Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221666 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Yulia Maritasari
"Obesitas merupakan keadaan kelebihan lemak tubuh yang abnormal dimana obesitas yang terjadi pada masa remaja meningkatkan risiko obesitas saat dewasa dan menimbulkan beberapa masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan kejadian obesitas pada siswa di 2 SLTA Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat tahun 2015. Desain penelitian adalah cross sectional, pengambilan sampel menggunakan metode systematic random sampling, dan total sampel sebanyak 128 siswa. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan proporsi kejadian obesitas berdasarkan riwayat genetik (pvalue = 0,0001), durasi tidur (pvalue = 0,017), asupan energi (pvalue = 0,0001), asupan karbohidrat (pvalue = 0,001) dengan kejadian obesitas. Ada perbedaan proporsi kejadian obesitas berdasarkan asupan energi (pvalue = 0,006, OR = 9,64), riwayat genetik (pvalue = 0,001, OR = 5,83), asupan karbohidrat (pvalue=0,018, OR = 3,86), jenis kelamin (pvalue = 0,011, OR = 0,213) setelah dikontrol oleh variabel sarapan pagi, asupan protein, asupan lemak, sedentary behavior, dan stress, dimana asupan energi merupakan faktor dominan. Sebaiknya siswa harus mulai menerapkan pola makan gizi seimbang, dan pola tidur dengan durasi tidur 7 – 8 jam/hari, serta melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan secara berkala yaitu sebulan sekali.

Obesity is an occurrence of abnormal excessive body fat where obesity in adolescence age increases the risk of obesity in adult age and it could cause some health issues. This study aims to find the dominant factorof obesity occurrence to students in 2 High Schools in Sub-District Tanah Abang Central Jakarta in the year of 2015. The study design used is cross sectional, samples achieved by using the systematic random sampling with 128 students as total samples. Analysis of data includes univarate, bivariate, and multi variate analysis. The result of this study shows that there is a difference of obesity occurrence proportion based on genetic history (pvalue = 0,0001), sleep duration (pvalue = 0,017), energy intake (pvalue = 0,0001), carbohydrate intake (pvalue = 0,0001). There is a difference in obesity occurrence proportion based on energy intake (pvalue = 0,006, OR = 9,64), genetic history (pvalue = 0,001, OR = 5,83), carbohydrate intake (pvalue=0,018, OR = 3,86), gender (pvalue = 0,011, OR = 0,213) after control of variables of breakfast, protein intake, fat intake, sedentary behaviour and stress, where energy intake is a dominant factor. Students advised to start following the balanced diet and sleep of 7-8 hours/ day, and doing monthly body mass and height measurements."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kagita Kirana Hanifah
"Asupan energi yang tidak sesuai merupakan salah satu masalah gizi pada remaja. Asupan energi berlebih merupakan faktor yang berkontribusi pada kegemukan dan obesitas, salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di DKI Jakarta, sebanyak 21,3% remaja memiliki asupan energi ≥ 130% AKG. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan perbedaan proporsi asupan energi berdasarkan faktor risikonya seperti kejadian emotional eating, external eating, dan lainnya pada remaja di SMA Budhi Warman 2 Jakarta tahun 2020. Terdapat 123 responden pada penelitian ini yang merupakan siswa-siswi di SMA Budhi Warman 2 Jakarta kelas X, XI, dan XII. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Data penelitian diperoleh dari pengisian kuesioner dan formulir food record 2 x 24 jam secara mandiri yang dilakukan secara daring. Pengambilan data penelitian dilakukan bulan Juli-September 2020. Hasil analisis univariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi remaja dengan asupan energi berlebih yaitu sebesar 60,2%. Berdasarkan uji statistik chi square tidak ditemukan adanya perbedaan proporsi tingkat asupan energi yang signifikan berdasarkan faktor-faktor risikonya pada remaja di SMA Budhi Warman 2 Jakarta tahun 2020. Meski demikian, asupan energi berlebih cenderung terjadi pada remaja perempuan, mengalami external eating, dan mendapatkan uang saku tinggi

