Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171258 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajri Alan Ghazali
"Aset bebas risiko adalah salah satu komponen penting dalam mengestimasi imbal hasil dari aset berisiko dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM). Namun keberadaan, penggunaan, dan bentuk aset bebas risiko masih menjadi fokus dalam banyak penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian asset pricing yang bertujuan untuk mengidentifikasi proksi yang sesuai untuk aset bebas risiko yang sejalan dengan definisi aset zero-beta di antara Sertifikat Bank Indonesia, IndONIA, dan emas di Indonesia. Penelitian ini menggunakan Zero-Beta CAPM yang mengasumsikan ketiadaan aset bebas risiko. Imbal hasil dari 213 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2017-2023 diestimasi menggunakan model Zero-Beta CAPM dan diuji menggunakan statistik Wald untuk mengidentifikasi proksi aset bebas risiko yang sesuai untuk setiap perusahaan individu. Hasil dari setiap statistik Wald kemudian diuji secara keseluruhan untuk melihat proksi aset bebas risiko yang sesuai untuk keseluruhan Bursa Efek Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa di antara Sertifikat Bank Indonesia, IndONIA, dan emas, emas adalah satu-satunya proksi yang sesuai dengan persentase estimasi yang memenuhi sebesar 97,18% dari seluruh perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki implikasi bahwa emas dapat digunakan sebagai proksi untuk aset bebas risiko untuk mengestimasi imbal hasil perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

Risk-free asset is a crucial component in estimating the returns of risky assets within the Capital Asset Pricing Model (CAPM). However, the existence, usage, and form of the risk-free asset remain a focal point in numerous studies. This research is classified as an asset pricing study aimed at identifying an appropriate proxy for the risk-free asset that aligns with the definition of a zero-beta asset among Bank Indonesia Certificates, IndONIA, and gold in Indonesia. This study employs the Zero-Beta CAPM, which assumes the absence of a risk-free asset. The returns of 213 companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2017-2023 are estimated using the Zero-Beta CAPM model and tested using Wald statistics to identify the appropriate risk-free asset proxy for each individual company. The results of each Wald statistic are then tested collectively to determine the suitable risk-free asset proxy for the entire Indonesia Stock Exchange. The results indicate that among Bank Indonesia Certificates, IndONIA, and gold, gold is the only suitable proxy, with an estimation percentage of 97.18% of all companies on the Indonesia Stock Exchange. This study implies that gold can be used as a proxy for the risk-free asset in estimating company returns on the Indonesia Stock Exchange."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Utomo Aji
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh shortabilitas pada model capital asset pricing dan Fama-French 3 Factor Model pada Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan excess return, risiko pasar, size dengam proksi small-minus big, book-to-market equity dengan proksi high minus low dan shortabilitas dengan proksi NMS. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa shortabilitas merupakan faktor penting dalam perhitungan return dari portofolio dan dapat menjadi pertimbangan keputusan investasi dalam menilai risiko perusahaan.

This study aims to determine whether there is influence of the capital asset pricing model and Fama French 3 Factor Model on the Indonesia Stock Exchange. By using excess return, market risk, size with small minus big proxy, book to market equity with high minus low proxy and shortability with NMS proxy. In this study found that the shortsale is an important factor in the calculation of the return of the portfolio and can be a consideration of investment decisions in assessing corporate risk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Putri Efriliani
"Penelitian ini merupakan pengujian empiris dari pengaruh beta likuiditas terhadap excess return saham dengan Liquidity-adjusted Capital Asset Pricing Model LCAPM pada saham terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Dengan menggunakan penghitungan ilikuiditas illiq , penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa terdapat risiko ilikuiditas yang dilambangkan dengan pergerakan ilikuiditas saham dengan ilikuiditas pasar, sensitivitas ilikuiditas saham dengan return pasar, serta beta likuiditas secara agregat di pasar saham Indonesia. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pergerakan ilikuiditas saham terhadap ilikuiditas pasar memberikan pengaruh positif terhadap excess return saham. Begitu pula risiko likuditas secara agregat yang berpengaruh terhadap excess return saham. Sebaliknya, sensitivitas ilikuiditas saham terhadap return pasar memberikan pengaruh negatif terhadap excess return saham. Secara garis besar, penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lee 2011 dan Vu, et al 2014 , bahwa risiko ilikuiditas dapat mempengaruhi tingkat pengembalian saham.

