Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205492 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chyntia Aryanti Mayadewi
"Perkembangan kognitif anak pra-sekolah merupakan faktor penting yang dapat menentukan kemampuan kognitifnya di kemudian hari. Namun berbagai penelitian sebelumnya menemukan bahwa terdapat anak yang mengalami keterlambatan perkembangan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan kognitif serta hubungannya terhadap status gizi (TB/U & IMT/U), riwayat berat badan lahir dan stimulasi psikososial pada anak pra-sekolah (usia 5-6) tahun di Kecamatan Duren Sawit & Kramat Jati, Jakarta Timur. Pada penelitian ini digunakan analisis kuantitatif dengan desain potong lintang dan metode analisis korelasi. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan kognitif anak dinilai baik (n = 71). Terdapat  korelasi yang bermakna antara hubungan perkembangan kognitif dan TB/U & berat badan lahir (p = 0,001; 0,02). Tingkat pendapatan ditemukan bermakna pada kelompok responden berpendapatan menengah-tinggi dalam hubungan antara perkembangan kognitif dan status gizi TB/U & berat badan lahir. Hasil analisis lebih lanjut dengan regresi linear multivariat menunjukkan bahwa status gizi TB/U merupakan faktor dominan yang berkontribusi terhadap tingkat perkembangan kognitif sebesar 68% (R2 = 0,68; sig = 0,001).

Cognitive development in pre-school children is known to be important factor that contributes to later cognitive function in school-age. Previous studies found that there were numbers of children not fulfilling their cognitive development. This research focus on the cognitive development and its correlation to nutritional status (HAZ & BAZ), birth weight and psychosocial stimulation on 71 pre-school children (5-6 y.o) in Duren Sawit & Kramat Jati districts, Jakarta Timur. We implemented quantitative analysis with crosssectional design study and correlation analysis method. Univariate analysis showed that the cognitive development is mostly good (n = 71). We investigated that there was significant correlation between cognitive development and on BAZ & birth weight (p = 0,001; 0,02). Level of income is shown to be significant among averagehigh income group in the correlation of cognitive development and BAZ & birth weight. Further analysis used multivariate linear regression showed that BAZ was the dominant factors that contributes cognitive development level for 68% (R2 = 0,68; sig = 0,001)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suidman, Ieneke
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1992
649.122 SUI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suidman, Ieneke
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995
649.123 SUI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aswin Wihdiyanto
"Fokus dari penelitian ini adalah sekolah inklusif di SDN 02 dan SDN 06 Lebak Bulus serta SDN 24 Kramat Jati. Sekolah inklusif adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan tidak hanya untuk anak normal tapi juga untuk anak cacat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor organisasi seperti apa yang dimiliki oleh sekolah reguler tersebut sehingga sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif. Metodologi yang digunakan untuk menganalisis adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan positivis, dan data dikumpulkan melalui proses wawancara dengan beberapa informan terkait di sekolah. Hasil penelitian diperoleh bahwa guna siap memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus, sekolah reguler perlu melakukan perubahan atau penyesuaian pada beberapa faktor-faktor organisasi yang ada.

The focus of this research is an inclusive school as SDN 02 and SDN 06 Lebak Bulus and SDN 24 Kramat Jati. Inclusive schools are schools that provide education for children is not only normal but also for children with disabilities. This study aimed to determine factors such as what the organization is owned by regular schools so that schools can organize an inclusive education. The methodology that used to analyze is qualitative research with positivistic approach, and data collected through an interview process with several related informants in the school. Results showed that in order to provide educational services to children with special needs, mainstream schools need to make changes or adjustments in some of the factors existing organization."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28133
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniasih
"ABSTRAK
Anak usia sekolah rentan mengkonsumsi makanan tidak sehat padahal mereka
membutuhkan makanan sehat. Hal ini tergantung dari persepsi mereka karena
persepsi mempengaruhi pilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi. Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan persepsi tentang makanan sehat pada anak usia
sekolah di SDN 02 Duren Sawit. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif
dengan metode deskriptif. Jumlah sampel berjumlah 77 anak yang diambil secara
acak. Hasil penelitian ini yaitu 54,5% anak berpersepsi baik tentang gizi seimbang,
66,3% anak berpersepsi baik tentang kebutuhan gizi, dan 72,7% berpersepsi baik
tentang keamanan makanan. Ada hubungan antara terpaparnya informasi dengan
persepsi tentang gizi seimbang dan kebutuhan gizi namun tidak berhubungan dengan
persepsi tentang keamanan makanan.