Energy intake that does not meet the recommendation is one of the nutritional problems among adolescents. Excessive energy intake is a contributing factor to overweight and obesity, one of the main global public health problems. In DKI Jakarta, 21.3% of adolescents have an energy intake ≥ 130% above the recommended amount. This study aims to determine the overview and proportion differences of energy intake based on its risk factors, such as emotional eating, external eating, and other factors among adolescents at SMA Budhi Warman 2 Jakarta in 2020. This study applies a cross-sectional research design on 123 students as a sample that is students of first to third grade in SMA Budhi Warman 2 Jakarta. Data were collected online by distributing a self-administered questionnaire and a 2 x 24-hour food record form. The research was conducted from July to September 2020. Univariate analysis results indicated that 60.2% of the students have excessive energy intake. Chi square statistic test indicated that there are no significant proportion differences in energy intake level based on its risk factors among adolescents at SMA Budhi Warman 2 Jakarta in 2020. However, excessive energy intake tends to occur in female adolescents, positive with external eating, and receive large pocket money."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumaisha Hasnah Ibrahim
"Obesitas merupakan masalah kesehatan yang terus mengalami peningkatan baik secara global maupun di Indonesia. Obesitas pada remaja didiagnosis dengan mengkategorikan indeks massa tubuh (IMT) menggunakan grafik CDC. Obesitas pada remaja dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang, seperti munculnya timbulnya resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular di usia dini. Salah satu etiologi obesitas ialah asupan energi berlebih, yang berasal dari asupan kalori dari sumber makronutrien dalam jumlah yang tidak normal (lebih tinggi dari anjuran asupan gizi yang ada). Penelitian ini menganalisis hubungan asupan energi total dan jenis asupan makronutrien dengan derajat obesitas yang dikategorikan berdasarkan rerata IMT sampel. Subjek terdiri dari 69 remaja usia 14-18 tahun yang bersekolah di SMA di DKI Jakarta. Studi ini menggunakan desain potong lintang dengan menganalisis data sekunder yang didapat dari penelitian sebelumnya. Pada hasil ditemukan bahwa total asupan kalori tidak berhubungan dengan dengan derajat obesitas (p = 0,135) dan asupan makronutrien tidak memiliki hubungan signifikan dengan derajat obesitas (p > 0,05).

Obesity is a disease with increasing prevalence globally and within Indonesia. Obesity in adolescent is diagnosed using body mass index (BMI) percentile in growth chart arranged by CDC. Childhood obesity could lead to long term concequences such as insulin resistance and cardiovascular diseases at earlier age. One of the primary cause for obesity is excess energy intake in accordance to its energy requirement affected by total energy expenditure. Energy intake would be defined by total caloric intake and its variety of macronutrient composition. This research is conducted to determine the correlation between total caloric intake and macronutrient intake status with degree of obesity categorized by the mean of samples BMI. Subjects included 69 adolescents aged 14-18 who were studying in Senior High School in Jakarta during data collection. This research is a cross-sectional study using secondary data collected from a prior research. With comparative approach, the results show that total caloric intake does not corellate with degree of obesity (p = 0,135) and macronutrient composition has no significant corellation with degree of obesity (p > 0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Hayati
"Energi berfungsi sebagai sumber energi metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu, dan aktivitas fisik. Pemenuhan energi pada anak dapat tergantung dari ketepatan pemberian makannya. Asupan energi di bawah kebutuhan normal anak, dapat menyebabkan kekurangan energi kronis (KEK) hingga pada kondisi stunting. Penelitian bertujuan mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi pada anak usia 25-30 bulan di Gambir dan Sawah Besar, Jakarta Pusat tahun 2019. Penelitian menggunakan data sekunder penelitian case control dari penelitian sebelumnya. Total sampel sebanyak 107 anak. Analisis data menggunakan uji korelasi, uji T dan regresi linier ganda. Hasil Penelitian: rata-rata asupan energi 1057,6 kkal (<80%AKG), terdapat korelasi sangat kuat rata-rata asupan energi dengan variabel asupan protein (nilai r=0,781, p=0,0005), lemak (nilai r =0,816, p=0,0005) dan karbohidrat (nilai r=0,881, p=0,0005). Hasil uji T diperoleh rata-rata asupan energi berbeda secara bermakna pada variabel asupan minimum yang dapat diterima (p = 0,024), jumlah konsumsi susu (p = 0,0005), berat badan lahir (p = 0,045) dan jumlah anggota keluarga (p=0,023). Faktor dominan adalah asupan karbohidrat dengan nilai koefisien beta =0,557. Kesimpulan: Dinas Kesehatan, posyandu, ibu balita sebaiknya lebih memperhatikan pemenuhan asupan energi sesuai kebutuhan zat gizi makro usia anak.

