Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146599 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haolin Rusnur Efanda
"Laporan ini membahas peran apoteker sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan sediaan farmasi di Pusat Distribusi Farmasi (PBF), terutama terkait produk narkotika. PKPA dilaksanakan di KFTD Cabang Jakarta 2 untuk memahami praktik pengadaan, penyimpanan, dan distribusi produk farmasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standar CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) dan SOAP (Standar Operasional Prosedur). Metode studi literatur dan pengamatan langsung digunakan untuk mengevaluasi implementasi pengelolaan produk narkotika di KFTD 2. Hasilnya menunjukkan bahwa pengelolaan produk narkotika di KFTD 2 telah mematuhi ketentuan yang berlaku, dengan apoteker memainkan peran sentral dalam memastikan kepatuhan terhadap proses distribusi. Meskipun demikian, PKPA berdurasi singkat mengakibatkan keterbatasan dalam pemahaman mahasiswa PKPA terhadap proses seperti stock opname dan pelaporan narkotika bulanan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengoptimalkan waktu yang tersedia agar mahasiswa PKPA dapat memperoleh pengetahuan yang komprehensif dalam praktik distribusi farmasi, khususnya produk narkotika.

This report discusses the pharmacist's role as the responsible party in managing pharmaceutical preparations at the Pharmaceutical Distribution Center (PBF), particularly concerning narcotic products. The Pharmacist Professional Internship (was conducted at KFTD Branch Jakarta 2 to understand the practices of procurement, storage, and distribution of pharmaceutical products in accordance with legal regulations and Good Distribution Practices (CDOB) and Standard Operating Procedures (SOP). Literature review and direct observation methods were employed to evaluate the implementation of narcotic product management at KFTD 2. The results indicated that the management of narcotic products at KFTD 2 complied with applicable regulations, with pharmacists playing a central role in ensuring compliance with distribution processes. However, the short duration of practiced resulted in limitations in students' understanding of processes such as stock-taking and monthly narcotic reporting. Therefore, efforts are needed to optimize the available time so that PKPA students can acquire comprehensive knowledge in pharmaceutical distribution practices, especially regarding narcotic products.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Tidara Poetri
"Penelitian ini bertujuan menganalisis efek samping dan interaksi obat pada resep polifarmasi di Apotek Roxy Depok selama Maret 2023. Metode penelitian menggunakan convenience sampling dengan total 3 resep. Hasilnya menunjukkan adanya interaksi obat signifikan. Pada resep pertama, terdapat 1 interaksi obat mayor (Captopril dan Spironolakton) dan 10 interaksi obat moderate, seperti Asam Asetilsalisilat dengan Captopril, Clopidogrel, dan Furosemide. Pada resep kedua, terdapat 1 interaksi obat mayor (Candesartan dan Spironolakton) dan 1 interaksi obat moderate (Bisoprolol Fumarate dan Ivabradin). Pada resep ketiga, terdapat 3 interaksi obat moderate(Amlodipin dengan Clopidogrel dan Fenitoin). Implikasi penelitian ini adalah kesadaran penting terhadap potensi efek samping dan interaksi obat pada resep polifarmasi. Interaksi obat dapat meningkatkan risiko efek samping serius, seperti hipotensi, nefrotoksik, hiperkalemia, dan gangguan gastrointestinal. Pengetahuan mengenai interaksi obat pada resep polifarmasi dapat membantu apoteker dan tenaga medis dalam mengevaluasi risiko manfaat obat yang diresepkan kepada pasien. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat 19 interaksi obat pada resep polifarmasi yang dianalisis, terdiri dari 1 interaksi mayor dan 18 interaksi moderate. Potensi efek samping obat meningkat akibat interaksi obat atau akumulasi efek samping dari penggunaan obat polifarmasi. Penting bagi tenaga medis mempertimbangkan efek samping dan interaksi obat saat meresepkan obat polifarmasi kepada pasien, serta melakukan pemantauan yang tepat terhadap pasien yang mengonsumsi obat tersebut.

