Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135096 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Malya Nadirashanti Salima
"Skripsi ini menyelidiki encounters antara tubuh dan pembatas spasial untuk mengeksplorasi ruang threshold dengan ambiguitasnya sebagai kualitas spasial yang krusial. Skripsi ini akan membahas susunan ambiguitas yang dihadirkan ketika membaca ruang threshold sebagai sebuah bentuk encounter. Meskipun threshold seringkali kurang dipertimbangkan, kualitas ambiguitas menjadi alat dalam memperluas interpretasi sebuah ruang threshold melalui serangkaian diferensiasi. Eksplorasi dilakukan melalui pengamatan sekunder dari studi literatur kasus threshold pada sekolah Herman Hertzberger. Dengan menganalisis aspek: depth dan void, bentuk pembatas, dan pencahayaan, studi ini mengungkapkan mekanisme kerja pembatas ruang yang menggunakan kedalaman dan proksimitas melalui kontras materialitas dan pencahayaan akan meningkatkan sensasi ambiguitas, sehingga secara naluriah mengaktifkan ruang menjadi kaya pengalaman dan beresonansi secara emosional untuk spontaneous occupation, sehingga menjadikan pembatas spasial dalam threshold penting untuk dipertimbangkan.

This undergraduate thesis investigates the encounters between body and spatial delimiters to explore the threshold space with its ambiguity as a crucial spatial quality. This study is going to discuss the arrangement of ambiguity presented when reading threshold space as a form of encounter. Although threshold is often less considered, the ambiguous quality becomes a tool in extending the interpretation of a threshold through a series of differentiation. The exploration is done through a secondary observation from a literature study case of Herman Hertzberger Schools’ threshold. By analysing depth and void, delimiter shapes, and lighting aspects, the study reveals the operation mechanism of spatial delimiters using depth and proximities through contrasts of materialities and lighting would heightened the sense of ambiguity, thus instinctively activating the space to be experientially rich and emotionally resonant therefore seduced for spontaneous occupation, making the spatial delimiters within thresholds highly relevant to be considered."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adimas Yosia Prasetiyo
"Threshold space merupakan kunci dari transisi dan hubungan antara 2 wilayah yang memiliki kekuasaan berbeda. Hal ini menjadikan threshold space sebagai kondisi yang menarik untuk melihat hubungan antara ruang interior dengan eksterior. Penelitian ini akan berfokus pada threshold space yang terbentuk diantara bangunan komersial dan jalan pejalan kaki di Jalan Suryo, Kebayoran Baru. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana threshold space menghilangkan perbedaan atmosfer yang tajam antara ruang interior bangunan komersial dengan ruang eksterior (jalan pejalan kaki) yang bertujuan untuk menghadirkan pengalaman spasial yang kontinu. Penelitian ini akan menggunakan metode Boettger dan enam elemennya dalam menganalisis threshold space. Penelitian ini menemukan bahwa kelengkapan dan pengaturan elemen fisik yang berbeda pada threshold space akan menghadirkan atmosfer dan pola spasial yang berbeda dan akan mempengaruhi pengalaman manusia didalamnya.

Threshold space provides the key to the transition and connection between areas with divergent territorial claims. This makes the threshold space an interesting condition to see the correlation between interior and exterior spaces. This study will focus on the threshold space formed between commercial buildings and pedestrian paths in Suryo street, Kebayoran Baru. We will analyse how threshold space eliminating the sharp division between interior of commercial buildings and exterior spaces (pedestrian paths) in order to present continuous spatial experience between two different spaces. This research will be conducted using Boettger's method and its six elements to analyse threshold space. This research found that a different arrangement and completeness of elements in threshold space will produce different atmospheres and spatial patterns which will affects human experience in threshold space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Azhari
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas perubahan fungsi lahan yang terjadi di daerah Kemang dan Cipete Raya. Kemang dan Cipete Raya seharusnya diperuntukan sebagai kawasan perumahan, namun saat ini berubah peruntukkannya menjadi kawasan bisnis. Penelitian ini menggunakan beberapa teori yaitu teori ruang dan tata ruang, manajemen tata ruang, penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan dampak perubahan penggunaan lahan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan paradigma kualitatif, melalui wawancara mendalam dan studi dokumen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh hasil bahwa perubahan fungsi lahan di Kemang dan Cipete Raya sudah terjadi sejak lama dan disebabkan karena faktor sejarah, faktor ekonomi dan letak yang strategis, faktor aglomerasi atau lingkungan, lemahnya tata ruang dan pengawasan pemerintah yang rendah. Lalu proses perizinan juga bermasalah karena meskipun tidak memiliki izin tempat-tempat usaha di Kemang dan Cipete Raya tetap berdiri dan tidak adanya tindakan dari pemerintah. Kemudian dengan terjadinya perubahan fungsi lahan maka menimbulkan dampak positif dan negatif.

