Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laras Aridhini
"Di era yang semakin mengglobal, budaya lokal harus dipertahankan sebagai jatidiri bangsa. Kini, budaya lokal dapat disajikan melalui media sosial tanpa mengurangi nilai yang tersirat di dalamnya. Seni tari adalah salah satu wujud seni pertunjukan yang kompleks. Berbeda dengan musik nonpertunjukan yang bisa dinikmati sambil melakukan aktivitas lain. Tari dan seni pertunjukan lainnya memerlukan lebih banyak waktu bagi seseorang untuk menikmatinya karena memerlukan dimensi ruang dan waktu (Irianto, 2017). Wahana Budaya Nusantara (WBN) adalah kelompok seni yang selalu menarik minat masyarakat Belanda agar mencintai budaya Indonesia. Di dalam WBN terdapat sosok Rachma sebagai perempuan berdaya (agensi individu) yang merintis dan mengembangkan budaya Indonesia melalui berbagai jenis tarian. WBN perlu diulas dalam kajian ini agar pembaca (khususnya masyarakat Indonesia) semakin mencintai budaya nusantara. Selain itu, sosok seperti Rachma perlu dijadikan teladan dalam pelestarian budaya. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi partisipasi dan wawancara daring. Sementara itu, metode analisis menggunakan studi literatur. WBN terbentuk dari gagasan Rachma dan dikembangkan bersama para anggota yang jumlahnya tidak begitu banyak. Penampilan WBN selalu dinantikan dalam setiap pasar malam dan beberapa event semi-privatProses pembelajaran selalu terjadi dalam WBN selama ini sehingga diharapkan menjadi suatu pesan semangat agar kita tidak mengenal kata terlambat untuk memulai belajar hal baru."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta, 2020
400 JANTRA 15:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdi Arifin
"Social media is a real product of civilization. The impact of social media very influential in the effort to preserve local culture, especially the preservation of wayang kulit purwa. Recently, millenials generation has used social media in internet as an effort to preserve wayang kulit purwa. Using participation action method, this research looks at how millenials use social media top reserve wayang kulit purwa. The result shows that social media is very effective to attract people. Young people, especially, help to preserve their local culture in a current and fashionable way. This study has demonstrated that millenials have actively utilized social media to preserve local culture."
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmita Larasati
"ABSTRAK
Studi kasus ini bertujuan untuk menelaah aktivisme culture jamming yang dilakukan dengan perantara sosial media, yaitu kanal YouTube fluxcup. Persebaran citra perlawanan oleh aktivisme culture jamming oleh kanal YouTube fluxcup berimplikasi positif dengan demokrasi yang ditawarkan oleh sosial media. Penelitian ini mengeksplor praktik penyebaran citra subversif yang berkembang hingga keluar dari ranah online, seperti kegiatan jual-beli cenderamata dan penerimaan proyek dari klien. Penelitian ini lebih jauh berpendapat bahwa terjadi dialektika relasi kuasa dan kontestasi nilai dalam aktivisme. Data yang diperoleh dari wawancara dengan tiga aktivis culture jamming dan tiga konsumen citra culture jamming pada kanal YouTube fluxcup menghasilkan temuan bahwa praktik subversi citra meluas pada kanal-kanal media lain dan pada ranah offline yang memunculkan perputaran kapital di dalam aktivisme. Dalam memutar kapital, terjadi dialektika relasi kuasa dan kontestasi nilai dalam aktivisme yang dinegosiasikan oleh aktivis dengan kuasa atas perannya sebagai agen

ABSTRACT
This case study aims to explore the activism of culture jamming that is mediated by social media in fluxcup YouTube channel. The distribution of image of resistance by the culture jamming activism relates in positive correspondence with the democracy offers by social media. This research also explores the dissemination of subversive images which branches beyond online activism, such as the sales of merchandise and client based projects. Putting the opposing values of culture jamming activism and the logic of product sales, this research argues that the dialectics of power relations and the contestation of values occur within the activism. Drawing on data obtained from observation and a series of interviews with three activists of fluxcup YouTube channel and three consumers of images made by fluxcup, this study further finds a system of capital circulation within the activism. In this matter, this study argues that the activists negotiate the dialectic in power relations and contested values with their power as agents."