ABSTRACT
School age children have susceptible to eat unhealthy food whereas they need healthy
food. It depend on their perception because perception will affect their choice of food.
This study aims to describe the perception of school age children about healthy food
at SDN 02 Duren Sawit. This study used quantitative research with descriptive
methods. The number of samples amounted to 77 children taken at random. The
results showed that 54,5% of children have good perception about balanced nutrition,
66,3% of children have good perception about nutritional needs, and 72,7% have
good perception about food safety. There was relationship between get of information
about healthy food with perception about balanced nutrition and nutritional needs, but
not related of perception about food safety.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43693
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Mayoritas mahasiswa perguruan tinggi di Pontianak, Kalimantan Barat, adalah pendatang dari daerah lain. Tulisan ini menyajikan hasil survey kecil tentang para migran muda tersebut. Kebanyakan mahasiswa berasal dari keluarga kelas menengah bawah..."
JSPA 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ayuana Lestari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kualitas attachment anak pada ibu dan kompetensi sosial anak pra-sekolah. Pengukuran kualitas attachment menggunakan modifikasi dari alat ukur Parent/Child Reunion Inventory (P/CRI) yang dibuat oleh Marcus (2001) dengan menggunakan insecurity scale dan pengukuran kompetensi sosial menggunakan modifikasi dari alat ukur Social Skill Rating System (SSRS) yang dibuat oleh Gresham & Elliot (1990) yang diukur melalui keterampilan sosial dan perilaku bermasalah. Partisipan berjumlah 100 orang ibu yang memiliki anak berusia 3 - 5 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kualitas attachment dengan keterampilan sosial anak (pearson correlation = -0.446, p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01), dan juga menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kualitas attachment dengan perilaku bermasalah (pearson correlation = 0.374, p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Karena menggunakan insecurity scale untuk mempermudah skoring, maka hasil yang didapat menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas insecure attachment anak pada ibu, maka akan semakin rendah keterampilan sosial yang dimiliki anak. sebaliknya semakin tinggi kualitas insecure attachment anak pada ibu, maka anak akan semakin sering menampilkan perilaku bermasalah.

This research was conducted to find the correlation between children to mother attachment quality and the children social competence in pre-school. The attachment quality was measured by modification of P/CRI tool (created by Marcus, 2001) using insecure scale method. The measurement of the social competence was measured by modification of SSRS tool (created by Gresham & Elliot, 1990) that measured through social skills and problem behavior. The participants of this research are 100 mothers whose having a child between 3 to 5 years old. The main results of this research show that the attachment quality negatively correlated significantly with and the children’s social competence (pearson correlation = -0.446, p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). The attachment quality also positively correlated significantly with the problem behavior (pearson correlation = 0.374, p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). Because of this study using insecurty scale to easier the skoring, this result show that the higher is children’s insecurity attachment to mother, the lower is the children’s social competence. In reverse, the higher is the children’s insecurity attachment to mother, children will more often showed problem behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Farhanah
"Anemia merupakan salah satu penyebab dari sebagian permasalahan gizi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data Riskesdas, prevalensi kejadian anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 11,7% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 22,7% pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berusia 15-18 tahun. Jumlah sampel penelitian sebanyak 1113 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 28,4%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia (p=0,030). Namun,tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi TTD, daerah tempat tinggal, paparan asap rokok, status pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pendidikan remaja, dan jumlah anggota keluarga.

