI). Penelitian yang menggunakan paradigma post-positivis dan pendekatan kualitatif serta menggunakan strategi penelitian studi kasus ini, bertujuan untuk mengetahui bagaimana ibu rumah tangga berpendidikan tinggi mengkomunikasikan identitasnya. Data diambil dari hasil observasi dan wawancara mendalam. Dengan menggunakan teori komunikasi identitas, hasil penelitian menemukan adanya pergeseran makna ibu rumah tangga. Lebih dari itu, peran keluarga sebagai sistem pendukung juga penting untuk membantu ibu dalam mengkatalis dirinya. Di sisi lain, komunitas daring memiliki andil dalam memberdayakan ibu di masa transisi. Komunitas juga diharapkan dapat menghapus bias gender dan bias kelas sosial dengan memaksimalkan kapasitasnya untuk memberdayakan perempuan yang berada di bawah garis kesenjangan.

Identity cannot be separated from communication because communication can shape and change one's identity. According to the perspective of identity and its relationship with communication, this study examines the communication process of the identity of highly educated homemakers. This study is critical because previous research says that the higher a woman's education, the lower her desire to stop working and become a homemaker. In addition, patriarchy in Indonesia tends to believe that women do not need higher education because they will end up in the domestic sphere. There are highly educated women who consciously choose to become homemakers. Aware that their decision did not align with the highly educated women's narrative, they established a community called Lab Belajar Ibu (LBI). This research uses a post-positivist paradigm, a qualitative approach, and a case study research strategy to determine how highly educated homemakers communicate their identity by referring to communication theoryof identity. Data was collected from observation and in-depth interviews with the founders of LBI. Regarding communication theory of identity, the research found a shift in the meaning of stay-at-home moms. Moreover, the family's role as a support system also helps mothers catalyze themselves. On the other hand, the online community empowers mothers in transition. The community is also expected to erase gender and social class bias by maximizing its capacity to empower underprivileged women."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmilus Gisafiah
"[Discourse of renewal adalah strategi komunikasi krisis yang didasari empat cara-cara komunikasi, yaknileader-base, provisional, prospective dan optimistic. Dalam pendekatan identitas sosial yang dipergunakan pada penelitian ini, cara komunikasi leader-base mengarah pada pembentukan kesamaan identitas (common identity) yang menghasilkan kesamaan nilai-nilai (common value). Cara komunikasi provisional mengarah pada cara komunikasi yang spontanitas sesuai dengan etika dan norma yang menjadi kesepakatan bersama (ethics and norms). Dan cara komunikasi prospective mengarah pada satu kesamaan tujuan (common vision). Sedangkan cara komunikasi optimistic mengarah pada perilaku positif (good behaviours). Keempat cara tersebut dapat memberikan suatu perubahan baru dalam nilai-nilai (renewed belief in core values) individu maupun organisasi. Berdasarkan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi terhadap upaya-upaya komunikasi krisis komunitas JIS Dragon, maka hasil analisa yang diperoleh pada penelitian ini mengatakan bahwa komunikasi krisis discourse of
renewal pada komunitas JIS Dragon terdapat kesamaan nilai (leader base) yakni humanity dan justice, yang dilakukan atas inisiatif spontan yang disesuaikan dengan etika dan norma (provisional), untuk membentuk dukungan bersama terhadap kasus yang menimpa anggotanya (prospective) dengan perilaku yang positif (optimistic).;Discourse of renewal is crisis communication strategy that have four different ways of communication which are leader-base, provisional, prospective and optimistic. In the social identity approach used in this research, the way of communication leader-base means merging some identities into a common identity that can lead into a common value. Provisional means expressing spontaneous communicatin that based on the ethics and norms. And prospective
means reaching common vision. While optimistic means doing with positive behaviors. These ways can renewed belief in the core values, both individual and organization. This phenomenological qualitative research have analysed the crisis communication discourse renewal of JIS Dragon community. The result obtain some points that JIS Dragon crisis communication has common values; humanity and justice (leader-base), which is carried on spontaneous initiatives that are based
onto the ethics and norms (provisional), to give support for justice (prospective) with a positive behaviours (optimistic)., Discourse of renewal is crisis communication strategy that have four different
