Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 226513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurina Paramitasari
"Pendidikan adalah investasi penting dalam sumber daya manusia. Perluasan pendidikan tanpa penambahan kesempatan kerja akan berdampak buruk. Pendidikan harus selaras dengan kebutuhan pasar tenaga kerja untuk memaksimalkan sumber daya manusia. Jika hal ini tidak terjadi, maka akan timbul ketidaksesuaian antara pekerjaan dan pendidikan. Ketidaksesuaian antara pekerjaan dan pendidikan dapat menjelaskan fenomena pengangguran. Ketika tenaga kerja melebihi permintaan, tingkat pengangguran meningkat. Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencari pekerjaan yang cocok atau menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Studi ini berfokus pada ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan di kalangan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK), yang merupakan sumber pengangguran terbesar di Indonesia. Studi ini menggunakan data Sakernas tahun 2017–2019 untuk menyediakan analisis komprehensif tentang ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan di kalangan lulusan SMK, dimulai dari prevalensinya, selanjutnya menyelidiki faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, dan terakhir mengkaji dampaknya terhadap upah. Studi ini membahas tiga jenis ketidakcocokan pekerjaan-pendidikan: overeducation (ketika tingkat pendidikan melebihi yang dipersyaratkan), horizontal mismatch (ketika keterampilan berbeda dari yang dibutuhkan), dan real mismatch (mengalami overeducation maupun horizontal mismatch). Dengan menggunakan metode analisis jabatan, penelitian ini menemukan kasus ketidakcocokan pekerjaan-pendidikan, khususnya horizontal mismatch dalam kasus yang tinggi. Setelah mengendalikan endogenitas dan bias pemilihan sampel, penulis menemukan hubungan negatif antara ketidaksesuaian pekerjaan-pendidikan dan kepadatan pekerjaan, yang merupakan ukuran aglomerasi. Kepadatan pekerja yang tinggi efektif mengurangi resiko pekerja lulusan SMK mengalami ketidakcocokan pekerjaan dan Pendidikan. Analsisi sub-sampel pada lima wilayah aglomerasi di Indonesia—Jabodetabek, Gerbang Kertosusilo, Kedung Sepur, Mebidangro, and Sarbagita— mendukung hasil temuan utama. Jabodetabek adalah yang paling kurang efisien dibandingkan wilayah aglomerasi lainnya dalam mengatasi ketidakcocokan pekerjaan dan pendidikan pada lulusan SMK. Aglomerasi mempunyai peran penting dalam proses pencocokan pekerjaan dan pendidikan utamanya pada pekerja usia muda yang bekerja di sektor industri dengan jurusan teknik. Penulis juga menemukan bahwa ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan mengakibatkan upah yang lebih rendah. Horizontal mismatch dan real mismatch mengakibatkan penurunan upah secara signifikan, sementara pekerja yang overeducated tidak terkena dampaknya. Studi ini juga menemukan bahwa real mismatched workers (mereka yang mengalami dua jenis ketidaksesuaian) mempunyai hukuman upah yang paling besar.

Education is a significant investment in human capital. Educational expansion without increasing job opportunities will have a detrimental effect. Education must be aligned with labor market needs to maximize human capital. In the absence of this, a job-education mismatch occurs. Job-education mismatches can explain the phenomenon of unemployment. When labor exceeds demand, the unemployment rate rises. It takes longer to find a matching job or to accept a job that does not match the level of education and skills possessed. This study focuses on the job-education mismatch among vocational secondary school (SMK) graduates, Indonesia's largest unemployment source. This study uses Sakernas data from 2017–2019 to provide a comprehensive analysis of job-education mismatch among SMK graduates, starting with prevalence, next investigating what factors affect it, and finally examining its impact on wages, one of the most important labor market outcomes. This study discusses three types of job-education mismatch: overeducation (when education levels exceed those required), horizontal mismatch (when skills differ from those required), and real mismatch (both overeducation and horizontal mismatch). Using job analysis methods, this study found cases of job-education mismatch, especially horizontal mismatch in higher cases. After controlling endogeneity and sample selection bias, the authors found a negative relationship between job-education mismatch and employment density, a measure of agglomeration. A higher employment density effectively reduces the risk of a job-education mismatch. Subsample analysis in five agglomeration regions in Indonesia—Jabodetabek, Gerbang Kertosusilo, Kedung Sepur, Mebidangro, and Sarbagita—supports the main study's findings. Among these regions, Jabodetabek is the least efficient in addressing the job-education mismatch among vocational school graduates. Agglomeration plays a significant role in the job-education matching process, particularly for young vocational school graduates majoring in engineering and working in the industrial sector. The author also found that job-education mismatches result in lower wages. Horizontal and real mismatches result in significantly reduced wages, while overeducated workers are unaffected. This study also found that really mismatched workers (those with two types of mismatches) had the greatest wage penalty. This negative effect is most pronounced for female graduates of SMK, recent graduates between the ages of 18 and 24, individuals with specialized skills in engineering, and those employed in the industrial sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditri Andita Anggariani
