Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107214 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okky Pebea Sella
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia remaja putri di SMA Negri 11 Depok. Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 184 siswi, dipilih secara random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI. Data pengetahuan, pendapatan orang tua, kebiasaan konsumsi enhancer dan inhibitor Fe, aktivitas fisik, pola menstruasi diperoleh dari pengisian kuisioner, zat gizi diperoleh dengan kuisioner food recall, kadar hemoglobin dengan metode Hb hemoque, dan pengukuran BB-TB dengan timbangan injak dan microtoise. Data dianalisis secara univariat dan biavriat dengan chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan pengetahuan (p= 0,012) dengan kejadian anemia. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada kecendrungan pendapatan keluarga rendah berisiko 1,6 kali (95%CI=0,75-3,55), aktivitas fisik berat berisiko 1 kali, asupan energi kurang berisiko 1,05 kali (95%CI=0,58-1,91), status gizi tidak normal berisiko 1,05 kali (95%CI=0,24-4,53), dan pola menstruasi tidak normal berisiko 1,732 kali OR 1,732 (95% CI 0,684-4,385) untuk mengalami kejadian anemia remaja.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia remaja putri di SMA Negri 11  Depok. Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 184 siswi, dipilih secara random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI. Data pengetahuan, pendapatan orang tua, kebiasaan konsumsi enhancer dan inhibitor Fe, aktivitas fisik, pola menstruasi diperoleh dari pengisian kuisioner, zat gizi diperoleh dengan kuisioner food recall, kadar hemoglobin dengan metode Hb hemoque, dan pengukuran BB-TB dengan timbangan injak dan microtoise. Data dianalisis secara univariat dan biavriat dengan chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan pengetahuan (p= 0,012) dengan kejadian anemia. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada kecendrungan pendapatan keluarga rendah berisiko 1,6 kali (95%CI=0,75-3,55), aktivitas fisik berat berisiko 1 kali, asupan energi kurang berisiko 1,05 kali (95%CI=0,58-1,91), status gizi tidak normal berisiko 1,05 kali (95%CI=0,24-4,53), dan pola menstruasi tidak normal berisiko 1,732 kali OR 1,732 (95% CI 0,684-4,385) untuk mengalami kejadian anemia remaja.


The purpose of this research is conducted to determine the factors associated with anemia status of young women in high school Negri 11 Depok. Cross sectional study design. Total sample 184 students, selected by random sampling of all students of class X and XI. Data knowledge, parental income, consumption habits enhancers and inhibitors Fe, physical activity, menstrual pattern obtained from filling the questionnaire, nutrients obtained by questionnaire food recall, hemoglobin levels with methods Hb hemoque, and measurement BB-TB with weigher scales and microtoise. Data was analyzed by univariate and biavriat with chi square. The results showed there is correlation between knowledge (p = 0.012) and the incidence of anemia. Results also showed that low family income at risk 1.6 times (95% CI = 0.75 to 3.55), heavy physical activity at risk 1 time, less energy intake risk of 1.05 (95% CI = 0.58 to 1.91), not normal nutritional status risk of 1.05 (95% CI = 0.24 to 4.53), and abnormal menstrual patterns risk 1.732 times OR 1.732 (95% CI 0.684 to 4.385 for experiencing anemia among adolescents.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhisa Zalfa
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan anemia remaja pada siswi SMA Negeri 3 Depok tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross-sectional menggunakan data primer yang diselenggarakan di SMA Negeri 3 Depok pada bulan Oktober dan November 2023 dengan sampel berjumlah 110 responden. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan anemia dengan variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, keterlaksanaan program pencegahan anemia di sekolah, ketersediaan sarana kesehatan sekolah, dan dukungan teman sebaya. Data berupa hasil pengisian kuesioner yang diisi secara langsung oleh responden dan dianlisis dengan uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa sebanyak 69 responden (62,7%) sudah menunjukkan perilaku pencegahan anemia yang baik. Secara statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan anemia (p-value = 0,006). Hasil penelitian menyarankan untuk sekolah agar meningkatkan pemantauan terhadap konsumsi TTD oleh siswi, bekerja sama dengan fasilitas kesehatan setempat untuk mengadakan skrining atau deteksi dini anemia yang menyeluruh, serta meningkatkan lagi edukasi melalui anemia dan pencegahannya melalui media informasi dan pelatihan peer education.


