Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138329 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rebecca Darryl Cynthia S.
"Kanker kolorektal merupakan kanker di kolon dan rektum dan termasuk kanker terbanyak keempat di Indonesia dengan insidensi sekitar 34.000 kasus setiap tahunnya. Salah satu faktor risiko kanker kolorektal adalah merokok yang mengandung banyak zat karsinogen, salah satunya nikotin. Nikotin bisa meningkatkan proliferasi sel, memicu mutasi DNA, inflamasi sistemik, dan menyebabkan stres oksidatif pada jaringan kolorektal, tetapi penelitian mengenai gambaran kebiasaan merokok pada pasien kanker kolorektal di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pasien kanker kolorektal usia 40-70 tahun di Indonesia secara spesifik di RS Cipto Mangunkusumo. Desain penelitian ini adalah potong lintang deskriptif dan penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner yang diadaptasi dari “Kuesioner Individu Riskesdas 2018” melalui Google Form kepada pasien kanker kolorektal usia 40-70 tahun yang terdata di rekam medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo lalu hasil kuesioner tersebut dianalisis lebih lanjut. Terdapat 51 subjek penelitian yang menjawab pertanyaan kuesioner hingga selesai dan lengkap. Terdapat 17 dari 51 pasien (33,3%) yang memiliki riwayat merokok sebelumnya, 5 dari 12 pasien (41,7%) yang menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari, 11 dari 17 pasien (64,7%) yang durasi merokoknya lebih dari 30 tahun, dan jenis rokok yang paling banyak dihisap adalah rokok kretek (41,2%).

Colorectal cancer is cancer in the colon and rectum and the fourth most common cancer in Indonesia with an incidence of around 34.000 cases each year. One of the risk factors for colorectal cancer is smoking that contains many carcinogenic, for example nicotine. Nicotine can increase cell proliferation, trigger DNA mutations, systemic inflammation, and cause oxidative stress in colorectal tissue but research regarding the description of smoking habits in colorectal cancer patients in Indonesia is still very limited. This study aims to determine the smoking habits of colorectal cancer patients aged 40-70 years in Indonesia specifically at Cipto Mangunkusumo Hospital. The design of this research was cross sectional descriptive and was carried out by distributing questionnaires adapted from the “Kuesioner Individu Riskesdas 2018” via Google Form to colorectal cancer patients aged 40-70 years who were recorded in the Cipto Mangunkusumo Hospital medical records. There were 51 research subjects who answered the questionnaire questions completely. There were 17 of 51 patients (33,3%) who had a previous history of smoking, 5 of 12 patients (41,7%) who smoke less than 10 cigarrette per day, 11 of 17 patients (64,7%) whose duration of smoking was more than 30 years, and the type of cigarette that is most often smoked is kretek cigarettes (41,2%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rebecca Darryl Cynthia
"Kanker kolorektal merupakan kanker di kolon dan rektum dan termasuk kanker terbanyak keempat di Indonesia dengan insidensi sekitar 34.000 kasus setiap tahunnya. Salah satu faktor risiko kanker kolorektal adalah merokok yang mengandung banyak zat karsinogen, salah satunya nikotin. Nikotin bisa meningkatkan proliferasi sel, memicu mutasi DNA, inflamasi sistemik, dan menyebabkan stres oksidatif pada jaringan kolorektal, tetapi penelitian mengenai gambaran kebiasaan merokok pada pasien kanker kolorektal di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pasien kanker kolorektal usia 40-70 tahun di Indonesia secara spesifik di RS Cipto Mangunkusumo. Desain penelitian ini adalah potong lintang deskriptif dan penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner yang diadaptasi dari “Kuesioner Individu Riskesdas 2018” melalui Google Form kepada pasien kanker kolorektal usia 40-70 tahun yang terdata di rekam medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo lalu hasil kuesioner tersebut dianalisis lebih lanjut. Terdapat 51 subjek penelitian yang menjawab pertanyaan kuesioner hingga selesai dan lengkap. Terdapat 17 dari 51 pasien (33,3%) yang memiliki riwayat merokok sebelumnya, 5 dari 12 pasien (41,7%) yang menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari, 11 dari 17 pasien (64,7%) yang durasi merokoknya lebih dari 30 tahun, dan jenis rokok yang paling banyak dihisap adalah rokok kretek (41,2%).