ways of communication which are leader-base, provisional, prospective and
optimistic. In the social identity approach used in this research, the way of
communication leader-base means merging some identities into a common
identity that can lead into a common value. Provisional means expressing
spontaneous communicatin that based on the ethics and norms. And prospective
means reaching common vision. While optimistic means doing with positive
behaviors. These ways can renewed belief in the core values, both individual and
organization. This phenomenological qualitative research have analysed the crisis
communication discourse renewal of JIS Dragon community. The result obtain
some points that JIS Dragon crisis communication has common values; humanity
and justice (leader-base), which is carried on spontaneous initiatives that are based
onto the ethics and norms (provisional), to give support for justice (prospective)
with a positive behaviours (optimistic).]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rischa Indira Sabrina
"COVID-19 menyebabkan perubahan besar bagi masyarakat. Adanya Work From Home (WFH) bagi para orang tua, khususnya para ayah dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) bagi para anak merupakan beberapa dampak dari adanya COVID-19. Meskipun kurang tersorot, pandemi COVID-19 juga berdampak besar bagi para ibu rumah tangga. Pandemi dan efek tumpahan yang dirasakan dari terdampaknya para ayah dan anak menyebabkan ibu rumah tangga stres dan perlu untuk beradaptasi kembali. Mindful parenting dapat diterapkan sebagai solusi untuk menghadapi berbagai dampak tersebut. Mindful parenting terbukti mengurangi stres dan meningkatkan kemampuan coping stres. Dalam implementasinya, salah satu faktor yang diduga memengaruhi mindful parenting adalah komunikasi interpersonal dalam pernikahan. Untuk meneliti hubungan mindful parentingdan komunikasi interpersonal dalam pernikahan, peneliti menggunakan desain korelasional dengan jumlah sampel 155. Alat ukur yang digunakan adalah Interpersonal Mindfulness in Parenting (IM-P) untuk meneliti mindful parenting dan Measurement of Marital Communication (MCI) untuk meneliti komunikasi interpersonal dalam pernikahan. Hasil menunjukkan tidak ada korelasi antara kedua variabel, maupun dengan dimensi-dimensi mindful parenting, kecuali pada dimensi menerima tanpa memberikan penilaian pada diri dan anak dan menemukan korelasi negatif.

COVID-19 brought significant adjustments. The existence of Work From Home (WFH) for parents, especially fathers, and distance learning (PJJ) for children are some of the impacts of COVID-19. Although less highlighted, the COVID-19 pandemic has also had a major impact on housewives. Housewives are stressed as a result of the pandemic and the spillover effects caused by the impact of fathers and children. Mindful parenting can be applied as a solution to deal with these impacts. Mindful parenting has been shown to reduce stress and improve stress coping abilities. In its implementation, one of the factors thought to influence mindful parenting is interpersonal communication in marriage. To examine the relationship between mindful parenting and interpersonal communication in marriage, the researcher used a correlational design with a sample size of 155. The measuring instruments used are: Interpersonal Mindfulness in Parenting (IM-P) to examine mindful parenting and Measurement of Marital Communication (MCI) to examine interpersonal communication in marriage. The results show that there is no correlation between the two variables, nor with the dimensions of mindful parenting, except for the dimension of nonjudgmental acceptance of self and child, which was found to have a significant negative correlation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerry Wahyu Dewatara
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi bagaimana pasangan courtship antar budaya beda agama dalam menegosiasikan identitas mereka. Di Indonesia, khususnya Jakarta, seseorang akan sering kali bertemu dan berinteraksi dengan seseorang yang mempunyai latar belakang yang berbeda, hasil dari meningkatnya aktivitas hubungan antar budaya adalah jatuh cinta dengan seseorang dari latar belakang budaya yang berbeda. Maka dari itu, seseorang yang jatuh cinta dengan seseorang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda akan menjumpai halangan pada perjalanan mereka, terutama penolakan dari lingkungan sosial. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah identitas seseorang dalam hal ini agama tidaklah selalu menjadi alasan penolakan dari lingkungan sosial mereka terutama keluarga, tetapi ada juga masalah status sosial ekonomi maka dari itu negosiasi identitas akan bergantung pada hal apa yang menjadi penolakan lingkungan sosial mereka.