This study aims to analyze the side effects and drug interactions in polypharmacy prescriptions at Roxy Depok Pharmacy during March 2023. The research utilized a convenience sampling method with a total of 3 prescriptions. The results indicated significant drug interactions. In the first prescription, there was 1 major drug interaction (Captopril and Spironolactone) and 10 moderate drug interactions, such as Aspirin with Captopril, Clopidogrel, and Furosemide. In the second prescription, there was 1 major drug interaction (Candesartan and Spironolactone) and 1 moderate drug interaction (Bisoprolol Fumarate and Ivabradine). In the third prescription, there were 3 moderate drug interactions (Amlodipine with Clopidogrel and Phenytoin). The implications of this study highlight the importance of awareness regarding the potential side effects and drug interactions in polypharmacy prescriptions. Drug interactions can increase the risk of serious side effects, such as hypotension, nephrotoxicity, hyperkalemia, and gastrointestinal disturbances. Knowledge about drug interactions in polypharmacy prescriptions can assist pharmacists and healthcare professionals in evaluating the riskbenefit profile of prescribed medications for patients. In conclusion, this study identified 19 drug interactions in the analyzed polypharmacy prescriptions, including 1 major interaction and 18 moderate interactions. The potential for drug-related side effects is increased due to drug interactions or the cumulative effects of polypharmacy. Healthcare professionals need to consider the side effects and drug interactions when prescribing polypharmacy regimens to patients and to provide appropriate monitoring for patients consuming these medications."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Tidara Poetri
"Penelitian ini bertujuan menganalisis efek samping dan interaksi obat pada resep polifarmasi di Apotek Roxy Depok selama Maret 2023. Metode penelitian menggunakan convenience sampling dengan total 3 resep. Hasilnya menunjukkan adanya interaksi obat signifikan. Pada resep pertama, terdapat 1 interaksi obat mayor (Captopril dan Spironolakton) dan 10 interaksi obat moderate, seperti Asam Asetilsalisilat dengan Captopril, Clopidogrel, dan Furosemide. Pada resep kedua, terdapat 1 interaksi obat mayor (Candesartan dan Spironolakton) dan 1 interaksi obat moderate (Bisoprolol Fumarate dan Ivabradin). Pada resep ketiga, terdapat 3 interaksi obat moderate(Amlodipin dengan Clopidogrel dan Fenitoin). Implikasi penelitian ini adalah kesadaran penting terhadap potensi efek samping dan interaksi obat pada resep polifarmasi. Interaksi obat dapat meningkatkan risiko efek samping serius, seperti hipotensi, nefrotoksik, hiperkalemia, dan gangguan gastrointestinal. Pengetahuan mengenai interaksi obat pada resep polifarmasi dapat membantu apoteker dan tenaga medis dalam mengevaluasi risiko manfaat obat yang diresepkan kepada pasien. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat 19 interaksi obat pada resep polifarmasi yang dianalisis, terdiri dari 1 interaksi mayor dan 18 interaksi moderate. Potensi efek samping obat meningkat akibat interaksi obat atau akumulasi efek samping dari penggunaan obat polifarmasi. Penting bagi tenaga medis mempertimbangkan efek samping dan interaksi obat saat meresepkan obat polifarmasi kepada pasien, serta melakukan pemantauan yang tepat terhadap pasien yang mengonsumsi obat tersebut.