Colorectal cancer is cancer in the colon and rectum and the fourth most common cancer in Indonesia with an incidence of around 34.000 cases each year. One of the risk factors for colorectal cancer is smoking that contains many carcinogenic, for example nicotine. Nicotine can increase cell proliferation, trigger DNA mutations, systemic inflammation, and cause oxidative stress in colorectal tissue but research regarding the description of smoking habits in colorectal cancer patients in Indonesia is still very limited. This study aims to determine the smoking habits of colorectal cancer patients aged 40-70 years in Indonesia specifically at Cipto Mangunkusumo Hospital. The design of this research was cross sectional descriptive and was carried out by distributing questionnaires adapted from the “Kuesioner Individu Riskesdas 2018” via Google Form to colorectal cancer patients aged 40-70 years who were recorded in the Cipto Mangunkusumo Hospital medical records. There were 51 research subjects who answered the questionnaire questions completely. There were 17 of 51 patients (33,3%) who had a previous history of smoking, 5 of 12 patients (41,7%) who smoke less than 10 cigarrette per day, 11 of 17 patients (64,7%) whose duration of smoking was more than 30 years, and the type of cigarette that is most often smoked is kretek cigarettes (41,2%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardy Wildan
"Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan penyakit keganasan ketiga terbanyak di dunia dan memiliki mortalitas yang cukup tinggi terutama bila ditemukan pada stadium lanjut. Kesintasan pasien KKR stadium IV dan faktor yang berhubungan perlu diketahui untuk menentukan perbaikan pada tata laksana KKR. Tujuan. Mengetahui kesintasan satu tahun pasien kanker kolorektal stadium IV serta hubungan usia, lokasi tumor, lokasi metastasis, kemoterapi, terapi target, serta diferensiasi tumor dengan kesintasan dalam satu tahun Metode. Penelitian dilakukan dengan metode kohort retrospektif dengan subyek penelitian pasien kanker kolorektal stadium IV yang berobat ke RSCM sejak Januari 2018 hingga Mei 2020. Data pasien dan faktor yang berhubungan diambil dan dilakukan pengamatan selama 1 tahun sejak pasien pertama kali terdiagnosis stadium IV. Kesintasan dinilai dengan metode Kaplan-Meier dan dilanjutkan dengan uji log-rank untuk faktor yang berhubungan. Hasil. Penelitian ini berhasil mengumpulkan 214 subyek dengan kesintasan 1 tahun sebesar 43% dengan median kesintasan 11 bulan. Pasien yang memiliki berat badan kurang [HR 1,495; IK 1,028-2,173; (p=0,035)] dan tidak mendapatkan kemoterapi [HR 4,466; IK 3,027-6,588; (p=<0,001)] merupakan faktor yang bermakna secara statistic terhadap kesintasan satu tahun pasien KKR stadium IV di RSCM. Kesimpulan. Kesintasan satu tahun pasien KKR stadium IV di RSCM hampir sama dengan negara Asia lain. Pemberian kemoterapi dan berat badan kurang memiliki hubungan yang signifikan dengan mortalitas KKR stadium IV.