ABSTRACT
This research discusses change of land function which occurred in Kemang and Cipete Raya areas. Kemang and Cipete Raya should be designated as a residential area, but currently changed its designation into a business area. Researcher uses space and spatial theory, spatial management theory, land use theory, land use change theory, and impact of land use change theory. By using qualitative paradigm and in depth interview as well as literature study, researcher find that land function changing in Kemang dand Cipete Raya has been going on for a long time and caused by historical factor, economic factors and strategic location, agglomeration and neighbourhood factors, spatial weakness and low government oversight. The licensing process is also problematic because many business premises are standing even if they do not have permission and the government did not take any action. And then, The occurrence of changes in land function has an positive impact and negative impact.
"
2017
S67097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Mizanni
"ABSTRAK
Wanita pada kawasan hunian padat memegang peran penting dalam keberlangsungannya karena mereka menghabiskan waktu paling banyak pada Kawasan tersebut. Untuk melakukan berbagai kewajiban yang mereka miliki, wanita harus mengatasi kesesakan dalam menjalani kegiatannya pada ruang berkepadatan tinggi. Kajian ini akan fokus kepada adaptasi wanita ketika melakukan kegiatan ekonomi berbasis hunian di kawasan hunian berkepadatan tinggi untuk menghindari rasa sesak. Sehingga saya mencoba untuk melihat strategi ibu rumah tangga pada kampung, yang harus menggabungkan kegiatan ekonomi ke dalam rumah tangga mereka, untuk mengatasi kesesakan. Kajian ini dilakukan untuk menekankan kuatnya peran wanita pada kawasan hunian informal, dengan harapan bahwa kedepannya pengembangan kota dapat lebih memperhatikan kebutuhan wanita dan ruang hidupnya di kawasan hunian informal.

ABSTRACT
Women in high density informal settlements hold an indispensible role to the livelihood of the community because they spend the most time around the area. Bearing multiple roles and responsibilities in the settlement, they have to cope with crowding as a result of high density in most of their living spaces. This study focuses primarily on how women adapt to high density living while doing home based work. I tried to examine the strategies done by housewives, having to incorporate income generating activities to their household, while minimizing the effects of crowding. The study is done to emphasis the relationship between women and her settlement, in hope that future development will be more inclusive to their needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Evania Aditya
"Tulisan ini menelusuri dinamika place ballet sebagai interaksi spasial keseharian manusia yang berkontribusi terhadap perubahan place attachment. Place ballet dipahami sebagai rutinitas interaksi keseharian yang dialami secara unconscious yang dapat menghasilkan rasa familiaritas dan attachment terhadap situasi, elemen spasial, dan tempat tertentu. Place ballet berjalan dalam tempat yang memiliki singularitas secara tetap sehingga rutinitas kemudian berulang dalam kesehariannya dengan interaksi yang cenderung sama dan memproduksi memori sebagai landasan place attachment. Namun, replikasi interaksi spasial keseharian berjalan secara dinamis sehingga memungkinkan hadirnya disrupsi dan absensi rutinitas; menghasilkan rasa conscious yang kemudian mengubah place attachment. Tulisan ini membahas film The Truman Show (1998) karya Peter Weir sebagai penelusuran dinamika interaksi spasial keseharian dan proses perubahan dari place attachment menjadi detachment yang terjadi dalam film. Skripsi ini mengidentifikasi perkembangan kondisi consciousness yang berubah seiring dengan terjadinya dinamika place ballet. Sehingga hal ini memicu perubahan keberadaan place attachment, mengubah peran dan existential insideness manusia dalam place.