This paper empirically tests the Liquidity adjusted Capital Asset Pricing Model LCAPM and effect of liquidity beta on stock excess return of listed corporation in Indonesia. According to the illiquidity measure used, I find evidence that liquidity risk, in the form of co movement between individual stock illiquidity and market illiquidity, sensitivity between its illiquidity and market returns, and net liquidity beta are priced in Indonesian stock market. This results show that co movement between individual stock illiquidity and market illiquidity as well as net liquidity beta has positive effect on stock excess return in Indonesia, while illiquidity sensitivity to market returns brings negative effect on stock excess return in Indonesia. Overall, this results support the importance of liquidity risk effects on stock return. Lee, 2011 Vu, et al 2014. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Linda Wati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27198
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Ristiani
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji dua model yang paling sering digunakan dalam menduga expected return portofolio yaitu Fama-French Three Factors model dan CAPM Capital Asset Pricing Model, manakah yang lebih lebih baik dalam menduga expected return portofolio industri non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI . Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel return bulanan dari tahun 2013 hingga 2017. Hasil penelitian menunjukan dari kedua model yang digunakan, model tiga faktor Fama-French adalah model yanglebih baik dalam menjelaskan expected return jika dibandingkan dengan model CAPM Capital Asset Pricing Model.

The study aims to examine the two most commonly used models for estimating portfolio expected returns, Fama French 3 Factors model and CAPM Capital Asset Pricing Model , which one is the better model in estimating the expected return of non financial industry portfolio listed on the Indonesia Stock Exchange BEI. The study was conducted using monthly return samples from 2013 to 2017. The results show that from the two models used, the Fama French three factor model is a better model in explaining the expected return compared to the Capital Asste Pricing Model CAPM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Rahardjo
"Pasar modal merupakan wahana bertemunya pihak-pihak yang membutuhkan dana bagi kepentingan pembiayaan perusahaan dengan pihak-pihak yang memiliki surplus dana, baik dalam jangka menengah dan panjang. Bursa Efek Jakarta (BEJ) - The Newly Emerging Money and Stock Market - diharapkan dapat memainkan dun peranan penting bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu : (1) pengerahan dana bagi sektor swasta, dan (2) alternatif financial asset holdings bagi masyarakat. Untuk itu, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (PAKDES I) dan kemudian disusul Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (PAKDES II) dengan harapan agar terwujud bursa efek yang lebih dinamis dan lebih memberikan kepastian perlindungan hukum bagi semua pelaku yang terlibat didalamnya.
Hal utama yang menjadi kunci penilaian perusahaan yang go-public adalah hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan yang di syaratkan . Pada umumnya, investor memiliki sifat tidak menyukai risiko. Mereka akan menuntut tingkat keuntungan lebih besar bila menghadapi peluang investasi yang risikonya lebih tinggi. Meskipun suatu peluang investasi tertentu itu tidak mengandung risiko, para investor tetap mensyaratkan suatu tingkat keuntungan tertentu_HaI ini dikarenakan oleh adanya konsep nilai waktu uang (time value of money), misalnya inflasi.
Suatu hal yang wajar bahwa investor sangat memperhatikan faktor keuntungan dan risiko dari sekumpulan investasi yang dilakukannya (Portfolio). Teori portfolio berkaitan dengan pemilihan portfolio optimal oleh rasional risk-averse investor. Sedangkan teori capital market berkaitan dengan implikasi perubahan harga saham yang dipengaruhi oleh ekspektasi investor. Kedua teori ini memberikan suatu pola spesifikasi dan pengukuran risiko investasi saham dan pula menjelaskan hubungan antara expected security return dan risk.
