Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adinda Verynka Maura Mugiyono
"Guru merupakan profesi yang menantang. Dengan tuntutan yang tinggi dan tantangan yang beragam, guru dapat menjadi profesi yang rentan terhadap stres. Hal ini menjadikan hardiness, yaitu trait memungkinkan individu untuk tetap hidup yang sehat dan baik sekalipun dihadapkan dengan tekanan, penting dimiliki oleh guru. Salah satu faktor internal yang dapat memengaruhi hardiness adalah fleksibilitas kognitif. Penelitian ini berusaha untuk menemukan hubungan antara fleksibilitas kognitif dan hardiness pada guru. Fleksibilitas kognitif akan diukur menggunakan Cognitive Flexibility Inventory (CFI) dan hardiness akan diukur menggunakan Multidimensional Hardiness Inventory for Young Adult (MHIYA). Sebanyak 71 guru berusia 20–45 tahun terlibat di dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika guru memiliki fleksibilitas kognitif yang tinggi, maka guru akan lebih tangguh ketika dihadapkan dengan situasi yang memicu stres.

Teaching is a challenging profession. With high demands and varied challenges, teaching can be a job that is vulnerable to stress. This makes hardiness, or the ability to live a healthy and good life even when under pressure, crucial for teachers to have. One internal factor that can influence hardness is cognitive flexibility. This research seeks to discover the relationship between cognitive flexibility and hardiness in teachers. Cognitive flexibility will be measured using the Cognitive Flexibility Inventory (CFI), and hardiness will be measured using the Multidimensional Hardiness Inventory for Young Adults (MHIYA). A total of 71 teachers aged 20–45 participated in this research. The research results show that when teachers have high cognitive flexibility, they will be more resilient when confronted with stressful conditions.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Renata Anindita Wibowo
"Mengalami transisi kehidupan bukan suatu pengalaman yang mudah. Hal ini dialami oleh para mahasiswa tahun pertama yang mengalami penyesuaian diri dalam berbagai aspek, yaitu akademik, sosial, dan emosional. Dalam menghadapinya, individu memerlukan strategi untuk dapat menyesuaikan diri, dimana fleksibilitas kognitif menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara fleksibilitas kognitif dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama. Studi kuantitatif dilakukan terhadap mahasiswa tahun pertama, yaitu mereka yang berada di semester satu dan/atau dua (N=90). Fleksibilitas kognitif diukur dengan menggunakan instrument Cognitive Flexibility Inventory yang dikembangkan oleh Indrasari et al. (unpublished manuscript). Penyesuaian diri di perguruan tinggi atau college adjustment diukur menggunakan instrumen College Adjustment Quetionnaire yang dikembangkan oleh Purnamasari (2022). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kemampuan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hal ini dapat diartikan keberhasilan mahasiswa dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan dapat diprediksi dengan adanya kemampuan fleksibilitas kognitif. Dalam arti lainnya, semakin tinggi fleksibilitas kognitif yang dimiliki, maka semakin tinggi pula kemampuan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.

Life transitions is not an easy experience. This phenomena experienced by first-year students who are struggling with adjustment in various aspects, namely academic, social and emotional. In dealing with struggle, individuals need strategies to be able to adapt, where cognitive abilities are one of the influencing factors. This research was conducted with the aim of examining the relationship between cognitive flexibiluty and college adjustment in first-year students. The quantitative study was conducted on first year students, those in their first and/or second semester (N=90). Cognitive flexibility was measured using the Cognitive Flexibility Inventory instrument developed by Indrasari et al. (unpublished manuscript). College adjustment is measured using the College Adjustment Questionnaire instrument developed by Purnamasari (2022). The results of Pearson correlation test show that cognitive flexibiluty has a significant positive relationship with college adjustment. It means that students' success in facing various challenges of change can be predicted by their cognitive flexibility. It can also be concluded that the higher the cognitive flexibility, the higher the college adjustment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haningtyas Prenggulu Putri
"Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fleksibilitas kognitif dan ekstremisme yang menyebabkan berkembangnya teori seperti extremism theory yang mengasumsikan bahwa fleksibilitas kognitif berkorelasi secara negatif dengan ekstremisme. Namun, di sisi lain context theory mengasumsikan bahwa fleksibilitas kognitif berkorelasi secara positif dengan ekstremisme. Selain itu, terdapat pula teori rigidity of the right yang menyatakan bahwa fleksibilitas kognitif berkorelasi dengan ekstremisme pada ekstrem kanan. Namun teori tersebut disanggah oleh ideological extremity theory yang menyatakan bahwa fleksibilitas kognitif berkorelasi dengan ekstremisme pada kedua kutub. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan antara fleksibilitas kognitif dan ekstremisme di tiga dimensi (sosial, religius, dan ekonomi) pada kelompok usia muda di Indonesia. Terdapat 158 partisipan yang terdiri dari 120 perempuan dan 38 laki-laki berusia 17-24 tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara fleksibilitas kognitif dan ekstremisme dimensi sosial. Korelasi yang tidak signifikan ditemukan pada korelasi antara fleksibilitas kognitif dan ekstremisme pada dimensi religius dan ekonomi.