This study explores the dynamics of place ballet as the phenomenon of encounters in human’s daily life contributing to the shift in place attachment. Place ballet’s contribution as unconscious encounters in everyday routines result in a sense of familiarity and attachment towards a certain situation, elements, and place embodied in memory. In theory, place ballet achieves singularity through the repetitiveness of encounters occurring in everyday routines. However, there is a limitation on replicating everyday encounters, thus bringing disruptions in the everyday routine and evoking consciousness in the repeating of routine and the absence of place ballet. This study explores the shifting of everyday encounters, evoking the character’s consciousness of space and the shift from place attachment into detachment, as presented in the movie The Truman Show (1998) by Peter Weir. This paper identifies the shifting of a sense of consciousness as human interacts with the dynamics of place ballet, evoking shift in place attachment. The shifted perceptions of everyday encounters and place attachment on some degree indicates change in the feeling of existential insideness and human’s role in place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Rahadiani Maheswari
"ABSTRACT
Ruang transit yang ditujukan untuk mengakomodasi banyak orang seringkali dimaknai hanya sebatas fungsi tanpa memikirkan pengalaman ruang dan dampak psikologis terhadap penghuninya, sehingga individu tidak memiliki relasi/memori tertentu terhadap ruang transit tersebut. Padahal, elemen-elemen pembentuk ruang tersebut saling terkoneksi dan membentuk dialog ruang yang berperan menyukseskan penyampaian pesan ruang kepada individu tidak hanya sebagai perantara namun juga pembentuk atmosfer ruang. Sehingga proses transit menjadi humanis. Ruang transit penting sebagai ruang interaksi yang mengakomodasi beragam aktivitas. Untuk memungkinkan hal ini terjadi, masyarakat sebagai subjek aktivitas ini menjadi sakral untuk diperhatikan. Hal ini tidak lain adalah untuk membangun koneksi antara ruang transit dan pengguna ruang transit dengan menciptakan pengalaman menunggu yang akan melekat pada memori mereka. Di dalam lingkup ruang transit, terdapat elemen-elemen transisi yang berperan sebagai pemisah ruang yang menegaskan batas-batas antara ruang yang dialami oleh pejalan kaki dalam konteks jalan dan kota streetscape, dengan interior ruang transit yang melingkupi segala aktivitas di dalamnya. Namun di sisi lain, elemen-elemen transisi ini juga berperan sebagai penguat relasi antara inside dan outside dari ruang transit itu sendiri. Salah satu dari elemen-elemen tersebut, adalah Threshold. Pada fasilitas transit, threshold menjadi elemen utama yang mendukung fungsinya sebagai ruang transisi dan mengkoreografi pegalaman ruang. Namun demikian, ia juga memiliki potensi sebagai pembentuk relasi dengan ruang di sekitarnya, misalnya antara interior-eksterior dan juga dengan ruang kota. Sehingga, pada hubungannya dengan ruang kota, threshold memiliki peran penting sebagai elemen yang menjalin konektivitas antara fasilitas transit dengan konteks kota di sekitarnya yang dapat pembentuk pengalaman manusia dan memicu hadirnya aktivitas publik yang beragam. Riset ini bertujuan untuk menelaah ruang threshold pada konteks ruang transit, melihat sistem hubungan, potensi serta kemungkinan yang tercipta dari relasi antara ruang transit dan ruang kota. Skripsi ini memberikan interpretasi baru pada threshold sebagai ruang antara yang kerap kali tidak terbahas potensinya dalam wacana ruang publik. Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kajian literatur, studi preseden dan observasi lapangan.

