Ditemukan 169690 dokumen yang sesuai dengan query
Navira Prima Dinata
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan modal sosial dengan intercultural competence IISMA awardees setelah menyelesaikan periode akademis singkat mereka di luar negeri. Di era globalisasi, intercultural competence telah terbukti menjadi keterampilan berharga bagi mahasiswa untuk memajukan karier mereka. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa tingkat intercultural competence yang lebih tinggi dapat dicapai melalui program studi di luar negeri ketika mahasiswa dapat terlibat langsung dalam masyarakat yang multikultural. Ditemukan juga bahwa modal sosial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat intercultural competence seseorang. Assessment of Intercultural Competence (AIC), yang dikembangkan oleh Fantini (2007) akan digunakan untuk mengukur intercultural competence. Tidak banyak penelitian tentang bagaimana modal sosial memengaruhi intercultural competence mahasiswa di luar negeri dapat ditemukan, terutama untuk program jangka pendek. Penelitian ini berpendapat bahwa modal sosial adalah faktor penting yang mempengaruhi intercultural competence dalam program studi luar negeri jangka pendek. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data, dan temuan bertujuan memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai intercultural competence sebagai manfaat budaya dari studi di luar negeri, dan bagaimana modal sosial memengaruhi tingkat intercultural competence seseorang.
This study aims to analyze the association of social capital with intercultural competence of IISMA awardees after completing their short-term academic period of studying abroad. In the age of globalization, intercultural competence has proved to be a valuable skill for students to have in order to advance in their career. Previous studies have reported that higher levels of intercultural competence can be achieved through study abroad programs where students are able to engage directly in a diverse society of multicultural backgrounds. It is also suggested that social capital is one of the factors that affect the level of intercultural competence an individual has. The level of intercultural competence will be measured using Assessment of Intercultural Competence (AIC), an instrument developed by Fantini (2007). Not much research on how social capital impacts intercultural competence in study abroad students can be found, especially for short-term programs. It is also criticized that other factors that may affect the development of intercultural competence are not measured. This research argues that social capital is an important factor for intercultural competence on a short term study abroad program. This research will use a quantitative approach using questionnaires to gather data, and findings are aimed to give readers knowledge in regard of intercultural competence as cultural benefit of studying abroad, and how social capital affects an individual’s level of intercultural competence."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ary Yunian Putri
"Culture shock merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami adanya rasa ketidaknyamanan atas apa yang dilakukannya saat berada di lingkungan yang baru atau berbeda secara signifikan dengan lingkungan asalnya, sehingga membuat seseorang sulit untuk beradaptasi. Ketidaknyamanan ini dapat mencakup perbedaan dalam norma sosial, nilai budaya, dan perilaku yang berlaku di lingkungan baru. Individu yang mengalami culture shock seringkali mengalami kesulitan dalam beradaptasi, karena mereka merasa tidak familiar dengan aturan dan norma yang berlaku. Teman sebaya tidak hanya dapat memberikan kenyamanan emosional, tetapi juga menyediakan sumber daya yang mendukung proses adaptasi individu di lingkungan yang baru dan jauh dari lingkungan keluarganya. Dukungan sosial ini mencakup pertukaran informasi, pengalaman, dan pemahaman bersama yang dapat membantu individu untuk mengatasi tantangan culture shock dan mempercepat proses adaptasi mereka. Saat ini pemerintah memberikan kesempatan untuk para mahasiswa yang ingin merasakan belajar di luar negeri melalui program barunya yaitu IISMA (Indonesian International Student Mobility Award). Program IISMA sudah berjalan selama 2 tahun sejak 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan culture shock pada mahasiswa yang mengikuti program belajar di luar negeri, secara spesifik pada penelitian ini ialah program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis survey. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah stratified random sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan tabel silang dan uji korelasi Kendall’s tau b serta uji validatitas dan reliabilitas. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai Desember 2023 kepada 74 mahasiwa Universitas Indonesia yang telah menyelesaikan program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award) batch 1 maupun batch 2. Hasil penelitian melalui uji korelasi Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat culture shock dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,237 dan p-value 0,037. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan yang dihasilkan rendah, tetapi hubungan antara keduanya negative yang berarti semakin tinggi tingkat dukungan sosial teman sebaya yang dimiliki, maka akan semakin rendah tingkat culture shock yang dialami. Terdapat beberapa saran yaitu mahasiswa IISMA perlu persiapan akademis dan aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial lokal untuk mengatasi culture shock. Kemudian, pengembangan mata kuliah Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial dapat diperkaya dengan program adaptasi, metode pengajaran interaktif, dan sumber daya online, serta kolaborasi dengan lembaga dukungan mahasiswa. Terakhir, penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dan culture shock, menyarankan penelitian lanjutan untuk eksplorasi program dukungan inovatif.
