Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfa Oktaviani
"Permasalahan kesehatan yang perlu penanganan serius di Indonesia adalah tingginya angka kasus stunting. Stunting terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia satu dari tiga baduta dan balita mengalami stunting, prevalensi stunting berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 sebesar 21,6%. Target pemerintah Kota Jambi untuk menurungkan prevalensi sebesar 14% ditahun 2024 hal ini termuat secara jelas dalam Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024. Dampak stunting pada anak-anak menyebabkan hilangnya PDB hingga mencapai 300 triliun rupiah setiap tahunnya, dengan implikasi serius terhadap aspek psikososial dan kesehatan mental anak. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO. Prevalensi stunting Provinsi Jambi berdasarkan tarikan data EPPGBM berjumlah 18% pada Tahun 2022. Data tertinggi stunting pada Agustus 2023 terdapat di Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi sebanyak 67 anak yang mengalami peningkatan dari tahun 2022 sebanyak 23 anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis studi kualitatif program pencegahan stunting pada pelaksanaan intervensi gizi spesifik integratif di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2023. Penelitian kualitatif ini menggunakan data primer yang berasal dari wawancara mendalam dan data sekunder yang berasal dari telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan belum optimalnya perencanaan dan penganggaran, kerjasama lintas sektoral serta pembagian kewenangan pada jajararan pemerintahan yang dapat menjadi potensi penghambat pada percepatan penurunan stunting di wilayah kerja Kecamatan Jambi Timur terutama pada kualitas pelayanan intervensi gizi spesifik integratif stunting yang dilaksanakan di puskesmas Tanjung Pinang. Pada komponen input, perencanaan dan pengganggaran serta kerjasama lintas sektor dan pembagian kewenangan belum di laksanakan dengan implementasi langsung terkait integrasi stunting . Pada komponen proses, yaitu pelayanan yang di lakukan terhadap sasaran prioritas sudah di lakukan tetapi pemantauan dan evaluasi pemberian TTD ibu hamil belum dilakukan berkala dan pendistribusia MT serta TTD belum dibuat jadwal secara tertulis. Pada komponen output, kualitas peningkatan indikator intervensi gizi spesifik terutama pada capaian cakupan Ibu memberikan asi eksklusif dan remaja putri mendapatkan TTD serta Ibu hamil mendapat TTD masih belum mencapai target. Peran dari keterlibatan lintas sektor serta edukasi dari tenaga kesehatan untuk menggiatkan para ibu guna memberikan asi eksklusif serta para remaja putri dan Ibu Hamil untuk rutin mengkonsumsi tablet tambah darah perlu ditingkatkan dan didukung penuh.

A health problem that needs serious treatment in Indonesia is the high number of stunting cases. Stunting occurs in almost all regions of Indonesia, one in three toddlers and toddlers are stunted, the prevalence of stunting based on the 2022 Indonesian Nutrition Status Study (SSGI) is 21.6%. The Jambi City government's target to reduce prevalence by 14% by 2024 is clearly stated in Presidential Regulation number 18 of 2020 concerning RPJMN 2020-2024. The impact of stunting on children causes GDP losses of up to 300 trillion rupiah every year, with serious implications for psychosocial aspects and children's mental health. Stunting is a growth and development disorder in children due to chronic malnutrition and recurrent infections, which is characterized by being short or very short based on length/height for age which is less than -2 standard deviation (SD) on the WHO growth curve. The prevalence of stunting in Jambi Province based on EPPGBM data is 18% in 2022. The highest stunting data in August 2023 was at the Tanjung Pinang Community Health Center, Jambi City, with 67 children, which had increased from 2022 with 23 children. This research aims to analyze a qualitative study of the stunting prevention program in the implementation of specific integrative nutritional interventions in the work area of ​​the Tanjung Pinang Community Health Center, Jambi City in 2023. This qualitative research uses primary data originating from in-depth interviews and secondary data originating from document review. The results of the research show that planning and budgeting, cross-sectoral cooperation and the division of authority within government levels are not yet optimal, which could be a potential obstacle to accelerating stunting reduction in the East Jambi District work area, especially in the quality of stunting-specific integrative nutritional intervention services implemented at the Tanjung Pinang health center. In the input component, planning and budgeting as well as cross-sector collaboration and division of authority have not been carried out with direct implementation regarding stunting integration. In the process