Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160474 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Ilham Hutomo
"Latar Belakang: Osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai oleh penurunan massa tulang, sehingga menyebabkan perubahan mikroarsitektur tulang. Osteokalsin adalah protein penanda adanya pembentukan dan resorpsi tulang. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar osteokalsin dengan status periodontal pada perempuan berisiko osteoporosis. Metode: Studi potong lintang pada 70 perempuan pascamenopause. Dilakukan pemeriksaan status periodontal dan kadar osteokalsin dalam serum menggunakan metode ELISA. Hasil: Tidak terdapat perbedaan kadar osteokalsin antara subjek osteoporosis, osteopenia, dan normal. Terdapat hubungan antara kadar osteokalsin terhadap kehilangan perlekatan klinis pada subjek osteoporosis. Kesimpulan: Ada hubungan antara kadar osteokalsin dengan status periodontal pada subjek osteoporosis.

Background: Osteoporosis is defined as a bone disease characterised by a decrease in bone mass results in bone microarchitecture alteration. Osteocalcin is a valid biomarker for bone turnover and resorption. Aim: To analyze relationship between serum osteocalcin levels and periodontal status in osteoporotic risk women. Methods: A cross-sectional study was conducted on 70 postmenopausal women. Periodontal examination and serum osteocalcin levels was measured using ELISA method. Result: There is no difference of serum osteocalcin levels on osteoporotic, osteopenia, and normal subjects. Relationship between serum osteocalcin and clinical attachment loss was found on osteoporotic subjects. Conclusion: Relationship between serum osteocalcin levels and periodontal status was found on osteoporotic subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Haniyah
"ABSTRAK
Latar belakang: Crossbite merupakan salah satu maloklusi yang sering ditemukan di masyarakat. Crossbite dapat menyebabkan trauma oklusi yang dapat memperberat penyakit periodontal. Masih jarang dijumpai penelitian yang langsung menghubungkan pengaruh crossbite terhadap jaringan periodontal. Tujuan penelitian: Menganalisis hubungan crossbite dengan status periodontal. Metode: Penelitian cross-sectional pada 68 subjek normalbite dan 68 subjek crossbite menggunakan data kartu status rekam medik Klinik Integrasi RSKGM FKG UI tahun kunjungan 20010-2015. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna p>0,05 rerata resesi gingiva, kehilangan perlekatan, dan perdarahan gingiva pada subjek normalbite dibandingkan dengan subjek crossbite. Terdapat perbedaan bermakna.

ABSTRACT
Background Crossbite is one of the most common malocclusion found in the society. Crossbite is a potential cause of trauma from occlusion and can be a cofactor of periodontal diseases. However, research on the effects of crossbite on periodontium is still rare. Objective To analyze the relationship between crossbite and periodontal status. Method A cross sectional study of 68 subjects with normalbite and 68 subjects with crossbite using dental records of patients in Klinik Integrasi RSKGM FKG UI during 2010 2015. Data was statistically analyzed by Mann Whitney test. Result There were no statistically significant differences p 0,05 in the mean values of gingival recession, loss of attachment, and gingival bleeding between normalbite and crossbite groups. However, statistically significant difference."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Widodo
"Patogenesis terjadinya aterosklerosis pada penyakit jantung koroner telah meluas dari suatu pandangan yang semula etiologi utama karena lemak yang abnormal menjadio proses inflamasi termasuk periodontitis. Tannerella forsythia adalah bakteri negatif Gram, anaerob, berbentuk batang fusiform yang diduga berperan pada kedua penyakit tersebut. Tujuan: Menganalisis perbedaan kuantitatif T.forsythia pada plak gigi dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK. Metode: 66 pasien PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel plak subgingiva dan kuantitatif T.forsythia dihitung dengan menggunakan metode real time polymerase chain reaction. Hasil: Kuantitatif T.forsythia PJK tidak berbeda dengan non PJK. Tidak terdapat hubungan antara T.denticola dengan perdarahan gingival, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan klinis pada penderita PJK dan non PJK. Kesimpulan: Kuantitatif T.forsythia penderita PJK tidak berbeda dengan penderita non PJK. Kuantitatif T.forsythia tidak berhubungan dengan status periodontal.