The fulfillment of energy in children can depend on the accuracy of feeding. Energy intake below the normal needs of children can cause chronic energy deficiency (KEK) to stunting. This study aims to determine the dominant factors associated with energy intake in children aged 25-30 months in Gambir and Sawah Besar, Central Jakarta in 2019. This study uses secondary data from case control studies from previous studies. The sample is 107 children. Analysis using correlation test, T test and multiple linear regression. Research results: the average energy intake is 1057.6 kcal, the correlation of the average energy intake is very strong on the variables of protein intake (r value = 0.781), fat (r value = 0.816) and carbohydrates (r value = 0.881). T test results: the average energy intake was significantly different in the variables of acceptable minimum intake (p = 0.024), the amount of milk consumption (p = 0.0005), birth weight (p = 0.045) and the number of family members (p = 0.045). = 0.023). Dominant factor: carbohydrate intake (beta coefficient = 0.557). Conclusion: The Health Office, Posyandu, mothers of children under five pay attention to the fulfillment of energy intake according to the needs of macronutrients for children's age."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iftita Rakhma Ikrima
"Kalsium merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan kalsium berdasarkan kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan konsumsi softdrink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, uang saku, pendidikan ibu dan ayah serta konsumsi suplemen kalsium.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan pada 161 siswa SMA Negeri 2 Kota Depok selama bulan April 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner umum, kuesioner pengetahuan, kuesioner aktivitas fisik, dan asupan kalsium diukur dengan wawancara food recall 2x24 jam. Data dianalisis dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan 69,6% memiliki asupan kalsium kurang dengan rata-rata asupan kalsium 785,7 mg ± 295,82. Analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan asupan kalsium yang signifikan berdasarkan kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi susu, dan jenis kelamin. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan pihak sekolah dapat memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan kalsium, konsumsi susu, dan kebiasaan sarapan kepada siswanya.

Calcium is nutrient that has important roles in the growth. This research aimed to determine the differences of calcium intake based on breakfast habit, milk consumption, soft drink consumption, physical activity, sex, calcium knowledge, socio-economic (pocket money, mother and father's education), and calcium suplement consumption.
This research used cross sectional design with a total sample of 161 students of Senoir High School 2 Depok during April 2015. Data collection was conducted using general questionairre, PAQ-A, and calcium intake was measured by 2x24 hours food recall. The data was analyzed using Chi Square test.
The results showed that 69,6% of the students had calcium intake below 960 mg/day and the average calcium intake of students was 785,7 mg ± 295,82. Bivariate analyzes showed that there was significant diffference of calcium intake based on breakfast habit, milk consumption, and sex. Thus, it is recommended for the school to provide education about the important of calcium intake, milk consumption, and breakfast habit to the students to prevent calcium deficiency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Nuraini
"Diabetes mellitus, penyakit degeneratif yang terjadi akibat resistensi insulin pada sel tubuh, menyebabkan beberapa penyakit komordibitas dan sindrom metabolik seperti obesitas sentral. Obesitas sentral pada diabetisi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti asupan, gaya hidup dan lain-lain. Skripsi ini bertujuan untuk melihat perbedaan obesitas sentral berdasarkan asupan energi dan faktor lainnya pada diabetisi. Penelitian ini dilakukan pada diabetisi di Puskesmas Jatinegara pada bulan April 2017. Desain penelitian ini menggunakan metode Cross-sectional dengan jumlah sampel 133 orang. Lingkar perut ditentukan berdasarkan pengukuran dengan menggunakan pita ukur, aktivitas fisik dan kebiasaan makan diketahui melalui kuesioner aktivitas fisik GPAQ, food recall 24 jam dan Food Frequency Questionnaire FFQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengukuran lingkar perut sebanyak 85 diabetisi mengalami obesitas sentral. Uji Independent T-Test menyatakan bahwa variabel asupan lemak, kebiasaan sarapan dan tingkat pengetahuan memiliki perbedaan bermakna dengan obesitas sentral. Untuk menurunkan angka obesitas sentral pada diabetisi, disarankan untuk diberikan edukasi mengenai obesitas sentral dan pola makan pada diabetisi.