This study aims to analyze the side effects and drug interactions in polypharmacy prescriptions at Roxy Depok Pharmacy during March 2023. The research utilized a convenience sampling method with a total of 3 prescriptions. The results indicated significant drug interactions. In the first prescription, there was 1 major drug interaction (Captopril and Spironolactone) and 10 moderate drug interactions, such as Aspirin with Captopril, Clopidogrel, and Furosemide. In the second prescription, there was 1 major drug interaction (Candesartan and Spironolactone) and 1 moderate drug interaction (Bisoprolol Fumarate and Ivabradine). In the third prescription, there were 3 moderate drug interactions (Amlodipine with Clopidogrel and Phenytoin). The implications of this study highlight the importance of awareness regarding the potential side effects and drug interactions in polypharmacy prescriptions. Drug interactions can increase the risk of serious side effects, such as hypotension, nephrotoxicity, hyperkalemia, and gastrointestinal disturbances. Knowledge about drug interactions in polypharmacy prescriptions can assist pharmacists and healthcare professionals in evaluating the riskbenefit profile of prescribed medications for patients. In conclusion, this study identified 19 drug interactions in the analyzed polypharmacy prescriptions, including 1 major interaction and 18 moderate interactions. The potential for drug-related side effects is increased due to drug interactions or the cumulative effects of polypharmacy. Healthcare professionals need to consider the side effects and drug interactions when prescribing polypharmacy regimens to patients and to provide appropriate monitoring for patients consuming these medications."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Tidara Poetri
"Penelitian ini bertujuan menganalisis efek samping dan interaksi obat pada resep polifarmasi di Apotek Roxy Depok selama Maret 2023. Metode penelitian menggunakan convenience sampling dengan total 3 resep. Hasilnya menunjukkan adanya interaksi obat signifikan. Pada resep pertama, terdapat 1 interaksi obat mayor (Captopril dan Spironolakton) dan 10 interaksi obat moderate, seperti Asam Asetilsalisilat dengan Captopril, Clopidogrel, dan Furosemide. Pada resep kedua, terdapat 1 interaksi obat mayor (Candesartan dan Spironolakton) dan 1 interaksi obat moderate (Bisoprolol Fumarate dan Ivabradin). Pada resep ketiga, terdapat 3 interaksi obat moderate(Amlodipin dengan Clopidogrel dan Fenitoin). Implikasi penelitian ini adalah kesadaran penting terhadap potensi efek samping dan interaksi obat pada resep polifarmasi. Interaksi obat dapat meningkatkan risiko efek samping serius, seperti hipotensi, nefrotoksik, hiperkalemia, dan gangguan gastrointestinal. Pengetahuan mengenai interaksi obat pada resep polifarmasi dapat membantu apoteker dan tenaga medis dalam mengevaluasi risiko manfaat obat yang diresepkan kepada pasien. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat 19 interaksi obat pada resep polifarmasi yang dianalisis, terdiri dari 1 interaksi mayor dan 18 interaksi moderate. Potensi efek samping obat meningkat akibat interaksi obat atau akumulasi efek samping dari penggunaan obat polifarmasi. Penting bagi tenaga medis mempertimbangkan efek samping dan interaksi obat saat meresepkan obat polifarmasi kepada pasien, serta melakukan pemantauan yang tepat terhadap pasien yang mengonsumsi obat tersebut.

This study aims to analyze the side effects and drug interactions in polypharmacy prescriptions at Roxy Depok Pharmacy during March 2023. The research utilized a convenience sampling method with a total of 3 prescriptions. The results indicated significant drug interactions. In the first prescription, there was 1 major drug interaction (Captopril and Spironolactone) and 10 moderate drug interactions, such as Aspirin with Captopril, Clopidogrel, and Furosemide. In the second prescription, there was 1 major drug interaction (Candesartan and Spironolactone) and 1 moderate drug interaction (Bisoprolol Fumarate and Ivabradine). In the third prescription, there were 3 moderate drug interactions (Amlodipine with Clopidogrel and Phenytoin). The implications of this study highlight the importance of awareness regarding the potential side effects and drug interactions in polypharmacy prescriptions. Drug interactions can increase the risk of serious side effects, such as hypotension, nephrotoxicity, hyperkalemia, and gastrointestinal disturbances. Knowledge about drug interactions in polypharmacy prescriptions can assist pharmacists and healthcare professionals in evaluating the riskbenefit profile of prescribed medications for patients. In conclusion, this study identified 19 drug interactions in the analyzed polypharmacy prescriptions, including 1 major interaction and 18 moderate interactions. The potential for drug-related side effects is increased due to drug interactions or the cumulative effects of polypharmacy. Healthcare professionals need to consider the side effects and drug interactions when prescribing polypharmacy regimens to patients and to provide appropriate monitoring for patients consuming these medications."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ferina Rahmalia Fauziah
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar, termasuk di dalamnya obat narkotika dan psikotropika, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melakukan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat termasuk narkotika dan psikotropika, PBF merujuk pada ketentuan yang terdapat dalam Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Setiap PBF dalam melakukan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat terutama narkotika dan psikotropika harus memenuhi persyaratan CDOB dan kemudian melakukan pelaporan kepada Badan Pengawaas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan/atau kehilangan narkotika dan psikotropika dari jalur distribusi resmi, serta berbagai bentuk penyalahgunaan lainnya. Oleh karena itu, dilakukan kajian mengenai evaluasi penyimpanan dan pelaporan narkotika dan psikotropika di PBF Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Cabang Jakarta 3. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk melihat kesesuaian dalam penyimpanan dan pelaporan narkotika dan psikotropika di KFTD Cabang Jakarta 3 dengan CDOB. Melalui tugas khusus ini diketahui penyimpanan dan pelaporan narkotika dan psikotropika di PBF KFTD Cabang Jakarta 3 sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam CDOB dan Permenkes No. 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, serta telah menyampaikan laporan bulanan yang diunggah melalui website Sistem Pengawasan Obat BPOM.

