Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128425 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frandy Sinatra Surbakti
"Budaya keselamatan dapat dilihat sebagai bagian dari keseluruhan budaya organisasi yang menggambarkan nilai-nilai atau keyakinan bersama dari individu dan kelompok dalam suatu organisasi yang mempengaruhi sikap dan perilaku anggotanya yang akan berdampak pada sikap dan perilaku terkait dengan peningkatan atau penurunan risiko. Iklim keselamatan adalah model yang menggambarkan budaya keselamatan kerja berdasarkan persepsi pekerja, baik sebagai individu, anggota kelompok/unit kerja maupun sebagai anggota organisasi perusahaan pada suatu waktu.
Penelitian tesis ini menganalisis iklim K3 pada PT.XYZ yang merupakan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak bumi dan gas alam. Data perusahaan menunjukkan terjadi 16 kasus recordable injury (RI) pada tahun 2019, 9 kasus RI pada tahun 2020 dan 2 kasus RI sampai dengan 31 Agustus 2021 yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran, kewaspadaan serta kelalaian. Survei iklim budaya K3 pada PT. XYZ dilakukan untuk mendapatkan potret terkini, menganalisis kelemahan dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja.
Studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif serta metode penelitian Iklim K3 dipergunakan dengan menyebar survei kuisioner melalui Google Form dengan pemilihan sampel bersifat proporsional cluster random sampling yang melibatkan 322 responden.
Hasil survei menunjukkan nilai rata-rata iklim K3 perusahaan adalah 4.12 pada skala 1-5 dengan nilai rata-rata pada masing-masing variabel >3.75 menunjukkan bahwa pekerja mempersepsikan bahwa nilai keselamatan sudah terinternalisasi dengan optimal baiik sebagai individu, kelompok dan organisasi. Fokus perbaikan pada variabel kelompok yang memiliki 2 subvariabel dibawah nilai rata-rata. Terdapat perbedaan signifikan pada kelompok status pekerja (Supportive Environment p-value 0.048, Involvement p-value 0.001) dan kelompok lokasi kerja (Management Commitment p-value 0.018).

Safety culture can be seen as part of the overall organizational culture that describes the shared values ​​or beliefs of individuals and groups within an organization that influence the attitudes and behavior of its members which will have an impact on attitudes and behaviors related to increasing or decreasing risk. Safety climate is a model that describes a work safety culture based on the perception of workers, either as individuals, members of groups/work units or as members of a company organization at certain time.
This thesis research analyzes the OHS climate at PT. XYZ, an oil and natural gas exploration and production company. Company data shows that there were 16 recordable injury (RI) cases in 2019, 9 RI cases in 2020 and 2 RI cases up to 31 August 2021 which were caused by lack of awareness, vigilance and complacency. OHS climate survey at PT. XYZ is carried out to get the latest OHS climate portrait, analyze weaknesses and provide recommendations for improvement to decrease the accidents.
A cross-sectional study with a quantitative approach and research methods on OHS Climate was used by distributing questionnaires survey via Google Form and sample selection by proportional cluster random sampling involving 322 respondents.