2017
S68929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ayu Paramitha
"ABSTRAK
Artikel ini membahas bekerjanya modal budaya orang bukan dari kalangan selebritas dapat menjadi terkenal melalui Instagram selebgram dan memikat pengguna Instagram. Studi-studi sebelumnya membahas selebgram sebagai social media influencer dan modal budaya pada media baru. Berkaitan dengan kedua pemetaan tersebut, peneliti berargumen bahwa proses menjadi selebgram dilatarbelakangi oleh modal budaya selebgram dan pihak eksternal dan terjadi negosiasi modal budaya khususnya ide-ide dalam berpakaian untuk ditampilkan secara visual di akun instagram selebgram. Dalam upaya melengkapi studi-studi sebelumnya, artikel ini berfokus pada bekerjanya modal budaya dalam proses menjadi selebgram di bidang fesyen dan bagaimana negosiasi modal budaya yang dilakukan baik selebgram dengan pihak eksternal sebagai pihak yang memiliki intensitas tinggi dalam membantu selebgram sehingga tercipta kesepakatan yang di repsesentasikan melalui akun selebgram secara visual. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Adapun subyek penelitian dalam artikel ini adalah 1 selebgram yang terkenal di bidang fesyen, 2 memiliki jumlah pengikut instagram aktif diatas 3.000 followers 3 bekerjasama dengan korporasi sebagai endorser 4 tergolong kelas sosial tertentu 5 dan pihak eksternal yang membantu selebgram yaitu teman dan keluarga.

ABSTRACT
This article is discussing about how cultural capital, which can turn people from non ndash; celebrity background into celebrity in Instagram, or what people usually call selebgram and have successfully attracted Instagram users. Previous studies discussed selebgrams as social media influencer and cultural capital to new form of social media. Based on the said mappings, this study was conducted under the assumption that the process of being an Instagram celebrity and attracted Instagram users were based on the properly working cultural capital from celebgrams and external parties that assisted them and there was a negotiation of cultural capital between the celebgrams and the external parties in the self-celebrification process especially in the idea of dressing. In the effort to complement previous studies, this article is focusing on the work of cultural capital from the selebgrams and how it rsquo;s negotiation between selebgrams and external parties with high intensity, helped selebgrams to reach the agreement which is represented by the selebgrams account visually. This article uses qualitative methods by using in-depth interviews, observations and literature studies. The subjects of this research are 1 selebgrams who are most known on the field of fashion, 2 currently followed by more than 3.000 active followers, 3 currently co-operating with companies as an endorser, 4 belong to a certain social class 5 external parties who have helped the creation of such figure such as friends and family. "
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjungpinang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997
302.23 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Azzura Fredella
"Popularitas industri hiburan Korea Selatan mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir dan K-pop menjadi salah satu faktor pendorong di balik popularitas tersebut. Hal ini tidak lepas dari beragam strategi pemasaran yang dilakukan oleh agensi pengelola dalam memasarkan musik para artisnya. Agensi pengelola sangat pandai penggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan artis dan musik baru, berinteraksi dengan penggemar, dan mendistribusikan musik dengan biaya yang relatif rendah. Salah satu strategi yang kini mulai dilirik oleh banyak agensi pengelola adalah transmedia storytelling, sebuah strategi perluasan narasi yang didistribusikan melalui berbagai saluran media untuk menambah wawasan baru terhadap keseluruhan narasi. Strategi ini telah digunakan oleh beberapa grup, tetapi perluasan narasi yang kompleks terlihat dari SM Culture Universe (SMCU) milik SM Entertainment dan Bangtan Universe milik BTS. SMCU menggunakan jenis transmedia bergaya West Coast yang bersifat ringan, sedangkan Bangtan Universe menggunakan perpaduan gaya West Coast dan East Coast yang bersifat lebih interaktif. Kedua semesta ini menggunakan pendekatan media yang berbeda yang menyesuaikan dengan narasi yang mereka angkat. Melalui transmedia storytelling, baik SMCU maupun Bangtan Universe membuka ruang partisipasi bagi penggemar untuk terlibat dalam narasi utama melalui petunjuk-petunjuk kecil yang diberikan dalam setiap media. Hal ini tentunya akan semakin membangun loyalitas antara artis dan penggemarnya.