"Percepatan pengembangan sektor industri sebagai salah satu fokus kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN otomatis akan diikuti dengan meningkatnya permintaan tenaga kerja terampil, sehingga butuh suatu upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia agar tidak kalah saing dengan tenaga kerja asing dan memperparah tingkat pengangguran. Pendidikan kejuruan berkontribusi dalam menekan angka penangguran karena lulusannya merupakan tenaga kerja terampil siap pakai yang dapat langsung diserap industri. Jawa Barat menempati posisi ketiga secara nasional yang memiliki angka pengangguran tertinggi, di mana sebagian besarnya adalah lulusan SMK. Penelitian ini akan menganalisis jejaring kebijakan untuk melihat bagaimana dinamika dan interaksi antar para aktor kunci dalam jejaring kebijakan pada kebijakan pendidikan kejuruan dan ketenagakerjaan dapat menjelaskan tingginya pengangguran lulusan SMK di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan post-positivism. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejauh ini interaksi antar aktor kunci yang terlibat dalam jejaring kebijakan ini masih mengandalkan bentuk hubungan yang sifatnya formal. Konflik kepentingan yang terjadi antar para aktor dari sektor publik berakar dari perbedaan pandangan mereka terkait apa yang sesungguhnya menjadi masalah dan bagaimana mengatasinya.
Accelerating the development of the industrial sector as one of the ASEAN Economic Community 39 s policy focus will automatically be followed by the increasing demand for skilled labor, so it needs an effort to improve the quality of Indonesian labor so as not to lose competitiveness with foreign workers and aggravate the unemployment rate. Vocational education contributes to reducing unemployment rates because the graduates are ready made skilled laborers who can be directly absorbed by the industry. West Java occupies the third position nationally which has the highest unemployment rate, where most of them are SMK graduates. This study will analyze the policy network to see how the dynamics and interactions among key actors in the policy network on vocational education and employment policy can explain the high unemployment of SMK graduates in West Java Province. This research is a qualitative research with post positivism approach. The results show that so far the interactions among key actors involved in this policy network still rely on formal relationships. The conflicts of interest between actors from the public sector stem from their differing views on what really matters and how to overcome them."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mayoritas mahasiswa perguruan tinggi di Pontianak, Kalimantan Barat, adalah pendatang dari daerah lain. Tulisan ini menyajikan hasil survey kecil tentang para migran muda tersebut. Kebanyakan mahasiswa berasal dari keluarga kelas menengah bawah..."
JSPA 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Pujo Pangesti
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana kesesuaian tingkat pendidikan dan pekerjaan sebagai faktor penarik yang dapat menjelaskan kecenderungan melakukan mobilitas nonpermanen pada tahun 2017 dan 2023. Pada periode tersebut, pola mobilitas nonpermanen telah mengalami pergeseran yang cukup berarti. Dengan menggunakan data Sakernas 2017 dan 2023, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa arah kecenderungan kesesuaian tingkat pendidikan dan pekerjaan dalam menjelaskan keputusan mobilitas nonpermanen pada tahun 2017 dan 2023 relatif sama. Pekerja yang undereducation cenderung lebih rendah untuk melakukan mobilitas nonpermanen. Sebaliknya, pekerja yang overeducation cenderung lebih tinggi melakukan mobilitas nonpermanen. Hasil ini memberikan temuan bahwa keputusan melakukan mobilitas berbeda pada tingkat pendidikan pekerja yang relatif terhadap kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan. Hasil analisis dekomposisi oaxaca blinder menunjukkan bahwa perbedaan karakteristik pendapatan menunjukkan kontribusi yang paling dominan dalam menjelaskan perbedaan kecenderungan mobilitas nonpermanen pada kategori match dan undereducation. Sedangkan, perbedaan karakteristik pendapatan antara kategori match dan overeducation tidak signifikan berkontribusi menjelaskan perbedaan kecenderungan melakukan mobilitas nonpermanen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan karakteristik pendapatan tidak selalu dapat menjelaskan perbedaan perilaku mobilitas nonpermanen antar kategori kesesuaian tingkat pendidikan dan pekerjaan. Penyediaan informasi pasar kerja secara komprehensif diperlukan dalam rangka mendukung mobilitas nonpermanen.