Pharmaceutical Distributor (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits for the procurement, storage, distribution of drugs and/or drug substances in large quantities, including narcotics and psychotropic drugs, in accordance with law statutes. In procuring, storing and distributing drugs including narcotics and psychotropics, pharmaceutical distributor refers to the regulation contained in the Good Distribution Practice (GDP). Each pharmaceutical distributor in procuring, storing, and distributing drugs, especially narcotics and psychotropics, must meet GDP requirements and then report to the National Agency of Drug and Food Control (BPOM) to prevent deviations and/or loss of narcotics and psychotropics from official distribution channels, as well as various other forms of abuse. Therefore, a study was conducted regarding the evaluation of storage and reporting of narcotics and psychotropics at PBF Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 3rd Branch. The purpose of this research was to see the suitability of storage and reporting of narcotics and psychotropics at KFTD Jakarta 3rd Branch with GDP. Through this research it is known that the storage and reporting of narcotics and psychotropics at PBF KFTD Jakarta 3rd Branch has met the requirements set out in the GDP and Permenkes No. 3 of 2015 about Distribution, Storage, Destruction, and Reporting of Narcotics, Psychotropics, and Pharmacy Precursors, and has submitted monthly reports which are uploaded via the Drug Monitoring System website of the BPOM."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah Ramadhani Fardiani
"Salah satu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) Fakultas Farmasi Universitas Indonesia adalah Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan PSPA. Pelaksanaan praktik kerja ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa calon Apoteker untuk mampu menjalankan praktik kefarmasian secara profesional, legal, dan etik di Rumah Sakit, Apotek, Puskesmas, Industri Farmasi, dan sektor Pedagang Besar Farmasi. Melalui keterlibatan pada berbagai bidang kefarmasian, memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang dihadapi dalam praktik kefarmasian beserta penyelesaiannya. Praktik kerja profesi dilakukan di PT Kimia Farma Trading and Distribution, Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Apotek Roxy Rawakalong, dan PT Finusolprima Farma Internasional.