Culture shock is a condition in which an individual experiences discomfort in response to their actions in a new environment significantly different from their original one, making it challenging for them to adapt. This discomfort may encompass differences in social norms, cultural values, and behaviors prevailing in the new environment. Individuals undergoing culture shock often face difficulties in adapting because they feel unfamiliar with the rules and norms in place. Peers can provide not only emotional comfort but also resources that support the individual's adaptation process in a new environment far from their family setting. This social support includes the exchange of information, experiences, and shared understanding that can help individuals overcome culture shock challenges and expedite their adaptation process. Currently, the government offers opportunities for students who want to experience studying abroad through its new program called the Indonesian International Student Mobility Award (IISMA). The IISMA program has been running for two years since 2021. This research aims to determine the relationship between peer social support and culture shock in students participating in study abroad programs, specifically focusing on the IISMA program. The research employs a quantitative approach with a survey type. The sampling technique used is stratified random sampling. The analysis techniques include univariate and bivariate analyses using cross-tabulation tables and Kendall's tau-b correlation test, as well as validity and reliability tests. The study was conducted from May to December 2023 on 74 students from the University of Indonesia who have completed the IISMA program batches 1 and 2. The results of the Kendall's tau-b correlation test show a significant negative relationship between peer social support and the level of culture shock, with a correlation coefficient of -0.237 and a p-value of 0.037. This result indicates a low relationship, but the negative correlation suggests that the higher the level of peer social support, the lower the level of experienced culture shock. There are several recommendations, namely that IISMA students need academic preparation and active participation in local social life to overcome culture shock. Furthermore, the development of the Human Behavior and Social Environment course can be enriched with adaptation programs, interactive teaching methods, online resources, and collaboration with student support institutions. Finally, research indicates a significant relationship between peer social support and culture shock, suggesting further research to explore innovative support programs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sutan Akbar Kemal Syarief Putra Wibisana
"Dalam menghadapi beberapa tren global, sumber daya manusia Indonesia memerlukan penguasaan kompetensi global agar dapat memajukan negaranya. Akan tetapi, berbagai penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat muda Indonesia belum memiliki penguasaan kompetensi global yang baik. Sebagai respon terhadap kondisi tersebut, Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Indonesia Internasional Student Mobility Awards (IISMA) sebagai program yang mendukung pengembangan kompetensi global. Penelitian ini menggunakan model gabungan global competence antara Boix-Mansilla dan Jackson (2011) dan PISA Assessment dalam OECD (2018) untuk menganalisis dampak pelaksanaan IISMA di Keio University pada tahun ajaran 2023-2024 dalam mendukung pengembangan kompetensi global awardee. Berdasarkan hasil analisis, partisipasi di dalam program IISMA di Keio University dapat mendukung pengembangan kompetensi global awardee dari segi penambahan wawasan akademis maupun sosial dan mengembangkan kemampuan menavigasi lingkungan yang kaya keberagaman, tetapi kurang dapat mendorong awardee untuk bertindak melakukan perbaikan isu global. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pengembangan kompetensi global adalah interaksi dengan orang lain dalam konteks sosial dan pengalaman mengikuti rangkaian perkuliahan. Selain itu, pengalaman unik dan pribadi dalam keseharian dan pembekalan materi dari IISMA dapat memberikan kesempatan untuk memperkaya wawasan awardee. Diperlukan upaya khusus untuk mengoptimalkan manfaat dari challenge sebagai tuntutan program dari IISMA dan kegiatan organisasi.