component, namely the services provided to priority targets have been carried out but monitoring and evaluation of the provision of TTD to pregnant women has not been carried out regularly and the distribution of MT and TTD has not yet been made into a written schedule. In the output component, the quality of improvement in specific nutritional intervention indicators, especially in achieving coverage of mothers providing exclusive breastfeeding and adolescent girls receiving TTD and pregnant women receiving TTD, has still not reached the target. The role of cross-sector involvement and education from health workers to encourage mothers to provide exclusive breastfeeding as well as young women and pregnant women to regularly consume blood supplement tablets needs to be increased and fully supported.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octoviana Carolina
"Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa prevalensi stunting di Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara. Dalam laporan sebelumnya, Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 17 negara yang mengalami beban ganda gizi, baik kelebihan maupun kekurangan gizi Prevalensi stunting Provinsi DKI Jakarta dari 27,5% (tahun 2013) menjadi 17,7 % (tahun 2018), wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara 0,59% (tahun 2018) dan 0,5% (tahun 2019) menjadi 3,35% (tahun 2020), dan Wilayah Kecamatan Pademangan 0,7% (tahun 2018)dan 0,4% (tahun 2019) menjadi 6,42% (tahun 2020). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan intervensi gizi spesifik integratif stunting di wilayah kerja puskesmas kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Penelitian kualitatif dengan desain rapid assessment prosedur ini menggunakan data primer yang berasal dari wawancara mendalam serta FGD dan data sekunder yang berasal dari telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan belum optimalnya perencanaan dan penganggaran, kerjasama lintas sektoral serta pembagian kewenangan pada jajararan pemerintahan yang dapat menjadi potensi penghambat pada percepatan pencegahan stunting di wilayah kecamatan Pademangan terutama pada kualitas pelayanan intervensi gizi spesifik integratif stunting yang dilaksanakan di puskesmas Kecamatan Pademangan. Pada komponen input, perencanaan dan pengganggaran serta kerjasama lintas sektor dan pembagian kewenangan belum di laksanakan dengan implementasi langsung terkait integrasi stunting . Pada komponen proses, yaitu pelayanan yang di lakukan terhadap sasaran prioritas sudah di lakukan tetapi secara kualitas yaitu pengetahuan mengenai gizi berimbang dan kebiasaaan hidup sehat masih belum di laksanakan terutama oleh ibu menyusui dan remaja putri. Pada komponen output, kualitas pelayanan terutama pada Ibu memberikan asi eksklusif dan remaja putri mendapatkan tablet tambah darah masih belum tercapai. Peran dari keterlibatan lintas sektor serta edukasi dari tenaga kesehatan untuk menggiatkan para ibu guna memberikan asi eksklusif serta para remaja putri untuk rutin mengkonsumsi tablet tambah darah perlu ditingkatkan dan didukung penuh.

The 2016 Global Nutrition Report noted that the prevalence of stunting in Indonesia was ranked 108 out of 132 countries. In a previous report, Indonesia was listed as one of 17 countries that experienced a double burden of nutrition, both excess and malnutrition. The stunting prevalence of DKI Jakarta Province from 27.5% (in 2013) to 17.7% (in 2018), the City of Administration area North Jakarta 0.59% (in 2018) and 0.5% (in 2019) to 3.35% (in 2020), and the District of Pademangan 0.7% (in 2018) and 0.4% (in 2019) to 6.42% (in 2020). This study aims to analyze the specific stunting integrative nutrition intervention service in the working area of ​​the Puskesmas Pademangan sub-district, North Jakarta. This qualitative research with rapid assessment procedure design uses primary data from in-depth interviews and FGDs and secondary data from document review. The results showed that planning and budgeting was not optimal, cross-sectoral cooperation and division of authority in government ranks which could be a potential obstacle to the acceleration of stunting prevention in the Pademangan sub-district, especially in the quality of stunting integrative specific nutrition intervention services carried out at the Pademangan District Health Center. In the input component, planning and budgeting as well as cross-sectoral cooperation and division of authority have not been carried out with direct implementation related to stunting integration. In the process component, namely services that are carried out on priority targets, they have been carried out but in terms of quality, namely knowledge about balanced nutrition and healthy living habits, it is still not implemented, especially by breastfeeding mothers and young women. In the output component, the quality of service, especially for mothers who provide exclusive breastfeeding and young women who receive blood-added tablets, has not yet been achieved. The role of cross-sectoral involvement and education from health workers to encourage mothers to provide exclusive breastfeeding and young women to regularly consume blood-added tablets need to be improved and fully supported."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weny Wulandary
"Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, kesehatan dan gizi ibu yang buruk, pola asuh dan stimulasi psikososial tidak memadai. Tesis ini membahas determinan stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di provinsi NTT sebesar 32,8%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan stunting di antaranya adalah usia anak (OR: 1,723 CI 95% 1,215-2,445), jenis kelamin (OR: 1,777 CI 95% 1,305-2,419), BBLR (OR: 2,106 CI 95% 1,206-3,423), PBLR (OR: 1,768 CI 95% 1,133-2,759), riwayat penyakit infeksi (OR: 1,548 CI 95% 1,141-2,099), tingkat pendidikan ibu (OR: 1,555 CI 95% 1,136-2,127), dan sanitasi jamban (OR: 1,881 CI 95% 1,384-2,555). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor paling dominan terhadap stunting yaitu riwayat penyakit infeksi dengan nilai OR terbesar (p-value 0,003; OR: 2,244). Anak yang memiliki riwayat penyakit infeksi berisiko stunting sebesar 2,2 kali lebih tinggi dibandingan dengan anak yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi setelah dikontrol variabel usia anak, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, dan sanitasi jamban.

Stunting is the impaired growth and development that children experience from chronic malnutrition, repeated infection, poor maternal health, and inadequate psychosocial stimulation. The focus of this study is determinants of stunting on 6 – 23 months children in East Nusa Tenggara Province using data from the Study of Indonesian Nutritional Status in 2021. This research is a quantitative study used cross sectional design. The results showed that the proportion of stunting in 6-23 months in NTT province was 32.8%. The results of bivariate analysis showed that variables significantly associated with stunting included child age (OR: 1.723 CI 95% 1.215-2.445), gender (OR: 1.777 CI 95% 1.305-2.419), LBW (OR: 2.106 CI 95% 1.206-3.423), LBH (OR: 1.768 CI 95% 1.133-2.759), history of infectious disease (OR: 1.548 CI 95% 1.141-2.099), maternal education (OR: 1.555 CI 95% 1.136-2.127), and toilet sanitation (OR: 1.881 CI 95% 1.384-2.555). The results of multivariate analysis showed that the most dominant factor of stunting was history of infectious disease (p-value 0,003; OR: 2.244). Children who have history of infectious disease are at risk of stunting by 2.2 times higher than children who do not have history of infectious disease after being controlled by child age, gender, LBW, LBH, and toilet sanitation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Indra Sari
"Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun di Indonesia tahun 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara karakteristik remaja, asupan zat gizi kebiasaan konsumsi sayur dan buah, aktifitas fisik olahraga, perilaku merokok, dan status gizi orang tua dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun. Status gizi remaja di ukur berdasarkan berdasrkan indeks antropometri yang disesuaikan dengan umur menurut baku standar CDC-NCHS (2000) dalam bentuk persentil.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2007 yang analisisnya dilakukan selama Oktober 2011Januari 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi di Indonesia, sedangkan sampelnya adalah anggota rumah tangga yang berumur 12-15 tahun yang berjumlah 53.837.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9,2% remaja mengalami gizi lebih dan 90,8% gizi tidak lebih. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, asupan protein, perilaku merokok, aktivitas olahraga, status gizi orang tua (ayah dan ibu) dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun. Namun tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara asupan energi, kebiasaan konsumsi buah dan sayur dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun.
Penulis menyarankan bagi pihak instansi kesehatan untuk bekerjasama dengan instansi pendidikan dalam memberikan informasi tentang gizi seimbang dan perilaku beresiko pada remaja, bagi instansi pendidikan menambahkan kurikulum khusus tentang pola hidup dengan gizi seimbang dan pemantauan berat badan dan tinggi badan disekolah, bagi orang tua meningkatkan pengetahuan, mengupayakan anak mendapatkan pendidikan, mempraktekkan pola hidup dengan gizi seimbang, memantau berat badan anak, dan bagi remaja lebih terbuka terhadap informasi, mempraktekkan pola hidup dengan gizi seimbang antara lain dengan makan dengan variasi makanan, tidak merokok, melakukan aktivitas fisik dan memantau berta badannya.

