Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140858 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ligar Galarliyasa
"Latar belakang: Penderita hipertensi yang rutin mengonsumsi obat antihipertensi memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami karies gigi. Kapasitas buffer menjadi salah satu faktor protektif utama gigi terhadap karies gigi karena kapasitas buffer yang ada di dalam saliva berfungsi sebagai penetralisir pH dalam rongga mulut. Mengonsumsi obat antihipertensi dapat menimbulkan efek samping berupa pengurangan sekresi saliva (serostomia). Kapasitas buffer saliva berhubungan erat dengan laju aliran saliva pada rongga mulut. Ketika laju aliran saliva pada individu menurun, maka kapasitas buffer pada juga akan menurun. Tujuan: Menganalisis perbedaan kapasitas buffer saliva terstimulasi pada kelompok yang mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin dan yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi amlodipn. Metode: Saliva terstimulasi 30 individu yang mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin (subjek) dan 30 individu yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin (kontrol) dikumpulkan dengan cara mengunyah non-flavoured parafin wax untuk kemudian diukur kapasitas buffer nya dengan menggunakan buffer test foil pack. Hasil: Terjadi perbedaan bermakna pada kapasitas buffer saliva tersimulasi antara kelompok subjek dan kelompok kontrol. Kesimpulan: kapasitas buffer dalam saliva terstimulai pada kelompok subjek [6.0 ( 4 – 9 )] lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol [9.5 ( 7 – 12 )] yang mana berdasarkan analisis statistik, hal tersebut berbeda bermakna secara signifikan.

Background: Hypertension patients who routinely take antihypertensive drugs have a higher risk to suffer from dental caries. Buffer capacity is one of the main protective factors of teeth against dental caries because buffer capacity in saliva functions as a neutralizing pH in the oral cavity. Taking antihypertensive drugs can cause side effects such as reduced salivary secretion (xerostomia). Buffer capacity in saliva is related to the flow rate of saliva in the oral cavity. When the salivary flow rate in an individual decreases, the buffer capacity of that individual will also decrease. Objective: to analyze the difference of buffer capacity stimulated saliva in the group whose taking amlodipine and those who did not take amlodipine. Method: Stimulated saliva of 30 individu who consumed amlodipine (subjects) and 30 individu who doesn’t experience hypertensive (controls) were collected by chewing non-flavored paraffin wax and then buffer capacity was measured by using a buffer test foil pack. Result: There were significant differences in the buffer capacity of stimulated saliva between the subject and control groups. Conlusion: the buffer capacity in the subject group [6.0 (4-9)] is lower than the control group [9.5 (7-12)] which is significantly different by statistical analysis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Gde Budhi Asthana
"Latar belakang: Pada era ini, penyakit hipertensi sudah banyak menyerang usia yang lebih muda kisaran 30 – 50 tahun. Salah satu obat antihipertensi yang banyak digunakan di Indonesia adalah amlodipin. Efek samping obat ini adalah Serostomia yang ditandai dengan penurunan lajur alir saliva. Umumnya penurunan laju alir saliva disertai dengan penurunan pH. PH saliva yang menurun dapat meningkatkan faktor risiko karies gigi. Tujuan : Menganalisis hubungan antara konsumsi obat antihipertensi amlodipin terhadap pH saliva sebagai indikator risiko karies. Metode : Penelitian ini menggunakan desain analitik komparatif dengan desain cross sectional. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 60 orang yang dibagi menjadi 30 pasien hipertensi yang mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin sebagai kelompok uji dan 30 individu normal yang tidak menderita hipertensi sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel berdasarkan metode consecutive sampling. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara pH saliva antara kelompok uji dan kelompok kontrol (p<0.05). Kesimpulan : pH saliva tidak terstimulasi dan terstimulasi pada pasien yang mengonsumsi amlodipin lebih rendah dibandingkan individu normal yang tidak menderita hipertensi

