Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deandra Ramadhan Purbokusumo
"Munculnya platform investasi baru berjenis Binary Option Trading dimana pada platform tersebut, penggunanya bisa mendapatkan keuntungan dari memprediksi naik atau turunnya harga suatu komoditas dan mata uang dalam waktu yang singkat. Hal ini menjadi berbahaya ketika platform Binary Option menggunakan jasa influencer untuk mempromosikan platform mereka kepada pengikut di sosial media dengan janji bisa mendapatkan keuntungan yang besar dengan modal yang kecil dalam jangka waktu yang singkat. Tulisan ini menganalisis bagaimana kedudukan influencer sebagai afiliator binary option berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan serta peran otoritas perlindungan konsumen produk investasi berupa binary option berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Tulisan ini dususun dengan menggunakan metode pendekatan doktrinal. Kedudukan influencer sebagai afiliator binary option berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, berkaitan dengan kegiatan merekomendasikan saham, sebenarnya terdapat suatu profesi dalam pasar modal bernama Penasihat Investasi. Penasihat Investasi diatur pula dalam Pasal 34 ayat (1) yang menjelaskan bahwa penasihat investasi wajib telah memperoleh izin dari OJK dalam menjalankan usahanya. Influencer pada praktiknya sebagai affiliator tidak memiliki izin sebagai Penasihat Investasi serta mempromosikan platform investasi ilegal yang telah dilarang oleh Bappebti yang dapat merugikan masyarakat luas sehingga kedudukannya dapat dikatakan ilegal dan melawan hukum.

The emergence of a new investment platform called Binary Option Trading where users can profit from predicting the rise or fall of commodity and currency prices in a short period of time. This becomes dangerous when Binary Option platforms use the services of influencers to promote their platform to followers on social media with the promise of being able to earn huge profits with small capital in a short period of time. This paper analyzes how the position of influencers as binary option affiliates based on Law Number 4 of 2023 concerning Development and Strengthening of the Financial Sector and the role of the authority for consumer protection of investment products in the form of binary options based on Law Number 8 of 1999 concerning Consumer Protection. This paper is compiled using the doctrinal approach method. The position of influencers as binary option affiliators based on Law Number 8 of 1995 concerning Capital Markets, related to the activity of recommending shares, there is actually a profession in the capital market called Investment Advisors. Investment Advisors are also regulated in Article 34 paragraph (1) which explains that investment advisors must have obtained a license from OJK in carrying out their business. Influencers in practice as affiliators are not licensed as Investment Advisors and promote illegal investment platforms that have been banned by Bappebti which can harm the wider community so that their position can be said to be illegal and against the law."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernaldi Anggadha
"Perkembangan influencer social media saat ini sangat lah pesat. Potensi pajak dari kegiatan endorsement yang dilakukan oleh influencer juga sangat besar, maka dibutuhkan pengawasan yang tepat untuk mengawasi kegiatan endorsement yang dilakukan influencer social media. Penelitian ini menggunakan metode post-posivist, disusun berdasarkan penelitian menggunakan pendektan kualitatif pengumpulan data untuk keperluan analisis diperoleh melalui penelitian dokumen, studi kepustakaan dan wawancara dengan pihak terkait. Hasil Penelitian menyatakan pengawasan PPh atas kegiatan endorsement di Indonesia masih bersifat manual dan dipersamakan dengan pengawasan WP OP. Hambatan yang bersumber dari WP, Infrastruktur, dan Peraturan membuat Pengawasan tidak berjalan dengan optimal. Oleh karena itu DJP diharapkan dapat memperluas basis data influencer social media dan juga membuat ketentuan perpajakan dan juga pengawasan atas kegiatan endorsement.