Systematic risk dari individual security merupakan proporsi dari total risk yang tidak dapat dikurangi dengan cara mengkombinasikan antara suatu saham dengan saham lainnya dalam suatu diversifikasi portfolio - biasanya dinotasikan dengan beta (0). Saham-saham dengan systematic risk yang lebih tinggi cenderung akan dilirik oleh investor asalkan ia mampu memberikan expected return yang lebih tinggi pula. Akibatnya, saham-saham dengan nilai beta tinggi cenderung bernilai rendah di pasar.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang significant antara expected return wham individual (Rit) dengan expected market return (Rmt). Selain itu, ingin membuktikan apakah hubungan antara expected return saham individu (RXt) dengan risikonya (8i) mengikuti hubungan yang drlelnckari oleh Security Market Line (SML} dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Metode yang digunakan dalam studi ini mengacu pada metode yang pernah dilakukan oleh Black-Jensen-Scholes (1972) , yakni meliputi analisis time series regression dalam bentuk market model dan analisis cross sectional. Analisis time series regression digunakan untuk mengetahui seberapa jauhkah hubungan antara expected return saham individu (Rit) dengan expected market return (Rrnt). Sedangkan analisis cross sectional digunakan untuk membuktikan apakah hubungan antara expected return saham individu (Rit) dengan systematic risk (Di) mengikuti hubungan yang dijelaskan oleh SML dalam CAPM Jumlah sampel yang digunakan terdiri dan $0 saham perusahaan go-public di BEJ. Data yang digunakan berupa data harga saham mingguan, Index Harga Sahara Gabungan (IHSG) mingguan, serta dividend dan/atau bonus shares dari masing-masing sampel yang terhitung mulai dan Januari 1991 sampai Desember 1993.
Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat hubungan yang significant antara Rit dengan Rmt Selain itu, hubungan antara RI! dengan Jai di BET tidak mengikuti hubungan yang dijelaskan oleh SML dalam CAPM Hal ini memberi implikasi bahwa harga saham yang terbentuk di BEJ tidak mencerminkan keadaan yang sebenamya. Selain itu, secara makro ekonomi, sensitivitas IHSG tidak dapat dipakai sebagai indikator sensitivitas kegiatan industri dalam perekonomian nasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Harsono Lim
"Pemilihan portofolio dengan mempertimbangkan risiko belum mendapat pengakuan secara formal sampai Markowitz (1952) mengajukan suatu formulasi portofolio berdasarkan aturan tingkat pengembalian ekspektasi- varians (E- V rule). Berangkat dari dasar tersebut, Sharpe (1964) menggunakan sejumlah asumsi untuk menurunkan kondisi ekuilibrium pasar yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian ekspektasi aset berisiko. Akan tetapi, terlepas dari eksistensi model tersebut, beberapa studi empiris menemukan bahwa model ekuilibrium yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang digambarkan Sharpe. Berangkat dari hal tersebut, penulis menguji hubungan risiko dan tingkat pengembalian di pasar modal Indonesia dengan metode yang telah dirumuskan sebelumnya untuk periode 2000-2004.
Model investasi klasik pada dasamya menyatakan bahwa pemilihan portofolio adalah didasarkan pada maksimisasi tingkat pengembalian. Model demikian adalah benar bilamana tingkat pengembalian aset adalah pasti. Akan tetapi investasi pada suatu aset tidak dapat terlepas dari unsur risiko, kecuali pada aset bebas risiko. Selain itu tingkat pengembalian antar aset juga memiliki korelasi satu sama lain. Markowitz (1952) mengajukan suatu formula pemilihan portofolio yang didasarkan pada pertimbangan risiko dan interkorelasi aset tersebut. Selanjutnya, Sharpe (1964) menurunkan model penentuan harga aset (CAPM) sederhana dengan mengasumsikan adanya ekspektasi homogen dan adanya aset bebas risiko. Black (1972) memodifikasi model tersebut dengan merubah asumsi adanya aset bebas risiko dan menemukan bentuk persamaan sederhana yang sedikit berbeda. Beberapa studi empiris yang dilakukan di pasar model Amerika Serikat menemukan bahwa hubungan risiko dan tingkat pengembalian yang terjadi tidak mengkonfirmasi model Sharpe, melainkan lebih cenderung pada model Black. Roll (1976) berpendapat pada dasamya temuan-temuan empiris tersebut adalah rancu dan suatu pengujian yang benar, secara praktis, tidak dapat dilakukan.