Background: In this era, hypertension has attacked many younger age range of 30-50 years. One of the most widely used antihypertensive drugs in Indonesia is amlodipine. The side effect of this drug is Xerostomia which is characterized by salivary flow rates decreased. Generally a decrease in salivary flow rate is accompanied by Saliva pH decreased. Decreased salivary pH can increase risk factors for dental caries. Objective: To analyze the relationship between consumption of amlodipine antihypertensive drugs to salivary pH as an indicator of caries risk. Method: This study used a comparative analytic with cross sectional design. The number of subjects in this study were 60 people who were divided into 30 hypertensive patients who consumed amlodipine antihypertensive drugs as a test group and 30 normal individuals who did not suffer from hypertension as a control group. Sampling is based on consecutive sampling method. Result: There was a significant difference between salivary pH between the test group and the control group (p <0.05). Conclusion: Saliva pH not stimulated and stimulated in patients taking amlodipine lower than normal individuals who did not suffer from hypertension"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmira Musdiyanti
"ABSTRACT
Latar belakang: Salah satu obat antihipertensi yang banyak digunakan di Indonesia adalah Amlodipin. Obat tersebut memiliki efek samping sistemik dan oral, salah satunya adalah serostomia. Serostomia ini ditandai dengan penurunan laju alir saliva. Laju alir saliva yang rendah dapat meningkatkan insidensi karies gigi. Tujuan:  Mengetahui perbedaan laju alir saliva terstimulasi dan indeks DMF-T. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan desain cross sectional. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 60 orang yang dibagi menjadi 30 subjek yang mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin dan 30 subjek tidak mengalami hipertensi. Pengambilan sampel berdasarkan metode consecutive sampling. Tingkat keparahan karies diukur dengan indeks DMF-T. Pemeriksaan laju alir saliva terstimulasi dengan mengumpulkan saliva ke dalam gelas ukur selama 5 menit menggunakan dengan metode spitting. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara laju alir saliva terstimulasi dan indeks DMF-T pada kelompok yang mengonsumsi obat amlodipin dan kelompok yang tidak mengalami hipertensi (p<0.05). Kesimpulan: Kelompok yang mengonsumsi obat amlodipin memiliki laju alir saliva terstimulasi lebih rendah (3.98 ± 1.27 mL) jika dibandingkan kelompok yang tidak mengalami hipertensi (6.62  ± 1.31 mL) dan rerata indeks DMF-T lebih tinggi (8.37 ± 3.70) jika dibandingkan kelompok yang tidak mengalami hipertensi (2.67 ± 1.97).

ABSTRACT
Background: Amlodipine is the most used antihypertensive drug in Indonesia. Side effects, whether systemic or oral, can occur do to consumption of amlodipine such as xerostomia. Xerostomia can be detects by the decrease of salivary flow rate. Decrease of salivary flow rate can increase dental caries incidence. Objective : To determine the difference in stimulated salivary flow rate and DMF-T index. Method : The study is a comparative analytical study with a cross sectional design. Total subject in this study were 60 people, of which 30 subjects were taking amlodipine antihypertensive drug and 30 subjects without hypertension, obtained by using consecutive sampling method. DMF-T index was scored to indicate the severity of dental caries. Stimulated saliva flow rate was measured by collecting saliva into a measuring cup for 5 minutes using the spitting method. Result : There was significant differences in salivary flow rate and DMF-T index between group taking amlodipine drug and group without hypertension. Conclusion : The stimulated salivary flow rate in group taking amlodipine drug (3.98 ± 1.27 mL) was significantly lower than in the group without hypertension (6.62 ± 1.31 mL). The mean DMF-T index in group taking amlodipine drug (8.37 ± 3.70) was significantly higher than in the group without hypertension (2.67 ± 1.97)."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Laurent Susilowati Larosa
"Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat di mana seorang apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian. Apoteker merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melakukan pekerjaan kefarmasian yaitu pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat. Dalam mengola apotek, seorang apoteker harus mampu melaksanakan peran profesinya sebagai tenaga kesehatan yang mengimplementasikan ilmu pengetahuannya dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang terbaik, serta mampu menjalankan peran manajerial di apotek. Karena pentingnya peran apoteker dalam mengelola apotek, maka dilakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek. Kegiatan tersebut bertujuan agar calon apoteker dapat memahami secara langsung mengenai peranan apoteker di apotek, sebagai sarana pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan, serta mempelajari segala kegiatan dan permasalahan yang ada di apotek. Tugas khusus yang diberikan saat Praktik Kerja Profesi Apoteker adalah “Analisis Perencanaan Persediaan Obat Antihipertensi di Apotek Roxy Jakasampurna”. Tugas khusus ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan pemahaman terhadap perencanaan pengadaan yang baik di apotek, sehingga dapat menghindari terjadinya penumpukan dan kekosongan stok obat di apotek.