.....The development of social media influencers is currently very fast. The potential tax from endorsement activities carried out by influencers is also very large, so proper supervision is needed to oversee endorsement activities carried out by social media influencers. This study uses a post-posivist method, compiled based on research using a qualitative approach to data collection for the purposes of analysis obtained through document research, literature study and interviews with related parties. The results of the study stated that the supervision of income tax on endorsement activities in Indonesia was still manual and equated with the supervision of WP OP. Obstacle originating from WP, Infrastructure, and Regulations make Supervision not run optimally. Therefore, DGT is expected to expand the database of social media influencers and also make tax provisions as well as oversight of endorsement activities."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arghie Adriano Hanafi
"Tesis berikut menganalisis penggunaan endorsement secara soft selling melalui influencer oleh notaris pada platform media sosial TikTok, dengan fokus pada hubungannya dengan jabatan notaris serta signifikansi penggunaannya. Penyusunan tesis ini menggunakan metode doktrinal melalui studi kepustakaan yang didukung oleh hasil wawancara narasumber, yaitu perwakilan notaris, bank negeri, bank swasta, perusahaan nasional, serta perusahaan multinasional. Soft selling merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan endorsement melalui influencer. Pada pendekatan soft selling, influencer sebagai endorser mengiklankan barang atau jasa dengan cara menampilkan konten yang berorientasi gambar agar terlihat adanya hubungan organik antara influencer dan produk dari penyedia barang atau jasa. Keberadaan soft selling melahirkan kesempatan baru bagi notaris untuk melakukan publikasi dan promosi diri tanpa melanggar ketentuan-ketentuan dalam Kode Etik notaris. Hal ini dikarenakan sifat soft selling yang mengaburkan batasan antara konten yang merupakan sebuah iklan atau tidak, sehingga terdapat kebingungan terhadap pertanggungjawaban notaris dan influencer terhadap konten yang diunggah. Namun, dalam praktiknya penggunaan endorsement secara soft selling melalui influencer oleh notaris pada platform media sosial TikTok tidak memberikan dampak signifikan terhadap minat calon klien notaris. Tidak adanya dampak yang signifikan menyebabkan ketidakpastian terkait relevansi larangan-larangan dalam Kode Etik Notaris.

This thesis analyzes the use of soft-selling endorsements through influencers by notaries on the TikTok social media platform, focusing on the connection with the notary's position and the significance of its use. The preparation of this thesis uses a doctrinal method through a literature review supported by the results of interviews with informants, namely representatives of notaries, state banks, private banks, national companies, and multinational companies. Soft-selling is one approach that can be used in conducting endorsements through influencers. In the soft-selling approach, influencers as endorsers advertise goods or services by displaying image-oriented content so that there is an organic relationship between the influencer and the product from the goods or service provider. The existence of this approach creates new opportunities for notaries to publish and promote themselves without violating the provisions of the Notary Code of Ethics. This is due to the nature of the soft-selling approach which blurs the line between content that is an advertisement or not, so there are difficulties regarding the accountability of notary and influencers toward the uploaded content. However, in practice, the use of soft-selling endorsements through influencers by notaries on the TikTok social media platform does not have a significant impact on the interest of prospective notary clients. The absence of a significant impact caused uncertainty regarding the relevance of the prohibitions in the Notary Code of Ethics."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samantha Roria
"Media sosial saat ini tidak hanya digunakan sebagai media komunikasi personal melainkan juga media pemasaran barang dan jasa. Salah satu cara pemasaran yang seringkali digunakan dalam media sosial adalah melalui endorsement. Atas jasa endorsement yang diberikan, social media influencers akan mendapatkan imbalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pengenaan pajak penghasilan atas aktivitas endorsement oleh social media influencers. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dimana dalam pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa social media influencers yang memiliki penghasilan dibawah 4,8 Milyar per tahun dapat memilih untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto. Akan tetapi, kebijakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto sendiri memiliki isu perbedaan pandangan dalam penentuan KLU profesi yang sesuai untuk social media influencers, dimana mereka dapat tergolong dalam KLU Pekerja Seni dengan norma 50% dan KLU Kegiatan Hiburan, Seni, dan Kreativitas Lainnya dengan norma 35%. Adapun KLU yang sesuai untuk social media influencers adalah KLU Kegiatan Hiburan, Seni, dan Kreativitas Lainnya karena pada KLU ini mencakup profesi yang belum tercakup dalam KLU 90001 s.d 90005. Selain itu, dalam penerapan Norma Penghitungan Penghasilan Netto, besaran persentase norma bagi aktivitas endorsement oleh social media influencers yang ditetapkan dianggap belum mendekati keadaan yang sesungguhnya sehingga dianggap belum mencerminkan keadilan, maka perlu dilakukan penyempurnaan secara berkala agar besaran norma dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Tantangan pemajakan atas penghasilan yang diterima social media influencers yang dialami oleh otoritas pajak berkaitan dengan pengawasan dalam kepatuhan perpajakannya. Strategi untuk pengawasan diarahkan dengan menitikberatkan pada penggunaan teknologi untuk memperoleh data pembanding dan pengawasan yang jauh lebih mudah.