This study aims to analyze and find out how intercultural interfaith couple negotiate their identities with each other. In Indonesia, especially Jakarta, someone will often meet and interact with other people who have different backgrounds, the result of increasing activities between intercultural relationships is falling in love with someone who has a different cultural background. Therefore, people who have a love relationship with someone who have different culture will encounter obstacles in their journey, especially resistance from the social environment. This study uses a constructivist paradigm with a qualitative research approach. The results of this study is, identity in this case religion is not always an obstacle for informants to proceed to the stage of marriage but there are other reason like social economy status that depends on informant famlily background. Therefore identity negotiation will depend on what is the reason behind the resistance of informant social environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T55186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Limbong, Mesta
"Dalam era globalisasi yang semakin berkembang saat ini, peran sebagai "ibu" tetap dituntut berfungsi secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan anaknya, khususnya anak prasekolah sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Secara teoretis masa usia prasekolah adalah masa terpenting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia ini, bisa saja timbul stagnasi dalam usaha memenuhi tugas-tugas perkembangannya jika tidak diberi dukungan dan kesempatan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah; apakah ada hubungan pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah; apakah ada hubungan perkembangan kemampuan sosialisasi dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, serta untuk mengetahui apakah ada perbedaan: perkembangan kemampuan sosialisasi, perkembangan kemampuan komunikasi dan pola komunikasi keluarga pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta, melibatkan 142 anak usia prasekolah dari 8 Taman Kanak-kanak. Dengan rincian 71 anak mewakili kelompok ibu bekerja dan 71 anak lainnya mewakili kelompok ibu tidak bekerja. Untuk melihat hubungan pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah, hubungan pola komunikasi dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, serta hubungan perkembangan kemampuan sosialisasi dan perkembangan kemampuan komunikasi dari anak usia prasekolah digunakan analisa korelasi. Sedangkan teknik untuk menguji perbedaan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah, perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, pola komunikasi keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja digunakan uji beda rata-rata.
Temuan-temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positip dan bermakna antara pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah. Di peroleh hasi l 0,201 dan signifikan pada taraf 5 %. Berarti antara pola komunikasi keluarga dan perkembangan kemampuan sosialisasi ada korelasi positip. Selanjutnya ada hubungan yang positip dan signifikan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak dan pola komunikasi keluarga. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pola komunikasi keluarga yang digunakan, berarti akan meningkatkan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah.
Hubungan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak dan perkembangan kemampuan sosialisasi anak diperoleh sebesar 0,446 dan signifikan pada taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat perkembangan komunikasi akan semakin meningkat pula perkembangan kemampuan sosialisasinya.
Untuk pola komunkasi keluarga dari Ibu bekerja dan Ibu tidak bekerja, tidak terbukti ada perbedaan. Ibu bekerja dan Ibu tidak bekerja dalam sampel penelitian ini cenderung menggunakan pola komunikasi keluarga protektif, yaitu komunikasi orientasi sosialnya tinggi, sedangkan komunikasi orientasi konsepnya rendah, hasilnya sebanyak 77 sampel (54 %). Untuk pola komunikasi keluarga Laisser-faire dengan komunikasi yang orientasi sosial maupun komunikasi orientasi konsepnya rendah sebanyak 26 sampel (18 %). Pola komunikasi keluarga pluralistik yaitu dengan komunikasi yang berorientasi sosial rendah dan komunikasi berorientasi konsepnya tinggi sebanyak 7 sampel (5 %). Sedangkan Pola Komunikasi Konsensual dimana komunikasi yang berorientasi sosialnya maupun komunikasi orientasi konsepnya tinggi sebanyak 32 sampel (23 %).
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak, dari kelompok Ibu bekerja maupun Ibu tidak bekerja. Ini menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan komunikasi anak pada usia prasekolah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bekerja/tak bekerja Ibu. Apapun aktivitas dan tanggung jawab Ibu, nampaknya tetap memperhatikan perkembangan kemampuan komunikasi anak-anaknya. Ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah pada Ibu bekerja dan tidak bekerja. Dibuktikan dari uji coba peluang rata-rata sebesar 0, 0166 pada tabel 4.10."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-3911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Suryatini
"Identitas kembali dipertanyakan ketika individual hidup sebagai masyarakat modern di kota besar seperti Jakarta. Identitas masyarakat perkotaan dapat tergerus akibat tingginya laju kehidupan dan arus urbaanisasi. Di tengah kesibukan beraktivitas dan mobilitas yang cepat, masyarakat perkotaan memerlukan cara untuk mengkomunikasikan identitas untuk meningkatkan kualitas hidup mereka , salah satunya dengan bergabung dalam suatu komunitas. Tesis ini membahas bagaimana masyarakat perkotaan menghubungkan keterlibatan mereka pada sanggar tari dengan komunikasi identitas milik Michael Hecht. Komunikasi Identitas merupakan cara untuk membentuk identitas dan mengubah mekanisme identitas seseorang melalui aspek sosial, individu, dan kolektif yang terangkai dalam empat lapisan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus deskriptif. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap pendiri sanggar dan tiga orang anggota Sanggar Tari Wulangreh Omah Budaya pada kelas pertama tari Bali di Jakarta Selatan dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat perkotaan memerlukan kehadiran ruang ketiga untuk mengurangi kepenatan kehidupan kota besar. Mereka menjadikan keanggotaan dalam sanggar sebagai aktivitas alternatif untuk menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan pribadi. Pada akhirnya hal ini memperkuat indentitas nasional masyarakat Jakarta dalam bentuk pilihan gaya berpakaian, presentasi di media sosial, pilihan kegiatan sehingga menimbulkan identitas baru sebagai orang yang berbudaya.