The purpose of this study is to explore and confirm the factors related to behaviors in anemia prevention by female students at SMA Negeri 3 Depok in 2023. This is a quantitative study with a cross-sectional method with the usage of primary data, held at SMA Negeri 3 Depok in October and November of 2023 with a sampel size of 110 respondents. The dependent variable is the behaviors in anemia prevention, with knowledge, attitude, implementation of the school’s anemia prevention programs, availability of the school’s health infrastructure and resources, and peer social support as the independent variables. The data includes results from questionnares the respondents answered themselves and analyzed with the chi-square test. Analysis shows that 69 respondents (62,7%) has shown good behaviors in anemia prevention. Statistically, there’s a significant relation between attitude and good behaviors in anemia prevention (p-value = 0,006). Study results suggest that the school escalates their monitoring on the students’ monthly consumption of iron supplements, work together with local health facilities to organize an exhaustive screening for anemia in students, and improve education of anemia and its prevention methods through informative media and peer education training.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Anugraheni
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi di Indonesia, yaitu 22 pada perempuan tidak hamil. Anemia merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu yang tersering di Indonesia. Dalam rangka membantu upaya pencegahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada remaja perempuan di Depok. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian analitik menggunakan studi cross-sectional menggunakan data sekunder pemeriksaan kesehatan pada 2112 mahasiswa baru perempuan Universitas X tahun ajaran 2015/2016 di Depok.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada remaja perempuan di Depok adalah 10,8 9,4 -12,1. Melalui analisis bivariat, didapatkan asal daerah p=0,038 dan dismenorrhea p=0,001 berhubungan dengan anemia. Pada analisis multivariat, didapatkan variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan anemia adalah dismenorrhea OR, 0,617; IK 95 , 0,467-0,815; p:0,001 , dengan hubungan terbalik bahwa kejadian anemia 1,6 kali lebih banyak pada remaja perempuan yang tidak dismennorhea.

Anemia is one of the health problem with high prevalence in Indonesia. It accounts for 22 proportion in non pregnant women. Anemia is one of the most common indirect cause of maternal death in Indonesia. In order to assist prevention efforts, this study aimed to determine the factors associated with anemia in adolescent girls in Depok. A cross sectional study using secondary data from medical checkup results was performed on 2112 female freshman of University X academic year 2015 2016 in Depok.
The results showed that the prevalence of anemia among adolescent girls in Depok was 10.8 9.4 12.1. Through the bivariate analysis, it was found that the freshman's hometown p 0.038 and dysmenorrhea p 0.001 were associated with anemia. On multivariate analysis, it was found that dysmenorrhea was associated with anemia OR, 0.617 CI 95, from 0.467 to 0.815 p 0.001, with an inverse association that the incidence of anemia 1,6 times greater among gilrs without dysmenorrhea.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitri Nurisfanti
"Anemia defisiensi zat besi, yang merupakan kondisi anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi, memiliki dampak jangka pendek dan panjang, di antaranya menurunkan imunitas tubuh, mengganggu konsentrasi dan fokus, memperbesar risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, hingga menyebabkan kematian. Prevalensi anemia remaja putri di Kota Depok tahun 2023 adalah sebesar 36,34%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor-faktor risiko anemia dengan status anemia remaja putri pada SMA negeri di wilayah Kota Depok tahun 2024. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan metode pengambilan sampelnya adalah quota sampling. Data-data pada penelitian ini diambil dengan antropometri, pengukuran hemoglobin dengan Hemocue Hb 201+ System, food recall 2x24 jam, serta pengisian kuesioner. Data kemudian dianalisis secara univariat, bivariat, hingga multivariat. Prevalensi anemia pada penelitian ini didapatkan sebesar 53,3% serta analisis bivariatnya menunjukkan terdapat hubungan antara asupan energi, asupan protein, asupan zat besi, asupan seng, asupan kalsium, konsumsi teh/kopi, siklus menstruasi, lama menstruasi, konsumsi TTD, status gizi, pengetahuan gizi, dan pendapatan orang tua remaja putri terhadap status anemia remaja putri di Kota Depok tahun 2024 (p-value < 0,005). Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap status anemia adalah asupan protein (OR = 6,18).