In facing several global trends, Indonesian human resources require mastery of global competence to advance the country. However, various studies reveal that young Indonesians still relatively lack good mastery of global competence. In response, the Indonesian government, specifically the Ministry of Education, Culture, Research, and Technology, launched the Merdeka Belajar Kampus Merdeka policy. The Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) is a programs under this policy, which is indicated to support the development of global competence. This research uses a combined model of global competence from Boix-Mansilla and Jackson (2011) and the PISA Assessment in OECD (2018) to analyse the implementation of IISMA at Keio University in the 2023-2024 academic year in supporting the development of awardees' global competence. Based on the analysis, participation in the IISMA program at Keio University supports the development of awardees' global competence in terms of enhancing academic and social insights and developing the ability to navigate culturally diverse environments. However, it is less effective in encouraging awardees to take action on global issues. The analysis shows that the main factors influencing the development of global competence are interaction with others in social contexts and the experience of participating in collegiate academic activities. Additionally, unique and personal daily experiences and upskilling initiatives from IISMA can provide opportunities for knowledge enhancement but do not have as high a frequency as the two factors mentioned above. There needs to be certain efforts to optimize the benefits of the program's challenges and organizational activities."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Eizar Aswad
"Penelitian ini membahas hubungan modal sosial terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa di Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta pada periode pembinaan tahun 2016-2018. Pentingnya penelitian ini didasari pada temuan studi sebelumnya mengenai peran modal sosial dalam meningkatkan kesejahteraan dalam pembangunan sumber daya manusia. Teknik pengumpulan data menggunakan survei kepada 37 responden yang dipilih melalui total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara modal sosial terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa di Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 yang artinya terdapat hubungan antar variabel, dengan kekuatan hubungan positif sedang yakni 0,440. Terdapat 2 dimensi modal sosial yang berhubungan positif, pertama karena tingkat kepercayaan pada Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta cukup tinggi dengan nilai signifikansi 0,045 serta dimensi kelompok dengan nilai signifikansi 0,004.
This study discusses the relationship of social capital to increase student competence in Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta in the period of coaching in 2016 2018. The importance of this study is based on the findings of previous studies on the role of social capital in improving welfare in human resource development. Data collection techniques used a survey of 37 respondents selected through total sampling. The results showed that there is a relationship between social capital to increase student competence in Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta with a significance value of 0,006 which means there is a relationship between variables, with the power of moderate relationships positive is 0,440 . There are 2 dimensions of social capital that are positively related, first because of the degree of confidence Trust in Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta high enough with significance value 0,045 as well as group dimension with significance value 0,004."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lustig, Myron W.
Boston: Pearson, 2013
303.482 LUS i
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Maria Elizabeth Josephine
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tentang kompetensi komunikasi lintas budaya staf Sekretariat ASEAN Jakarta dalam menghadapi konflik lintas budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Informan utama merupakan staf ekspatriat dan lokal di Sekretariat ASEAN Jakarta. Sumber data diperoleh dari wawancara mendalam, pengamatan, dan dokumentasi. Secara keseluruhan hasil penelitian ini memperkuat keberadaan Model Dimensi Kompetensi Komunikasi Antarbudaya yang dikemukakan Chen dan Starosta (Turnomo, 2005). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa para staf memiliki sensitivitas budaya yang tinggi pada konteks sosial formal dalam menghadapi konflik lintas budaya. Penulis berharap keberadaan model komunikasi lintas budaya semakin berkembang di Indonesia.