Background. Colorectal cancer is the third most common types of cancer in the world. Colorectal cancer has high mortality especially when found in later stage. The survival and its associated factors should be known to improve the cancer treatment. Objective. This study was undertaken to document one year survival for colorectal cancer and whether age, tumor side, metastatic location, chemotherapy, targeted therapy, and tumor differentiation are associated with one year survival. Methods. This study is a retrospective cohort study. The subjects are stage IV colorectal cancer patients in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo since January 2018-May 2020. Data of patients and its mortality status within one year is documented since the patients diagnosed with stage IV colorectal cancer. Survival was done using Kaplan-Meier method and continued with log-rank test. Result. We collected 214 subjects and 1 year survival rate is 43% with survival median of 11 months. Patients who are underweight [HR 1,495; 95% CI 1,028-2,173; (p=0,035)] and did not received chemotherapy [HR 4,466; 95% CI 3,027-6,588; (p=<0,001)] were associated with one year survival of mCRC in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Conclusion. One year survival for mCRC in RSUPN Cipto Mangunkusumo is similar to other Asian countries. Chemotherapy and underweight were associated with survival in 1 year observation."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Afidah Bitari
"Latar Belakang : Kejadian kanker kolorektal dan hubungannya terhadap faktor sosiodemografi, hereditas dan gaya hidup mendorong banyak asumsi namun belum banyak penelitian yang sejenis dilakukan di Indonesia.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara faktor sosiodemografi, hereditas dan gaya hidup pada pasien kanker kolorektal di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Desain studi : 40 kasus pasien kanker kolorektal dibandingkan dengan 40 kontrol pasien non kolorektal yang berobat rawat jalan pada periode November 2013-Juni 2014.
Hasil : Kanker kolorektal berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi. Riwayat keluarga pada tingkat pertama juga berhubungan dengan kejadian kanker kolorektal. Ditemukan hubungan antara pola konsumsi daging merah dan makanan olahan serta konsumsi sayur dalam jumlah cukup dapat mengurangi risiko kanker kolorektal.
Kesimpulan : pola konsumsi daging merah dan makanan olahan dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal.

Background : Associations between colon and rectal cancer and Sociodemographic, heredity and lifestyle factor have stimulated much debate and limited to find in Indonesia.
Objective: examined the association between sociodemographic, heredity, and lifestyle and colorectal cancer among patient in in doctor Cipto Mangunkusumo hospital.
Design : Data from 40 incident cases of colorectal cancer were compared with data from 40 hospital control around November 2013 until June 2014.
Result : Colorectal cancer associated with social economy status, heredity in first degree, consumption of red meat and processed foods whereas a high intake of vegetable was directly associated with a decreased risk of colorectal cancer.
Conclusions: The results suggest that red meat and processed foods strongly correlated with colorectal cancer.
"
Depok: [Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2014
S57434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keisha Samira
"Latar Belakang Kanker adalah penyebab kematian secara global dan merupakan penyebab utama kematian pada anak. Dampaknya besar pada anak-anak di negara berpenghasilan rendah dengan tingkat kelangsungan hidup di bawah 30% akibat diagnosis terlambat, pengobatan yang tidak memadai, dan diagnosis tidak tepat. Hingga saat ini, belum ada publikasi terkait epidemiologi kanker anak pada pasien RSCM. Metode Penelitian ini adalah studi deskriptif mengenai epidemiologi kanker pada anak di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2017 sampai dengan 2022. Penelitian ini menggunakan rekam medis dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Hasil Di RSCM, terdapat 1699 kasus kanker anak pada tahun 2017-2022. Sepuluh kasus kanker anak tertinggi adalah leukemia limfositik akut (630 kasus, 39,5%), diikuti oleh leukemia mieloid akut (311 kasus, 19,5%), retinoblastoma (221 kasus, 13,8%), tumor tulang (100 kasus, 6,3%), neuroblastoma (81 kasus, 5,1%), limfoma non-Hodgkin (73 kasus, 4,6%), rhabdomiosarcoma (70 kasus, 4,4%), leukemia mieloid kronik (54 kasus, 3,4%), hepatoblastoma (31 kasus, 2,0%), dan tumor otak (23 kasus, 1,5%). Pasien laki-laki memiliki kemungkinan 1,3 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker (971 kasus, 57,1%). Pasien dengan kategori usia 0-5 tahun mempunyai prevelansi kanker paling tinggi (881 kasus, 51,9%), dan kebanyakan berdomisili di DKI Jakarta (552 kasus, 32,5%). Luaran pasien kebanyakan pada tahap loss-to-follow-up (664 kasus, 39,0%), dan 2021 adalah tahun dengan kasus terbanyak (335 kasus, 19,7%). Kesimpulan Dengan mengetahui epidemiologi kanker anak di RSCM, dapat dibuat sebuah strategi untuk prioritas penanganan kasus kanker tertinggi pada anak. Lalu, menjaga database yang terkini dengan melakukan follow-up secara berkala untuk mendapatkan data yang akurat mengenai relaps, kematian, penyembuhan, dan lost-to-follow-up dan dibutuhkan sebuah studi epidemiologi multi-senter yang mencakup prevalensi kanker anak di Indonesia untuk memperbaiki penanganan kanker anak.