This thesis discusses about factors related to adolescent nutritional status age 1215 years in Indonesia 2007. Objective of this study is to find out correlation between adolescent characteristic, nutritional intake of fruit and vegetable consumption, exercise activity, smoking behavior, parent nutritional status and adolescent one age 12-15 years. Measurement of it based on anthropometry index adjusted to standard of CDC-NCHS (2000) in percentile.
Study design using cross-sectional by secondary data of Riskesdas 2007 analyzed during October 2011 to January 2012. Population are all of household representing 33 provinces in Indonesia, and samples are household members age 12-15 years amounts 53.837. Study result shows that 9.2% of adolescent experiences more nutritional and 90.8% for poor one.
The result of statistical test shows that there are correlation between gender, education, protein intake, smoking behavior, exercise activity, parent nutritional status (father and mother) and adolescent nutritional status age 12-15.
The author recommends for the health agencies to cooperate with educational institutions in providing information on balanced nutrition and risk behavior in adolescents, for educational institutions to add a special curriculum on lifestyle with balanced nutrition and monitoring of weight and height at school, for parents enhance the knowledge, seeking children get an education, practice lifestyle with balanced nutrition, monitoring the child's weight, and for adolescents are more open to information, practice lifestyle with balanced nutrition, among others, by eating a varied diet, not smoking, physical activity and asked to monitor his body.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmah
"The high prevalence of anemia and vitamin A deficiency among underfive children is related to their food intake and health status. The situation appeared worst after multiple crisis hit Indonesia in 1997/1998. To obtain factors affecting the nutritional status of children aged 1-5 years, a baseline study was conducted in DKI Jakarta, Bogor, and Tangerang in collaboration with UN-WFP. The sample size was 1337 underfive children consisting of 666 boys and 666 girls.
The study showed that malnutrition among underfive children was still high which indicated the high prevalence of underweight and stunting, especially in Bogor District and Tangerang District. The micronutrient intake of vitamin A, iron, and zinc among underfive children were certainly below the Indonesian RDA. The level of poverty and the education of woman as well as husbands were two conditions that were obvious from all areas, mainly Tangerang District.
"
Depok: Center for Family Welfare University of Indonesia, 2005
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Rishandayani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku gizi seimbang pada mahasiswa FIK UNJ. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada April - Mei 2016 kepada 146 mahasiswa FIK UNJ yang berusia 19-23 tahun. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 19,9% mahasiswa berperilaku gizi seimbang yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan gizi seimbang dengan perilaku gizi seimbang (pvalue=0,026).

This purpose of this study is to determine the factors related to the behavior of balanced nutrition in Faculty of Sport Science, State University of Jakarta students. This study used a cross-sectional design. Data were collected in April-May 2016 to 146 students aged 19-23 years. The instrument of this study is a questionnaire. The results showed that 19,9% of the students behaved well balanced nutrition. Statistical analysis showed that there was a significant relationship between knowledge about balanced nutrition with balanced nutrition behavior (p-value = 0.026).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Organization, 2002
305.26 WOR k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shiela Stefani
"Tindakan bedah pankreatektomi dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas pascabedah. Terapi medik gizi pra dan pasca-pankreatektomi dapat mempertahankan status gizi, mempercepat pemulihan kapasitas fungsional, dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Empat pasien, yang terdiri atas tiga perempuan dan satu laki-laki dengan rentang usia 30‒65 tahun, menjalani pankreatikoduodenektomi sebagai terapi kanker ampula Vateri. Nutrisi prabedah diberikan secara oral dalam bentuk makanan biasa dengan atau tanpa oral nutrition supplement (ONS). Delapan jam prabedah semua pasien mendapat ONS yang mengandung 30 g karbohidrat dan tiga pasien diberikan nutrisi enteral dini <48 jam pascabedah. Dua pasien mengalami komplikasi postoperative pancreatic fistula grade A dan satu pasien dengan obes morbid mengalami delayed gastric emptying pascabedah. Terapi medik gizi pascabedah berupa pemberian energi, makronutrien, mikronutrien, dan edukasi nutrisi disesuaikan dengan kondisi klinis dan toleransi asupan pasien. Asupan energi keempat pasien saat pulang mencapai 76‒109% kebutuhan energi total. Semua pasien mengalami perbaikan keluhan klinis, komplikasi, toleransi asupan, kontrol glukosa darah, dan kapasitas fungsional, serta dapat mempertahankan bahkan meningkatkan berat badan perioperatif. Lama rawat menjadi lebih singkat dan semua pasien diizinkan rawat jalan. Terapi medik gizi yang adekuat pada pasien pankreatektomi dapat meningkatkan status gizi dan kapasitas fungsional, memperbaiki luaran klinis, menurunkan morbiditas, dan mempersingkat lama rawat.