This study aims to analyze the competence of intercultural communication of the ASEAN Secretariat's employees in dealing with intercultural conflict. This study uses qualitative descriptive approach and study case research. Key informants are expatriate and local employees at the ASEAN Secretariat. Data sources are retrieved from in-depth interview, observation and documentation. The finding indicates which principally reinforce the existence of Intercultural Competence Dimension Model of Chen and Starosta (Turnomo, 2005). The finding shows that the employees possess a high level of cultural sensitivity in the formal social context in dealing with intercultural conflict. The author hopes that the existence of the models of intercultural communication is growing in Indonesia."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T31022
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Lili Febriyani
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T52447
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Sandra Novita Manik
"Pada tahun 2021, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, serta Teknologi mengadakan acara Indonesian International Student Mobility (IISMA) yang menyediakan kesempatan pertukaran pelajar buat mahasiswa terpilih dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. terdapat lebih berasal 30 mitra kerja IISMA salah satunya merupakan universitas di Belanda. Belanda dipilih karena kualitas pendidikannya dianggap lebih baik dan budaya Belanda yang tidak sama dengan Indonesia untuk dieksplorasi. Penelitian ini membahas faktor motivasi mahasiswa Universitas Indonesia yang lulus pada program IISMA memilih Belanda menjadi negara tujuannya. Metode dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan dengan teknik pengumpulan data yaitu kuesioner yang berasal dari seluruh mahasiswa Universitas Indonesia yang lulus program IISMA ke Belanda sejumlah 12 orang. Penelitian ini menemukan ada tiga faktor motivasi mahasiswa UI yang memilih program IISMA ke Belanda yaitu faktor kebudayaan serta sosial, faktor prospek kerja dan pengembangan diri, serta faktor kualitas pendidikan di Belanda. Faktor terbesar yang menjadi motivasi mereka ialah faktor prospek kerja serta pengembangan diriPada tahun 2021, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, serta Teknologi mengadakan acara Indonesian International Student Mobility (IISMA) yang menyediakan kesempatan pertukaran pelajar buat mahasiswa terpilih dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. terdapat lebih berasal 30 mitra kerja IISMA salah satunya merupakan universitas di Belanda. Belanda dipilih karena kualitas pendidikannya dianggap lebih baik dan budaya Belanda yang tidak sama dengan Indonesia untuk dieksplorasi. Penelitian ini membahas faktor motivasi mahasiswa Universitas Indonesia yang lulus pada program IISMA memilih Belanda menjadi negara tujuannya. Metode dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan dengan teknik pengumpulan data yaitu kuesioner yang berasal dari seluruh mahasiswa Universitas Indonesia yang lulus program IISMA ke Belanda sejumlah 12 orang. Penelitian ini menemukan ada tiga faktor motivasi mahasiswa UI yang memilih program IISMA ke Belanda yaitu faktor kebudayaan serta sosial, faktor prospek kerja dan pengembangan diri, serta faktor kualitas pendidikan di Belanda. Faktor terbesar yang menjadi motivasi mereka ialah faktor prospek kerja serta pengembangan diri.