The popularity of South Korean entertainment industry has grown rapidly in the last decade and K-pop is one of the supporting factors of this popularity. This is inseparable from the various marketing strategies conducted by the management agency to promote the music of its artists. Management agencies are very good at using social media to raise awareness of new artists and music, interact with fans, and distribute music at a relatively low cost. One strategy that is looked by many management agencies nowadays is transmedia storytelling, a narrative expansion strategy that is distributed through various media channels to add new insights to the overall narrative. This strategy has been used by several groups, but the complex narratives is seen in SM Entertainment's SM Culture Universe (SMCU) and BTS's Bangtan Universe. SMCU uses West Coast Transmedia style, meanwhile Bangtan Universe uses a blend of West Coast and East Coast styles that are more interactive. These two universes use different media approaches that conform to the narratives they adopt. Through transmedia storytelling, both SMCU and Bangtan Universe open up space for fans to be involved in the main narrative through small clues given in each medium. This of course will further build loyalty between the artist and the fans."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
"Sumba adalah nama salah satu pulau di bagian timur Indonesia. Berbagai tarian tradisional terdapat diselurh daerah Sumba Timur yang disajikan pada upacara ritual, pagelaran, dan acara pemerintahan yang diringi oleh nyanyian lagu-lagu adat, gong dan tambur serta alat musik dari bambu (nggu'nggi dan jung'ga au). Tidak dipungkiri bahwa dengan perkembangan dunia yang semakin global ada kekhawatiran akan memudarnya atau punah suatu bentuk tarian. Upaya pelestarian tari tradisional seperti yang dilakukan Sanggar Wai Miripu Mbokar sejak didirikan 2006 menampilkan jenis-jenis tarian tradisional Kabupaten Sumba Timur dalam bentuk masa lampau Sumba Timur sebagai Matawi Amahu Pada Njara Hamu dalam versi tarian dan lagu-lagu daerah. Sebagai bentuk ekpresi hasrat manusia akan keindahan yang dapat dinikmati oleh manusia dengan mata dan telingan."
Bali: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2017
902 JNANA 22:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kaisiri, Elisabeth Yohana Tiene
"Tesis ini membahas tentang perempuan pedagang dan budaya lokal menghadapi persaingan pasar. Penelitian ini akan menjelaskan situasi pasar dan kondisi perempuan pedagang lokal yang merefleksikan himpitan kapitalisme dan budaya lokal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola berdagang dan strategi perjuangan perempuan pedagang lokal menghadapi himpitan kapitalisme dan budaya lokal. Penelitian ini adalah penelitian berprespektif perempuan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian menemukan bahwa persaingan pasar mempengaruhi keberadaan perempuan pedagang lokal serta peran LSM dan pemerintah dalam melindungi kepentingan kelompok perempuan telah dilakukan namun hanya sebatas pelaksanaan program. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mama-mama pedagang lokal menghadapi persaingan pasar melalui pola berdagang dan strategi perjuangan secara sederhana atau tradisional.
Perempuan pedagang lokal juga mengalami ketidakadilan gender yakni marjinilisasi, subordinasi, stereotipe dan beban ganda yang terlihat pada situasi pasar, pekerjaan perempuan pedagang lokal di pasar maupun pekerjaan domestik. Oleh karena itu penelitian ini merekomendasikan untuk mendukung perempuan pedagang lokal melalui advokasi kebijakan yang diatur dalam peraturan daerah (PERDA) terkait proteksi terhadap barang komoditi lokal serta fungsi pemasaran dan juga memastikan perempuan terlindungi dalam implementasi kebijakan UU Otonomi khusus (OTSUS) di Papua. Sehingga perempuan pedagang lokal mampu bersaing dengan pedagang pendatang.