Iron deficiency anemia is a condition caused by a lack of iron and has both short-term and long-term impacts, including reduced immunity, impaired concentration and focus, higher risk of delivering low birth weight babies, and can even cause death. The prevalence of anemia among female adolescents in Depok 2023 was 36,34%. The aim of this study was to determine the relationship between risk factors for anemia and anemia status among female adolescents at public high schools in Depok 2024. This study used cross-sectional design with quota sampling for sample collection. Data in this study were collected through anthropometry, hemoglobin level measurement with the Hemocue Hb 201+ System, 2x24 hour food recall, and questionnaires. The data were then analyzed using univariate, bivariate, and multivariate analysis. The prevalence of anemia found in this study was 53,3%, and bivariate analysis showed a relationship between energy intake, protein intake, iron intake, zinc intake, calcium intake, tea/coffee consumption, menstrual cycle, duration of menstruation, iron supplement consumption, nutritional status, nutritional knowledge, and parents’ income with anemia status among female adolescents in Depok 2024 (p-value < 0.005). Multivariate analysis indicated that the most dominant factor affecting anemia status was protein intake (OR = 6.18)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gayuh Siska Laksananno
"ABSTRAK
Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang banyak diderita oleh remaja putri
karena usia remaja berada pada masa petumbuhan dan juga dampak dari menstruasi yang
didapat setiap bulannya. Beberapa penelitian menunjukkan tingginya anemia pada remaja
putri. Penyebab anemia defisiensi besi adalah kurangnya pemasukan zat besi,
meningkatnya kebutuhan akan zat besi, kehilangan darah kronis, penyakit malaria, cacing
tambang dan infeksi-infeksi lain serta pengetahuan yang kurang tentang anemia. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
terjadinya anemia defisiensi besi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMU
Muhammadiyah Kota Tegal. Jumlah sampel 113 orang. Data diambil menggunakan
kuesioner, sedangkan untuk pemeriksaan kadar Hb dan Ferritin serum, responden diambil
sampel darahnya kemudian dilakukan pemeriksaan di laboratorium klinik. Analisis yang
digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan independen t-test dan chi square serta
analisis multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan pada 95% CI
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan (p value 0.003), kebiasaan
diet (p value 0.000), asupan zat besi (p value 0.014), kebiasaan konsumsi vitamin C (p
value 0.003), kebiasaan minum teh (p value 0.01), siklus (p value 0.02) dan lama
menstruasi (p value 0.000) dengan anemia defisiensi besi. Sedangkan faktor yang tidak
berhubungan dengan anemia defisiensi besi adalah umur (p value 0.566), tingkat
pendapatan orang tua (p value 0.054) dan jumlah anggota keluarga (p value 0.672). Dari
analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berkontribusi adalah kebiasaan
konsumsi vitamin C (OR = 4,321). Rekomendasi dari penelitian ini adalah remaja putri
untuk meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, meningkatkan
konsumsi vitamin C dan mengurangi minum teh.

ABSTRACT
Iron deficiency anemia is nutrient problem on many female adolescence because in growth process and the effect of their menstruation. The studies shown increasing amount of anemia on female adolescence. The cause of iron deficiency anemia are less of intake iron, increasing iron needed, chronic bleeding, malariae and other infection, also less of knowledge about anemia. The objective of this study is to identify contribute factor to event of iron deficiency anemia. This research use descriptive metode with cross sectional approach. The population are students Muhammadiyah Senior High School at Kota Tegal. They were 113 respondents. The data taken with questionaire, therefore assesment of Hb level and serum ferritin level were use blood sample in laboratory. The data analyze that use was univariat, bivariat with independent t-test and chi-square, also multivariat with logistic regretion. The result show at 95 CI, there is the correlation between knowledge (p value 0,003), dietary history (p value 0,000), iron intake (p value 0,014), consumption of vitamin C (p value 0,003), tea drink history (p value 0,01), menstruation cycle (p value 0,02) and duration of menstruation (p value 0,000) with iron deficiency anemia. Therefore factors not correlated with iron deficiency anemia are age (p value 0,566), level of parents income (p value 0,054) and family member (p value 0,672). Multivariat analyze shown consumption of vitamin C is dominant factor to contribute iron deficiency anemia (OR = 4,321). Recomendation of this study is increasing consumption of iron and vitamin C and decreasing drink of tea to prevent iron deficiency anemia."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Nahsty Raptauli
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia pada remaja putri di Kota Depok. Desain penelitian menggunakan Cross-Sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Anemia Remaja Putri Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 yang analisisnya dilakukan selama bulan Oktober 2011? Januari 2012. Populasi pada penelitian ini adalah semua remaja putri siswi SMP/MTS dan SMU/MA di Kota Depok sedangkan sampelnya adalah remaja putri yang terpilih dari populasi tersebut berjumlah 367 orang.