Social media is not just used as a personal communication however, it also used for goods and services marketing. One of the marketing strategies that is mostly used in promoting product is through endorsement by social media influencers. For the endorsement services that has been given, social media influencers will receive income from that activity. This research was conducted using a qualitative approach with descriptive research type. Data collection was carried out by study literature, field study, and in-depth interviews. The results showed that social media influencers whose income less than 4,8 Billion/year can choose using Norma Penghitungan Penghasilan Netto but, Norma Penghitungan Penghasilan Netto policy has different perspectives issue to determine KLU Profession that is appropriate for social media influencers where they are in group of KLU Pekerja Seni with norm 50% and KLU Kegiatan Hiburan, Seni, dan Kreativitas Lainnya with norm 35%. The appropriate KLU Profession for social media influencers is KLU Kegiatan Hiburan, Seni, dan Kreativitas Lainnya because that KLU covers profession that has not been cover in KLU 90001 until 90005. Furthermore, in application using Norma Penghitungan Penghasilan Netto, the amount percentage of the appropriate norms for endorsement activites by social media influencers is considered not close enough to the real situation so that it is considered not to reflect justice. It is necessary to make periodic improvements so that the amount of norms can reflect the actual situation. The challenge of taxing income received by social media influencers by tax authorities is related to monitoring in tax compliance. The strategy for monitoring is directed by emphasizing the use of technology to obtain comparative data and monitoring in an easier way."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitinjak, Maria Alga Palla
"Munculnya influencer media sosial yang membagikan berbagai aspek kehidupan pribadi mereka menunjukkan perubahan dalam mekanisme influencer endorsement di platform media sosial. Influencer memberikan pengikutnya banyak informasi tentang kehidupan pribadi mereka. Biasanya mereka merekomendasikan produk yang mereka pakai sehari-hari. Pola seperti ini digunakan influencer secara strategis agar bisa menyajikan realita pada pengikut mereka. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana online self-disclosure dalam konteks influencer endorsement berdasarkan lima dimensi self-disclosure, yaitu amount, valence, honesty, intent, dan depth. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus kualitatif dengan single case design atau studi kasus tunggal dengan menggunakan dokumen dan observasi konten influencer yang melakukan endorsement secara online atau non participant observation. Self-disclosure seorang influencer di Instagram memiliki peran penting dalam membangun intimasi dengan audiens dan menarik perhatian mereka terhadap pesan endorsement produk. Penting bagi para influencer dan pemasar untuk memperhatikan dimensi self-disclosure seperti amount, depth, honesty, intent, dan valence dalam strategi pemasaran mereka untuk mencapai hasil yang lebih efektif.

The emergence of social media influencers who share various aspects of their personal lives demonstrates a shift in the mechanism of influencer endorsement on social media platforms. Influencers provide their followers with a lot of information about their personal lives, often recommending products they use in their daily lives. This pattern is strategically used by influencers to present a sense of reality to their followers. The purpose of this study is to analyze online self-disclosure in the context of influencer endorsement based on five dimensions of self-disclosure: amount, valence, honesty, intent, and depth. The method employed in this study is a qualitative single case design approach, utilizing literature review and non-participant observation of influencer content endorsing products online. The self-disclosure of an influencer on Instagram plays a crucial role in building intimacy with the audience and capturing their attention towards product endorsement messages. It is important for influencers and marketers to consider dimensions of self-disclosure such as amount, depth, honesty, intent, and valence in their marketing strategies to achieve more effective results."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ladesi Henita