Introduction Cancer is a leading global cause of death, particularly among children. Its impact is substantial in low-income countries, where survival rates are below 30% due to delayed diagnosis, inadequate treatment, and misdiagnosis. To date, there have been no publications regarding the epidemiology of childhood cancer in RSCM patients. Method This research is a descriptive study on the Epidemiology of Childhood Cancer at dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from 2017 to 2022. This study utilizes medical records from the Department of Pediatrics at RSCM. Results At RSCM, there were 1699 cases of childhood cancer from 2017 to 2022. The top ten childhood cancer cases were acute lymphoblastic leukemia (630 cases, 39.5%), followed by leukemia mieloid akut(311 cases, 19.5%), retinoblastoma (221 cases, 13.8%), bone tumors (100 cases, 6.3%), neuroblastoma (81 cases, 5.1%), non-Hodgkin lymphoma (73 cases, 4.6%), rhabdomyosarcoma (70 cases, 4.4%), chronic myeloid leukemia (54 cases, 3.4%), hepatoblastoma (31 cases, 2.0%), and brain tumors (23 cases, 1.5%). Male patients have a 1,3 times higher likelihood of experiencing cancer (971 cases, 57.1%). Patients in the 0-5 age group have the highest cancer prevalence (881 cases, 51.9%), and most of them reside in Jakarta (552 cases, 32.5%). The majority of patients had an outcome classified as loss-to-follow-up (664 cases, 39.0%), and 2021 had the highest number of cases (335 cases, 19.7%). Conclusion By understanding the epidemiology of childhood cancer at RSCM, a strategy can be developed to prioritize the management of the highest cases of childhood cancer. Maintaining an up-to-date database by conducting regular follow-ups is essential to obtain accurate data on relapses, deaths, recoveries, and cases lost to follow-up. A multicenter epidemiological study that includes the prevalence of childhood cancer in Indonesia is needed to improve the management of childhood cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marini
"Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia maka populasi usia Ianjut pun semakin bertambah. Menjalani masa tua dengan bahagia dan sejahtera merupakan dambaan semua orang. Keadaan ini hanya dapat dicapai bila merasa sehat secara fisik, mental (jiwa) dan sosial. Berkaitan dengan kesehatan jiwa ini salah satunya adalah penyakit dcpresi. Depresi mcrupakan pcnyakit gangguanjiwa dengan prevalensi terbesar pada usia lanjut dan dan diperkirakan sampai 40% tidak terdiagnosa padahal dengan diagnosa awal dan terapi segera dapat menaikkan kualilas hidup, status fungsional dan mencegah kematian dini pada usia lanjut. Untuk mengctahui apa pcnycbabnya maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mcngctahui faktor-faktor risiko yang bcrhubungan dcngan dcprcsi pada usia lanjut di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi).
Metodologi pada penelitian ini merupakan disain kasus kontrol dengan menggunakan data sekunder melalui penelusuran rekam medik pasien gcriatri di poli geriatri rumah sakil Cipro Mangunkusumo pada tahun 2006 - tahun 2008. Populasi penelilian adalah seluruh pasien usia lanjut di poli geriatri rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Sampel adalah pasien usia Ianjur di poli geriatri RSUPN-CM yang menderila diagnosa depresinya dan telah ditegakkan diagnosanya oleh departemen psikiatri RSUPN-CM scbagai kasus dan kontrol adalah pasien usia Ianjut di poli geriatri RSUPN-CM yang tidak depresi. Jumlah sampel dalam penelitian ini 105 kasus dan 2I0 kontrol. Entri data, pengolahan dan analisis data menggunakan SPSS
Hasil penelitian mcnunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian depresi pada usia lanjum adalah kcmandirian (OR = 2,008. 95% Cl I,239 - 3253) dan dukungan sosial (OR = l_724_ 95% C`| 1.065 - 2.79l). Variabel kemandirian merupakan variabel yang lebih kuat pengaruhnya terhadap kejadian depresi dibandingkan variabel dukungan sosial. Variabel yang tidak berhubungan dengan kqiadian depresi pada usia lanjut adalah usia, jcnis kclamin. status perkawinan, tingkat pendidikan, obat resep dokter yang diminum rutin, kegiatan keagamaan, keadaan ekonomi dan riwayar pekerjaan.