Identity is questioned again when individuals live as modern citizens in big cities like Jakarta. The identity of urban communities can be eroded due to the high pace of life and urbanization. In the midst of busy activities and rapid mobility, urban people need ways to communicate their identity to improve their quality of life, one of which is by joining a community. This thesis discusses how urban communities connect their involvement in dance studios with Michael Hecht's identity communication. Identity communication is a way to form identity and change one's identity mechanism through social, individual, and collective aspects that are arranged in four layers. This research is a qualitative research using descriptive case study method. Data were collected through in-depth interviews with the founder of the studio and three members of Wulangreh Omah Budaya Dance Grup in the first class of Balinese dance in South Jakarta and observation. The results showed that urban communities need the presence of a third space to reduce the fatigue of big city life. They use membership in a studio as an alternative activity to balance work and personal life. In the end, this strengthens the national identity of Jakarta people in the form of choice of clothing style, presentation on social media, choice of activities so as to create a new identity as a cultured person."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Rainayati
"Penelitian ini bermaksud memahami bentuk dan praktik komunikasi dalam sebuah komunitas menulis virtual berbasis social media yang beranggotakan ibuibu rumah tangga, yaitu komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Teori Konvergensi Simbolik yang dikembangkan oleh Ernest Bormann digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana ibu-ibu rumah tangga yang ada dalam komunitas tersebut secara kolektif berbagi emosi, motivasi, dan makna, serta membangun kesadaran bersama dalam sebuah tempat ?mengumpulkan keramahtamahan? di social media yang bernama Facebook. Metode pengumpulan data dilakukan melalui dua cara. Pertama, melalui analisis teks, hanya untuk melihat tema-tema yang muncul dalam komunitas. Kedua, melalui focus group discussion (FGD) terhadap 6 orang narasumber yang dilakukan di Bandung, April 2013.
Terkait dengan teori, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada tema-tema tertentu yang senantiasa muncul dalam komunitas. Bentuk dan praktik komunikasi antar-anggota terbangun melalui tema-tema tertentu itu, yang dibagikan dalam komunitas secara berulang. Tema-tema tertentu itulah - oleh Bormann disebut sebagai tema fantasi yang kemudian membentuk rantai fantasi hingga akhirnya memunculkan kesadaran bersama dan melahirkan visi retoris pada tiap-tiap anggotanya. Dari penelitian ini juga terungkap bahwa Facebook berperan penting dalam membagikan tema-tema fantasi tersebut secara berulang hingga mempercepat terbentuknya rantai fantasi. Penelitian ini menjadi penting jika berbicara tentang pemberdayaan perempuan, terutama ibu-ibu rumah tangga.

This study is to understand the form and practice of communication in a virtual writing community-based social media consisting of full time moms (housewives), the community of Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Symbolic Convergence Theory developed by Ernest Bormann is used in this study to determine how the moms in these communities collectively share their emotions,motivation, and meaning, as well as build mutual awareness in a place of "collecting hospitality" in social media named Facebook. The method of data collection is done through two ways. First, through the text analysis, merely to see the themes that emerged in the community. Second, through a focus group discussion (FGD) to 6 speakers made in Bandung, April 2013.