Hasil penelitian ini menyatakan prevalensi anemia pada remaja putri di Kota Depok Tahun 2011 sebesar 35,7%. Hasil uji statistik menujukkan hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ayah dengan status anemia pada remaja putri. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan tidak bermakna antara tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan orang tua, asupan protein hewani, asupan sayuran hijau, pola konsumsi, frekuensi makan, pantangan makanan, pola haid, tingkat pengetahuan anemia, tingkat pengetahuan TTD, dan konsumsi TTD dengan status anemia pada remaja putri di Kota Depok.
Namun berdasarkan presentase pada uji statistik dalam penelitian ini, beberapa variabel menunjukkan kecendrungan yang mendukung hipotesa, seperti ada perbedaan cukup tinggi antara ibu bekerja yang mempunyai anak anemia dengan ibu tidak bekerja yang mempunyai anak anemia yaitu sebesar 14,7%; ada perbedaan antara remaja putri yang frekuensi makan < 3 kali sehari menderita anemia dengan remaja putri yang frekuensi makan 3 kali sehari menderita anemia sebesar 12,5%; dan ada perbedaan antara remaja putri dengan pola konsumsi baik (asupan protein hewani dan sayuran hijau) menderita anemia dengan remaja putri dengan pola konsumsi kurang baik (asupan protein hewani dan sayuran hijau) menderita anemia yaitu sebesar 7%.

This study aims to determine the factors relating to the status of anemia in adolescent girls at the Depok city. The design of this study using the Cross-Sectional using secondary data Anemia Survey of pre-adolescents in Depok City in 2011 that his analysis conducted during October 2011 - January 2012. The population in this study were all young women student Junior High School/MTS and Senior High School/MA in Depok city, while sample was selected from young women, the population numbered 367 people.
The results of this study states the results of the prevalence of anemia in adolescent girls in the city of Depok in 2011 amounting to 35.7%. Statistical test results showed significant relationship between parental education level with the status of anemia in adolescents in the city of Depok. Statistical test results showed no significant relationship between parental education level, employment status parents, animal protein intake, intake of green vegetables, patterns of consumption, frequency of meals, food taboos, patterns menstruation, the level of anemia, the level of knowledge TTD, TTD and consumption with the status of anemia in adolescents in the city of Depok.
However, based on the percentage of statistical tests in this study, several variables showed trends support the hypothesis, as there difference is quite high among working mothers anemia have children with mothers who did not work children have anemia that is equal to 14.7%; there difference between the frequency of adolescent girls who ate <3 times a day suffer from anemia in young womem frequency of eating three meals a day of suffer anemia 12.5% and there is a difference between young women with consumption patterns of both (intake of animal protein and vegetable green) anemaia suffered by young women with pattern consumption is less well (intake of animal protein and vegetable green) suffer from anemia that is equal to 7%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tenri Yamin
"Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri termasuk golongan yang rawan menderita anemia karena mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, asupan zat gizi (energy, protein dan zat besi) dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Kab. Kepulauan Selayar.
Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 173 orang dipilih secara sistematik random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI di masing-masing SMA. Data asupan zat gizi diperoleh dengan kuesioner food recall, pola menstruasi melalui kuesioner terstruktur, dan kadar hemoglobin dengan Hb Sahli. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat dengan Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p=0,000), asupan energi (p=0,023), asupan protein (p=0,003), dan zat besi (p=0,049), pekerjaan ayah (p=022), pekerjaan ibu (p=0,001), tingkat pendidikan ayah (p=0,025), tingkat pendidikan ibu (p=0,032) dengan kejadian anemia. Tidak terdapat hubungan menstruasi (p=0,930), siklus menstruasi (p=513), lama menstruasi (p=0,076), volume menstruasi (p=1,000) dengan kejadian anemia.