Pharmacy is a pharmaceutical service facility where a pharmacist performs pharmaceutical work. Pharmacists are part of health workers who have the authority and obligation to carry out pharmaceutical work, namely manufacturing including quality control of pharmaceutical preparations, procurement, storage and distribution of drugs, drug management, drug services based on doctor's prescriptions, drug information services, and drug development. In managing a pharmacy, a pharmacist must be able to carry out his professional role as a health worker who implements his knowledge in providing the best pharmaceutical services, and is able to carry out a managerial role in a pharmacy. Because of the important role of pharmacists in managing pharmacies, a Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) is carried out in pharmacies. This activity aims so that prospective pharmacists can understand the role of pharmacists in pharmacies, as a means of training to apply the knowledge that has been obtained, as well as learn about all activities and problems that exist in pharmacies. The specific task given during the Pharmacist Professional Practice is "Analysis of Antihypertensive Drug Inventory Planning at the Roxy Jakasampurna Pharmacy". This special task aims to train and improve understanding of good procurement planning in pharmacies, so as to avoid the accumulation and emptiness of drug stock in pharmacies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayatullah Khomaini
"Pendahuluan Edukasi dan kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi usia lanjut adalah salah satu faktor yang menjadi bagian tatalaksana hipertensi secara holistik dan komprehensif, mengingat hipertensi merupakan salah satu masalah pada usia lanjut yang sangat penting, dan memberikan dampak berbagai komplikasi kardiovaskular yang tinggi pada usia lanjut.
Tujuan
Mempelajari pengaruh edukasi terstruktur dan kepatuhan minum obat antihipertensi dalam bentuk pengisian checklist untuk membantu penurunan tekanan darah sebagai bagian dari tatalaksana hipertensi pada pasien usia lanjut
Metode
Dilakukan uji klinis acak tersamar ganda mulai Oktober 2012 hingga Februari 2013 terhadap 188 pasien usia lanjut dengan hipertensi di tiga poliklinik di RSCM Jakarta Indonesia. Subyek dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok I yang mendapat edukasi terstruktur dan checklist, kelompok II yang mendapat edukasi terstruktur dan kelompok III tanpa edukasi terstruktur dengan checklist. Edukasi terstruktur dan checklist diberikan sebanyak 3 kali perbulan selama 90 hari. Dilakukan analisis dengan uji anova untuk melihat perbedaan tekanan darah pada ketiga kelompok setelah intervensi dengan prinsip analisis per protocol.
Hasil
Hasil randomisasi pada ketiga kelompok, didapatkan 182 subyek yang sesuai kriteria penelitian dan mengikuti penelitian sampai akhir, masing-masing terdiri dari 60 subyek pada kelompok I, 61 subyek pada kelompok II dan 61 subyek pada kelompok III. Pada akhir pengamatan, TDS kelompok I turun menjadi 130 (90- 179) mmHg, TDS kelompok II turun menjadi 135(80-174) mmHg, sedangkan TDS kelompok III turun menjadi 133 (102-209) mmHg (p=0,04). TDD kelompok I turun menjadi 70 (48-100) mmHg, TDD kelompok II turun menjadi 74 (45-103) mmHg, sedangkan TDD kelompok III turun menjadi 78 (60-102) mmHg (p<0,001).
Simpulan
Edukasi terstruktur memiliki pengaruh bermakna terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok hipertensi usia lanjut. Kepatuhan minum obat antihipertensi dalam bentuk checklist tidak memiliki pengaruh bermakna terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok hipertensi usia lanjut.

Background
Hypertension is one of the important problems in elderly due to high impact of cardiovascular complications. Education and antihypertensive medications adherence in elderly hypertensive patients are factors that influenced treatment effect in a holistic and comprehensive way.