ABSTRACT
Transit spaces which are intended to accommodate many people, are often interpreted only as functional without considering the experience of space and its psychological impact on the inhabitants, so that individuals do not have a certain relation memory of the transit space. In fact, the spatial elements that are connected to one another and to its environment of the transit space can form a dialogue of space that plays a major role in the successful delivery of message and meaning to individuals. Hence these element serve not only as an intermediary but also in the creation of the atmosphere within. This is when the transit process becomes humane. The importance of the transit space is to accommodates interaction for the community it surrounds, a place that accommodates diverse activities. To allow this to happen, society as the subject of this activity becomes sacred to be noticed. This is done to establish a connection between that transit space and its users by creating a meaningful waiting experience that will be attached to their memory. Within the sphere of transit space, there are transitional elements that act as space dividers that define the boundaries between the space experienced by pedestrians mdash in the context of the road and the city streetscape mdash and with the interior of the transit spaces encompassing all the activities within them. But on the other hand, these transitional elements also act as a reinforcing relation between the inside and outside of the transit space itself. One of these elements, is Threshold. Threshold is a choreographer of spatial experience, as an element that embodies the transition, because it separates and connects boundaries, and regulates space sequences. Threshold can also be interpreted as the in between condition of interior and exterior and has the characteristics of both, so that there can be ambiguity on the quality of space.in the other hands, it also has the potential to create relation to its surrounding. For example, relation between interior exterior and the urban environment. For that reason, threshold has a key role to create connectivity between transit facilities and urban environment and generate individuals spatial experience and activities. This research aims to examine threshold spaces in the context of transit space, to see the relationship of its system, its potential and possibilities created from the relationship between transit space and cityscape. This study provides a new interpretation of the threshold as the space in between which its potential often not discussed in public space discourse. Qualitative research is conducted through literature review, precedent study and field observation. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarita Tiara
"Pertanyaan dari penelitian ini adalah, Seberapa besar nilai jarak dan keseragaman ruang kerja pada konfigurasi spasial kantor yang berbasis aktivitas dan konvensional akan meningkatkan kepuasan pengguna? Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih konkrit terhadap nilai optimum konfigurasi spasial. Penelitian sebelumnya belum membahas secara spesifik estimasi jarak optimum meja kerja sesama pengguna, jarak fasilitas pendukung pekerjaan, jarak tempat bersosialisasi, jarak tempat beristirahat dan keseragaman ruang kerja terhadap kenyamanan penggunanya. Subjek penelitian merupakan 60 pengguna kantor yang berbasis aktivitas (Activity-Based) dan kantor konvensional. Metode pengambilan data dilakukan dengan penggabungan data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan. Pengukuran objektif jarak dan selisih luasan ruang kerja menggunakan aplikasi AutoCad dengan skala meter dan pengukuran subjektif menggunakan kuesioner. Metode analisis statistik yang digunakan adalah metode regresi dengan aplikasi STATA dan tabulasi silang untuk melihat persebaran nilai. Hasil penelitian menemukan bahwa kenyamanan jarak meja kerja sesama pengguna dan jenis aktivitas lainnya tidak selalu konsisten. Kenaikan dan penurunan tingkat kenyamanan pada nilai yang terukur akan dihubungkan dengan teori terdahulu sebagai kebaruan atau pelengkap teori yang bersifat subjektif. Temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pemilik gedung perkantoran dalam menentukan tata ruang yang optimal. Implikasi dari tata ruang yang optimal adalah pemilik properti kantor dapat menentukan luasan ruang yang sesuai dengan jenis konsep kantor yang ingin diterapkan, sehingga pengguna yang menggunakan properti kantor akan tetap merasa nyaman terhadap luasan yang efisien.

The research question is, What is the value of distance and uniformity of workspace in the spatial configuration of activity-based and conventional offices that will increase user satisfaction? This study aims to get more concrete results on the optimum value of the spatial configuration. Previous research has not specifically discussed the estimated optimum distance between fellow users' work tables, the distance of work support facilities, the distance to socialize area, the distance to resting area and the uniformity of workspace to the convenience of its users. The research subjects were 60 activity-based and conventional offices users. The data collection method is carried out by combining quantitative and qualitative data. Objective measurement of distance and workspace area using AutoCad with meter scale and subjective measurements using questionnaires. The statistical analysis method used is a regression method with STATA and cross tabulation to see the distribution of values. The results found that the optimal distance between fellow users' desks and other types of activities are not always consistent. Increases and decreases in the level of comfort at the measured value will be related to the previous theory as novelty or complementary theories that are subjective. The findings of this study can be used as a guide for office building owners in determining the optimal spatial layout. The implication of the optimal spatial layout is that the office property owner can determine the area of ​​the space in accordance with the type of office concept that they wants to apply, so that users who use the office property will still feel comfortable with an efficient area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Knya Dwihany Ruth Oktavia
"Untuk menciptakan pertunjukan tari yang baik, penari melakukan proses latihan yang berulang-ulang. Anggota tari mempelajari gerakan dan formasi dalam tari. Sistem sensori digunakan penari dalam mengumpulkan informasi dan detail untuk setiap gerakan, perpindahan posisi, formasi dan arah. Proses mempelajari elemen pada tari ini, membentuk semua memori spasial yang menyebabkan penari mampu mengingat gerakan berdasarkan formasi maupun music atau lagu. Pada tulisannya ini, penulis mencoba melihat proses kelompok tari (dengan delapan anggota) mempersiapkan sebuah penampilan tari. Penulis melihat bagaimana memori spasial pada masing-masing anggota bekerja pada satu kelompok tari dalam melakukan latihan. Analisis dilakukan dengan mengamati gerak dan formasi pada tari serta perbandingan pada tiga rekaman latihan.