This study aims to investigate the relationships between job-education match and non- permanent mobility decisions at the period 2017 and 2023, during which the non- permanent mobility behaviour has been significantly shifted. Using data from the Indonesian National Labor Force Survey (Sakernas) 2017 and 2023, regression analysis shows that undereducation is negatively associated with the probability of non-permanent mobility. In contrast, overeducation is positively associated with the probability of non- permanent mobility. These findings suggest that the nonpermanent mobility decision making depends on individual’s level of education relative to job qualification required. Further analysis using oaxaca blinder decomposition method shows that income characteristics explain the most dominant contribution in explaining disparity in the probability of non-permanent mobility between match and undereducation. Conversely, income characteristics do not successfully explain the disparity in non-permanent mobility behaviour between match and overeducation categories. These findings indicate that income characteristics do not always explain the different behaviors in non- permanent mobility among categories. Better access to comprehensive labor market information is needed to promote non-permanent mobility."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Ramadhani
"Perilaku diskriminasi membuat penyandang disabilitas kehilangan akses untuk mendapatkan hak nya sebagai warga negara terutama dalam hal mendapatkan pekerjaan. Banyak penyandang disabilitas yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena latar belakang pendidikan yang rendah dan tidak adanya keterampilan. Untuk memberikan jaminan akses pekerjaan, Indonesia sudah mengesahkan Undang-Undang no.8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas dan di dalam aturan ini terdapat kewajiban pemerintah dan perusahaan untuk memperkerjakan penyandang disabilitas. Pada kenyataannya kesempatan kerja yang harus diberikan kepada penyandang disabilitas ini belum terealisasi dengan maksimal karena salah satunya perusahaan belum siap memperkerjakan penyandang disabilitas karena belum memenuhi kualifikasi yang ditentukan. Melihat perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini sudah mulai muncul berbagai lapangan pekerjaan yang bisa di akses oleh penyandang disabilitas. Untuk membantu penyandang disabilitas bersaing di dalam pasar kerja yang sudah memasuki era digitalisasi ini perlu disiapkan kemampuan dan keterampilan di bidang teknologi. Sebuah perusahaan sosio-enterprise yaitu PT. Thisable Enterprise bergerak dalam pemberdayaan peyandang disabilitas dalam memberikan pelatihan dan pekerjaan kepada penyandang disabilitas. Saat ini PT. Thisable Enterprise bekerjasama dengan perusahaan berbasis aplikasi yaitu Gojek mempekerjakan penyandang disabilitas pada vertikal bisnis Go-Life. Isu ini penting untuk diteliti mengingat masih belum ada penelitian yang fokus melihat tahapan pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah. PT. Thisable Enterprise merupakan perusahaan swasta pertama yang memberikan pelatihan vokasional berbasis teknologi dan menyalurkan tenaga kerja penyandang disabilitas ke berbagai perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini mengkaji tahapan pemberdayaan melalui pelatihan vokasional untuk penyandang disabilitas oleh PT. Thisable Enterprise. Tahapan pemberdayaan melalui tiga tahapan yaitu tahapan penyadaran, tahapan pengkapasitasan dan tahapan pendayaan. Faktor pendukung pemberdayaan ini adalah adanya hubungan kemitraan yang luas serta faktor penghambatnya adalah masih belum luasnya lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas.