Various studies have been conducted to determine the relation between flexibility and extremism which has led to the development of theories such as the theory of extremism which assumes that flexibility is negatively correlated with extremism. On the other hand, context theory assumes that cognitive flexibility is positively correlated with extremism. In addition, there is also the theory of rigidity of the right which states that cognitive flexibility is correlated with extremism at the extreme right. However, this theory is refuted by the ideological extremity theory which states that cognitive flexibility is correlated with extremism at both poles. This study aims to determine the relationship between cognitive flexibility and extremism in three dimensions (social, religious, and economic) in youth in Indonesia. There were 158 participants consisting of 120 women and 38 men aged 17-24 years. The results of the analysis show that there is a positive and significant correlation between flexibility and extremism in the social dimensions. No significant correlation was found in the correlation between cognitive flexibility and extremism on the dimensions of religious and economy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heribertus Hario Wicahyo
"Pemerintah saat ini menaruh perhatian besar pada pengembangan ekonomi nasional yang mengedepankan UMKM. Dalam usaha pengembangan UMKM ini, kalangan akademisi membentuk kegiatan yang dinamakan Business Coaching. Business coaching saat ini erat kaitannya dengan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM bisa dikatakan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian suatu negara dalam rangka menyumbang pendapatan domestik bruto (PDB) serta mampu melakukan penyerapan tenaga kerja. Dengan kemampuan ini, UMKM menjadi pilar ekonomi yang diunggulkan pemerintah. Sektor UMKM juga memiliki peranan yang tidak perlu diragukan dalam menentukan PDB. Dalam menyikapi hal tersebut, para pelaku usaha UMKM harus mampu memainkan strategi bisnis nya dengan lebih fleksibel agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan. Pengalaman Karin Kukis dalam merespon permintaan hari raya tidak baik. Mereka memproduksi kue kering dengan jumlah yang tidak sesuai. Karin Kukis merasa kapasitas produksi mereka tidak optimal sehingga mereka tidak mampu memenuhi permintaan sehingga target mereka tidak tercapai. Oleh sebab itu diperlukan suatu strategi bisnis untuk menopang bisnis Karin Kukis. Dalam merespon tantangan tersebut, Karin Kukis menjalankan strategi bisnis fleksibel. Strategic flexibility adalah kemampuan perusahaan untuk merespon variasi permintaan dari lingkungan pasar yang kompetitif dan dinamis (Sanchez, 1995) Dalam menghadapi pasar yang permintaan yang tidak menentu ini, Karin Kukis akan memperbaiki kapasitas produksinya sehingga Karin Kukis dapat mengoptimasi kapasitas serta bersaing dengan para kompetitornya yang lain dan mampu mencapai tujuannya yakni peningkatan pendapatan dari penjualan.