In order to perform a great dance performance, dancer should pass through many practices. Dancers need to learn the movements and formation. Which require sensory systems, to gather the information and detail about each movement, gesture, formation, orientation. As the dancers learning about the elements of dancing, the bodies create spatial memories, that allowed dancers to memorize each gestures with the movements based on the music. On this writing, we tried to see how a group of dancers -consists of 8 individuals- create a performance with 8 different memories. We tried to see, how the spatial memory of each individual works in a group dance, considering the space, choreographies, blockings, dance flows, music and energy. By learning each individual way to move, to dance, and how the group dancing spatial from three practice videos.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetiawan
"Zonasi estuari belum bisa dipastikan karena air laut yang berubah secara dinamis seiring dengan perubahan musim. Musim yang berubah-ubah dapat mempengaruhi nilai salinitas karena nilai salinitas rentan terpengaruh oleh curah hujan dan aliran sungai. (Supriatna et al., (2016). Wilayah estuari memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, sekaligus sebagai tempat berkembang biak nya habitat ikan, maka perlu pengetahuan mengenai batas estuari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis zona Estuari di Jawa bagian barat meliputi Estuari Cisadane, Estuari Ciujung, Estuari Tegalpapak, Estuari Binuangeun, dan Estuari Cimandiri berdasarkan salinitas permukaan perairan dan menganalisis perbedaan zona estuari berdasarkan aspek oseanografis dan aspek Daerah Aliran Sungai. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah salinitas, curah hujan, arus permukaan air laut, Total Suspended Solid (TSS), batimetri, gelombang laut, luas DAS dan tutupan lahan. Metode penelitian menggunakan Algoritma Cimandiri dengan mengolah Citra Landsat 8 OLI tahun 2022, 2023, dan 2024. Analisis data yang digunakan ialah analisis spasial untuk mendapatkan zonasi estuari berdasarkan bulan basah dan bulan kering, serta analisis statistik deskriptif untuk menganalisis sebaran salinitas berdasarkan aspek oseanografis yang terdiri dari arus laut, TSS, batimetri dan gelombang laut. Sedangkan aspek Daerah Aliran Sungai (DAS) terdiri dari luas DAS dan tutupan lahan DAS. Hasil dari penelitian ini adalah zonasi estuari berdasarkan salinitas permukaan perairan yang diamati berdasarkan bulan basah dan bulan kering terbagi menjadi 2 kelas zona estuari yaitu zona Mexo-mesohaline dan Mexo-polyhaline. Luas Estuari di Jawa bagian barat mendapat pengaruh dari aspek oseanografis dan aspek Daerah Aliran Sungai. Aspek oseanografis memiliki pengaruh yang kuat dibandingkan dengan aspek Daerah Aliran Sungai.