Discriminatory behavior makes persons with disabilities lose access to their rights as the color of the state, especially in terms of getting a job. Many persons with disabilities are unable to find jobs due to low educational backgrounds and lack of skills. To guarantee access to work, Indonesia has passed Law No. 8 of 2016 concerning people with disabilities and in this regulation there is an obligation for the government and companies to employ people with disabilities. In fact, the job opportunities that must be provided to persons with disabilities have not been maximally realized because one of the companies is not ready to employ persons with disabilities because they have not met the specified qualifications. Seeing the developments and advances in technology at this time, various job fields that can be accessed by persons with disabilities have started to emerge. To help persons with disabilities compete in the job market which has entered the era of digitalization, it is necessary to prepare abilities and skills in the field of technology. A socio-enterprise company, namely PT. Thisable Enterprise is engaged in empowering people with disabilities in providing training and employment to people with disabilities. Currently PT. Thisable Enterprise collaborates with an application-based company, Gojek, to employ people with disabilities in the Go-Life business vertical. This research is important to study considering that there is still no research that focuses on the empowerment process carried out by non-governmental organizations. PT. Thisable Enterprise is the first private company to provide technology-based vocational training and channel workers with disabilities to various companies. This research uses a qualitative approach with descriptive research type. This study examines the empowerment process through vocational training for people with disabilities by PT. Thisable Enterprise. The empowerment process goes through three stages, awareness stage, the capacitating stage and the empowerment stage. The supporting factor for this empowerment is the existence of a broad partnership relationship and the inhibiting factor is the insufficient employment opportunities for persons with disabilities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astika Tresnawati
"[ABSTRAK
Ketidaksesuaian ketrampilan telah menjadi masalah di pasar tenaga kerja di Indonesia. Berhubungan dengan hal tersebut, makalah ini menganalisis pengaruh kesesuaian antara jenis jurusan dan pekerjaan di pasar tenaga kerja. Indonesia akan menghadapi kelebihan pasokan populasi penduduk usia kerja, sehingga pemerintah membuat suatu kebijakan mengenai sekolah kejuruan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa relevansi antara ketrampilan dan pekerjaan meningkatkan pendapatan di pasar tenaga kerja. Penelitian in menggunakan data SAKERNAS 2013 dengan fokus terhadap analisis gender. Model empiris Mincer diaplikasikan sebagai basis untuk mengestimasi pengaruh tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan yang jenis jurusan dan pekerjaannya sesuai menikmati gaji 13.5% lebih tinggi dibandingkan yang tidak sesuai. Efek ini tidak berbeda nyata secara statistik antara pria dan wanita. Selanjutnya, efek ini mencapai titik tertinggi pada awal karir di pasar tenaga kerja untuk pekerja pria, namun menunjukkan pengaruh pada pertengahan karir bagi para pekerja wanita. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan tingkat mobilitas antara pekerja pria dan wanita.
Walaupun prosedur kesesuaian antara jurusan dan pekerjaan dimungkinkan menunjukkan hasil yang tidak signifikan, namun penelitian ini mendukung hasil beberapa penelitian sebelumnya mengenai kesesuaian jenis jurusan dan pekerjaan di pendidikan kejuruan. Walaupun demikian, penelitian ini juga memberikan bukti baru bagi pemerintah untuk memantau kebijakan pendidikan kejuruan karena masih menghasilkan ketidaksetaraan gender dalam memberikan pelatihan dan pekerjaan.

ABSTRACT
As skill mismatch has become the problem in the labor market in Indonesia, this paper examines the effect of the matching between vocational major and occupation in the labor market. Facing the excess supply of working age population, Indonesian government has imposed the vocational policy. Previous empirical evidences showed that the relevance returns of skill and occupation increases earnings in the labor market. The paper uses SAKERNAS 2013 data. A special focus will be on the role of gender. A basic Mincer model is applied to estimate the impact. The results show that the vocational graduates who have major and occupational matching enjoy 13.5% higher wages than those with mismatched. Meanwhile, this effect is not statistically different for males and females.
Furthermore, the effect reaches the highest point at the early career in the labor market for male workers, but in the middle of their working age for female workers. This may be due to the differences of the job mobility rate between men and women. Although the matching procedure may produce insignificant result, this research supported the prior studies on the major and occupational matching in vocational education. Nevertheless, this research provides novel evidence for the government to monitor the vocational education policies as it still generates gender inequality in providing training and job availability.
;As skill mismatch has become the problem in the labor market in Indonesia, this paper examines the effect of the matching between vocational major and occupation in the labor market. Facing the excess supply of working age population, Indonesian government has imposed the vocational policy. Previous empirical evidences showed that the relevance returns of skill and occupation increases earnings in the labor market. The paper uses SAKERNAS 2013 data. A special focus will be on the role of gender. A basic Mincer model is applied to estimate the impact. The results show that the vocational graduates who have major and occupational matching enjoy 13.5% higher wages than those with mismatched. Meanwhile, this effect is not statistically different for males and females.