Anemia is one of the nutritional problems, which needs to be highly concerned. Adolescent girls are included to a group which is susceptible to anaemia because of their monthly menstruation and growth periods. Purpose of the study to determine the relationship of knowledge, nutrient intake (energy, protein and iron) and other factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls in the school district. Selayar Islands.
The design of this study was cross sectional. The amount of the sample was 173 people selected by systematic random sampling of the entire X and XI grade student at each high school. Nutrient intake data obtained with the food recall questionnaire, menstrual patterns through structured questionnaires, and levels of hemoglobin by Sahli hemoglobin. Data were analyzed with univariate and Bivariate Chi Square.
The results showed no relationship of knowledge (p = 0.000), energy intake (p = 0.046), protein intake (p = 0.005), and iron (p = 0.000), father's work (p = 022), maternal employment ( p = 0.001), father's education level (p = 0.025), maternal education level (p = 0.032) with the incidence of anemia. There is no menstrual relationship (p = 0.930), menstrual cycle (p = 513), long periods (p = 0.076), menstrual volume (p = 1.000) with the incidence of anemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Agus Budiyono
"Tuberkulosis merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia, dan tersebar merala di seluruh daerah. Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta orang, sedangkan di negara-negara berkembang kematian akibat TB merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara berkembang, 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun). (WHO, 1997).
Pemberantasan TB Paru dengan strategi DOTS di Kota Jakarta Timur telah dilaksanakan sejak tahun 1995, tetapi penderita baru tetap ditemukan dan dari tahun ketahun mengalami peningkatan, Penyakit TB Paru menduduki urutan ke-tiga kelompok penyakit menular. Hal ini menunjukkan bahwa TB Paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di wilayah Kota Jakarta Timur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di Jakarta Timur. Jenis penelitian adalah observasional dengan desain 7 kasus kontrol, Kasus adalah penderita TB Paru BTA (+) dan sebagai kontrol adalah masyarakat yaitu tetangga kasus yang tidak sedang menderita TB Paru atau tidak sedang menderita batuk 3 minggu atau lebih. Jumlah sampel sebanyak 88 kasus dan 88 kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru adalah adalah umur, adanya kontak dengan sumber penular, lamanya kontak, status pengobatan sumber penular, ventilasi kamar dan cahaya matahari masuk rumah.
Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+), ternyata adanya sumber penular yang tidak berobat merupakan faktor risiko yang paling erat hubungannya dengan kejadian TB Paru.
Dari hasil penelitian, disarankan penemuan penderita secara dini dan mengobati dengan paduan OAT yang tepat dengan didampingi pengawas menelan obat, meningkatkan pelaksanaan strategi DOTS, memperluas jangkauan pelayanan, melaksanakan pemeriksaan kontak dan pengobatan pencegahan bagi balita.
Daftar pustaka : 36 (1979 - 2002)

Related Factors to Pulmonary Tuberculosis (Tb) in East Jakarta City in year 2003 The tuberculosis (TB) remains a serious public health problem in Indonesia and spread to countrywide. WHO has estimated that 9 million of new cases was occurred yearly, of which some 3 million deaths. In developing countries there are 25% deaths by tuberculosis. It is estimated 95% TB cases were occurred in developing countries, which some 75% cases preventable occurring in the 15-50 age group, the most productive segment of the population.
TB control program activities with DOTS strategy has been implemented since 1995 in East Jakarta City. Due to the increasing of case finding activities the new AFB (+) patients increased, so tuberculosis still remaining as major public health problem.
The objective of the research is to identify the related factors to pulmonary tuberculosis in East Jakarta City. The design of research is case-control. The case is the AFB (+) tuberculosis patients, while the control is the neighbor of cases as community based control, were not coughing for 3 weeks and more at the time of the interview. Total cases are 88 cases, and the control are 88 respondents.
