Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggie Puspita Maharani
"Defisiensi fungsi motorik merupakan kondisi yang sering dialami pada pasien pasca stroke iskemik. Hal ini kerap menimbulkan menurunnya rentang gerak sendi individu yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot. Komplikasi lainnya seperti kontraktur juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan mobilitas tersebut. Latihan ROM dan menggenggam stress ball dilakukan pada pelaksanaan asuhan keperawatan pasien pasca stroke iskemik. Masalah keperawatan yang muncul antara lain: perfusi serebral tidak efektif, ketidakstabilan glukosa darah, dan gangguan mobilitas fisik. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan dan menganalisis latihan ROM dan menggenggam stress ball untuk meningkatkan kekuatan otot dalam asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke iskemik. Evaluasi harian dilakukan menggunakan skala Manual Muscle Testing. Hasilnya, terjadi peningkatan kekuatan otot selama 5 hari penerapan intervensi pada pasien pasca stroke iskemik. Dapat disimpulkan bahwa latihan ROM dan menggenggam stress ball bermanfaat dalam meningkatkan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik.

Motor function deficiency is a condition often experienced in patients post-stroke. This often leads to decreased range of motion of individual joints characterized by decreased muscle strength. Other complications such as contractures can also occur in patients with these mobility disorders. ROM and stress ball-squeezing exercises are carried out in the implementation of nursing care for patients after ischemic stroke. Nursing problems that arise include: ineffective cerebral perfusion, unstable blood glucose level, and impaired physical mobility. The purpose of this paper is to describe and analyze ROM exercises and stress ball- squeezing to increase muscle strength in nursing care for post-ischemic stroke patients. Daily evaluation was carried out using the Manual Muscle Testing scale. As a result, there was an increase in muscle strength during the 5 days of application of the intervention in post-ischemic stroke patients. It can be concluded that ROM exercises and stress ball-squeezing are beneficial in increasing muscle strength in ischemic stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Mustikaningtyas
"Stroke merupakan penyakit neurologis yang kasusnya meningkat setiap tahun di dunia dan dapat menyebabkan kematian serta kecacatan. Keluhan yang muncul pada pasien stroke adalah kelemahan ekstremitas tubuh. Masalah kelemahan ekstremitas tubuh dapat diselesaikan dengan latihan kekuatan otot seperti menggunakan latihan Range of Motion ROM. Latihan ROM merupakan sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot. Latihan ROM pada karya ilmiah ini dilakukan pada pasien stroke selama 6x24 jam, sebanyak 2x/hari dengan 3x8 hitungan untuk masing-masing sendi dan durasi 30 menit dan melibatkan keluarga. Pengukuran intervensi dilakukan menggunakan manual muscle testing MMT dan penilaian Rentang Pergerakan Sendi RPS.
Hasil karya ilmiah ini menunjukkan latihan ROM efektif untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke yang mengalami kelemahan ekstremitas. Terjadi peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas kanan pasien dari 0 tidak terdapat kontraksi otot menjadi 2 mampu menggerakkan tanpa melawan gravitasi pada persendian jari-jari tangan, dan dari 0 menjadi 1 tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi pada persendian pergelangan tangan, siku dan bahu. Implikasi dari karya ilmiah ini menunjukkan bahwa latihan kekuatan otot pada pasien stroke penting untuk dilakukan dengan rutin pada pasien dan diperlukan keterlibatan keluarga untuk melatih ROM pada pasien.