"Endorser atas jasanya mempromosikan produk dan jasa endorse (endorsement) milik pemberi kerja dibayar menggunakan uang, barang, ataupun jasa. Penghasilan tersebut berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan merupakan penghasilan yang harus dipotong pajak. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa pajak yang dikenakan berbeda dengan pajak promosi yang selama ini dilakukan di media konvensional, sehingga timbul persepsi bahwa perbedaan media tempat kegiatan promosi itu dilakukan menyebabkan perbedaan pajak yang harus dibayarkan oleh endorser. Skripsi ini membahas tiga permasalahan utama. Pertama mengenai apakah peraturan perpajakan di Indonesia telah mengakomodir penghasilan dari kegiatan promosi yang dilakukan di media sosial Kedua, bagaimana pemotongan dan penghitungan terhadap penghasilan dari kegiatan promosi di media sosial Dan ketiga, kewajiban apa yang dimiliki para pihak yang terlibat dalam kegiatan promosi di media sosial dalam pemotongan dan penghitungan pajak terhadap penghasilan dari kegiatan promosi di media sosial. Penelitian ini dilakukan dengan metode yuridis normatif, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peraturan perpajakan di Indonesia dalam mengatur pemotongan penghasilan dari kegiatan promosi di media sosial, bagaimana pemotongan dan penghitungan pajak tersebut dilakukan, serta mengetahui kewajiban atau peran apa yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan promosi yang dilakukan di media sosial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebenarnya pengaturan perpajakan di Indonesia tidak membedakan penghasilan dari media, kegiatan promosi yang dilakukan di media sosial dalam peraturan perpajakan di Indonesia tidak dibedakan dengan kegiatan promosi yang dilakukan di media konvensional. Pemotongan dan penghitungan pajak atas penghasilan dari kegiatan promosi di media sosial pengaturannya telah diakomodir oleh Undang-Undang Pajak Penghasilan.


Endorser for his services of promoting employer`s product and services being paid by money, goods, or services. The income, based on the Undang-Undang Pajak Penghasilan must be tax deducted.


The society considers that the tax imposed on income from promotion activities in conventional media is different from the tax imposed on income from promotion activities on social media, giving rise to a preception that the difference in media in which promotion activities are carried out causes a difference in tax that must be pay by Endorser. This thesis is discusses three main problems. First, about whether the tax regulations in Indonesia have accommodated income from promotion activities that is carried out in social media Second, how is the deduction and calculation of income from promotion activities in social media And third, what obligation they have to witholding taxes of income from promotion activities on social media. This research is conducted with a normative juridical method, the purpose of this study was to find out how tax regulations in Indonesia regulating the income deductions from promotion activities on social media, and know what the obligations or roles are carried out by the people who invlolved in promotion activities that is carried out on social media. The results of this study is indicate that the taxation arrangements in Indonesia do not differentiate the income from media. The promotion activities that is carried out on social media by the tax regulations in Indonesia are not differentiated from promotion activities that is carried out in conventional media. Witholding and calculating income tax from promotion activities on social media has been accomodated by the Undang-Undang Pajak Penghasilan.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Putri Hanafi
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang tahapan proses pemindahan makna, yaitu meaning acquisition, endorsement, dan consumption yang terdapat dalam celebrity endorsement serta bagaimana dimensi source characteristic, yaitu source credibility, source attractiveness, dan source power yang dimiliki oleh selebriti sebagai sumber pesan dapat mempengaruhi penerimaan makna dalam proses pemindahan makna tersebut. Penelitian ini menggunakan focus group discussion FGD pada delapan orang wanita dan memiliki hasil penelitian bahwa setidaknya terdapat dua tahapan dalam proses meaning transfer yang dipengaruhi maupun mempengaruhi source characteristic yaitu meaning acquisition, dan proses endorsement. Tahapan consumption merupakan tahapan terakhir yang menentukan apakah makna telah berhasil dipindahkan oleh selebriti kepada audiens atau belum dan tidak dipengaruhi ataupun mempengaruhi source characteristic. Dalam tahapan ini, audiens bisa mendapatkan makna yang disampaikan brand melalui selebriti ataupun tidak tergantung dari kesesuaian selebriti dengan brand personality dan kesesuaian pengalaman yang didapatkan audiens pada saat menggunakan produk tersebut dengan apa yang dikomunikasikan oleh selebriti. Sehingga sangat penting untuk perusahaan dalam mempertimbangkan untuk memilih selebriti yang sesuai dengan personality yang dimiliki oleh brand yang akan diwakili, agar proses pemindahan makna dapat terjadi dengan efektif dan pelanggan dapat menerima makna yang diharapkan oleh brand melalui penggunaan atau konsumsi dari produk yang ditawarkan oleh brand.