Furthermore, the effect reaches the highest point at the early career in the labor market for male workers, but in the middle of their working age for female workers. This may be due to the differences of the job mobility rate between men and women. Although the matching procedure may produce insignificant result, this research supported the prior studies on the major and occupational matching in vocational education. Nevertheless, this research provides novel evidence for the government to monitor the vocational education policies as it still generates gender inequality in providing training and job availability.
;As skill mismatch has become the problem in the labor market in Indonesia, this paper examines the effect of the matching between vocational major and occupation in the labor market. Facing the excess supply of working age population, Indonesian government has imposed the vocational policy. Previous empirical evidences showed that the relevance returns of skill and occupation increases earnings in the labor market. The paper uses SAKERNAS 2013 data. A special focus will be on the role of gender. A basic Mincer model is applied to estimate the impact. The results show that the vocational graduates who have major and occupational matching enjoy 13.5% higher wages than those with mismatched. Meanwhile, this effect is not statistically different for males and females.
Furthermore, the effect reaches the highest point at the early career in the labor market for male workers, but in the middle of their working age for female workers. This may be due to the differences of the job mobility rate between men and women. Although the matching procedure may produce insignificant result, this research supported the prior studies on the major and occupational matching in vocational education. Nevertheless, this research provides novel evidence for the government to monitor the vocational education policies as it still generates gender inequality in providing training and job availability.
, As skill mismatch has become the problem in the labor market in Indonesia, this paper examines the effect of the matching between vocational major and occupation in the labor market. Facing the excess supply of working age population, Indonesian government has imposed the vocational policy. Previous empirical evidences showed that the relevance returns of skill and occupation increases earnings in the labor market. The paper uses SAKERNAS 2013 data. A special focus will be on the role of gender. A basic Mincer model is applied to estimate the impact. The results show that the vocational graduates who have major and occupational matching enjoy 13.5% higher wages than those with mismatched. Meanwhile, this effect is not statistically different for males and females.
Furthermore, the effect reaches the highest point at the early career in the labor market for male workers, but in the middle of their working age for female workers. This may be due to the differences of the job mobility rate between men and women. Although the matching procedure may produce insignificant result, this research supported the prior studies on the major and occupational matching in vocational education. Nevertheless, this research provides novel evidence for the government to monitor the vocational education policies as it still generates gender inequality in providing training and job availability.
]"
2015
T45232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Harry Akhmadi
"Penelitian ini bertujuan menguji tingkat determinasi pendidikan terhadap mobilitas pekerja di Indonesia. Pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam mengatasi kerentanan ini. Menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional, penelitian ini menganalisis pengaruh pendidikan terhadap mobilitas pekerjaan antar sektor formal dan informal. Metode regresi logistik multinomial diterapkan untuk memahami pengaruh pendidikan terhadap mobilitas pekerjaan, dengan mempertimbangkan variabel kontrol seperti demografi, lama bekerja, dan wilayah. Hasil menunjukkan bahwa pendidikan yang lebih tinggi signifikan meningkatkan kemungkinan pekerja berpindah ke sektor formal, diperlihatkan bahwa pekerja lulusan diploma akan 1.7 kali lebih cenderung berpindah ke sektor formal dibanding pekerja yang tidak mengenyam pendidikan.

This research aims to examine the impact of educational determination on worker mobility in Indonesia. Education is considered to have an important role in overcoming this vulnerability. Using National Labor Force Survey data, this research analyzes the influence of education on job mobility between the formal and informal sectors. The multinomial logistic regression method is applied to understand the effect of education on job mobility, taking into account control variables such as demographics, length of work, and region. The results show that higher education significantly increases the possibility of workers moving to the formal sector. It is proven that workers with a diploma are 1.7 times more likely to move to the formal sector than workers who have no education."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Padang Wicaksono
"ABSTRAK
Dalam rangka menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan sesuai dengan Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN ) 2015-2019, pemerintah menyiapkan strategi yaitu membangun 8 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), 14 Kawasan Industri (KI) di luar Jawa, 4 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB). KEK, KI dan KPBPB akan dikembangkan melalui pembangunan industri manufaktur berbasis pertanian, perkebunan dan perikanan, pertambangan, pembangunan smelter, pariwisata, dan perdagangan internasional. Ada 15 provinsi yang menjadi fokus kajian ini karena provinsi tersebut menjadi tempat lokasi pusat pertumbuhan ekonomi (KEK, KI, KPBPB). Percepatan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan tadi akan membutuhkan sumber daya manusia terutama lulusan SMK untuk mengisi tenaga-tenaga pelaksana di berbagai industri dan jasa. Karena itu perlu adanya pemetaan paket keahlian SMK yang sesuai dengan sektor yang akan dikembangkan di pusat pertumbuhan ekonomi
Tujuan kajian ini adalah mengkaji dan memetakan relevansi antara Program Keahlian/Paket Keahlian SMK dengan karakterisktik perekonomian suatu wilayah /propinsi dimana pusat pertumbuhan berkembang.