Dari temuan pada penelitian ini disarankan untuk mcningkatkan pembinaan dan pcrhatian lerhadap kcbutuhan usia Ianjul agar usia Ianjut hidup mandiri, produktif dan tetap berperan aktif dalam kehidupan serta diperlukan penelitian kasus kontrol lanjutan dengan menggunakan sampel yang lebih besar.

With growing of a spark of life age in indonesia hence old age population even also progressively increase. Experiencing a period to old happyly and securc and prosperous is everybody hungering. This situations only can reach by if feeling lit by lisik. bouncing (social and mental). Relating to health of this head one of them is disease of depresi. Depresi is disease of head trouble with biggest prevalensi at old age and estimated until 40% do not diagnosa though with diagnosa early and therapy immediately can boost up the quality of lil' e, functional status and prevent death early at old age. To know what the cause of hence conducted by this research with aim to to know risk factors related to depresi at old age in region of Jabodetabek ( Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and ol' Bekasi).
Methodologies this research is to bc designed by case control by using data of sekunder through of patient sis record of geriatri in hospital geriatri poli of Cipto Mangunkusumo in the year 2006 - year 2008. Research population is entire old age patient in hospital geriatri poli of`Cipto Mangunkusumo. Sampel is old age patient in RSUPN-CM geriatri poli which suffering the diagnosa of him and have been upheld the by him of by psychiatry department of RSUPN-CM as control and case is old age patient in RSUPN-CM geriatri poli which do not depresi. Amount oi" sampel in this researchs t05 ease and 2I0 control. Data Entri, data analysis and processing use SPSS version I3.0.
Research result indicatc that variable rclatcd to occurcncc of depresi at old age is independence ( OR = $2,008. 95% CI l,239 - 3,253) and social support ( OR = l.724. 95% Cl l.065 - 2,79l). independence variable is stronger variable ofinfluence of to occurcncc ofdepresi compared to social support variable. Variable which do not relate to occurence of depresi at old age is age, gender, marriage status. education level. drinkcd by doctor recipe drug is routine, religious activity. situation ofwork history and economics.
Of finding at this research is suggested to improve attcntion and construction to requirement of old agc so that self-supponing life old age. ad for and remain to share active in life is and also needed by research of case control continuation by using larger ones sampel.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T33823
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Nur Komarudin
"Latar Belakang
Kanker ginekologi dan infeksi COVID-19 memiliki tingkat insidensi dan mortalitas yang tinggi di Indonesia serta berdampak pada aspek kesehatan, sosial, dan budaya. Kanker ginekologi dan infeksi COVID-19 memicu inflamasi yang dapat mengakibatkan ganguan multi-organ. Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan sebagai indikator keparahan untuk menilai inflamasi dan kerusakan organ. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas mengenai analisis kakteristik klinis dan hasil laboratorium pasien kanker ginekologi dengan COVID-19.
Metode
Metode yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah deskritif dan analitik dengan pendekatan potong lintang retrospektif.