The survey results show that the average value of the company's OHS climate is 4.12 on a scale of 1-5 and average value for each variable >3.75 indicating that workers perceive that safety values ​​have been optimally internalized as individuals, groups and organizations. The focus of improvement is on group variables which have 2 sub-variables below the average value. There was a significant difference in worker status group (Supportive Environment p-value 0.048, Involvement p-value 0.001) and work location group (Management Commitment p-value 0.018).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atta Rizky Suharto
"Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan dapat diukur dengan berapa banyak kecelakaan yang terjadi setiap tahun dan banyak profesional telah mengembangkan indikator utama sebagai budaya keselamatan untuk mencegahnya. Perusahaan yang bergerak di bidang migas juga memiliki potensi risiko kebakaran, ledakan, pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang penerapan budaya keselamatan di tempat kerja, khususnya perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi dan akan digunakan sebagai perilaku keselamatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Studi penelitian melibatkan 356 pekerja di kantor dan lapangan PT XYZ melalui survei online yang menanyakan item demografis dan dimensi iklim keselamatan. Analisis statistik dilakukan dengan uji T sampel independen yang membandingkan item iklim keselamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim keselamatan dalam dimensi organsisasi, pekerjaan dan individu memperolah nilai masing-masing 4,23, 3,98 dan 4,36. Dilihat dari faktor keselamatannya, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) secara umum memiliki persepsi skor tertinggi di antara yang lainnya, sedangkan lingkungan kerja adalah yang paling rendah. Rata-rata perbandingan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara iklim keselamatan berdasarkan lokasi kerja dan pendidikan. Sedangkan variabel posisi manajemen menunjukkan perbedaan rata-rata yang meliputi komitmen manajemen, komunikasi, lingkungan yang mendukung, keterlibatan, prioritas pribadi dan kebutuhan akan keselamatan, dan lingkungan kerja. Selain itu, terdapat tiga kategori temuan paling sering dari PEKA (Safety Observation) yaitu peralatan dan perlengkapan sekitar 61,29%, kondisi lingkungan 25,32%, dan Alat Pelindung Diri 5,34%. Dari hasil pengukuran Tingkat Kematengan Budaya K3 pada PT XYZ terlihat bahwa PT XYZ berada pada level kalkulatif dengan nilai 3,04. Ditinjau dari Level jabatannya yaitu manajemen 3,1 dan pekerja level bawah 2,98

The implementation of Occupational Health and Safety (OHS) in the company can be measured with how many accidents happened each year and many professionals have developed leading indicators as safety culture to prevent these. This study aims to provide comprehensive overview of safety culture implementation in the workplace, in particular oil and gas refining company and will be utilized as safety behaviour to achieve target set by the company. The research study included 356 workers in both office and field through online survey asking for demographic items and safety climate dimensions. The statistical analysis was performed with independent-samples T test comparing safety climate items. The study resulted the safety climate in the dimensions of the organization, work and individual earned values of 4.23, 3.98 and 4.36, respectively. Based on the safety factor, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) in general having highest score perception among others, while work environment has lowest score. The mean comparison showed there was no significant among safety climates based on work location and education. Meanwhile the variable of management position indicated mean difference including management commitment, communication, supportive environment, involvement, personal priorities and need for safety, and work environment. In addition, Three categories of common finding from Safety Observation (PEKA): equipment and supplies around 61.29%, environmental conditions 25.32%, and Personal Protective Equipment 5.34%. From the measurement results of the Safety Culture Maturity Level at PT XYZ, it can be seen that PT XYZ is at a calculative level with a value of 3.04. In terms of position level: upper management 3.1 and lower management 2.98."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inti Sari Puspita Dewi
"Perusahaan yang bergerak di bidang logistik juga memiliki potensi risiko kebakaran, tabrakan, pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai penerapan budaya keselamatan, khususnya perusahaan logistik PT XYZ yang memiliki spesialisasi pengangkutan over dimension & heavy cargo. Penelitian melibatkan 192 pekerja di kantor pusat dan di kantor cabang  PT XYZ melalui surveionline & offline yang mengukur dimensi iklim keselamatan. Analisis statistik dilakukan dengan uji t-test 2 sampel untuk melihat perbedaan persepsi elemen iklim keselamatan pada setiap karakteristikdemografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim keselamatan dalam dimensi organisasi, pekerjaan dan individu memperolah nilai masing-masing 4,25; 3,82 dan 3,83. Dilihat dari faktor keselamatannya, Priority of Safety (PS) secara umum memiliki persepsi skor tertinggi di antara yang lainnya, sedangkan Personal Appreciation of Risk (PAR) memiliki skor yang paling rendah. Dari hasil pengukuran tingkat kematangan budaya K3 didapati PT XYZ berada pada level Kalkulatif (skor 3,4) dimana manajemen PT XYZ masih menjadi penggerak sentral dari implementasi K3 di perusahaan  (top down). Dari hasil observasi didapat nilai index safety behavior yaitu 79%. Untuk itu perusahaan disarankan untuk lebih sering turun kelapangan untuk menangkap aspirasi dari pekerja serat memfasilitasi lebih banyak pelatihan keselamatan untuk pekerja. Serta disarankan lebih konsisten dalam realisasi anggaran K3.