The result of the study reveals that related factors to pulmonary tuberculosis are age, source of infection, duration of contact with source of infection, the source of infection who were not treated, room ventilation, and sunlight into the house.
Based on the result of the study, it is identified that a contact with untreated source of infection is the closely related to the tuberculosis. Therefore, it is recommended to improve the case finding, providing early treatment with patent drugs, increasing of DOTS strategy implementation, program expanding. contact examination and treatment prevention to child.
References: 36 (1979 - 2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Setiadi
"ISPA merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang dapat menyerang secara akut pada bayi dan balita, Profil Provinsi Jawa Barat 2000 ISPA merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (15.24%) pada Balita (23,27%). Di Kabupaten Tasikmalaya Insiden ISPA tahun 1997(31,94%), 1998 (59,65%) dan pada tahun 1999 ( 44,48%).
Upaya penanggulangan ISPA salah satunya adalah penemuan dan penatalaksanaan penderita ISPA oleh petugas, dalam hal ini adalah bidan di desa, karena bidan di desa sudah terdistribusi sampai dengan tingkat desa. Di Kabupaten Tasikmalaya sampai dengan tahun 2000 (88%) desa sudah ditempati oleh tenaga bidan.
Cakupan bidan dalam penemuan kasus ISPA pada tahun 1999 adalah 57,3%. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2000.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan populasi seluruh bidan di desa Kabupaten Tasikmalaya, pengambilan sampel dengan teknik Proportional Stratifikasi random diambil sebanyak 75 orang.
Analisis yang digunakan adalah analisis data univariat, Bivariat (Chi Square) multivariat (uji regresi logistik berganda), instrumen penelitian adalah pedoman wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 75 responden bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA mencapai target sebanyak 57.3%, sedangkan yang tidak mencapai target 42,7%.
Hasil analisis data bivariat menunjukan bahwa faktor usia, lama kerja, pengetahuan, pelatihan, sarana (timer) dan jangkauan memiliki hubungan yang sangat bermakna secara statistik terhadap kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA (p < 0.05 ), selanjutnya hasil analisis multivariat diperoleh hasil bahwa faktor jangkauan merupakan faktor yang paling besar hubungannya dengan kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA dengan OR sebesar 9,601.
Dengan adanya penelitian ini maka perlu adanya upaya dari pihak puskesmas untuk selalu melakukan pembinaan serta meningkatkan sarana untuk kepentingan bidan, sedangkan untuk Dinas Kesehatan perlu adanya pemikiran untuk alat transportasi bagi bidan di desa sehingga dalam menjangkau kasus ISPA akan lebih cepat ditanggulangi.

Factors Related to Midwife Work Achievement at the Village in Finding ISPA Case at Regency of Tasikmalaya in 2000ISPA is one of respiratory tract diseases which can critically attack babies and children under five. At the profile of West Java province 2000, ISPA was number one causal factor on mortality of babies(15.24%) and children under five (23.27%). At Tasikmalaya the incident of ISPA in 1997 (31.94%) 1998 (59.65) and in 1999 (44.4%).
One of effect in handling ISPA is invention and taking care of ISPA patients by official, in this case is midwife of village because the midwife of village had been distributed until village level. At regency of Tasikmalaya until 2000 about 88% the village in Tasikmalaya has been occupied by midwife officials.
The midwife coverage in finding of ISPA case in 1999 was 57.3%. Therefore this research is aimed to get information about factors related to midwife work achievement at village in finding case of ISPA at regency of Tasikmalaya in 2000.
The research design used was cross sectional, the populations were all midwife at Tasikmalaya, the sampling with proportional stratification random and the number of samples was 75 respondents. The analysis used was data analysis univariate (multiple logistic regression tests) and the research instrument was interview.
The result of the research showed that from 75 respondents of midwife at the village in finding case of ISPA , who reached target were 57.3% while who did not reach target were 42.7%.The result of data analysis bivariate showed that factor of age, working duration, knowledge, training, facility and reach statistically gave significant correlation on work achievement of midwife at the village in finding ISPA case (p<0.05) and the result of multivariate analysis showed that reach factor was the biggest factor related to midwife work achievement at the village in finding care of ISPA by OR 9.601.
