Metode: Penelitian menggunakan desain analitik potong lintang dari database Halodoc pada bulan Maret-April 2020. Pasien dikategorikan menjadi pernah dan belum pernah didiagnosis berdasarkan riwayat penyakit dan diagnosis dokter telemedis. Tatalaksana farmakologi dan rujukan diketahui dari kalimat ‘Doctor Referral’, ‘Prescription’, dan saran oleh dokter telemedis. Hasil: Dari 109 sampel, ditemukan bahwa pasien NPB yang belum pernah didiagnosis memiliki persentase tatalaksana farmakologi yang lebih tinggi (84,1%), sedangkan pasien NPB yang pernah didiagnosis memiliki persentase tatalaksana rujukan yang lebih tinggi (40,6%). Walaupun demikian, hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara keputusan tatalaksana farmakologi (p=0,260) dan rujukan (p=0,326) pada pasien NPB yang pernah dan belum pernah didiagnosis pada layanan telemedis.Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang bermakna antara keputusan tatalaksana farmakologi dan rujukan pada pasien NPB yang pernah didiagnosis dan yang belum pernah didiagnosis sebelumnya pada layanan telemedis di Indonesia. Penelitian selanjutnya memerlukan sampel lebih banyak dan seimbang untuk kedua variabel.
Kata kunci: telemedis, pasien, nyeri punggung bawah, tatalaksana farmakologi, rujukan
Telemedicine merupakan salah satu komponen penting dalam transformasi digital kesehatan di Indonesia. Penggunaan telemedicine dapat meningkatkan pemerataan akses kesehatan masyarakat Indonesia. Namun, 58,2% masyarakat Indonesia masih belum mengetahui mengenai telemedicine. Faktor yang memengaruhi minat penggunaan telemedicine setelah pandemi COVID-19 berakhir juga masih belum jelas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh faktor-faktor yang memengaruhi adopsi telemedicine di Indonesia serta merancang rekomendasi strategi untuk meningkatkan adopsi teknologi telemedicine masyarakat Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model adopsi teknologi UTAUT2. Penelitian ini menggunakan PLS-SEM (Partial Least Square-Structural Equation Modeling) untuk menganalisis 350 data responden. Kemudian, pemilihan rekomendasi didasarkan pada hasil penelitian menggunakan metode Complex Proportional Assessment (COPRAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Price Value (PV), Social Influence (SI), Facilitating Conditions (FC), Geographical Location (GL), dan Performance Expectancy (PE) berpengaruh terhadap adopsi telemedicine di Indonesia, sedangkan sosialisasi kepada masyarakat merupakan prioritas strategi untuk meningkatkan adopsi telemedicine masyarakat Indonesia.