Stroke is a neurological disease with increasing prevalence annually in the world and may lead to death and disability. Patient with stroke generally complains about muscle weakness in extremities. Muscle weakness may be treated by muscle strength exercise such as Range of Motion ROM exercise. ROM exercise is a set of movements which is performed on part of the joint to promote muscle flexibility and strength. ROM exercises in this paper were performed on patient with stroke for 6x24 hours, 2x per day, with 3x8 moves on each joint and duration about 30 minutes and family involvement. The intervention was evaluated by using manual muscle testing MMT and assessment of Range of Joints Movement RPS.
The result indicated that ROM exercise was effective for increasing muscle strength in patient with stroke and muscle weakness in limbs. There was an increase in muscle strength in the right limb of patient from 0 no muscle contraction to 2 capable of moving without opposing gravity on the joints of the fingers, and from 0 to 1 no joint motion, but muscle contraction can be palpated on the joints of wrists, elbows and shoulders. The implication of this paper is that muscle strength training should be performed regularly on patient with stroke and family involvement is essential for ROM implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agnesia Dinda Asyla
"ix ABSTRAK Nama : Agnesia Dinda Asyla Program Studi : Profesi Ners Ilmu Keperawatan Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Iskemik dengan Gangguan Menelan Melalui Penerapan Teknik Shaker Exercise Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Menelan. Disfagia adalah gangguan menelan yang merupakan salah satu prognosis yang buruk pada pasien stroke. Insiden terjadinya gangguan menelan sebanyak 34-80% dan dampak yang umum ditemukan setelah terjadinya stroke. Penanganan gangguan menelan yang tertunda akan berpengaruh pada pemunuhan kebutuhan dasar seperti dehidrasi, malnutrisi dan meningkatkan risiko aspirasi. Tujuan dari karya ilmiah ini adalah menganalisis pemberian intervensi teknik shaker exercise untuk meningkatkan kekuatan otot menelan. Teknik shaker exercise merupakan terapi menelan yang meningkatkan kekuatan otot menelan sehingga meningkatkan fungsi menelan. Pengkajian gangguan menelan dilakukan dengan The Gugging Screening Scale (GUSS). Intervensi yang dilakukan adalah latihan dengan teknik shaker exercise sebanyak 3 kali dalam satu hari. Hasil evaluasi menunjukan adanya peningkatan fungsi menelan yang dinilai dengan Tes GUSS (Gugging Screening Scale). Skor GUSS sebelum intervensi adalah 7 yang menandakan disfagia berat dan skor GUSS setelah intervensi adalah 15 yang menandakan disfagia ringan dan kekuatan otot menelan pasien semakin baik. Berdasarkan hal tersebut terjadi perubahan yang signifikan terhadap kekuatan otot menelan pasien. Oleh karena itu, teknik shaker exercise dapat menjadi salah satu intervensi yang dilakukan perawat untuk meningkatkan kekuatan otot menelan pada pasien stroke.

Dysphagia is a swallowing disorder which is one of the poor prognoses in stroke patients. The incidence of swallowing disorders is 34-80% and the effects are commonly found after a stroke. Delayed treatment of swallowing disorders will affect the fulfillment of basic needs such as dehydration, malnutrition and increase the risk of aspiration. The aim of this scientific work is to analyze the provision of shaker exercise technique intervention to increase swallowing muscle strength. The shaker exercise technique is a swallowing therapy that increases swallowing muscle strength thereby improving swallowing function. Swallowing disorders are assessed using The Gugging Screening Scale (GUSS). The intervention carried out was training using the shaker exercise technique 3 times a day. The evaluation results showed an improvement in swallowing function as assessed by the GUSS Test (Gugging Screening Scale). The GUSS score before the intervention was 7 which indicated severe dysphagia and the GUSS score after the intervention was 15 which indicated slight dysphagia and the patient's swallowing muscle strength was getting better. Based on this, there was a significant change in the patient's swallowing muscle strength. Therefore, the shaker exercise technique can be one of the interventions carried out by nurses to increase swallowing muscle strength in stroke patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riszky Pertiwi Ramadhanty
"Stroke merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang dan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Paper ini dibuat menggunakan pendekatan studi kasus, pada pasien stroke yang dirawat di salah satu RS di Jakarta. Berdasarkan hasil pengkajian selama merawat pasien, diagnose keperawatan utama yang ditemukan adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral akibat interupsi aliran darah ke otak dan peningkatan tekanan intrakranial. Selain kolaborasi pemberian medikasi obat antihipertensif dan antiplatelet, salah satu intervensi keperawatan mandiri yang dilakukan untuk memperbaiki perfusi jaringan serebri pada pasien adalah memberikan posisi elevasi kepala 30o, dengan tujuan untuk memfasilitasi aliran balik darah balik ke otak agar lebih optimal. Hasil intervensi posisi elevasi kepala 30o yang telah dilakukan selama 3 hari parke, menujukkan hasil bahwa terjadi penurunan nilai Mean Arterial Pressure (MAP), dari  hari pertama perawatan, nilai  MAP 123mmHg, menurun mejadi  94mmHg dihari ketiga. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa posisi elevasi kepala 30 terbukti mampu menurukan TIK pasien stroke dan akan berdampak pada perbaikan perfusi serebal pasien dengan stroke.  