Pancreatectomy surgery can cause escalation in post-surgical morbidity and mortality. Nutrition therapy before and after pancreatectomy can help preserve nutritional status, accelerate recovery of functional capacity, and improve patient’s quality of life. Four patients, consisting of three women and one man whose age ranged between 30 – 65 years old, underwent pancreaticoduodenectomy as a therapy for ampulla of Vateri cancer. Pre-surgical nutrition was given through oral route in the form of normal food with or without oral nutritional supplement (ONS). Eight hours before surgery all patients received ONS containing 30 g of carbohydrate and three patients were given early enteral nutrition <48 hours post-surgery. Two patients experienced postoperative pancreatic fistula grade A and one patient with morbid obesity experienced delayed gastric emptying postoperatively. Post-surgical nutritional therapy includes supply of energy, macronutrients, micronutrients, and nutrition education adjusted to the patient’s clinical condition and intake tolerance. Energy intake of the four patients attained 76-109% of the total energy requirement. All patients experience improvement of clinical symptoms, complications, intake tolerance, glycemic control and functional capacity, and able to preserve and even increase their perioperative body weight. Length of stay was shorter and all patients were allowed to be discharged and treated in the outpatient clinic. Adequate medical nutrition therapy in pancreatectomy patients can enhance nutritional status and functional capacity, improve clinical outcome, reduce morbidity, and shorten length of stay."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kusumawati
"Perilaku gizi seimbang merupakan praktik pemberian aneka ragam makanan balita dengan menyertakan prinsip perilaku hidup bersih, aktifitas fisik dan mempertahankan berat badan normal. Penerapan perilaku gizi seimbang pada ibu diharap mampu mempercepat perbaikan gizi masyarakat Kemenkes,2014. Kejadian balita malnutrisi masih menjadi masalah prioritas pada negara berkembang seperti Indonesia. Provinsi Banten memiliki angka balita kurus 7.3 melebihi angka nasional 6.8.
Tujuan penelitian menilai hubungan antara perilaku gizi seimbang dengan status gizi balita di kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional melibatkan 200 sampel ibu yang memiliki balita. Perilaku ibu diukur dengan 17 pertanyaan tentang perilaku gizi seimbang menggunakan kuesioner. Status gizi balita dinilai berdasarkan nilai z-score perbandingan berat badan dan tinggi badan BB/TB.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi ibu dengan perilaku gizi seimbang buruk mencapai 34.5 dan prevalensi balita kurus dan sangat kurus 13.5 diatas rata-rata nasional 12.1. Hasil uji bivariat menunjukan hubungan antara perilaku gizi seimbang, pengetahuan gizi seimbang ibu, umur balita, riwayat imunisasi dan riwayat BBLR dengan status gizi balita. Hasil uji multivariat menemukan adanya hubungan perilaku gizi seimbang dengan status gizi balita setelah dikontrol variabel status ekonomi keluarga dengan nilai OR 3.2. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya upaya promosi kesehatan masyarakat mengenai gizi seimbang untuk mempercepat peningkatan perilaku ibu guna mereduksi prevalensi balita kurus di area kerja Puskesmas Tegal Angus.