Objectives
To determine the effect of structured education and antihypertensive medications adherence in decreasing blood pressure as part of the hypertension treatment in elderly patients.
Methods
A randomized clinical trial was conducted since October 2012 until February 2013 on 188 elderly patients with hypertension at clinics in Jakarta Indonesia Cipto Mangunkusumo. Subjects were divided into groups that received structured education and checklist (group I), structured education group (group II) and the group with no structured education but received checklist (group III). Structured education was given 3 times per month for 90 days. Systolic and Diastolic Blood pressure (SBP and DBP) were measured on day-1 and day-90. Analysis with anova test to see the difference of blood pressure among all three groups after intervention was conducted based on per protocol analysis.
Results
Among 188 subjects who met the initial criteria after randomization in all three groups, we received 182 subjects who fit the study criteria and completed the study, each consisting of 60 subjects in group I, 61 subjects in group II and 61 subjects in group III. The three groups were comparable in all important prognostic factors. At the end of the observation, SBP of group I reduced to 130 (90-179) mmHg, group II to 135 (80-174) mmHg, while group III to 133 (102-209) mmHg (p=0.04). DBP of group I reduced to 70 (48-100) mmHg, group II to 74 (45-103) mmHg, while group III to 78 (60-102) mmHg (p <0.001 ).
Conclusion
Structured education significantly decrease systolic and diastolic blood pressure in elderly hypertensive patients. Adherence to antihypertensive medication wasn?t significantly decrease systolic and diastolic blood pressure in elderly hypertensive patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fajar
"Tekanan darah merupakan alah satu komponen penting tubuh dan hipertensi merupakan masalah umum yang terjadi pada lansia. Kesehatan spiritual meliputi rasa keharmonisan, saling kedekatan diri dengan orang lain, alam dan Tuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesehatan spiritual dan tekanan darah pada lansia di Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti RIA Pembangunan Jakarta Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan melibatkan 42 lansia yang dipilih melalui totalsampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kesehatan spiritual dan depresi dengan p value 0,28 p > 0,05 , akan tetapi lansia dengan kesehatan spiritual tinggi lebih berisiko rendah untuk mengalami hipertensi. Pemberi pelayanan di Sasana Tresna Werdha perlu mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan spiritual sebagai salah satu upaya untuk mengurangi hipertensi pada lansia.

Blood pressure is one of the important component of body and hypertension is a common problem which can occur in older adult. Spiritual health included relationship with our self, closesnes to other people, nature and God. This study aimed to determine the relationship between spiritual health and depression in older adult in Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti RIA Pembangunan East Jakarta. The study design was cross sectional, involved 42 older adult who were selected through the total sampling. The result of this study indicated that there was no significant relationship between spiritual health and depression with p value 0,340 p 0,05 , therefore older adult with high spiritual have low risk of suffer hypertension. Health providers in Sasana Tresna Werdha need to maintain and improve spiritualservices in order to reduce the symptoms of hypertension in older adult."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Andriyani
"ABSTRAK
Lerkanidipin adalah antihipertensi generasi ketiga dari penghambat kanal kalsium
(antagonis kalsium) golongan dihidropiridin. Obat ini efektif dalam pengobatan pasien
dengan hipertensi ringan sampai sedang tanpa mempengaruhi denyut jantung. Sebagai obat
yang digunakan dalam kondisi serius, obat ini perlu dilakukan uji bioekivalensi sehingga
perlu dikembangkan metode bioanalisis yang handal, cepat, dan memiliki sensitivitas yang
tinggi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode yang optimum
dan tervalidasi untuk menganalisis lerkanidipin dalam plasma menggunakan Kromatografi
Cair Kinerja Ultra Tinggi tandem Spektrometri Massa (KCKUT-SM/SM). Pemisahan
dilakukan menggunakan kolom Waters AcquityTM UPLC C18 1,7 μm (2,1 x 100 mm)
dengan fase gerak berupa campuran asam format 0,1% - metanol (20:80 v/v) dengan elusi
isokratik, suhu kolom 30 oC, laju alir 0,2 mL/menit dan menggunakan amlodipin sebagai
baku dalam. Deteksi massa dilakukan dengan Waters Xevo TQD tipe Electrospray
Ionization (ESI) positif pada mode Multiple Reaction Monitoring. Lerkanidipin terdeteksi
pada nilai m/z 612,11 > 280,27 dan amlodipin terdeteksi pada nilai m/z 409,1 > 238,15.