Stroke is a major cause of long-term disability and one of the leading causes of death worldwide. This paper was created using a case study approach, on stroke patients who were treated at a hospital in Jakarta. Based on the results of the assessment while treating the patient, the main nursing diagnoses found were ineffective cerebral tissue perfusion due to interruption of blood flow to the brain and increased intracranial pressure. In addition to the collaboration of administering antihypertensive and antiplatelet drugs, one of the independent nursing interventions that is carried out to improve cerebral tissue perfusion in patients is provide a 30° head elevation position, with the aim of facilitating the return of back flow blood to the brain to be more optimal. The results of the 30° head elevation position intervention that had been carried out for 3 days of treatment, showed that there was a decrease in the Mean Arterial Pressure (MAP) value, from the first day of treatment, the MAP value was 123mmHg, decreased to 94mmHg on the third day. Thus, it shows that the 30° head elevation position is proven to be able to reduce the ICP of stroke patients and will have an impact on improving cerebal perfusion of patients with stroke. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Khairani
"Kepuasan klien stroke saat dirawat di rumah sakit perlu diperhatikan karena akan berdampak pada peluang kembalinya klien untuk menggunakan fasilitas kesehatan di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan klien stroke terhadap pelayanan keperawatan di ruang rawat neurologi menggunakan kuesioner SERVQUAL. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian terdiri dari 25 klien stroke yang dirawat di ruang rawat neurologi yang diikutsertakan secara berurutan consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60 klien stroke merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang diberikan, terutama pada dimensi assurance 72. Peneliti menyarankan rumah sakit untuk mengoptimalkan kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat neurologi.

Stroke clients rsquo satisfaction while being hospitalized need to be concerned because it will affect their follow up treatment. This research was conducted to determine stroke clients rsquo satisfaction toward nursing care in neurology ward using SERVQUAL questionnaire. This research was a descriptive study with cross sectional approach performed in 25 hospitalized patients consecutively at the neurology ward. The result shows 60 of stroke clients were satisfied with the nursing care in neurology ward, especially for the assurance dimension 76. Suggestion for the hospital is to optimize the nursing care quality in the neurology ward."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Isro
"Tesis ini membahas aplikasi sistem informasi asuhan keperawatan pasien stroke berbasis komputer untuk mempercepat pengolahan data, analisis, pengawasan tindakan keperawatan dan mempermudah pelaporan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh para pengguna dan penyusun kebijakan. Metode yang digunakan dalam pengembangan sistem ini adalah metode prototipe melalui tahap analisis sistem, desain sistem, pengkodean dan uji coba.
Hasil penelitian menyarankan bahwa sistem informasi askep stroke di ruang Stroke RSIJ CP sangat baik untuk dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan informasi, dilihat dari sisi efektifitas dan teknis.
Berdasarkan pengamatan pada proses analisa dan desain sistem yang telah dilakukan, didapat beberapa keunggulan pada sistem informasi yang akan dikembangkan khususnya dalam pengelolaan data yaitu entry data dengan program aplikasi visual dan menggunakan MDBS, pengolahan data menggunakan cara otomatis lebih terstruktur dengan proses cepat dan pelaporan dapat dicetak secara langsung.