The government is currently paying great attention to the development of the national economy that puts forward MSMEs. In this MSMEs development effort, the academic community formed an activity called Business Coaching. Business coaching is now closely related to the empowerment of Micro Small and Medium Enterprises (MSMEs). MSMEs can be said to have a significant contribution to the economy of a country in order to contribute to gross domestic product (GDP) and able to absorb labor. With this capability, UMKM becomes the economic pillar of the superior government. The MSME sector also has an unquestionable role in determining GDP. In dealing with it, the MSMEs business actors must be able to play its business strategy with more flexible in order to survive in the face of competition. Karin Kukis's experience in responding to the holiday demand is not good. They produce dry cakes with unsuitable amounts. Karin Kukis feels their production capacity is not optimal so they are unable to meet the demand so that their target is not achieved. Therefore, a business strategy is needed to sustain the business of Karin Kukis. In response to these challenges, Karin Kukis operates a flexible business strategy. Strategic flexibility is the ability of a company to respond to variations in demand from a competitive and dynamic market environment (Sanchez, 1995). In the face of this uncertain market demand, Karin Kukis will improve its production capacity so that Karin Kukis can achieve capacity optimization also compete with its other competitors and be able to achieve the goal is to increase revenue from sales.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cathleen Vania Karyadi
"Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan untuk mengalihkan set kognitif untuk beradaptasi terhadap stimulus lingkungan yang berubah. Penting bagi mahasiswa untuk memiliki fleksibilitas kognitif dalam menghadapi perkuliahan dan segala perubahan. Tujuan penelitian ini untuk melihat seberapa besar peran extraversion, openness to experience dan kemampuan metakognisi terhadap fleksibilitas kognitif pada mahasiswa program sarjana (S1). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan alat ukur Cognitive Flexibility Inventory (CFI), Metacognitive Skills Scale (MSS), dan IPIP-BFM-25 untuk mengukur variabel. Penelitian ini dilakukan pada 249 mahasiswa program sarjana di Indonesia (83 laki-laki dan 166 perempuan) berusia 18––25 tahun (M=21, SD=1,4). Hasil penelitian dengan analisis regresi linear berganda adalah extraversion, openness to experience dan kemampuan metakognitif secara simultan dan signifikan berkontribusi secara positif terhadap fleksibilitas kognitif pada mahasiswa program sarjana, Extraversion tidak berkontribusi secara signifikan terhadap fleksibilitas kognitif mahasiswa sedangkan kemampuan metakognitif memiliki peranan yang paling besar dalam memprediksi terjadinya fleksibilitas kognitif. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperhatikan proporsi demografi partisipan supaya lebih seimbang.

Cognitive flexibility is defined as the ability to adapt in changing environmental stimulus by switching cognitive sets. For college students, cognitive flexibility would be important to deal with academics in college studies as well as other changes. The purpose of this study is to see how significant are the roles of extraversion, openness to experience, and metacognitive skills towards the cognitive flexibility of undergraduate college students. The study used quantitative approach with Cognitive Flexibility Inventory (CFI), Metacognitive Skills Scale (MSS), and IPIP-BFM-25 to measure the variables. The study was conducted to a group of 249 undergraduate college students in Indonesia (83 males and 166 females) between the ages of 18––25 years old (M=21, SD=1,4). The result of the multiple linear regression had showed that when extraversion, openness to experience, and metacognitive skills are simultaneously regressed, it significantly gives positive contributions towards cognitive flexibility of undergraduate students. However, extraversion by itself did not prove to contribute significantly towards cognitive flexibility of undergraduate college students and on the other hand, metacognitive skills the biggest role in predicting cognitive flexibility among all variables. For the future research, it is recommended to pay attention on the demographic proportion on the participants in order for the research participants to be more balance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stinky Wijaya
"Fleksibilitas kognitif merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat menemukan solusi alternatif terhadap masalah yang dialami. Kemampuan fleksibilitas kognitif berperan penting dalam memunculkan perilaku adaptif yang baik dalam diri seseorang. Individu yang memiliki fleksibilitas kognitif yang baik cenderung memiliki persentase yang tinggi untuk dapat berhasil, baik di dalam aspek akademik, karir, maupun hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap apakah mindfulness memiliki peranan memprediksi fleksibilitas kognitif seseorang. Partisipan penelitian melibatkan 193 orang. Dalam hal ini hanya melibatkan partisipan dengan karakteristik berupa berusia 18-25 tahun, berdosmilisi di Jabodetabek, serta berkewarganegaraan Warga Negara Indonesia (WNI). Mindfulness diukur melalui pengukuran alat ukur The Mindful Attention Awareness Scale dan fleksibilitas kognitif diukur dengan alat ukur Cognitive Flexibility Inventory. Hasil penelitian menunjukkan adanya peranan mindfulness terhadap fleksibilitas kognitif. Secara spesifik, peranan mindfulness terhadap dimensi kontrol yang dimiliki oleh fleksibilitas kognitif. Di sisi lain, ditemukan pula tidak adanya keterkaitan mindfulness terhadap dimensi alternatif yang dimiliki oleh fleksibilitas kognitif. Hal ini menunjukkan pentingnya untuk melihat faktor mindfulness sebagai salah satu faktor yang membantu pemunculan kemampuan fleksibilitas kognitif yang dimiliki oleh individu.