Related to the theory, the results of this study indicate that there are certain themes that always appear in the community. The communication form and practice of among members are developed through those particular themes, which distributed in the community repeatedly. That certain themes what Bormann calls fantasy theme which later formed the fantasy chain until it raises mutual awareness and expresses rhetorical vision to each of its members. This study also revealed that Facebook plays an important role in sharing those fantasy themes repeatedly as far as accelerate the formation of the fantasy chain.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melvia Veronica
"Dalam persiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche), ibu berperan penting dalam menyediakan informasi mengenai menstruasi serta pubertas bagi anak. Ibu melakukan komunikasi antarpribadi (interpersonal) yang dapat membantu kesiapan perempuan menghadapi menarche, terutama dalam konteks sosiokultural di mana menstruasi ada dalam teritori yang masih tabu. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis mengenai pesan komunikasi dari ibu kepada anak perempuan untuk menghadapi menarche dan kaitan pesan yang diberikan dengan tabu menstruasi (menstrual taboo). Data dikumpulkan secara kualitatif melalui wawancara mendalam kepada tiga orang perempuan berumur 18 tahun yang melalui menarche dalam dampingan ibu sebagai pengasuh utama. Ditemukan bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan ibu secara menyeluruh belum bersifat terbuka kepada anak. Ibu juga belum melakukan komunikasi secara empatik terhadap pengalaman menstruasi anak dari segi emosional. Namun, ibu sudah menyadari adanya keberadaan larangan bagi perempuan terkait menstruasi yang ada dalam lingkup menstrual taboo. Ibu juga telah melakukan komunikasi secara suportif terhadap kejadian-kejadian yang dialami perempuan saat awal menstruasi.

In the preparation of facing menarche, mothers have an important role in providing information regarding menstruation and puberty for their daughters. Mother carries out interpersonal communication which will help the readiness of girls in facing menarche, especially in the sociocultural context where menstruation is placed in taboo territory. The objective of this research is to analyse communication messages given by mothers to daughters for facing menarche and the correlation of the messages to menstrual taboo. Data was collected with a qualitative approach through in-depth interviews with three women who went through menarche with their mother accompaniment as a primary caregiver. It is found that interpersonal communication done by mothers overall was not done openly. Mothers have also not communicate in an empathetic way with their daughters. However, mothers are aware of the existence of restrictions for women related to menstruation which is within the scope of menstrual taboo. Mothers have also communicated in a supportive manner regarding the events their daughters experienced at the early stage of menstruation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dirgantara Reksa Ginanjar
"Jurnal ini membahas bagaimana komunikasi antar budaya terjadi dalam menerjemahkan sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris oleh penerjemah asing. Dengan mempelajari Yayasan Lontar, penulis mencoba melihat bagaimana para penerjemah asing yang dimiliki Yayasan Lontar dapat menerjemahkan sebuah karya sastra tanpa hanya menerjemahkan secara harfiah, tapi juga menerjemahkan tanpa menghilangkan konteks sosial-politik-budaya yang melekat pada sebuah karya tersebut sebagai bentuk komunikasi budaya yang terjadi.

This article will explain will explain how intercultural communication occurs on the process of translating Indonesian literature into English. With Yayasan Lontar as a study-case subject, the writer wants to see how the foreign translator working for Yayasan Lontar could translate the literature not only words by words or sentence to sentence but also to translate it without losing the meaning of social-politics-culture that emerged in the literature as the process of intercultural communication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Kurniati
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pola komunikasi pada keluarga dengan Ibu bekerja terkait topik seksualitas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan metode indepth interview sebagai metode pengumpulan data dan menggunakan fenomenologi sebagai strategi penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat enam tipe keluarga dalam kaitannya dengan komunikasi topik seksualitas, yaitu keluarga yang terbuka, keluarga yang tertutup, keluarga yang menekankan pada kepatuhan, keluarga yang bebas, keluarga dengan Ibu yang memahami internet dan keluarga dengan Ibu yang tidak memahami internet. Selain itu, dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa Ibu merupakan komunikator utama dalam mengkomunikasikan topik seksualitas.

This study aimed to describe the communication patterns in families with a working mother related the topic of sexuality. This research is a qualitative descriptive research that uses "in-depth interview" as a method of data collection. This study also used phenomenology as a research strategy. The results of this study indicate that there are six types of families in relation to sexuality talks in family communication. The types are as follows : an open family, a closed family, a family that emphasizes on compliance, a family that not emphasizes on compliance, a family with a mother who understand the internet and a family with a mother who does not understand the internet. In addition, this study also found that in sexuality talks, mother is the primary communicators in family."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>