This tesis explained about an aplication of system information for stroke nursing care computer base in order to increase data analysis, controlling nursing activity and make easier on reported, that can used by user and policy maker. The methode that used in this system development is prototype methode trough system analysis, system desain, coding and try out.
The result of the research shows that system information nursing care in the stroke room RSIJ CP is very good to be developed base on information need analysis from efectivity and technision side.
Base from the observation on analysis proccess and system design that have done, that is some goood things from the system information that going to be developed esspecially in data organising that is data entry with visual program aplication dan using MDBS, data organise by using automatic tools more structured with fast procces and reported can printed right away.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T31354
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Rahmawati Febriana
"Stroke merupakan penyebab kedua kematian dan penyebab ketiga terjadinya kelemahan satu bagian tubuh dapat menyababkan adanya hambatan melakukan kemandirian aktivitas sehari-hari. Studi kasus ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan mobilisasi bertahap pada pasien stroke iskemik. Mobilisasi bertahap dapat dilakuan sejak pasien masih ditempat tidur dengan menguatkan otot ekstremitas yang mengalami kelemahan atau yang tidak mengalami kelemahan. Hal ini dapat dilakukan saat tirah baring, duduk di tempat tidur, dan turun dari tempat tidur hingga berjalan. Latihan yang diberikan akan berawal dari melakukan rentang pergerakan sendi secara aktif-pasif pada pasien dan kemudian dapat diikuti oleh mobilisasi bertahap. Intervensi ini dapat dilakukan dua kali sehari selama enam hari dengan bantuan perawat maupun mandiri dengan keluarga.  Pengukuran intervensi ini menggunakan kekuatan otot yang akan diukur setiap intervensi dan skala barthel indeks untuk tingkat kemandirian yang akan diukur sebelum intervensi dimulai dan sesudah intervensi selesai. Hari pertama nilai barthel indeks pasien 50 (ketergantungan pasial)  dan hari keenam nilai barthel indeks pasien 70 (ketergantungan minimal). Studi kasus ini menunjukkan bahwa latihan mobilisasi tertahap dapat meningkatkan tingkat kemandirian pasien. Mobilisasi bertahap dapat dilakukan sedini mungkin untuk meningkatkan kemandirian pasien dan aman untuk dilakukan oleh perawat dan keluarga.

Stroke is the second cause of death and the third cause of weakness in one part of the body can cause barriers to independence in daily activities. This case study aims to evaluate the application of gradual mobilization in ischemic stroke patients. Gradual mobilization can be done since the patient is still in bed by strengthening the extremity muscles that experience weakness or those who do not experience weakness. This can be done when lying down, sitting on the bed, and getting out of bed until walking. The given exercise will begin with active-passive range of joint movement in the patient and can then be followed by gradual mobilization. This intervention can be done twice a day for six days with the help of nurses and independently with the family. The measurement of this intervention uses muscle strength to be measured for each intervention and a single scale index for the level of independence that will be measured before the intervention begins and after the intervention is completed. The first day the Barthel value of the patient index was 50 (pa- tient dependence) and the sixth day the value of the patient's index was 70 (minimal dependence). This case study shows that a stepped-up mobilization exercise can increase the patient's level of independence. Gradual mobilization can be done as early as possible to increase patient independence and be safe for nurses and families.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Showmi Ati Aisyah
"Seseorang yang terkena stroke akan mengalami gangguan mobilitas, kelumpuhan atau kelemahan satu sisi (Hemiparesis) yang akan mengakibatkan menurunnya kemampuan merawat diri. Stroke menyerang pada usia dewasa dan penyebab stroke yakni hipertensi dan kolesterol tinggi.Metode yang digunakan yaitu asuhan keperawatan mulai pengkajian hingga evaluasi penderita stroke yang mengalami keluhan kaku sendi pada ekstremitas kanan yakni kaki dan tangan. Tujuan penelitian ini mengetahui efektifitas ROM dan terapi genggam bola. Hasil implementasi ini berlangsung selama 14 kali dalam waktu 45 menit selama 11 kali pertemuan pada ROM terjadi peningkatan kekuatan otot senilai 2 pada ekstremitas bawah terjadi peningkatan kekuatan senilai 3 selanjutnya untuk intervensi terapi genggam bola mengalami peningkatan otot pada ekstremitas atas di pergelangan tangan senilai 1 dan pada jari-jari mengalami peningkatan 2 selama 11 kali Latihan terapi genggam bola.