Cognitive flexibility is the ability to find solutions to the problems experienced. Cognitive flexibility tends to have an essential role in the emergence of good adaptive behavior in an individual. Individuals with good cognitive flexibility tend to have a high percentage of success, both in academic, career, and relationship aspects. This study aims to reveal whether mindfulness has a role in the cognitive flexibility of an individual. This study researched on a number of 193 individuals. There are some characteristic of the participants, individual that around 18-25 years, domiciled in Greater Jakarta, and are citizens of Indonesian Citizens (WNI). The mindfulness is measured through The Mindful Attention Awareness scale and the cognitive flexibility is measured through the Cognitive Flexibility Inventory scale. The results of the study show that mindfulness plays a role in cognitive flexibility. Specifically, the role of mindfulness on the control dimension that is owned by cognitive flexibility. On the other hand, it was also found that there was no link between mindfulness and the alternative dimensions of cognitive flexibility. This shows the importance of looking at the mindfulness factor as one of the factors that helps individuals develop cognitive flexibility ability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kevin Balya
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fleksibilitas kognitif dan persepsi dukungan sosial terhadap mental well-being serta ingin mengetahui variabel mana yang berperan lebih besar terhadap mental well-being mahasiswa. Penelitian ini bersifat korelasional yang menggunakan sampel mahasiswa (N=242). Alat ukur yang digunakan pada penelitian adalah Warwick-Edinburgh Mental Well-Being Scale (WEMWBS), Cognitive Flexibility Inventory (CFI), dan The Multidimensional Scale Perceived Social Support (MSPSS). Hasil analisis multiple regression antara fleksibilitas kognitif dan persepsi dukungan sosial terhadap mental well-being menunjukkan hasil yang signifikan (𝑅² = 0,475, p < 0,001). Persepsi dukungan sosial lebih berperan terhadap mental well-being (𝛽 = 0,48, p < 0,001) dibandingkan fleksibilitas kognitif (𝛽 = 0,401, p < 0,001). Sehingga, fleksibilitas kognitif maupun persepsi dukungan sosial dapat membantu mahasiswa dalam menjaga kondisi mental well-being.

 


This study aims to determine the relationship between cognitive flexibility and perceptions of social support on mental well-being and to find out which variables have a greater role in students' mental well-being. This research is correlational using a student sample (N=242). The measuring instruments used in this study were the Warwick-Edinburgh Mental Well-Being Scale (WEMWBS), Cognitive Flexibility Inventory (CFI), and The Multidimensional Scale Perceived Social Support (MSPSS). The results of the multiple regression analysis between cognitive flexibility and perceptions of social support on mental well-being showed significant results ( =² = 0.475, p < 0.001). Perception of social support plays a more important role in mental well-being (𝛽 = 0.48, p < 0.001) than cognitive flexibility (𝛽 = 0.401, p < 0.001). Thus, cognitive flexibility and perceptions of social support can help students maintain mental well-being.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Said
"ABSTRAK
Dinamika industri saat ini mendorong organisasi untuk memiliki ketangkasan dalam menjawab tantangan yang ada. Pemimpin dalam organisasi berperan penting dalam menciptakan organisasi yang tangkas dan fleksibel. Ketangkasan belajar learning agility terutama result agility merupakan faktor penting yang harus dimiliki pemimpin. Result agility menggambarkan karakter pemimpin yang mampu memberikan hasil bagi organisasi pada situasi yang sulit, sehingga organisasi dapat bertahan dan mencapai competitive advantage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fleksibilitas kognitif terhadap result agility pimpinan unit bisnis organisasi XYZ. Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara fleksibilitas kognitif dengan ketangkasan belajar. Result agility yang merupakan salah satu faktor ketangkasan belajar diduga mempunyai hubungan yang sama. Penelitian melibatkan 22 orang partisipan dengan posisi sebagai supervisor, kepala divisi, manajer dan direktur di unit bisnis PT. XYZ. Hasil analisis menggunakan korelasi Pearson menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif mempunyai hubungan positif yang signifikan terhadap result agility r=0,55; p< 0,01 . Program integrative coaching menjadi intervensi yang tepat untuk meningkatkan fleksibilitas kognitif para pimpinan yang sejalan dengan peningkatan result agility yang dimiliki.