Hasil
Tingkat insidensi pasien kanker ginekologi dengan COVID-19 2020-2022 sebesar 154 per 100.000. Kanker serviks (54,3%) menjadi diagnosis terbanyak diikuti dengan kanker ovarium (28,7%), kanker rahim (14,9%), kanker vulva (1,1%), dan kanker vagina (1,1%). Stadium III (37,2%) menjadi yang terbanyak diikuti stadium IV (26,6%), stadium I (20,2%), stadium II (16%). Karakteristik klinis dan hasil laboratorium yang memiliki hubungan signifikan dengan stadium kanker adalah obesitas (OR 0,321; CI 0,125-0,826; P value 0,018), neutrofil absolut tinggi (OR 5,006; Cl 95%, 1,307 – 19,176; P value 0,019), ureum tinggi (OR 3,977; Cl 95%, 1,112 – 14,224; P value 0,034), dan platelet to leucocyte ratio (PLR) tinggi (OR 7,379; 95% CI 2,067-26,466; P value 0,002). Karakteristik klinis dan hasil laboratorium yang memiliki hubungan signifikan dengan derajat keparahan COVID-19 adalah sesak napas (OR 12,364; Cl 95%, 4,148 – 36,848; P value <0.001) dan PLR tinggi (OR 6,787; 95% CI 1,103 - 41,774; P value 0,039).
Kesimpulan
Karakteristik klinis dan hasil laboratorium yang dapat dikaitkan sebagai indikator keparahan berdasarkan stadium kanker ginekologi adalah obesitas, neutrofil absolut tingg, ureum dan PLR tinggi. Karakteristik klinis dan hasil laboratorium yang dapat dikaitkan dengan indikator keparahan berdasarkan derajat keparahan COVID-19 adalah sesak napas dan PLR tinggi.

Introduction
Gynecologic cancer and COVID-19 infection have high incidence and mortality rates in Indonesia and impact health, social and cultural aspects. Gynecological cancers and COVID-19 infections trigger inflammation that can lead to multi-organ disorders. Laboratory tests can be used as an indicator of severity to assess inflammation and organ damage. Therefore, this study will discuss the analysis of clinical characteristics and laboratory results of gynecological cancer patients with COVID-19.
Method
The method used in this study is descriptive and analytic with a retrospective cross- sectional approach.
Results
The incidence rate of gynecologic cancer patients with COVID-19 2020-2022 was 154 per 100,000. Cervical cancer (54.3%) was the most common diagnosis followed by ovarian cancer (28.7%), uterine cancer (14.9%), vulvar cancer (1.1%), and vaginal cancer (1.1%). Stage III (37.2%) was the most common followed by stage IV (26.6%), stage I (20.2%), stage II (16%). Clinical characteristics and laboratory results that had a significant association with cancer stage were obesity (OR 0,321; CI 0,125-0,826; P value 0,018), high absolute neutrophils (OR 5.006; 95% CI, 1.307-19.176; P value 0.019), high high ureum level (OR 3.977; 95% CI, 1.112-14.224; P value 0.034), and high PLR (OR 7.379; 95% CI 2.067-26.466; P value 0.002). Clinical characteristics and laboratory results that had a significant association with COVID-19 severity were shortness of breath (OR 12.364; Cl 95%, 4.148 - 36.848; P value <0.001) and high PLR (OR 6.787; 95% CI 1.103 - 41.774; P value 0.039).
Conclusion Clinical characteristics and laboratory results associated with gynecologic cancer stage were obesity, high absolute neutrophils, high ureum level, and high PLR. Clinical characteristics and laboratory results associated with COVID-19 severity were shortness of breath and high PLR.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariansah Margaluta
"Pada kanker kolorektal dengan metastasis hati, pemilihan regimen kemoterapi memiliki peranan penting dalam manajemen penyakit. Cetuximab diberikan pada KKR dengan gen KRAS wild-type. Studi ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas Cetuximab pada KKR metastasis dinilai dari respon pengobatan berdasarkan CT-Scan dan kriteria RECIST. Studi ini merupakan studi deskriptif analitik retrospektif dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien di RSCM dalam 3 tahun terakhir (januari 2015 – desember 2017). Dari 19 subjek, sebagian besar merupakan laki-laki dengan respon stabil pada seluruh variabel faktor (IMT normal, SGA B, tumor sisi kanan, hemikolektomi kanan, irinotecan-based agent, performance status karnofsky 80-90, derajat histologi diferensiasi sedang, dan WHO grade toxicity 0-1). Tidak didapatkan adanya respon komplit berdasarkan kriteria RECIST dan faktor yang bermakna secara statistik (p>0,05) terhadap pengaruh efektivitas Cetuximab pada kanker kolorektal metastasis hati. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut tidak memengaruhi efektivitas Cetuximab pada pasien kanker kolorektal metastasis hati.