From this research it needs to be done the effort of public health centre to build the midwife at village and increase the facility continuingly for midwife interests, while the health department needs to consider about transportation for midwife at village, so in handling case of ISPA can be reached faster."
2001
T8426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven L. Simaela
"Pesatnya pembangunan dibidang industri, selain memberikan peningkatan taraf hidup masyarakat akan tetapi disisi lain akan menimbulkan dampak yang tidak diharapkan sebagai akibat dari kegiatan industri itu sendiri. Hal ini terlihat pada industri penambangan batu, dimana debu yang dihasilkan akibat proses produksi dapat menggangu kesehatan terutama sistim pernapasan pekerja. Hasil penelitian (Castello,1980) pada 20 perusahan pemecah batu di Amerika menunjukkan 30% pekerja yang diteliti mengalami gangguan fungsi paru.
Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional, dengan jumlah sampel sebesar 62 perkerja yang diambil dari bagian produksi perusahaan pemecah batu sesuai kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Dari hasil penelitian yang diketahui pekerja mengalami penurunan kapasitas maksimal paru 74,2% yang terdiri dari gangguan obstruksi adalah yang terbanyak yaitu 40%, gangguan retriksi 24,2% dan gangguan yang bersifat campuran (obstruksi dan retriksi) sebesar 9,7%. Umur pekerja rata-rata adalah 36,2 tahun dengan lama kerja rata-rata 8,7 tahun, kebiasaan menggunakan alat pelindung diri yang baik( baru mencapai 51,6% sedangkan kebiasaan merokok pada pekerja mencapai angka yang cukup tinggi yaitu 79%. Pekerja yang terpajan debu melebihi nilai ambang Batas sebesar 66%, dan didapatkan pekerja yang pernah atau sedang inengalami gangguan penyakit pare obstrutif kronis sebesar 22,6%.
Dari hasil uji regresi logistik didapatkan nilai OR untuk umur pekerja adalah 0,0858, 95%CI (0,0089-0,8306), dan nilai p = 0,0340, kadar debu nilai OR = 0,2133, 95% CI (0,0452-1,0058) dengan nilai p = 0,0509 dan lama kerja nilai OR = 0,1512, 95% CI (0,0317-0,7724) dengan nilai p = 0,0179.
Kesimpulan yang didapat adalah faktor umur, kadar debu dan lama kerja mempunyai hubungan secara statistik maupun substantif dengan kapasitas maksimal paru pekerja perusahaan pemecah batu di daerah Bogor Jawa Barat.
Selanjutnya dapat disarankan upaya memberlakukan inutasi atau rotasi kerja pada pekerja, pemeriksaan berkala terutama fungsi paru serta penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan maupun peralatan perlindungan sesuai dengan kebutuhan pekerja.
Daftar bacaan : 35 (1962-1999)

Factors Associate with Maximum Capacity of Lung Among Stone Breaker Labors PT. P in Bogor Area, West Java in The Year 2000
The impacts of industrial development are increasing the community income and also unexpected impact such as dust pollution from stone mining industry that produce health disadvantages especially respiratory system among labors. 30 % labors got lungs problem at 20 stone breaker companies in USA. ( Castello, 1980).
This study used cross sectional design with 62 samples from producing department stone breaker company's labors. As a result, 74.2 % labor got decreasing in maximum capacity of lungs with 40 % obstruction, 24.2 % restriction and 9.7 % combination. Age average is 36.2 years old, average 8.7 years working experience, wearing self protector device properly is 51.6 %, smoking habit is 79 %. Dust contact above standard is 66 % and chronic obstructive among labors is 22.6 %.
With Iogistic regression, OR value for age of labors = 0.0858, 95% CI (0.0089 - 0.8306), and p value = 0.0340, respirable dust OR value = 0,2133, 95% CI (0,0452 - 1,0058) and p value = 0.0509, working experience OR value = 0.1512, 95% CI (0.0317 - 0.7224) and p value = 0.0179.
If can be concluded that age, working experience and dust value factor have associate with maximum capacity of lungs among labors in stone breaker company in Bogor area, west Java,
Working mutation and rotation among labor, periodically lung function examination, providing health care facility and self protection device are suggested.
References : 35 (1962-1999)."
Universitas Indonesia, 2000
T7272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>