ABSTRACT
Today rsquo s industrial dynamic promotes organization agility to encounter all the challenges. Leader in organization has the important role to create an agile and flexible organization. Result agility as one of the prime factor of learning agility which is critical factor that leader should have. It describe a leader who accomplish results for organization even in a difficult situation. The aim of this research is to seek the relationship between leader rsquo s cognitive flexibility and result agility in business unit PT. XYZ. Scholar found that cognitive flexibility has a positive significant relationship with learning agility. Result agility which is one of the learning agility factor is assumed has the same association with cognitive flexibility. This research is conduct with 22 participant who have a position as supervisor, head of division, manager and director in business unit PT. XYZ. The result which analyzed with Pearson correlation indicated that cognitive flexibility have a positive significant relationship with result agility r 0,55 p."
2017
T48568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Angeline Wijaya
"Fleksibilitas kognitif merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa untuk tetap adaptif dalam situasi sulit. Salah satu kesulitan yang dialami oleh mahasiswa adalah dari faktor ekonomi, terutama pada mahasiswa KIP Kuliah. Fleksibilitas kognitif merupakan salah satu prediktor resiliensi akademik mahasiswa, sehingga mereka tetap bisa berprestasi meskipun mengalami hambatan-hambatan selama masa studinya. Instrumen dari fleksibilitas kognitif menggunakan alat ukur CFI (Dennis & Vander Wal, 2010) yang terdiri dari dimensi alternatif dan kontrol. Selanjutnya, resiliensi akademik diukur menggunakan alat ukur ARS (Cassidy, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh dimensi alternatif dan dimensi kontrol fleksibilitas kognitif terhadap resiliensi akademik mahasiswa KIP Kuliah. Penelitian dilakukan terhadap 166 mahasiswa aktif penerima KIP Kuliah berusia 18-24 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif memiliki dapat memprediksi tingkat resiliensi akademik mahasiswa. Hasil studi juga menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif dimensi alternatif lebih berperan memprediksi resiliensi akademik dibandingkan dengan dimensi kontrol. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak Perguruan Tinggi untuk melatih fleksibilitas kognitif mahasiswa agar lebih mampu meningkatkan resiliensi akademik mereka.

Cognitive flexibility is one of the essential abilities that must be possessed by students to remain adaptive in difficult situations. One of the difficulties experienced by students is due to economic factors, especially for KIP College students. Cognitive flexibility is a predictor of student academic resilience so that they can still achieve despite experiencing obstacles during their studies. The measurement for cognitive flexibility uses the CFI (Dennis & Vander Wal, 2010), which consists of alternative and control dimensions. Furthermore, academic resilience is measured using the ARS (Cassidy, 2016). This study aims to investigate the effect of alternative and control dimensions of cognitive flexibility on the academic resilience of KIP College students. The research was conducted on 166 active college students aged 18-24 years who received KIP. The results show that cognitive flexibility can predict the level of students’ academic resilience. The study results also show that the alternative dimension has a greater influence on academic resilience than the control dimension. The results of this study can be a suggestion for higher education institutions to train students' cognitive flexibility to be able to increase their academic resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Nailufar
"Perkembangan zaman dan revolusi industry membawa perubahan terhadap tuntutan karier dan kompetensi sumber daya manusia sehingga para mahasiswa tingkat akhir harus mampu beradaptasi untuk terjun ke dunia kerja. Penelitian korelasional ini melihat hubungan mindfulness dan adaptabilitas karier para mahasiswa tingkat kahir. Penelitian in juga meninjau peran mediasi dari fleksibilitas kognitif. Hasil penelitian pada mahasiswa tingkat akhir (N=150) menggunakan alat ukur CAAS-Indonesian version, CFS, dan MAAS menunjukkan bahwa mindfulness berhubungan positif dengan adaptabilitas karier (β = 0,13; SE= 0,04; t = 3,36; p<0,05; 95%; CI = [0,02-0,25]). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif memiliki peran mediasi secara parsial dalam hubungan antara mindfulness dan adaptabilitas karier (β = 0,09; SE= 0,03; t = 2,00; p<0,05; 95%; CI = [0,03-0,16]).

The development of the times and the industrial revolution 4.0 brought changes to career demands and human resource competencies so that final year students must be able to adapt to enter the Work field. This correlational study looks at the relationship between mindfulness and career adaptability in Final year College student, and this study also examined the mediating role of cognitive flexibility. The results of research on final year students (N=150) using the CAAS-Indonesian version, CFS, and MAAS measurement tools show that Mindfulness is positively related to career adaptability (β = 0.13; SE= 0.04; t = 3.36; p<0.05; 95%; CI = [0.02-0.25]). This study also shows that Cognitive Flexibility has a partially mediating role in the relationship between mindfulness and career adaptability (β = 0.09; SE= 0.03; t = 2.00; p<0.05; 95%; CI = [ 0.03-0.16]). "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>