Diabetes mellitus is a degenerative disase caused by insulin resistance in body cells, it will also causes some diseases of comordibity and metabolic syndrome such as abdominal obesity. Abdominal obesity in diabetics can be influenced by various factors such as food intake, lifestyles and others. This undergraduate thesis aims to see the difference between abdominal obesity based on energy intake and other factors in diabetics. This study was conducted on diabetics in Puskesmas Jatinegara in April 2017. The design of this study used Cross sectional method over 133 people as sample size. Abdominal circumference is determined by measurement using measuring tape, physical activity and eating habits throughout GPAQ Physical Activity Questionnaire, 24 hour Food Recall and Food Frequency Questionnaire FFQ.
The results showed that based on abdominal circumference measurements as much as 85 of diabetics are abdominal obesity. The Independent T Test stated that the variable fat intake, breakfast habits and knowledge level had significant differences with abdominal obesity. In order to reduce abdominal obesity rates in diabetics, it is advisable to promote the education on abdominal obesity and diet for diabetics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yanci
"Obesitas adalah faktor risiko penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian obesitas berdasarkan asupan gizi, aktivitas fisik, dan faktor lainnya. Penelitian ini melibatkan 104 responden yang merupakan PNS di Kantor Dinas Kesehatan kota Depok. Obesitas diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh. Sebanyak 50% PNS mengalami obesitas (IMT > 25 kg/m2). Dari beberapa variabel yang diuji, terdapat perbedaan bermakna kejadian obesitas berdasarkan asupan energi, karbohidrat, dan lemak, serta kebiasaan makan di luar rumah baik pada pria maupun wanita. Setelah dikontrol oleh jenis kelamin, perbedaan tersebut hanya bermakna pada wanita. Berdasarkan hasil penelitian, PNS disarankan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang berlebihan, serta mengurangi frekuensi makan di luar rumah untuk mencegah obesitas.

Obesity is an independent risk factor for cardiovarcular disease. The purpose of this cross-sectional study is to identify the difference in the incidence of obesity based on dietary intake, physical activity, and some other factors. A total of 104 civil servants of Depok Health Department were included in this study. Obesity was measured using Body Mass Index. The prevalence of obesity (BMI > 25 kg/m2) was 50%. From the tested variables, there were significant differences in proportion of energy, carbohydrate, and protein intake, as well as eating out of home on the prevalence of obesity in both men and women. After controlled by sex, the differences were only significant in women, but not in men. The results suggest that civil servants to reduce energy, carbohydrate, and fat intake, as well as the frequency of eating out of home."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netti Yaneli
"Masa awal anak-anak ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (growth spurt). Mencukupi kebutuhan energi yang adekuat merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Akibat defisiensi energi pada balita bisa menyebabkan berbagai macam masalah gizi seperti stunting, wasting, maupun underweight. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi balita usia 24 bulan di Tangerang tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Total sampel sebanyak 100 anak. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil analisis bivariat menunjukkan Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Acceptable Diet (MAD), dan jumlah konsumsi susu memiliki hubungan yang signifikan terhadap asupan energi. Analisi multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan asupan energi adalah Minimum Dietary Diversity (MDD) (OR:6,8), setelah dikontrol oleh Minimum Meal Frequency (MMF), jumlah konsumsi susu, tingkat pendidikan ibu, dan pengetahuan gizi ibu. Anak yang MDD nya tidak tercapai berpeluang 6,8 kali memiliki asupan energi yang kurang. Faktor dominan lainnya yang berhubungan dengan asupan energi pada balita adalah Minimum Acceptable Diet (MAD) (OR:10,6), setelah dikontrol oleh pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu. Anak yang MAD nya tidak tercapai berpeluang 10,6 kali memiliki asupan energi yang kurang.

Early childhood is characterized by rapid growth (growth spurt). Meeting adequate energy needs is very important for children. Due to energy deficiency in toodlers, it can cause various kinds of nutritional problems such as stunting, wasting, and underweight. This study aims to determine the dominant factors associated with the energy intake of children aged 24 months in Tangerang in 2019. This research uses quantitative methods. The type of research used is descriptive with cross sectional approach. The total sample is 100 children. Data analysis is used chi square test and multiple logistic regression. The results of the bivariate analysis shows that the dominant factor associated with energy intake is Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Acceptable Diet (MAD), and the amount of milk consumption had a significant relationship to energy intake. Multivariate analysis shows that the dominant factor associated with energy intake is Minimum Dietary Diversity (MDD) (OR:6,8), after being controlled by Minimum Meal Frequency (MMF), mother’s education level, maternal occupation, family income, and total milk consumption. Children whose MDD is not achieved are 6,8 times likely to have less energy intake. Another dominant factor related to energy intake in children is the Minimum Acceptable Diet (MAD) (OR:10,6), after being controlled by maternal education and maternal occupation. Children whose MAD is not achieved are 10,6 times more likely to have less energy intake."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonika Aryani
"Prevalensi overweight pada remaja semakin meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia dan telah menjadi masalah kesehatan yang serius. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian menggunakan desain studi cross-sectional mengenai perbedaan asupan (energi, protein, lemak, karbohidrat, dan serat), kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, durasi tidur, dan pengetahuan gizi pada kejadian overweight siswa-siswi SMAK 2 PENABUR Jakarta sebelum dan setelah dikontrol oleh jenis kelamin. Uji statistik yang digunakan yaitu Chi Square yang melibatkan 121 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 33,1% remaja mengalami overweight. Variabel yang memiliki perbedaan proporsi bermakna (P value ≤0,05) pada kejadian overweight sebelum dan setelah dikontrol oleh jenis kelamin antara lain asupan (energi, protein, lemak, dan karbohidrat), kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, dan durasi tidur (OR. Oleh sebab itu, sangat diperlukan berbagai usaha baik dari pihak sekolah maupun pihak orang tua untuk lebih memperhatikan status gizi remaja salah satunya dengan mengadakan penimbangan berat badan secara rutin (minimal sekali dalam sebulan).