Metode preparasi sampel yang optimum adalah metode ekstraksi cair-cair dengan 5 mL
campuran n-heksana ? etil asetat (50:50 v/v) sebagai pengekstraksi, pengocokan dengan
vorteks selama 3 menit, pemutaran dengan sentrifugasi 4000 rpm selama 20 menit,
evaporasi dengan gas nitrogen suhu 50 oC selama 30 menit, serta direkonstitusi dengan 100
μl fase gerak. Metode ini linear pada rentang 0,025 ? 10 ng/mL dengan r ≥ 0,9986. Akurasi
dan presisi secara intra hari dan antar hari memenuhi persyaratan dengan nilai % diff dan %
KV tidak melebihi ± 15% dan tidak lebih dari ± 20% untuk konsentrasi LLOQ. Selain itu,
metode ini memenuhi persyaratan selektivitas, carry over, stabilitas, integritas pengenceran,
dan efek matriks sesuai Guideline on Bioanalytical Method Validation oleh European
Medicines Agency tahun 2011.

ABSTRACT
For the past five years, China?s economic growth has been increased significantly.
However, public perception of the product from China is still not good. Based on
that problem, the objective of this research is to analyze the influence of the country
of origin towards the purchase intention. This research applied the quantitative
approach with 100 respondents who have the willingness to buy the Xiaomi?s
smartphone, as the sample. The result of this research indicates that the country of
origin has a significant effect towards the purchase intention."
2016
S65170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Syafi'i
"Bawang dayak mengandung naphtoquinon sedangkan herba ceplukan mengandung quersetin dan physalin yang memiliki efek antihipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas antihipertensi kombinasi ekstrak bawang dayak dan herba ceplukan. Deksametason 0,02mg dan larutan NaCl 2,5% digunakan sebagai penginduksi hipertensi. Kelompok normal: akuades, kontrol negatif: CMC-Na 1%, kontrol positif: kaptopril 0,45mg, ekstrak bawang dayak 121,5mg, ekstrak herba ceplukan 232,5mg, dosis kombinasi 1 (BD 40.5mg + HC 77,5mg), dosis kombinasi 2 (BD 81mg + HC 155mg), dan  dosis kombinasi 3 (BD 121,5 mg + HC 232,5mg). Tekanan darah dan berat badan diukur setiap minggu selama 49 hari. Hasil uji antihipertensi menunjukan bahwa, dosis kombinasi 1, 2, dan 3 efektif menurunkan hipertensi dengan p<0,05 dibandingkan dengan tekanan darah pada hari 28. Dosis kombinasi 1 menurunkan tekanan sistolik 32 mmHg (27%), diastolik 29 mmHg (37%), dan MAP 30 mmHg (33%). Dosis kombinasi 1 sudah  cukup untuk menurunkan tekanan darah, kadar angiotensin 2, malondialdehid, VEGF, dan kaveolin-1 dalam plasma serta mengurangi penebalan dinding aorta. 