Studi empiris yang dilakukan penulis pada karya akhir ini didasarkan pada metode pengujtan CAPM yang diajukan Lintner (1965) dan Fama dan MacBeth (1973). Dalam pengujtan hubungan risiko - tingkat pengembalian dengan metode Lintner, selain menggunakan metode yang diajukan, penulis juga mengelaborasi beberapa kritik Miller dan Scholes yang menyatakan bahwa metode Lintner tersebut menyebabkan bias pada hasil yang ditemukan. Replikasi terhadap metode Fama dan MacBeth menggunakan pendekatan portofolio untuk memperoleh estimasi beta yang lebih akurat. Dengan menggunakan estimasi risiko portofolio tersebut, penulis melakukan pengujian hubungan risiko tingkat pengembalian bulan per bulan untuk mengamati relevansi risiko dan efisiensi pasar.
Secara keseluruhan, temuan empiris yang diperoleh menunjukkan bahwa beta adalah relevan sebagai risiko sistematis dan kompensasi atas risiko tersebut adalah positif. Selain itu, juga terbukti bahwa model dua faktor Black lebih mampu menggambarkan hubungan risiko - tingkat pengembalian yang terjadi Temuan dengan menggunakan metode Lintner menunjukkan bahwa: (1) beta adalah relevan dan terdapat price of risk positif, (2) risiko residual tidak relevan dan, (3) tingkat pengembalian portofolio zero beta selama periode pengujian adalah negatif. Temuan dengan menggunakan metode Fama dan MacBeth, selain menemukan bukti-bukti yang mendukung kesimpulan sebelumnya, juga menemukan bukti bahwa investasi di pasar modal Indonesia, khususnya BEJ, adalah ''fair game" dalam arti investor tidak dapat menggunakan informasi lampau yang diturunkan dari model ekuilibrium untuk menghasilkan strategi investasi yang superior.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian saham di pasar modal Indonesia adalah sesuai dengan apa yang dipostulasikan oleh model ekuilibrium. Akan tetapi bentuk hubungan tersebut temyata lebih mengkonfirmasi model yang diajukan Black. Selain itu juga ditemukan bahwa pasar modal Indonesia adalah efisien paling tidak dalam bentuk lemah (weakform)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S9586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Immas Nurhayati
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran friksi perdagangan pada data keuangan berfrekuensi tinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melakukan adjustment friksi perdagangan tersebut untuk mengestimasi expected return pada three factor model. Friksi perdagangan diukur menggunakan quoted half spread, effective half spread, traded spread, roll price serta proportional half spread.
Penelitian ini mendefinisikan friksi perdagangan sebagai kendala yang dihadapi investor dalam melakukan transaksi perdagangan saham yang merupakan biaya implisit yang bersumber dari real friction dan informational friction. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa friksi perdagangan tertinggi bersumber dari informasi.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rata-rata friksi perdagangan yang dihasilkan adalah sebesar 1% pertahun. Mengingat saham-saham yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan saham berkapitalisasi pasar tinggi yang tersebar pada berbagai fraksi harga, maka friksi sebesar 1% pertahun tersebut merupakan friksi yang dihasilkan pada perusahaan yang relatif likuid. Hasil estimasi expected return pada three factor model yang memperhitungkan friksi perdagangan dapat menjelaskan adanya hubungan positif antara beta dengan expected return pada seluruh periode pengamatan.