Nutrition balanced behaviour is the practice of giving dietary diversity byincluding principles of clean living behavior, physical activity and maintaining normal weight. The Implementation of balanced nutritional behavior is expected to be able to improve the nutritional of the community Ministry of Health, 2014. The incidence of children malnutrition is still priority issue in developing countries such as in Indonesia. The prevalence of wasted of under five children was 7.3 higher than national number 6.8.
The objective of the study was to assess the relationship between nutrition balanced behavior and nutritional status of under five years children in Teluknaga Subdistrict, Tangerang district. The study used a cross sectional study design involving 200 samples of mother with under five children. Maternal behavior was measured by 17 questions about nutritional balanced behavior using a questionaire. The nutritional status of under five children assessed based on Z score ratio of body weight for heightZ Score WHZ.
The results showed that the proportion of mother with low nutrition balanced behavior reached 34.5 and the prevalence of wasting and severaly wasting 13.5 above the national average 12.1. The result of bivariate test shows the significant correlation between balanced nutririon behavior, maternal knowledge of nutrition balanced, children ages, immunization history and history of low birth weight with nutritional status of under five children. Multivariate test result after controlled variabel economic status found a relationship of nutritional balanced behavior with nutritional status of under five children with the value of OR 3.2. Based on that, its necessary to promote health promotion on balanced nutrition to accelerate the improvement of mother behavior to reduce the prevalence of wasting in the work area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safirah Firliani
"Ditemukan adanya tren peningkatan kasus stunting di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat pada tahun 2021-2022. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran umum dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita (0-59 bulan) berdasarkan indeks PB/U atau TB/U di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat tahun 2023. Data berasal dari Data Balita Bermasalah Gizi Puskesmas dengan menggunakan desain studi potong lintang. Sampel penelitian berjumlah 771 balita dan dianalisis dengan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi balita pendek (stunted) di Puskesmas Kebon Jeruk tahun 2023 sebanyak 537 balita (69,6%). Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan, yaitu umur 24-59 bulan (POR = 1,564; 95% CI: 1,148-2,129), adanya penyakit penyerta (POR = 1,516; 95% CI: 1,105-2,078), konsumsi gizi tidak seimbang (POR = 2,697; 95% CI: 1,704-4,269), imunisasi dasar tidak lengkap (POR = 2,086; 95% CI: 1,526-2,853), asupan gizi ibu selama hamil tidak tercukupi (POR = 2,217; 95% CI: 1,592-3,088), dan riwayat ibu hamil kekurangan energi kronis (POR = 1,784; 95% CI: 1,306-2,435). Sedangkan, variabel jenis kelamin balita, jamban sehat di tempat tinggal, pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga, dan akses bersih termasuk ke dalam kelompok faktor protektif. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan program gizi bagi puskesmas selaku pelaksana program, meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat umum, serta untuk referensi bagi penelitian selanjutnya.

It was found that there was an increasing trend in stunting cases at the Kebon Jeruk PHC, West Jakarta in 2021-2022. This research aims to provide a general overview and determine the factors related to the nutritional status of toddlers (0-59 months) based on the PB/U or TB/U index at the Kebon Jeruk PHC, West Jakarta in 2023. Data were obtained from Data of Toddlers with Nutritional Problems in PHC using a cross-sectional study design. The research sample consisted of 771 toddlers and was analyzed using the chi-square statistical test. The research results show that the prevalence of stunted toddlers at the Kebon Jeruk PHC in 2023 is 537 toddlers (69.6%). Factors that were significantly related were age 24-59 months (POR = 1.564; 95% CI: 1.148-2.129), presence of comorbidities (POR = 1.516; 95% CI: 1.105-2.078), unbalanced nutritional consumption (POR = 2.697; 95% CI: 1.704-4.269), incomplete basic immunization (POR = 2.086; 95% CI: 1.526-2.853), inadequate maternal nutritional intake during pregnancy (POR = 2.217; 95% CI: 1.592-3.088 ), and a history of chronic energy deficiency in pregnant women (POR = 1.784; 95% CI: 1.306-2.435). Meanwhile, the variables of toddler's gender, healthy toilets in the residence, household waste management, and access to cleanliness are included in the group of protective factors. It is hoped that this research will be useful for developing nutrition programs for PHC as program implementers, increasing awareness and participation of the general public, and as a reference for further research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>