Dayak onions contain naphtoquinone while herba ceplukan  contain quercetin and physalin which have antihypertensive effects. This study aimed to test the antihypertensive effectiveness of a combination of dayak onion extract and herba ceplukan. Dexamethasone 0.02mg and 2.5% NaCl solution are used as inducers of hypertension. Normal group: aquades, negative control: CMC-Na 1%, positive control: captopril 0.45mg, dayak onion extract 121.5 mg, herba ceplukan  extract 232.5 mg, combination dose 1 (BD 40.5mg + HC 77.5mg), combination dose 2 (BD 81 mg + HC 155 mg), and combination dose 3 (BD 121.5 mg + HC 232.5mg). Blood pressure and weight were measured weekly for 49 days. The results of the antihypertensive test showed that the combined dose of 1, 2, and 3 was effective in reducing hypertension by p<0.05 compared to blood pressure on day 28. The combination dose 1 lowered systolic pressure by 32 mmHg (27%), diastolic by 29 mmHg (37%), and MAP by 30 mmHg (33%). A combination dose of 1 is sufficient to lower blood pressure, levels of angiotensin 2, malondialdehyde, VEGF, and kaveolin-1 in plasma and reduce thickening of the aortic wall. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentio Daniel Caesar Perdana Putra
"Hipertensi adalah penyakit dengan prevalensi yang tinggi, terutama pada kelompok lanjut usia. Obat golongan calcium channel blocker (CCB) kelompok dihidropiridin merupakan salah satu obat lini pertama dalam pengobatan hipertensi yang telah terbukti baik dari sisi efikasi dan keamanannya. Namun, efek samping yang dihasilkan adalah refleks takiaritmia sehingga dikembangkan CCB dihidropiridin generasi keempat seperti cilnidipine bertujuan untuk mengurangi efek samping ini dengan mekanisme kerja pada dua lokasi, yaitu menghambat kanal kalsium tipe L dan tipe N sehingga dapat dirancang analog-analog senyawa baru berdasarkan cilnidipine. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh prediksi potensi dari beberapa senyawa yang dirancang berdasarkan analog dari cilnidipine dan memperoleh salah satunya, yaitu senyawa dibenzil 4-(3-klorofenil)-2,6-dimetil-1,4-dihidropiridin-3,5-dikarboksilat melalui proses sintesis serta hasil uji karaterisasi. Penelitian ini diawali dengan penambatan molekuler senyawa target terhadap makromolekul tipe-L (6JP5) dan tipe-N (7VFW) dengan hasil energi bebas ikatan (ΔG) dan konstanta inhibisi (Ki) yang lebih baik dibandingkan cilnidipine pada kedua makromolekul. Senyawa target kemudian disintesis menggunakan microwave dalam pelarut etanol. Hasil sintesis dimurnikan menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif dan diperoleh rendemen sebesar 1,02%. Elusidasi struktur dilakukan terhadap senyawa target dan diperoleh senyawa target dengan nama IUPAC dibenzil 4-(3-klorofenil)-2,6-dimetil-1,4-dihidropiridin-3,5-dikarboksilat yang telah dikonfirmasi dengan spektroskopi IR, 1H-NMR,13C-NMR, dan LC–MS/MS.

Hypertension is a disease with a high prevalence, especially in the elderly. The dihydropyridine group of calcium channel blocker (CCB) is one of the first-line drugs in the treatment of hypertension which has been proven in terms of efficacy and safety. However, the resulting side effect is tachyarrhythmia reflex, so the fourth generation of dihydropyridine CCBs such as cilnidipine was developed. The aim is to reduce this side effect by acting at two locations, by inhibiting type L and type N calcium channels so that new analogue compounds based on cilnidipine can be designed. This study aims to obtain potential predictions of several compounds designed based on analogues of cilnidipine and to obtain one of them, namely dibenzyl 4-(3-chlorophenyl)-2,6-dimethyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarboxylate through synthesis process and characterization. This research was initiated by molecular docking of target compound to macromolecules of type-L (6JP5) and type-N (7VFW) with better bond free energy (ΔG) and inhibition constant (Ki) results than cilnidipine in both macromolecules. The target compound was then synthesized using a microwave in ethanol solvent. The synthesis results were purified using preparative thin layer chromatography with a yield of 1.02%. Structural elucidation was carried out on the target compound and the target compound with IUPAC name dibenzyl 4-(3-chlorophenyl)-2,6-dimethyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarboxylate was obtained which was confirmed by IR spectroscopy, 1H-NMR, 13C-NMR, and LC–MS/MS."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maily
"Latar Belakang: Prevalensi hipertensi yang terkait dengan kelainan metabolik semakin meningkat. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat keterkaitan antara inflamasi yang melibatkan TNF-α sebagai sitokin pro-inflamasi dengan hipertensi dan sindrom metabolik melalui stimulasi angiotensinogen. Penggunaan bahan yang berasal dari alam telah banyak diteliti sebagai alternatif obat hipertensi yang ada saat ini, Salah satunya adalah mangiferin (Mangifera indica Linn.) yang telah diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek mangiferin terhadap tekanan darah dan perubahan morfologi miokardium serta ekspresi mRNA dan kadar TNF-α di jantung, pada tikus yang diinduksi dengan diit tinggi fruktosa.