ABSTRACT
This research discusses the stages of meaning transfer process, such as meaning acquisition, endorsement, and consumption in celebrity endorsement and how source characteristic dimension, such as source credibility, source attractiveness, and source power possessed by celebrities as the source of the message can affect how meaning acquire in meaning transfer process. This research uses focus group discussion FGD on eight women and has the result that there are at least two stages in the meaning transfer process that affect and influenced source characteristic, such as meaning acquisition, and endorsement process. The consumption phase as the last stage that determines whether the meaning has been successfully transferred by celebrity to the audience or not, are not influenced or affect source characteristic. At this stage, the audience can successfully receive the brand 39 s meaning through celebrities depends on the suitability of celebrity with brand personality, and also depends on the experience that audience receive when consuming the product compared to what has been communicated by celebrity. So, it is important for companies to consider selecting celebrities that match the brand personality so that meaning transfer process can function effectively and consumer can receive meaning as expected by the brand through products consumption."
2018
T51535
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Aliya Putri Subiyandono
"Celebrity endorsements have been heavily used by brands, including luxury fashion brands, to create brand identity and value for a stronger connection with their consumers. With the sustained growth of the luxury goods market in the Asia Pacific region, the younger asian market will be an even more important target for luxury brands. This prompted major fashion houses to work with Asian celebrities, such as the case of Chanel with BLACKPINK’s Jennie Kim. This study will use qualitative methods of secondary research and content analysis, more specifically data from Instagram, Youtube, and official websites. By using Keller’s Brand Resonance Model, this study aims to find the effectiveness of celebrity endorsement as a marketing strategy and whether or not it can create resonance or active and loyal relationships between a brand and its customers. Through the analysis of Jennie Kim’s endorsement with Chanel using the Brand Resonance Model, this study found that celebrity endorsements are especially effective in creating salience and brand imagery and that in order to create stronger resonance more quickly it should be mixed with other marketing strategies. Overall this study is held in order to give insight on celebrity endorsements as a marketing strategy for brands.

Celebrity endorsement telah banyak digunakan oleh merek dan perusahaan, termasuk merek fashion mewah, untuk menciptakan identitas merek dan nilai-nilai untuk hubungan yang lebih kuat dengan konsumen mereka. Dengan pertumbuhan stabil dari pasar barang mewah di kawasan Asia Pasifik, pasar anak muda di Asia akan menjadi target yang lebih penting bagi merek-merek mewah. Ini mendorong rumah mode besar untuk bekerja dengan selebriti Asia, seperti kasus Chanel dengan Jennie Kim BLACKPINK. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif berupa penelitian sekunder dan analisis konten, lebih spesifiknya dengan data dari Instagram, Youtube, dan situs resmi. Dengan menggunakan Model Resonansi Merek milik Keller, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan celebrity endorsement sebagai strategi pemasaran dan dapat tidaknya strategi ini menciptakan resonansi atau hubungan aktif dan loyal antara suatu merek dan pelanggannya. Melalui analisis kasus Jennie Kim dengan Chanel menggunakan Model Resonansi Merek, penelitian ini menemukan bahwa dukungan selebriti sangat efektif dalam menciptakan arti-penting (resonance) dan citra merek (brand imagery), dan untuk menciptakan resonansi yang lebih kuat dengan lebih cepat, sebaiknya celebrity endorsement dicampur dengan strategi pemasaran lainnya. Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan untuk memberikan wawasan tentang celebrity endorsement sebagai strategi pemasaran merek."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Ria Ramadhan
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh social media influencer attributes dan content esthetic terhadap attitude toward endorsed brand dan brand link click behavior pada brand fashion lokal dengan mediasi followers’ brand content engagement untuk pengguna Instagram berusia 17 – 35 tahun di Jabodetabek. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menginvestigasi faktor social media influencer attributes apa yang mempengaruhi attitude toward endorsed brand dan brand link click behavior melalui followers’ brand content engagement. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode partial least square - structural equation modeling (PLS-SEM). Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa contributing dapat memediasi hubungan similarity dan followers’ attitude, trustworthiness dan content esthetic memberikan pengaruh terhadap followers’ attitude, followers’ attitude dapat memediasi hubungan antara contributing dan link click behavior, dan followers’ engagement memberikan pengaruh langsung terhadap terjadinya brand link click behavior. 