Companies engaged in logistics industry also have a potential risk of fire, collision, environmental pollution and other work accidents. This study aims to provide an overview of the application of safety culture, especially in logistics companies PT XYZ that specialize in dimensional & heavy cargo transportation. The study involved 192 workers at the head office and at PT XYZ Jakarta branch offices through online & offline surveys measuring the dimensions of safety climate. Statistical analysis was carried out by using a 2-sample t-test to see differences in perceptions of safety elements on each demographic characteristic. The results showed that the safety climate in the dimensions of the organization, work and individual earned a score of 4.25; 3.82 and 3.83. Analyze from the safety factor, Priority of Safety (PS) generally has the highest perceived score among the others, while Personal Appreciation of Risk (PAR) has the lowest score. From the results of the measurement of the maturity level of K3 culture, it was found that PT XYZ was at the calculative level (score 3.4) where the management of PT XYZ was still the central of the implementation of K3 in the company (top down). From the observation, the index value of safety behavior is 79%. For this reason, companies are advised to go out more often to capture the aspirations of workers and facilitate more safety training for workers. PT XYZ also recommended to be more consistent in the realization of the HSE budget."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Meifika Fathiyani
"Rumah sakit merupakan tempat layanan kesehatan yang memiliki karakteristik multi profesi dan multi faktor risiko. Sehingga diperlukannya sistem yang dapat melindungi keselamatan pasien di RS. Salah satu sistem yang digunakan adalah pelaporan insiden keselamatan pasien. Pelaporan insiden dibutuhkan untuk melakukan evaluasi dalam mencapai keselamatan pasien, sehingga perbaikan sistem dan pembuatan desain ulang pelayanan kesehatan dapat dilakukan.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaporan insiden keselamatan pasien di RSUD Kota Serang tahun 2021. Penelitian menggunakan mix methode embedded design. Sampel berjumlah 110 responden untuk penelitian kuantitatif dan 7 responden untuk penelitian kualitatif. Uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan, persepsi, motivasi, teamwork, team leadership, budaya organisasi, pelatihan dan kepemimpinan dengan pelaporan insiden keselamatan pasien (p-value>0,05). Penelitian kualitatif menunjukkan bahwa pelaporan inpatient safety incidentsiden tidak terjadi karena masih kurangnya pengetahuan responden mengenai insiden yang harus dilaporkan, dan dibutuhkannnya dukungan teamwork, dan team leadership dalam unit, serta adanya respon yang menghukum membuat responden enggan untuk melakukan pelaporan. Proporsi responden yang tidak pernah melakukan pelaporan IKP 79,2% memiliki pengetahuan rendah, 83,6% memiliki persepsi rendah, 83,3% memiliki motivasi rendah, 82,8% memiliki teamwork rendah, 85,5% belum mendapatkan pelatihan pealporan IKP dan 81,0% memiliki kepemimpinan rendah. Berdasarkan data tersebut, kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan pegawai perlu dilaksanakan secara rutin dan continue, serta dibutuhkan sistem yang dapat mengawasi dan melakukan kontrol di setiap uni agar insiden dapat termonitor dan dilaporkan.

The hospital is a place of health service that has multi-professional characteristics and multi-risk factors. So we need a system that can protect patient safety in hospitals. One of the systems used is reporting. Incident reporting is needed to evaluate in achieving patient safety, so that system improvements and redesign of health services can be carried out.