The choice of chemotherapy has an important role to manage a liver metastatic colorectal cancer (mCRC). Based on the newest recommendation, Cetuximab are suggestive to be given to mCRC patients with RAS wild-type. Therefore, the aim of this study is to investigate the contributing factors affecting the efficacy of Cetuximab in mCRC patients response based on CT-Scan and RECIST criteria. This study is a retrospective descriptive analtical study with cross sectional design using secondary data from RSCM’s medical records in the last 3 years (january 2015 – december 2017). From 19 subjects included in this study, most of the subjects are male with stabile disease (SD) response in all of the variable factors (normal BMI, SGA B, right-sided tumor, right-hemicolectomy, irinotecan-based chemotherapy agent, performance status Karnofsky 80-90, moderately-differentiated tumor, adn WHO grade toxicity 0-1). Complete response were not found in this study based on RECIST criteria. There were no significant factors (p>0.05) affecting the efficacy of Cetuximab in liver mCRC patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Satriani
"Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan tumor ganas saluran cerna dan menjadi penyebab kematian keempat terbanyak akibat penyakit keganasan di seluruh dunia. Gejala klinik KKR sering tidak spesifik mengakibatkan sebagian besar kasus terdiagnosis pada stadium lanjut. Kolonoskopi masih digunakan sebagai baku emas penegakan diagnosis KKR, namun terdapat kendala akses pasien untuk kolonoskopi akibat keterbatasan fasilitas. Pemeriksaan darah samar merupakan metode penapisan awal KKR yang relatif murah dan tidak invasif. Pemeriksaan darah samar yang sering dilakukan menggunakan metode guaiac-based FOBT (gFOBT) atau Fecal Immunochemical Tes (FIT). Sistem skoring Asia Pasific Colorectal Cancer Screening (APCS) merupakan suatu cara untuk meningkatkan efisiensi penapisan pasien berdasarkan data umur, jenis kelamin, riwayat keluarga menderita neoplasma kolorektal, dan riwayat merokok. Saat ini di Indonesia belum diketahui peran kombinasi sistem skoring APCS dan pemeriksaan darah samar feses untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penapisan karsinoma kolorektal di Indonesia. Penelitian ini menganalisis kombinasi pemeriksaan darah samar feses dan skor APCS dibandingkan dengan histopatologi sebagai baku emas. Penelitian ini memeriksa 78 pasien tersangka KKR yang diperiksa darah samar feses metode gFOBT dan FIT, dihitung skor APCS dan dilakukan biopsi kolonoskopi. Pemeriksaan FIT memiliki nilai prediktif yang lebih tinggi dibandingkan metode gFOBT. Hasil uji diagnostik kombinasi pemeriksaan darah samar feses dengan skor APCS ≥ 2 menunjukkan kombinasi skor APCS dengan metode FIT memiliki nilai spesifisitas, prediksi positif, prediksi negatif yang lebih tinggi dibandingkan kombinasi metode gFOBT dan skor APCS ≥ 2.