Metode: Tikus jantan galur Sprague-Dawley, dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok normal yang hanya diberi diit standar dan kelompok yang diberi diit standar disertai diit tinggi fruktosa. Induksi diit tinggi fruktosa dilakukan selama 6 minggu, dengan pemberian secara oral 60% fruktosa, dua kali sehari dengan dosis 1 mL per pemberian dan 10% fruktosa dalam air minum ad libitum. Kelompok diit tinggi fruktosa selanjutnya dibagi dalam 4 kelompok dengan pemberian terapi per oral selama 4 minggu sebagai berikut: kelompok pertama, sebagai kontrol negatif diberi carboxymethylcellulose 0,5% 1mL/hari; kelompok kedua diberi terapi mangiferin dosis 50 mg/kgBB/hari; kelompok ketiga diberi terapi mangiferin dosis 100 mg/kgBB/hari; dan kelompok keempat, sebagai kontrol positif diberi candersartan 10 mg/kg BB/hari. Pengukuran tekanan darah dilakukan setelah 6 minggu masa induksi dan setelah 4 minggu masa terapi. Pengukuran kadar trigliserida darah dilakukan sebelum masa induksi, setelah 6 minggu masa induksi dan setelah 4 minggu masa terapi. Pada akhir masa studi, hewan didekapitasi dan organ jantung diambil sebagian untuk pemeriksaan histopatologi dan sebagian sisanya untuk pemeriksaan ekspresi mRNA dan kadar TNF-α. Analisis kadar trigliserida dilakukan pada sampel darah.
Hasil: Pemberian mangiferin dosis 50 dan 100 mg/kgBB/hari secara bermakna dapat menurunkan kadar trigliserida, tekanan darah, ekspresi mRNA TNF-α dan cenderung menurunkan kadar TNF-α pada jantung tikus, dibandingkan kelompok kontrol. Pemberian kedua dosis mangiferin secara bermakna juga dapat memperbaiki morfologi miokardium dengan menurunkan respon hipertrofi, dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Mangiferin mempunyai potensi untuk mengatasi hipertensi terkait kelainan metabolik melalui hambatannya terhadap TNF-α yang teraktivasi akibat diit tinggi fruktosa.

Background: Prevalence of hypertension in metabolic disorder increased. Previous study showed that there were a significant correlation between inflammation that involved TNF-α as pro-inflammation cytokine with hypertension and metabolic syndrome through stimulating angiotensinogen production. Many researches have been conducted on plant-based ingredients as alternative to the current hypertension medicines, such as mangiferin (Mangifera indica Linn.) which is well-known to have antiinflammation property. The aims of the present study is to evaluate the effect of mangiferin on blood pressure, the changes in morphology of myocardium, mRNA expression and level of TNF-α in heart tissue of rat with high fructose diet.
Methods: Male Sprague-Dawley rats, divided in 2 groups, i.e., normal group fed with standard diet only and fructose group fed both standard and high-fructose diet. In the duration of 6 weeks, 60% fructose were given by direct oral ingestion, 1 mL twice a day and 10% fructose in drinking water ad libitum. The fructose group then divided further into 4 groups with different 4-week orally treatment. They were given: carboxymethylcellulose 0,5% 1mL/day, mangiferin at the dose of 50 mg/kgBW/day, mangiferin at the dose of 100 mg/kgBW/day, and candersartan at the dose of 10 mg/kg BW/day as positive control, respectively. The blood pressure was measured at the end of 6-week fructoce-induced and at the end of 4-week treatment. At the end of the study, all animals were decapitated. Half of the heart were taken for the histopathological assessment, and the remaining was for mRNA expression and level of TNF-α. The analysis of trigliseride level was conducted on blood samples.
Result: The administration of mangiferin decreased the trigliseride level, the blood pressure, the expression of mRNA TNF-α and tends to decrease the level of TNF-α. It also improved the histology changes caused by high fructose diet.
Conclusion: Mangiferin has a potency as antihypertension in high fructose rats at least in part related to its antiinflammation effect."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>