This study aims to analyze the factors related to the reporting of patient safety incidents at the Serang City Hospital in 2021. The study uses a mix method embedded design. The sample is 110 respondents for quantitative research and 7 respondents for qualitative research. Thetest Chi-Square showed that there was no relationship between knowledge, perception, motivation, teamwork, team leadership, safety culture and leadership with patient safety incident reporting (p-value> 0.05). Qualitative research shows that incident reporting does not occur due to the respondent's lack of knowledge about incidents that must be reported, and the need forsupport teamwork, and team leadership within the unit, as well as a punitive response that makes respondents reluctant to report. The proportion of respondents who have never reported IKP 79.2% have low knowledge, 83.6% have low perception, 83.3% have low motivation, 82.8% have teamwork low, 85.5% have not received training on IKP reporting and 81.0% have low leadership. Based on these data, activities that can increase employee knowledge need to be carried out regularly and continuously, and a system that can monitor and control each unit is needed so that incidents can be monitored and reported."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Rahman
"Blueprint pengelolaan energi nasional tahun 2006 – 2025, Indonesia sedang menuju kearah mandiri energi dimana negara akan hadir dalam penyediaan energi dengan harga wajar bagi masyarakat. Pada tahun 2018 lalu, pemerintah melalui rencana usaha penyediaan tenaga listrik hingga 2025 mendatang berencana menambah kapasitas pembangkit listrik hingga 56.024 MW. PT Indonesia Power merupakan anak perusahaan dari PT PLN (Persero) yang bergerak dibidang pembangkitan tenaga listrik. PT Indonesia Power juga merupakan perusahaan pembangkit  listrik terbesar di  Indonesia. Dalam mengelola aset pembangkit, PT Indonesia Power menerapkan kebijakan risk management secara terintegrasi. Namun, hingga saat ini belum ada kajian ataupun kebijakan yang menganalisa faktor-faktor keselamatan bangunan gedung pembangkit. Dalam melakukan assessment keselamatan bangunan gedung terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Diantaranya yaitu ISRS 7th, NFPA 5000, dan Permen PU 29 tahun 2006. Berdasarkan hasil analisa metode assessment didapatkan tingkat kesesuaian masing- masing metode adalah 88,8% untuk ISRS 7th, 44,4% untuk NFPA 5000:2018, dan 77,7% untuk Permen PU 29 tahun 2006. Didapatkan pula bahwa metode assessment yang sesuai untuk diterapkan pada instalasi pembangkit listrik merupakan kombinasi dari 3 metode assessment tersebut

In the 2006-2025 national energy management blueprint, Indonesia is moving towards energy independence where the state will be present in providing energy at a reasonable price for the community. In 2018, the government, through a business plan to provide electricity until 2025, plans to increase power generation capacity to 56,024 MW. PT Indonesia  Power  is a  subsidiary  of  PT PLN (Persero)  which is engaged  in power generation.  PT  Indonesia  Power  is  also  the  largest  power  generation  company in Indonesia. In managing generator assets, PT Indonesia Power implements an integrated risk management policy. However, until now there has been no study or policy that analyzes the safety factors of power plant buildings. In conducting a building safety assessment, there are several methods that can be used. Among them are ISRS 7th, NFPA 5000, and Permen PU 29 of 2006. Based on the results of the analysis of the assessment method, it was found that the level of conformity of each method was 88.8% for ISRS 7th, 44.4% for NFPA 5000:2018, and 77.7 % for Minister of Public Works Regulation 29 of 2006. It was also found that the appropriate  assessment method to be applied to power plant installations is a combination of the 3 assessment methods"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Octaviano
"Tesis ini membahas mengenai profil iklim K3 di Perusahaan XYZ Bisnis Unit Asia Tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui iklim K3 yang ada di XYZ Perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pengolahan air minum dan air buangan. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para Karyawan XYZ di di tiga negara yaitu China (termasuk Hongkong), Bangladesh dan Indonesia untuk kemudian dianalisa dengan menggunakan metode univariat dan bivariat terhadap variabel dependen dan independen yang digunakan. Hasil dari metode tersebut, kemudian dilakukan skoring terhadap berbagai variabel untuk kemudian dibuat grafik radar yang kemudian dianalisa oleh peneliti secara deskriptif.