The zonation of the estuary is uncertain because seawater changes dynamically with seasonal changes. Changing seasons can affect salinity values because salinity values are susceptible to being affected by rainfall and river flow. (Supriatna et al., 2016). The estuary area has a high level of productivity, as well as a breeding ground for fish habitat, so knowledge of the estuary boundaries is needed. This study aims to analyse Estuary zones in western Java including the Cisadane Estuary, Ciujung Estuary, Tegalpapak Estuary, Binuangeun Estuary, and Cimandiri Estuary based on the salinity of surface waters and analyse the differences in estuary zones based on oceanographic aspects and watershed aspects. The variables used in this study were salinity, rainfall, sea surface currents, Total Suspended Solid (TSS), bathymetry, sea waves, watershed area and land cover. The research method used Cimandiri Algorithm by processing Landsat 8 OLI images in 2022, 2023, and 2024. The data analysis used was spatial analysis to obtain estuary zoning based on wet months and dry months, and descriptive statistical analysis to analyse salinity distribution based on oceanographic aspects consisting of ocean currents, TSS, bathymetry and ocean waves. While the watershed aspect consists of watershed area and watershed land cover. The results of this study are the estuary zoning based on surface water salinity observed during wet and dry months, divided into 2 estuary zone classes, namely the Mexo-mesohaline zone and the Mexo-polyhaline zone. Estuary area in western Java is influenced by oceanographic aspects and watershed aspects. Oceanographic aspects have a strong relationship compared to watershed aspects."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peny Rishartati
"Data spasial wilayah kerja statistik digunakan dalam pelaksanaan sensus dan survei agar tidak terjadi ganda cacah dan lewat cacah di Indonesia. Data spasial wilayah kerja statistik ini juga dapat diakses oleh publik hingga setingkat desa. Kualitas data spasial mengandung banyak ketidakpastian disebabkan kesalahan yang terjadi. Pengguna data perlu mendapatkan informasi data yang akan digunakan berdasarkan spesifikasi produsen agar memberikan pilihan data yang akan digunakan. Evaluasi terhadap kualitas data spasial wilayah kerja statistik saat ini dilakukan secara tunggal pada setiap dataset. Berdasarkan SNI ISO 19157:2015, bahwa produsen peta perlu menyusun spesifikasi produk untuk melakukan evaluasi komponen secara agregat agar memuaskan pengguna data. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi unsur yang berperan dalam penilaian data spasial wilayah kerja statistik, elemen dan sub elemen kualitas data spasialnya dengan metode entropi, membuat kriteria penilaian, dan menyusun klasifikasi kelas kualitas data spasial untuk mendapatkan nilai Indeks Grad Peta. Terdapat enam unsur yang berperan dalam penilaian kualitas data yaitu batas wilayah kerja statistik, titik batas, titik infrastruktur, sistem koordinat, kode dan nama wilayah, dan metadata. Metode evaluasi dilakukan dengan melakukan agregasi terhadap hasil evaluasi setiap unsur dengan menggunakan Indeks Grad Peta untuk menyatakan kualitas data spasial wilayah kerja statistik. Nilai Indeks Grad Peta dari data spasial wilayah kerja statistik adalah A(> 2.96, sangat baik), AB(> 2,80 dan ≤ 2,96, baik), B(> 2,64 dan ≤ 2,80, memadai), BC(≥ 1,96 dan ≤ 2,64, meragukan), dan C(< 1,96, tidak baik). Metode penilaian ini telah diujicobakan di enam sampel Wilayah Kerja Statistik Kota Jakarta Selatan dengan mempertimbangkan jarak, biaya, kemudahan akses, dan sumber daya manusia dalam melakukan groundtruth. Hasil penilaian yang didapatkan adalah BC dan C. Hasil dari penelitian ini menjadi rekomendasi dalam kegiatan evaluasi dan peningkatan kualitas data spasial wilayah kerja statistik di Badan Pusat Statistik pada masa yang akan datang.

Spatial data is an important part in supporting census and survey activity in order to avoid missed counting and doubled counting of respondent in Central Bureau of Statistics. This spatial data can also be accessed by public sector until village level. The quality of spatial data contains many uncertainties due to errors that occur. Data users need to get data information that will be used based on manufacturer specifications in order to provide data choices to be used Evaluation of spatial data is still done by single evaluation on each dataset. Based on National Standard of Indonesia ISO 19157:2015, evaluation in single element does not make user satisfied. Therefore, the purpose of this research is to find out each dimension, element, and sub element used to measure quality of spatial data and their weight using entropy method. The result will be used in Indeks Grade Peta to aggregate the data quality result as an indices. The result of five IGP classifications for spatial data of enumeration areas namely are A(> 2.96, very good), AB(> 2,80 dan ≤ 2,96, good), B(> 2,64 dan ≤ 2,80, sufficient), BC (≥ 1,96 dan ≤ 2,64, doubtful), dan C (< 1,96, not good). This evaluation method has also been tested in some enumeration areas in South Jakarta with some considerations namely are distance, cost, easiness of access, and human resources in conducting groundtruth. The result is BC and C. The results of this research will be discussed in future activities to improve activity of evaluation and spatial data quality at Central Bureau of Statistics."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>