Kajian ini menggunakan mixed method, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menganalis data sekunder dari BPS (Sakernas dan PDRB) dan dari Kemendikbud (Data SMK-Dapodik). Pendekatan kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dengan pemangku kepentingan SMK.
Hasil kajian menemukan bahwa di beberapa provinsi terjadi mismatch antara lulusan SMK dengan penyerapan tenaga kerja di dalam provinsi tersebut, misalnya lulusan SMK dari komputer dan jaringan kurang terserap dalam pasar kerja, padahal jumlah SMK yang mengajarkan paket tersebut cukup banyak. Hal ini karena sekolah umumnya membuka program tersebut berdasarkan minat siswa bukan dari permintaan pasar kerja.
Penyerapan lapangan kerja di sektor perdagangan terutama perdagangan eceran dengan jabatan sebagai tenaga penjualan banyak ditemukan di hampir semua provinsi yang menjadi fokus kajian. Ditemukan pula, lulusan SMK yang bekerja sebagai pekerja kasar di sektor konstruksi.
Paket keahlian di SMK di masing-masing provinsi pada umumnya sudah sesuai dengan sektor yang akan dikembangkan di pusat-pusat pertumbuhan, namun jumlah sekolah yang mengajarkan paket keahlian jumlah kurang, sehingga perlu ditambah. Sebagai contoh KEK Palu dan KI Palu yang akan dikembangkan adalah Industri manufaktur (Alat berat, otomotif, elektrik), Industri agro, Industri Industri smelter, Logistik. Paket keahlian yang relevan ada 12 namun banyak yang harus ditambah misalnya paket keahlian Geomatika, Teknik Elektronika Industri, Teknik Alat Berat, Kimia Industri, Budidaya Rumput Laut.
Kajian ini merekomendasikan agar pemerintah menambah paket keahlian yang sesuai dengan sektor-sektor yang akan dikembangkan di pusat-pusat pertumbuhan dan mengurangi paket-paket keahlian yang kurang sesuai dengan pasar kerja di provinsi tersebut. Pembukaan paket keahlian sebaiknya melibatkan pihak DUDI agar kurikulum yang akan diajarkan sesuai dengan permintaan industri atau jasa."
Direktorat Pembinaan SMK, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, 2015
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Raafita Agustiana
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak program Bidikmisi atau Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah terhadap waktu tunggu dan penghasilan lulusan di Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan sampel data individu 3.627 lulusan perguruan tinggi di Provinsi Jawa Barat yang terlapor dalam Laporan Tracerstudy Pendidikan Tinggi Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan metode Propensity Score Matching (PSM) untuk mengestimasi dampak program. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ditemukan cukup bukti untuk menyatakan percepatan waktu tunggu lulusan dan peningkatan penghasilan lulusan benar-benar disebabkan oleh program Bidikmisi/KIP Kuliah, meskipun ada indikasi percepetan waktu tunggu dan peningkatan penghasilan lulusan penerima program di Provisi Jawa Barat. Sehingga sangat diperlukan analisis lebih lanjut untuk menguatkan keyakinan akan dampak yang robust dari program Bidikmisi/KIP Kuliah terhadap waktu tunggu dan penghasilan lulusan di Provinsi Jawa Barat.

This study aims to analyse the impact of the Bidikmisi or Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah programme on the waiting time and earnings of graduates in West Java Province. The study uses a sample of 3,627 individual data of college graduates in West Java Province reported in the 2023 Higher Education Tracerstudy Report. This study uses the Propensity Score Matching (PSM) method to estimate the impact of the programme. The results of the analysis show that there is not enough evidence to suggest that the acceleration of graduates’ waiting time and the increase in graduates’ income are actually caused by the Bidikmisi/KIP Kuliah programme, although there are indications of accelerated waiting time and increased income of graduates receiving the programme in West Java Province. Therefore, further analysis is needed to strengthen confidence in the robust impact of the Bidikmisi/KIP Kuliah programme on the waiting time and income of graduates in West Java Province."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: PPT-LIPI dan Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994
370.9598 Din
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>