This thesis discusses the health and safety climate profile in XYZ Company Business Unit Asia on 2014.This study aimed to determine the existing health and safety climate in the XYZ. This multinational company engaged in the field of water and waste water treatment. This study was conducted by distributing questionnaires to the XYZ employees in three countries, namely China (including Hong Kong), Bangladesh and Indonesia to then analyzed using univariate and bivariate to the dependent and independent variables that are used. The results of these methods, then carried the scoring on a variety of variables and then graphed the radar which is then analyzed by researchers descriptively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, Linchon Hasiholan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen manajemen danprogram pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 dalam menerapkan SMK3.Studi yang dilakukan terkait penerapan SMK3 menyebutkan komitmen manajemen danprogram pelatihan K3 merupakan komponen yang menonjol dalam mempengaruhiperforma penerapan SMK3.Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif ndash; semi kuantitatif dengan melakukanpeninjauan pada komitmen manajemen dan program pelatihan K3 dalam menerapkanSMK3. Dan penerapan SMK3 di PT XZY terkait komitmen manajemen dan pelatihan K3dibandingkan dengan standar ISO 45001:2018, OHSMS Australia/ New Zealand AS/NZS4801:2001, PP No. 50 Tahun 2012 dan ISRS Willem, 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara komitmen manajemen danprogram pelatihan K3 dengan penerapan SMK3, diman hasil analisis multivariate regresilogistic diperoleh p-value model adalah 0.000 omnimbus test of model coefficients , hal iniberarti secara bersama-sama komitmen manajemen dan program pelatihan K3 signifikandapat memprediksi SMK3 di PT XYZ Tahun 2018.Faktor yang paling dominan mempengaruhi SMK3 di PT XYZ Tahun 2018 adalahkomitmen manajemen. Hal ini disebabkan faktor program pelatihan K3 diperlukan adanyaperbaikan seperti melakukan analisis kebutuhan pelatihan terkait K3 TNA , menentukansasaran dan target pelatihan K3, pelatihan K3 sebaiknya juga melihat dari identifikasibahaya penilaian risiko HIRADC dan melakukan evaluasi pelatihan K3.

This study aims to determine the effect of management commitment and trainingprogram Occupational Health and Safety OHS in implementing OHSMS. The studyconducted related to the implementation of OHSMS mentions the managementcommitment and training program K3 is a prominent component in influencing theperformance of OHSMS implementation.This study uses descriptive semi quantitative research by reviewing the managementcommitment and OHS training programs in applying OHSMS. And the implementation ofOHSMS in PT XZY related to management commitment and OHS training compared withISO 45001 2018 standard, OHSMS Australia New Zealand AS NZS 4801 2001, PP.50 Year 2012 and ISRS Willem, 2009.
The results showed that there is a significantrelationship between management commitment and OHS training programs with theapplication of OHSMS, whereas multivariate logistic regression analysis obtained p valuemodel is 0.000 omnimbus test of model coefficients, it means jointly commitment ofmanagement and OHS training programs can significantly predict OHSMS in PT XYZYear 2018.The most dominant factor affecting OHSMS in PT XYZ Year 2018 is managementcommitment. This is due to the OHS training programs needs to be improved, such asconduct needs analysis related to OHS training TNA , determining the target and objectiveof OHS training, OHS training should also look at the hazard identification risk assessment HIRADC and conduct evaluation of OHS training.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Prihandoko
"Penelitian bertujuan menganalisis proses penyusunan K3 di PT X dengan pendekatan safety (Hollnagel, 2012b) dan model strategic management (Wheelen & Hunger, 2012), menggunakan studi kasus penerapan K3 periode 2010 - 2015 dengan metodologi penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan sifat Safety I lebih dominan dan secara umum proses penerapan K3 di PT X dapat dikatakan telah mengikuti kaidah model strategic management. Merujuk pada hasil kinerja penerapan K3 periode 2010 - 2015 yang masih didominasi sifat Safety I, dirasakan masih banyak peluang untuk memperkuat kinerja K3 PT X dengan rekomendasi untuk mulai memikirkan alternatif pendekatan yang lain yaitu Safety II dan model strategic management secara lebih menyeluruh, mengingat PT X beroperasi di dalam sistem sosioteknikal yang bersifat intractable.