Anemia is one of causes the nutrition problems in the world, especially in developing countries like Indonesia. According data of Riskesdas, the prevalence of anemia on adolescent girl in Indonesia was 11,7% in 2007 dan increased to 22,7% in 2013. This study aims to determine the factors associated to anemia on adolescent girl in Indonesia. This study using cross sectional study design based on data of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018. The sample in this study, were all adolescent girls aged 15-18 years there are 1113 respondents. The result of this study showed the prevalence of anemia in adolescent girls aged 15-18 years in Indonesia was 28,4%. The statistical test result show a significant relationship between nutritional status with anemia (p= 0,030). However, there was no significat relationship between iron supplement consumption, area of residence, exposure of cigarette smoke, father’s employment status, mothers education, adolescent education dan number of family members.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Paramitasari
"Pendidikan adalah investasi penting dalam sumber daya manusia. Perluasan pendidikan tanpa penambahan kesempatan kerja akan berdampak buruk. Pendidikan harus selaras dengan kebutuhan pasar tenaga kerja untuk memaksimalkan sumber daya manusia. Jika hal ini tidak terjadi, maka akan timbul ketidaksesuaian antara pekerjaan dan pendidikan. Ketidaksesuaian antara pekerjaan dan pendidikan dapat menjelaskan fenomena pengangguran. Ketika tenaga kerja melebihi permintaan, tingkat pengangguran meningkat. Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencari pekerjaan yang cocok atau menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Studi ini berfokus pada ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan di kalangan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK), yang merupakan sumber pengangguran terbesar di Indonesia. Studi ini menggunakan data Sakernas tahun 2017–2019 untuk menyediakan analisis komprehensif tentang ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan di kalangan lulusan SMK, dimulai dari prevalensinya, selanjutnya menyelidiki faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, dan terakhir mengkaji dampaknya terhadap upah. Studi ini membahas tiga jenis ketidakcocokan pekerjaan-pendidikan: overeducation (ketika tingkat pendidikan melebihi yang dipersyaratkan), horizontal mismatch (ketika keterampilan berbeda dari yang dibutuhkan), dan real mismatch (mengalami overeducation maupun horizontal mismatch). Dengan menggunakan metode analisis jabatan, penelitian ini menemukan kasus ketidakcocokan pekerjaan-pendidikan, khususnya horizontal mismatch dalam kasus yang tinggi. Setelah mengendalikan endogenitas dan bias pemilihan sampel, penulis menemukan hubungan negatif antara ketidaksesuaian pekerjaan-pendidikan dan kepadatan pekerjaan, yang merupakan ukuran aglomerasi. Kepadatan pekerja yang tinggi efektif mengurangi resiko pekerja lulusan SMK mengalami ketidakcocokan pekerjaan dan Pendidikan. Analsisi sub-sampel pada lima wilayah aglomerasi di Indonesia—Jabodetabek, Gerbang Kertosusilo, Kedung Sepur, Mebidangro, and Sarbagita— mendukung hasil temuan utama. Jabodetabek adalah yang paling kurang efisien dibandingkan wilayah aglomerasi lainnya dalam mengatasi ketidakcocokan pekerjaan dan pendidikan pada lulusan SMK. Aglomerasi mempunyai peran penting dalam proses pencocokan pekerjaan dan pendidikan utamanya pada pekerja usia muda yang bekerja di sektor industri dengan jurusan teknik. Penulis juga menemukan bahwa ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan mengakibatkan upah yang lebih rendah. Horizontal mismatch dan real mismatch mengakibatkan penurunan upah secara signifikan, sementara pekerja yang overeducated tidak terkena dampaknya. Studi ini juga menemukan bahwa real mismatched workers (mereka yang mengalami dua jenis ketidaksesuaian) mempunyai hukuman upah yang paling besar.

Education is a significant investment in human capital. Educational expansion without increasing job opportunities will have a detrimental effect. Education must be aligned with labor market needs to maximize human capital. In the absence of this, a job-education mismatch occurs. Job-education mismatches can explain the phenomenon of unemployment. When labor exceeds demand, the unemployment rate rises. It takes longer to find a matching job or to accept a job that does not match the level of education and skills possessed. This study focuses on the job-education mismatch among vocational secondary school (SMK) graduates, Indonesia's largest unemployment source. This study uses Sakernas data from 2017–2019 to provide a comprehensive analysis of job-education mismatch among SMK graduates, starting with prevalence, next investigating what factors affect it, and finally examining its impact on wages, one of the most important labor market outcomes. This study discusses three types of job-education mismatch: overeducation (when education levels exceed those required), horizontal mismatch (when skills differ from those required), and real mismatch (both overeducation and horizontal mismatch). Using job analysis methods, this study found cases of job-education mismatch, especially horizontal mismatch in higher cases. After controlling endogeneity and sample selection bias, the authors found a negative relationship between job-education mismatch and employment density, a measure of agglomeration. A higher employment density effectively reduces the risk of a job-education mismatch. Subsample analysis in five agglomeration regions in Indonesia—Jabodetabek, Gerbang Kertosusilo, Kedung Sepur, Mebidangro, and Sarbagita—supports the main study's findings. Among these regions, Jabodetabek is the least efficient in addressing the job-education mismatch among vocational school graduates. Agglomeration plays a significant role in the job-education matching process, particularly for young vocational school graduates majoring in engineering and working in the industrial sector. The author also found that job-education mismatches result in lower wages. Horizontal and real mismatches result in significantly reduced wages, while overeducated workers are unaffected. This study also found that really mismatched workers (those with two types of mismatches) had the greatest wage penalty. This negative effect is most pronounced for female graduates of SMK, recent graduates between the ages of 18 and 24, individuals with specialized skills in engineering, and those employed in the industrial sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>