Colorectal carcinoma (CRC) is a malignant tumor of the digestive tract and the fourth cause of death due to malignancy throughout the world. The clinical symptoms of CRC are not specific resulting in advanced stage when first diagnosed. Colonoscopy is used as the gold standard for the diagnosis of CRC, but there are difficulties for patient to access colonoscopy due to limited facilities. Occult blood test is relatively cheap and non-invasive initial screening methods. Occult blood test is often done using the guaiac-based (gFOBT) or Fecal Immunochemical Test (FIT) methods. The Asia-Pacific Colorectal Cancer Screening (APCS) scoring system is a tool to increase patient screening efficiency based on risks factor developed in the Asia-Pacific region, including age, sex, family history of colorectal neoplasm, and smoking history. At present the role of the APCS scoring system and fecal occult blood test to increase effectiveness and efficiency of colorectal carcinoma screening in Indonesia is still unknown. This study was aimed to analyze the combination of feccal occult blood test with APCS score showed in accordance with histopatology results. FIT has better predictive value compared to gFOBT. Combination of APCS score ≥ 2 and FIT is also gives higher specificity, positive predictive value, and negative predictive value compared when combined with gFOBT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rinto Hariwibowo
"Variasi ukuran, bentuk, dan lokasi dapat mempersulit dalam penentuan tindakan pembedahan kanker ginjal. Skor R.E.N.A.L. telah lama digunakan untuk menentukan teknik mana yang digunakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi profil skor R.E.N.A.L. pasien dengan tumor ginjal. Data dikumpulkan dari pasien yang menjalani prosedur Nefrektomi Radikal (RN) dan Nefrektomi Parsial (PN) secara terbuka atau laparoskopi dari tahun 2014-2017. Skor R.E.N.A.L. dihitung berdasarkan (R)adius of renal, (E)xophytic/ Endophytic properties, (N)earness to the collecting system, (A)nterior or Posterior position of the tumor, dan (L)ocation of the tumor. Diklasifikasikan menjadi tiga kompleksitas: rendah (4-6 poin), sedang (7-9 poin), dan tinggi (10-12 poin). Subjek kemudian dibagi berdasarkan jenis prosedur yang dilakukan. Gambaran skor R.E.N.A.L. di perlihatkan berdasarkan tiap prosedur.
Pada penelitian ini, 63 pasien di inklusi: 52 pasien menjalani RN dan 11 menjalani PN. Pada tumor dengan kompleksitas rendah, semua pasien dilakukan PN. Pada kompleksitas sedang, 22 (78,5%) pasien dilakukan RN dan 6 (21.5%) pasien dilakukan PN. Semua tumor dengan kompleksitas tinggi dilakukan RN. Rerata skor R.E.N.A.L. adalah 9.03 (+1.72) untuk semua pasien, 9.59 (+1.11) untuk kelompok RN, dan 6.36 (+1.6) untuk kelompok PN. Semakin tinggi skor (R), (N), dan (L), semakin tinggi juga kemungkinan untuk dilakukan RN. Tumor dengan kompleksitas tinggi lebih besar peluang untuk dilakukan RN. Selanjutnya, skor (R), (N), dan (L) dapat digunakan untuk menentukan RN atau PN sebagai pilihan terapi. Penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam penelitian lain mengenai skor R.E.N.A.L. di Indonesia.

The variation of sizes, shapes, and location of kidney cancers complicate the choices of surgical treatment. To determine which technique to use, R.E.N.A.L. nephrometry scoring systems were established. This study was conducted to evaluate R.E.N.A.L.-NS profile in kidney cancer patients at CMH. Data were collected from patients that underwent both open and laparoscopic Radical (RN) and Partial Nephrectomy (PN) procedures from 2014-2017. R.E.N.A.L.-NS was calculated based on (R)adius of renal, (E)xophytic/ Endophytic properties, (N)earness to the collecting system, (A)nterior or Posterior position of the tumor, and (L)ocation of the tumor. It was categorized into three complexity: low (4-6 points), medium (7-9 points), and high (10-12 points). Subjects then grouped based on the procedure given. Profile of R.E.N.A.L.-NS was shown based on each procedure.
In this study, 63 patients were included: 52 underwent RN and 11 underwent PN. In low complexity tumors, all patients received PN. In medium complexity tumors, 22 (78.5%) patients received RN and 6 (21.5%) received PN. All high complexity tumors received RN. Mean renal score was 9.03 (+1.72) in all patients, 9.59 (+1.11) in RN group, and 6.36 (+1.6) in PN group. Higher (R), (N), and (L) scores mean higher prevalence of RN. Tumors with higher complexity were more likely to be treated with RN. Furthermore, (R), (N), and (L) score can be useful to determine treatment of choice in kidney cancers. This study could be used as a reference to another study regarding R.E.N.A.L.-NS in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>