In 2021, the Ministry of Education, Research, and the Technology Republic of Indonesia established the Indonesian International Student Mobility (IISMA), which affords an opportunity to exchange for all chosen university students in all universities in Indonesia. There are more than thirty universities as a partner for IISMA, and one of them is the Netherlands because of the high quality of education and distinctive cultures to be explored. This research discusses the motivation of Universitas Indonesia students for the IISMA program to choose the Netherlands as a destination country. The research used quantitative methods with data collection strategies within the form of a questionnaire from all Universitas Indonesia students for IISMA in the Netherlands with a total of 12 students. This study found that three factors motivate them to choose the IISMA program to the Netherlands: cultures and society in the Netherlands, professional prospect and self-improvement, and high-quality of education in the Netherlands. The biggest aspect of all is career prospects and self- improvement"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Erlangga Maulana
"Penelitian ini menunjukkan bagaimana proses pembelajaran budaya di LPK Putra Maju Lembang, Jawa Barat. Penelitian ini berargumen bahwa proses pembelajaran budaya sudah dilakukan sejak masa pelatihan di Indonesia dan melatarbelakangi pembentukan kompetensi lintas budaya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi di antaranya pengamatan terlibat, pengumpulan data sekunder, dan wawancara mendalam kepada tujuh informan yang terdiri dari lima trainee dan dua sensei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran budaya dilakukan dengan cara memberikan materi nihonjijjou baik di dalam maupun luar kelas LPK Putra Maju Lembang. Strategi pembelajaran budaya menekankan kepada peran senpai, pensuasanaan tempat kerja, cerita kesuksesan senpai hingga musik dan film sebagai media pembelajaran. Proses pembelajaran budaya berdampak terhadap pembentukan kompetensi lintas budaya. Trainee mampu untuk mengidentifikasi dan menerima kebudayaan korporasi Jepang pada kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini menawarkan siklus pembelajaran budaya yang terjadi selama pelatihan trainee di Indonesia maupun di Jepang.
This study shows the cultural learning process at LPK Putra Maju Lembang, West Java. This study argues that the cultural learning process has been carried out since the training period in Indonesia and prompt the formation of intercultural competencies. This study used ethnographic methods, including participant observation, secondary data collection, and in-depth interviews with seven informants consisting of five trainees and two sensei. The results show that the cultural learning process was carried out by providing nihonjijjou materials both inside and outside of the LPK Putra Maju Lembang classes. The cultural learning strategies emphasize senpai's role, workplace atmosphere, senpai's success stories, also music and films as learning media. The cultural learning process has an impact on the formation of intercultural competencies. Trainees are able to identify and accept the Japanese corporate culture in their daily life. This study offers a cultural learning cycle that occurs during trainee training in Indonesia and Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Amaria Cahyani Kesuma
"Para awardee program IISMA yang diharuskan untuk menjalani perkuliahan selama satu semester di host university sangat mungkin mengalami berbagai tantangan akademik yang berpotensi memunculkan kegagalan sehingga dibutuhkan kemampuan resiliensi akademik yang baik agar awardees dapat bangkit dan menunjukkan performa yang maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self-compassion dan resiliensi akademik dengan perceived social support sebagai moderator. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner daring yang berisi tiga alat ukur (ARS-Indonesia, Self-compassion Scale (SCS), dan The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS)) kepada awardees program IISMA batch 1 dan 2. Hasil analisis data pada 157 partisipan menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara self-compassion dan resiliensi akademik (r = .646 (p < .001) serta antara perceived social support dan resiliensi akademik (r = .311 (p < .001). Akan tetapi, perceived social support tidak dapat memoderatori hubungan antara self-compassion dan resiliensi akademik F(3,153) = 37.4749 p > .05. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengevaluasi program IISMA khususnya dari segi psikologis para awardee saat berada di host country.
IISMA awardees who are required to attend lectures for one semester at the host university may encounter a variety of academic difficulties that could lead to failure. Therefore, awardees need strong academic resilience skills to overcome these difficulties in order to perform well. The aim of this study is to look at the relationship between self-compassion and academic resilience with perceived social support as the moderator. The study was conducted online by giving out questionnaires that include three measurement tools (ARS-Indonesia, Self-compassion Scale (SCS), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) to IISMA alumni from batch 1 and 2. The result from data analysis on 157 participants showed a positive significant correlation between self-compassion and academic resilience (r = .646 (p < .001) as well as between perceived social support and academic resilience (r = .311 (p < .001) ) However, perceived social support cannot moderate the relationship between self-compassion and academic resilience F(3,153) = 37.4749 p > .05. This study is expected to be useful as a reference in evaluating the IISMA program, specifically in terms of the psychological factors of the awardees during the study program in the host country."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library