A person who has had a stroke will experience impaired mobility, paralysis or one-sided weakness (Hemiparesis) which will result in decreased ability to care for themselves. The method used is nursing care from assessment to evaluation of stroke patients who experience complaints of stiff joints in the right extremities, namely the feet and hands. The purpose of this study was to determine the effectiveness of ROM and ball-grasping therapy. The results of this implementation lasted 14 times within 45 minutes for 11 meetings at ROM there was an increase in muscle strength worth 2 in the lower extremities, and there was an increase in strength worth 3 then for the ball grasp therapy intervention experienced an increase in muscle in the upper extremities in the wrist worth 1 and in the fingers experienced an increase of 2 during 11 times of ball grasp therapy exercises."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Tesyani
"Masyarakat perkotaan memiliki perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan peningkatan penyakit tidak menular, seperti stroke. Stroke merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan gangguan sensorik dan motorik. Salah satu gejala stroke adalah kelemahan otot pada bagian ekstremitas, sehingga dapat berdampak pada gangguan nyeri otot hingga kontraktur.
Tujuan dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah memberi gambaran asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah hambatan mobilitas fisik. Intervensi asuhan keperawatan dilakukan selama 5 minggu dengan intervensi unggulan latihan rentang pergerakan sendi dengan teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat.
Hasil evaluasi menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dan peningkatan mobilitas yang ditandai peningkatan sudut sendi dan kekuatan otot ekstremitas. Intervensi ini disarankan kepada perawat untuk melakukan intervensi kepada pasien stroke dan keluarga dengan gangguan rasa nyaman dan mobilitas fisik paska stroke.

Urban people have a risk factors associated with increased non-infectious diseases, such as stroke. Stroke is one of cardiovascular diseases that can cause sensory and motor disturbances. One of the symptoms of stroke is muscle weakness on the limb, that it can produce pain to muscle weakness or contractures.
The purpose of the publication of this work is to give meaning when nursing to families with problems of physical mobility. The main nursing interventions were given undertaken for 5 weeks with range of motion with deep breathing recording techniques and heat compresses.
The results of interventions can be improved for the strength of the extremities post stroke patient. This intervention is recommended for use by nurses in assisting post stroke patients and caregiver families with discomfort and post-stroke physical mobility.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salvico Reinir Daada
"ABSTRAK
Tingginya angka masyarakat perkotaan di Indonesia menimbulkan permasalahan kesehatan berupa penyakit stroke. Penurunan atau kerusakan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh stroke telah diketahui sebagai akibat dari perfusi darah ke otak mengalami hambatan atau kerusakan. Disabilitas yang terjadi dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderita terganggu dan mengarah pada masalah psikososial gangguan citra tubuh akibat hilangnya fungsi, bentuk dan struktur tubuh. Karya ilmiah ini melaporkan analisis masalah dan intervensi keperawatan psikososial gangguan citra tubuh pada klien dengan penyakit stroke. Evaluasi hasil akhir menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala gangguan citra tubuh serta hasil klinis yang lebih baik. Pengembangan dan implementasi asuhan keperawatan psikososial gangguan citra tubuh perlu diterapkan di ruang rawat umum, khususnya pada klien dengan masalah kesehatan perkotaan penyakit stroke.

ABSTRACT
The high number of urban population in Indonesia can induce some health problems and one of them is stroke disease. The decline or impairment of body function caused by a stroke has been recognized as a result of blood perfusion to the brain experiencing obstacles or damage. This will eventually lead to decreasing the person's quality of life and resulting in physical and psychosocial problems such as body image disturbance due to loss of form, function, and structure of the body. This paper reports the analysis of problems and psychosocial nursing interventions of body image disturbance in person with stroke disease. The final results showed a decrease in signs and symptoms of body image disturbance and better clinical outcomes. The psychosocial nursing care plan for body image disturbance needs to be applied in the general ward, particularly for the clients with urban health problems stroke."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>