The prevalence of overweight in adolescents keep increasing every year either in developed countries or in developing countries including Indonesia and has become a serious health problem. Therefore, research using cross-sectional study design of the difference between dietary intake, breakfast habit, and other factors to overweight adolescents in PENABUR 2 Christian Senior High School Jakarta before and after controlled by sex. The statistical test used is the Chi Square involving 121 respondents.
The results showed that as many as 33.1% overweight adolescents. Variables that have significant differences in proportions (P value ≤0.05) in the incidence of overweight before and after controlled by sex were dietary intake (energy, protein, fat, and carbohydrate), breakfast habits, physical activity, and sleep duration. Therefore, it is necessary for both the school and the parents to pay more attention about adolescents’ nutritional status by at least conduct weighing program regularly at least once a month.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Utami Dewi
"ABSTRAK
Prevalensi obesitas di Indonesia makin meningkat . Obesitas yang terjadi akibat energi yang masuk lebih besar daripada yang dikeluarkan akan menyebabkan peningkatan massa lemak total tubuh, termasuk massa lemak viseral. Massa lemak dapat melatarbelakangi penyakit degeneratif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui korelasi rasio asupan energi (AE) terhadap kebutuhan energi total (KET) individu dengan massa lemak viseral dan kadar HbA1c plasma pada subjek obesitas di Indonesia.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang, yang dilakukan di kantor Balaikota DKI Jakarta pada bulan September sampai dengan Oktober 2014. Subjek penelitian didapatkan melalui Simple Random Sampling, sebanyak 52 orang yang sesuai kriteria penelitian ditetapkan sebagai subjek penelitian. Didapatkan hasil sebagian besar subjek termasuk usia 46–55 tahun (55,8%), sebagian besar subjek penelitian adalah perempuan (65,4%), dengan IMT sama besar antara obes 1 dan 2. Lebih dari separuh subjek penelitian mempunyai rasio AE terhadap KET yang kurang karena under report pada pelaporan asupan per hari. Hampir seluruh subjek laki-laki mempunyai massa lemak viseral berlebih (94,4%), sementara pada subjek perempuan sebagian besar mempunyai massa lemak viseral normal. Seluruh subjek mempunyai massa lemak total berlebih. Kadar HbA1c plasma pada 75% subjek termasuk kategori berisiko DM. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara rasio AE terhadap KET dengan massa lemak viseral (r = 0,1; p=0,7). Korelasi antara rasio AE terhadap KET dengan kadar HbA1c didapatkan hasil bermakna dengan kekuatan sedang untuk usia 46–55 tahun (r=0,42;p=0,02). Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara massa lemak viseral dengan kadar HbA1c plasma.

ABSTRAK
The prevalence of obesity in Indonesia is increasing. Obesity, as the consequence of greater energy ingested than energy expended, cause an increase in total body fat mass including visceral fat mass that underlie degenerative diseases. The aim of this study was to find correlation between ratio of energy intake (EI) to individual total energy requirement (TER) with visceral fat mass and HbA1c levels in obese subject. The method used in this study was cross sectional, held in the institution of Balaikota DKI Jakarta during September to October 2014. The subject was obtained by simple random sampling and 52 subjects who meet study criteria were enrolled in this study. The results showed most of subjects age between 46–55 years (55,8%), majority of subjects were female (65,4%), with the same number of subjects categorized as obese 1 and obese 2. More than half of this subjects have ratio of EI to TER less than normal. Majority of the male subject have visceral fat mass greater than normal criteria (94,4%), while most of female subjects have normal criteria of visceral fat mass. All of the subjects have greater level of total body fat mass. Level of HbA1c in most of the subject are normal categories (75%). Ratio EI to TER did not correlate significantly with visceral fat mass (r=0,1; p=0,7). There were significant positive correlation between ratio EI to TER with HbA1c level in age of 46–55 year (r=0,42;p=0,02). Visceral fat mass did not correlate significantly with HbA1c plasma levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>