One of the learning activities carried out at the Pharmacist Professional Study Program (PSPA) of the Faculty of Pharmacy, University of Indonesia is the Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) for students who are studying PSPA. The implementation of this work practice aims to prepare prospective pharmacist students to be able to practice pharmacy professionally, legally and ethically in hospitals, pharmacies, health centers, the pharmaceutical industry, and the pharmaceutical wholesaler sector. Through involvement in various pharmaceutical fields, it provides a real picture of the problems encountered in pharmaceutical practice and their solutions. Professional work practices are carried out at PT Kimia Farma Trading and Distribution, Jatinegara District Health Center, Children's and Mother Harapan Kita Hospital, Roxy Rawakalong Pharmacy, and PT Finusolprima Farma Internasional."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Yuni Adelia
"Seorang apoteker harus bisa membaca, mengkaji resep obat yang diterima, serta menggali informasi lain yang berhubungan dengan resep untuk dapat melaksanakan pelayanan farmasi klinik. Salah satu informasi yang perlu digali dari resep yaitu efek samping obat (ESO) dan potensi interaksi obat. Dengan mengetahui efek samping obat serta potensi interaksi obat, apoteker dapat mencegah terjadinya kesalahan pengobatan ataupun munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Penelitian dilakukan dengan memilih beberapa resep polifarmasi yang dilayani di Apotek Roxy Pitara pada periode September 2022 yang kemudian dianalisis efek samping obat serta ada atau tidaknya potensi interaksi obat. Analisis dilakukan dengan merujuk pada literatur tentang obat. Dari hasil analisis terkait efek samping obat dan potensi interaksi obat pada beberapa resep polifarmasi yang dilayani di Apotek Roxy Pitara, didapat beberapa kesimpulan, yaitu: tiap obat memiliki efek samping yang terbagi kedalam kategori umum dan serius. ESO yang termasuk kategori umum adalah ESO yang ringan dan lebih sering terjadi, seperti mual, muntah, sakit kepala, mengantuk, dsb. ESO yang termasuk kategori serius merupakan ESO yang jarang terjadi namun membutuhkan penanganan yang lebih serius bila terjadi. Pada ketiga resep polifarmasi ditemukan beberapa potensi interaksi obat yang umumnya memiliki tingkat keparahan C sehingga hanya membutuhkan perhatian dan pemantauan khusus saja.

A pharmacist must be able to read, review drug prescriptions received, and obtain other informations related to the prescription to be able to carry out the clinical pharmacy services. The informations needed from the prescription are including the adverse effects and potential drug interactions. By knowing the side effects of drugs and potential drug interactions, pharmacists can prevent medication errors or adverse drug reactions (ADR). The research was carried out by selecting several polypharmacy prescriptions at Roxy Pitara Pharmacy in September 2022 which were then analyzed for adverse effects and whether or not there were potential drug interactions. The analysis was carried out by referring to the drug literatures. The results of the analysis regarding adverse effects and potential drug interactions in several polypharmacy prescriptions at Roxy Pitara Pharmacy, several conclusions were obtained, namely: each drug has adverse effects which are divided into general and serious categories. The adverse effects which belongs to the general category that is mild and occurs more frequently, such as nausea, vomiting, headaches, drowsiness, etc. The adverse effects which is included in the serious category is the side effects which rarely occurs but requires more serious treatment when it occurs. In the three polypharmacy prescriptions analyzed, several potential drug interactions were found which generally had a severity level of C so that they only required special attention and monitoring."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Irsandi Johan
"Dalam melaksanakan fungsinya, pedagang besar farmasi (PBF) harus mengimplementasikan pedoman teknis cara distribusi obat yang baik (CDOB), yang bertujuan untuk memastikan penyaluran dilakukan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. CDOB merupakan standar yang sangat penting dalam upaya mempertahankan mutu dan integritas distribusi obat di setiap rantai distribusi mulai dari industri farmasi hingga fasilitas pelayanan kefarmasian. Dengan demikian, pengawasan pasca pemasaran dalam kerangka penerapan CDOB dimaksudkan untuk memastikan bahwa mutu, khasiat, dan keamanan obat di sepanjang jalur distribusi tetap dipertahankan sesuai dengan karakteristik pada saat obat dimaksud disetujui untuk beredar. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan memahami kesesuaian penerapan CDOB di Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 2 pada periode 03 Juli – 14 Juli 2023. Pelaksanaan dilakukan dengan studi observasi atau pengamatan langsung di lapangan. Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 2 pada periode 3 Juli – 14 Juli 2023 telah menerapkan CDOB sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