Melalui uji beda rata-rata selisih beta saham sebelum dan setelah adjustment baik menggunakan proportional quoted half spread maupun proportional effective half spread, dapat dibuktikan bahwa friksi perdagangan menyebabkan peningkatan beta terutama pada saat krisis. Sebagai market risk (systematic risk), peningkatan beta yang disebabkan adanya friksi perdagangan sebesar 1% pertahun tersebut dapat mempengaruhi pasar dan menyebabkan perubahan harga (asset pricing). Dalam hubungannya dengan karakteristik perdagangan, friksi perdagangan memiliki hubungan negatif dengan harga saham, volume perdagangan, jumlah perdagangan dan kapitalisasi pasar.
Hasil uji korelasi dapat membuktikan keeratan hubungan antara friksi perdagangan dengan harga saham, jumlah transaksi dan kapitalisasi pasar, dan tidak dapat membuktikan hubungannya dengan volume transaksi karena parameternya terbukti tidak signifikan. Hasil uji beda rata-rata perubahan tick size dapat membuktikan dampak kebijakan penurunan tick size terhadap penurunan friksi perdagangan.

The main purpose of this research is to measure trading friction for high frequency financial data at Bursa Efek Indonesia (BEI) and to adjust trading friction to estimate expected return in three factor model. Trading friction could be measured by quoted half spread, effective half spread, traded half spread, Roll price and proportional half spread. This research defines trading friction as the difficulties faced by investors in the stocks trading which is sourced from implisit transaction cost. The sources of trading friction are real friction dan informational friction.
Based on calculations, it is known that the highest trading frictions derived from the information. These results prove that the average trading friction is equal to 1% per year. Given the stocks that the sample in this study is the high market capitalization stocks scattered in various fractions price, then the friction of 1% per year is a friction at the company's relatively liquid. The estimation results of the expected return on the three-factor model that takes into account the trading frictions can explain the existence of a positive relationship between beta with the expected return on the entire observation period.
Through compare mean test before and after adjustment using either proportional quoted half spread or proportional effective half spreads, it can be proved that the trading frictions lead to an increase in the beta, especially in times of crisis. As market risk (systematic risk), due to an increase in beta trade friction of 1% per year can affect the market and lead to changes in prices (asset pricing). The cross-sectional relation of trading friction to characteristics of trade, trading frictions are negatively related to measures of trading activity such as stock price, trade volume, number of trades and market capitalization.
Trading friction measures are highly correlated with the stock price, market capitalization and number of transactions, and uncorrelated with the volume of transactions as parameters proved to be insignificant. The results of compare mean test of tick size change can explain the impact of policies on the reduction in tick size in trading frictions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
D1923
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Effendi
"Penelitian ini menguji kekuatan model Asset Pricing: Model Lima Faktor Fama-French dan Momentum, Model Lima Faktor Fama-French, dan Capital Asset Pricing Model serta untuk menjelaskan variabilitas pengembalian saham di Bursa Efek Indonesia. Untuk menguji kekuatan model Asset Pricing, penulis menetapkan perkiraan in-sample dan out-sample untuk portofolionya. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam menjelaskan variabilitas pengembalian saham di Bursa Efek Indonesia Model Lima Faktor Fama-French dan Momentum lebih baik dalam uji data in-sample dibanding dua model lainnya. Namun pada uji data out-sample Model Lima Faktor Fama-French lebih unggul dibandingkan dua model lainnya.

This research examines the power of the Asset Pricing models: Five Factor Fama-French Model and Momentum, Five Factor Fama-French Model as well as Capital Asset Pricing Model, to explain stock return variability in Indonesian Stock Exchange. To test the power of the Asset Pricing models, author set in-sample and out-of-sample forecast for the portfolios. The results show that in explaining the variability of stock returns on the Indonesia Stock Exchange, the Five Factors Fama-French and Momentum model is better in testing the in-sample data than the other two models. However, in the out-sample data test the Fama-French Five-Factor Model is superior than other two models.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>