This thesis discusses of Local Trader-women in facing the crush of capitalism and local culture. This study will clarify the picture and the situation of the market and how the influence of capitalism and local culture affected the condition of Local Trader-women. The purpose of this study is to describe the factual data on the form and the strategies of Local Trader-women's struggle in facing the pressure of capitalism and local culture. This research is a female perspective that uses qualitative approaches. The study uses in-depth interviews and participant observation.
The results of the research found that capitalism and local culture affect the existence of Local Trader-women and the role of NGOs and local government in protecting the interests of women's groups have been carried out yet it was just the implementation of certain program. The conclusion of this research is Local Trader Moms ( Mama-Mama Pedagang Lokal) at Temporary Market of Mama ? Mama Papua are facing capitalism and local culture by using simple struggle strategy or traditionally.
Local Trader-women are also experiencing gender inequity which is marginalization, subordination, stereotyping and double burden that is seen in the situation of the market, the work of Local Trader-women at the market as well as domestic work. Therefore, this study recommends to support Local Trader-women through advocacy of policy in Local Legislation (PERDA) related to the protection of local commodity goods as well as the marketing function and to ensure that women are protected in the in the implementation of the Law on Special Autonomy policy (OTSUS) in Papua. So that Local Trader-women are able to compete with immigrant traders.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andayani Listyawati
"ABSTRACT
Budaya lokal diartikan sebagai nilai lokal hasil budi daya masyarakat dari suatu daerah yang terbentuk secara diperoleh melalui proses pembelajaran dari waktu ke waktu yang diwariskan secara turun temurun. Budaya alami dan dimaksud berupa tradisi, hukum adat, pola pikir dan hasil seni. Implementasi budaya yang ada di masyarakat mengandung nilai kesetiakawanan sosial karena melibatkan interaksi antarmasyarakat. Keberadaan budaya lokal diharapkan mampu memperkuat nilai kesetiakawanan sosial masyarakat selanjutnya terbentuk ketahanan sosial. Hal ini mendorong dilaksanakan kajian tentang budaya lokal sebagai upaya memperkuat nilai kesetiakawanan sosial di masyarakat yang disajikan secara deskriptif. Melalui teknik wawancara, pengamatan, dan telaah dokumen serta dianalisis secara kualitatif disimpulkan bahwa masyarakat Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan masih melaksanakan budaya lokal dengan ditunjukkan keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi."
Yogyakarta: B2P3KS, 2017
300 JPKS 16:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Nopianti
"ABSTRAK
Bermain khususnya permainan tradisional merupakan sarana pengembangan kepribadian, karakter dan emosional seorang anak. Pada masa anak-anak bermain merupakan sebuah hak yan harus dipenuhi, apabila menginginkan anak menjadi pribadi yang baik dengan kecerdasan emosional yang tinggi dalam menghadapi diri dan lingkungan sosialnya. Namun modernisasi yang terjadi saat ini, terkadang menjadi hambatan bagi anak untuk bisa dan mampu melakukan permainan yang sarat akan nilai, makna dan fungsi, khususnya berkenan dengan fungsi peningkatan kecerdasan emosional anak. Permainan yang diteliti merupakan media pembelajaran dalam mengasah kecerdasan emosi anak merupakan jenis permainan tradisional yang bersifat kompetitif, aktif, dan dimainkan secara berkelompok. Menggunakan metode studi pustaka untuk pengumpulan data primer yang dipaparkan secara deskriptif melalui metode kualitatif. Metode Kualitatif dengan perspektif kajian psikologis, digunakan agar diperoleh hasil kajian yang valid berkenan dengan hubungan bermain dengan peningkatan kecerdasan emosional anak. Akhirnya penelitian ini menemukan bahwa, permainan tradisional dapat memberikan pengalaman sosial dan individual pada diri anak-anak yang memainkannya, sehingga mereka dapat belajar bagaimana seharusnya berinteraksi sosial dan mengelola emosinya secara benar. Kecerdasan emosional anak dapat berkembang dengan baik apabila penyesuaian pribadi dan sosial dalam menyikapi pengalaman emosi batin dan interaksi sosial yang diperolehnya tersebut dilakukan dengan cara-cara yang positif."
Bali: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2017
902 JNANA 22:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>