This research aims to analyze the influence of social media influencer attributes and content aesthetics on attitude toward endorsed brands and brand link click behavior in local fashion brands, mediated by followers' brand content engagement for Instagram users aged 17–35 in Jabodetabek. In this study, the researcher intends to investigate which social media influencer attributes affect attitude toward endorsed brands and brand link click behavior through followers' brand content engagement. This research is a quantitative study using the partial least square - structural equation modeling (PLS-SEM) method. The results of this study found that contributing can mediate the relationship between similarity and followers' attitude, trustworthiness and content aesthetics influence followers' attitude, followers' attitude can mediate the relationship between contributing and link click behavior, and followers' engagement directly affects brand link click behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricardo Taufano
"Upaya membangun brand melalui individu-individu yang ada dalam perusahaan seperti CEO dan karyawan memunculkan fenomena baru, yaitu selebriti CEO. Sebagai seorang CEO dan pendiri dari perusahaan Bukalapak, Achmad Zaky mendapat predikat sebagai selebriti CEO karena pemberitaan media terkait peran dan prestasinya dalam memimpin perusahaan. Pada Februari 2019, Achmad Zaky mengunggah konten di Twitter yang dinilai bermuatan politis sehingga memicu respon khalayak melalui tagar #UninstallBukalapak di media sosial. Menurut Scheidt et. al. (2017), selebriti CEO dilihat sebagai juru bicara yang merepresentasikan nilai perusahaan dengan suara yang mampu membuat publik ingin mendengarkan. Dengan memanfaatkan media sosial, seorang selebriti CEO dapat menyampaikan informasi terkait perusahaan maupun kehidupan pribadinya yang pada akhirnya membentuk persepsi khalayak. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode survei untuk membuktikan pengaruh selebriti CEO Achmad Zaky terhadap atribut Bukalapak melalui akun Instagram @achmadzaky. Populasi dalam penelitian ini merupakan irisan dari pengguna Instagram yang mengikuti baik akun @achmadzaky dan @bukalapak. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 responden, dengan metode purposive sampling. Analisis data dilakukan melalui uji regresi menggunakan software SPSS. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari endorsement Achmad Zaky terhadap atribut brand Bukalapak melalui media sosial. Temuan dalam penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 15 dari 16 dimensi atribut yang berpengaruh dari Achmad Zaky ke brand Bukalapak. Atribut yang berpengaruh ini meliputi sukses, inovatif, toleran, dapat dipercaya, transparan, stabil, kreatif, progresif, disukai, kredibel, tangkas, profesional, internasional, bertanggungjawab, dan otentik, sedangkan atribut terkenal Achmad Zaky tidak memengaruhi perusahaan Bukalapak. Temuan juga menunjukkan bahwa aktivitas media sosial yang memengaruhi persepsi khalayak meliputi dimensi hiburan, interaksi, kustomisasi, tren, dan getok tular (word of mouth)

The endeavor to build the brand thorugh individuals in the organization such as CEO and workers brought up a new phenomenon, that is CEO celebrity. As a CEO and founder of Bukalapak, Achmad Zaky got the celebrity predicate from media coverage of his role and achievements in leading the company. On February 2019, Achmad Zaky post a content on Twitter that is percived as political which triggered responses through #UninstallBukalapak hashtag on social media. According to Scheidt et al. (2017), a CEO celebrity is perceived as a spokesperson who represents a companys value with a voice that is capable to make the public to listen. Through social media, a CEO celebrity can convey information about the company or their personal life which in the end shape the audiences perception. This quantitative research uses survey methodology to prove CEO celebrity Achmad Zaky effects on Bukalapaks attribute through Instagram account @achmadzaky. The research population is people who follow both Instagram accounts, @achmadzaky and @bukalapak. The sample of this research consist of 100 respondents, using porposive sampling technique. The data were analyzed through regression analysis using SPSS software. The result shows that there is a significant effect from Achmad Zaky endorsement on Bukalapaks brand attributes through social media. The findings in this research shows that there are 15 from 16 attributes from CEO clebrity Achmad Zaky that affect Bukalapak. The attributes that affect the brand attributes include success, innovative, tolerant, trustworthy, transparent, stable, creative, progressive, likeable, credible, agile, professional, international, responsible, and authentic, while famous attribute is not being transferred from Achmad Zaky to Bukalapak. Dimensions of social media activity that play in CEO celebrity effect includes entertainment, interaction, customization, trend, and word of mouth."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>