The research aims to analyze the OHS implementation process at PT X through safety (Hollnagel, 2012b) and strategic management model (Wheelen & Hunger, 2012) approaches using 2010 - 2015 OHS performance results as a case study and adopting qualitative descriptive methodology. The results show that Safety I is found to be more dominant in the process and the strategic management model was largely in conformity. Refering to the 2010 - 2015 OHS performance result and the propensity towards Safety I, there will be opportunities to strengthen the PT X?s OHS performance thorugh alternatively adopting other approach(es). It is recommended to consider adopting Safety II approach and applying comprehensively the strategic management model bearing in mind that PT X is in intractable sociotechnical system."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Omar Mochtar
"Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), di tingkat global lebih dari 2,78 juta orang meninggal per tahun akibat kecelakaan kerja atau penyakit terkait pekerjaan. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPJS, kecelakan kerja di konstruksi meningkat dari 114.000 di tahun 2019 menjadi 177.000 kecelakaan ditahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan budaya keselamatan pada pekerja di PT. XYZ . Penelitian bersifat semi kuantitatif dengan design penelitian deskriptif. Data yang dikumpulkan dari hasil FGD, Kuisioner, review dokumen & Observasi kemudian dilakukan analisa secara mendalam. Terdapat 19 variabel yang akan diuji dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kematangan budaya keselamatan didapatkan PT. XYZ berada di tingkat calculative dengan mayoritas variabel berada pada tingkat calculative kecuali variabel penghargaan K3L, pelatihan & kompentensi, penerapan dan penggunaan standart berada pada tingkat reactive. Berdasarkan dengan  kriteria 20 variabel yang diuji dalam penelitian ini tingkat kematangan budaya keselamatan PT. XYZ berada ditingkat calculative yaitu masuk kedalam titik awal dalam menuju budaya selamat.

According to estimates of the International Labour Organization (ILO), at the global level more than 2.78 million people die per year from occupational accidents or work-related diseases. Based on data released by BPJS, work accidents in construction increased from 114,000 in 2019 to 177,000 accidents in 2020. This study aims to determine the level of maturity of safety culture in workers at PT. XYZ. Research is semi-quantitative with a descriptive research design. The data collected from the results of the FGD, Questionnaire, document review & Observation was then carried out an in-depth analysis. There are 19 variables that will be tested in this study.  Based on the results of measuring the level of maturity of safety culture obtained by PT. XYZ is at the calculative level with the majority of variables being at the calculative level except the K3L reward variable, training &compensatory, application and use of the standard are at the reactive level. Based on the criteria of 20 variables tested in this study, the maturity level of pt. XYZ is at the level of being calculative, which is to enter the starting point in the direction of a culture of safety."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Fernanda
"Di Indonesia peti kemas mulai berkembang penggunaannya karena dalam fungsinya untuk mengemas dapat dipakai berulang kali dan kemudahan dalam operasionalnya. Didalam menggunakan peti kemas maka diperlukan fasilitas penunjang yaitu terminal peti kemas yang berfungsi untuk pendistribusian dan juga untuk penampungan. Di dalam operasional terminal peti kemas risiko keselamatan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu diperlukan suatu manajemen risiko untuk mengendalikan risiko-risiko tersebut agar dapat dihindari atau dampaknya bias diminimalisir. Manajemen risiko ini dimulai dengan mengidentifikasi secara umum risiko yang ada serta menganalisis dampak umum dan penyebab umum dari risiko tersebut. Standar khusus yang digunakan untuk manajemen keselamatan dalam kerja adalah Standar IMO yaitu Formal Safety Assesment. Di dalam peniliaian risiko ini digunakan sebuah metode yaitu menggunakan matriks risiko yang berisi nilai- nilai dari sebuah risiko itu sendiri. Risiko yang mendapatkan nilai tertinggi (berbahaya) dianalisis sebab terjadinya dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis sehingga bisa diminimalisir atau dihilangkan dampak negatifnya.

Nowadays, in Indonesia used of container as a transport equipment has growth because it is simple and easy to use. In usage of container, the most important thing besides container itself and ship is a container terminal. Every container operation need container terminals to stacking the container and distribute them. Every operational activity in container terminal contain much safety risk. A risk management is needed to prevent, decrease the damage of risk, even to make a risk disappear. First thing to do is identification risks and analyze what main cause and the effect. After risks identified we make a simple risks scoring with risk matrix. The highest risks then identified with Fault Tree Analysis method so we know what the root of this risk and make a simple rules to control the risks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>