In carrying out its function, pharmaceutical wholesale traders (PBF) must implement the technical guidelines for Good Distribution Practices (CDOB), which aim to ensure that distribution is carried out in accordance with established requirements. CDOB is a very important standard in maintaining the quality and integrity of drug distribution in every distribution chain from the pharmaceutical industry to pharmaceutical service facilities. Therefore, post-marketing supervision within the framework of implementing CDOB is intended to ensure that the quality, efficacy, and safety of drugs along the distribution chain are maintained in accordance with the characteristics when the drug was approved for circulation. This study aims to observe and understand the suitability of CDOB implementation at Kimia Farma Trading & Distribution Branch Jakarta 2 from July 3 to July 14, 2023. The implementation was conducted through observation studies or direct field observations. Based on the observations conducted, it can be concluded that Kimia Farma Trading & Distribution Branch Jakarta 2 during the period of July 3 to July 14, 2023, has implemented CDOB in accordance with applicable requirements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfrina Irene
"Narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi dapat disalahgunakan. Kemungkinan adanya penyalahgunaan ini membuat pengadaan narkotika dan psikotropika perlu diawasi. Salah satu upaya dalam pengontrolan distribusi narkotika dan psikotropika adalah dengan melakukan pelaporan berkala secara elektronik melalui Sistem Informasi Pelaporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika & Psikotropika Nasional atau disingkat SIPNAP. Laporan ini dibuat agar calon apoteker dapat menggunakan aplikasi SIPNAP dan membuat laporan narkotika dan psikotropika dengan tepat dan mengerti peraturan yang mengaturnya. Metode yang digunakan dalam laporan ini adalah dengan studi literatur melalui data narkotika dan psikotropika yang ada pada Apotek Atrika periode Maret dan pada aplikasi SIPNAP, serta peraturan perundang-undangan. Kesimpulan laporan ini adalah bahwa data sediaan narkotika dan psikotropika yang dibutuhkan pada pelaporan SIPNAP adalah nama, bentuk, kekuatan sediaan, jumlah persediaan awal dan akhir bulan, jumlah yang diterima, dan jumlah yang diserahkan. Alur pelaporan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP adalah registrasi unit layanan, login sesuai registrasi, memasukkan data narkotika dan psikotropika yang ada pada apotek, memasukkan laporan narkotika dan psikotropika, dan mengirim laporan. Pelaporan narkotika dan psikotropika harus dilakukan setiap bulan dan paling lambat dilaporkan setiap tanggal 10 bulan berikutnya. Jika terdapat kelalaian dalam pelaporan, sanksi yang dapat diberikan berupa teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan, atau pencabutan izin.

Narcotics and psychotropics are drugs or substances that are useful in the field of medicine and scientific development, but can be misused. This possibility of abuse means that the distribution of narcotics and psychotropic substances needs to be monitored. An effort to control the distribution of narcotics and psychotropic substances is to carry out periodic reporting electronically through Sistem Informasi Pelaporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika & Psikotropika Nasional or abbreviated as SIPNAP. This report was created so that prospective pharmacists can use SIPNAP application and make reports on narcotics and psychotropic substances correctly and understand the regulations that govern them. The method used in this report is a literature study through data on narcotics and psychotropic substances available at Atrika Pharmacy for the March period and on the SIPNAP application, as well as statutory regulations. The conclusion of this report is that the data on narcotic and psychotropic preparations required for SIPNAP is Universitas Indonesia the name, form, strength of the preparation, quantity at the beginning and end of the month, quantity received, and quantity delivered. The flow for reporting narcotics and psychotropic substances through SIPNAP is registering with the service unit, logging in according to registration, entering data on narcotics and psychotropic substances at the pharmacy, entering narcotics and psychotropic reports, and sending the report. Reporting on narcotics and psychotropic substances must be done every month and must be reported no later than the 10th of the following month. If there is negligence in reporting, sanctions that can be given are in the form of reprimands, warnings, administrative fines, temporary suspension of activities, or revocation of permits."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zenshiny Starlin
"ABSTRAK
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 366 Maharaja, PT. Indofarma Tbk., dan Rumah Sakit Universitas Indonesia Periode Februari - Mei 2020

ABSTRACT
Internship at Apotek Kimia Farma No. 366 Maharaja, PT. Indofarma Tbk., and Universitas Indonesia Hospital Period February-May 2020
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>