The pathogenesis of the development of atherosclerosis in subjects with coronary heart disease has evolved to the extent where abnormal fat accumulation was no longer the culprit, but rather a certain inflammatory process, including periodontitis. Tannerella forsythia is a Gram-negative anaerobic bacteria, with fusiform rod shape, that has played a role in inducing the development of both diseases. Objective : The aim of this study was to analyze the difference in quantitative measurement of Tannerella forsythia accumulated in the plaque and the periodontal status of subjects with and without coronary heart disease. Tannerella forsythia was counted by utilizing the Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Methods: Periodontal status of 66 CHD patients and 40 controls was obtained. Subgingival plaque was isolated. Tannerella forsythia level were measured using real-time PCR. Result: Tannerella forsythia level of CHD patients (-6,29 log10 CFU/ml) was significantly different from control (-19,63 log10 CFU/ml). Tannerella forsythia was not significntly associated with any periodontal status (p<0.05). Conclusion: Tannerella forsythia levels of CHD patients were higher than control. Tannerella forsythia was not associated with any periodontal status."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Jesson
"Latar Belakang: Gigi dengan kerusakan periodontal yang berat akan mengakibatkan peningkatan pada mobilitas gigi. Hal itu menjadi indikasi untuk perawatan splin. Penelitian mengenai distribusi status periodontal pada pasien periodontitis dengan terapi temporary periodontal splint belum pernah dilakukan terutama di Indonesia.
Tujuan Penelitian: Mendapatkan distribusi status periodontal gigi pada pasien periodontitis dengan perawatan temporary periodontal splint.
Metode: Penelitian deskriptif retrospektif menggunakan data sekunder dari 47 rekam medik dari pasien dengan terapi temporary periodontal splint di klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode 2018-2020.
Hasil: Perawatan temporary periodontal splint paling banyak dilakukan pada Regio gigi anterior mandibular (49,8%). Mayoritas mobilitas gigi adalah mobilitas derajat 2 (49,2%).  Mayoritas derajat kerusakan tulang adalah kerusakan hingga 1/3 tengah (49,2%) dengan pola kerusakan terbanyak pola horizontal (62,8%). Kehilangan perlekatan klinis terbanyak adalah buruk (76,8%). Uji-T Berpasangan menunjukan adanya perbedaan bermakna antara indeks plak sebelum dan sesudah 1 minggu perawatan (p<0,05) dengan rerata sesudah 1 minggu lebih rendah dibanding sebelum perawatan.
Kesimpulan: Perawatan temporary periodontal splint paling sering dilakukan pada gigi dengan derajat mobilitas 2, kerusakan tulang mencapai 1/3 tengah akar, dan kehilangan perlekatan klinis buruk. Perawatan paling banyak dilakukan pada gigi anterior mandibula. Terdapat perbedaan bermakna antara indeks plak sebelum dan sesudah 1 minggu perawatan dengan indeks plak sesudah mengalami penurunan.

Background: Tooth with severe periodontal damage will result in an increase in tooth mobility. This tooth will be splint to prevent further damage. There has been no research on the distribution of periodontal status in periodontitis patient who were treated with temporary periodontal splint in Indonesia.
>Objective: Determine the distribution of periodontal status of tooth with periodontitis who were treated with temporary periodontal splints.
Method: This retrospective descriptive study was conducted using 47 periodontal medical record patient who were treated with temporary periodontal splints in RSKGM FKG UI Periodontia clinic period of 2018-2020.
Result: Temporary periodontal splint treatment was mostly performed on the anterior mandible (49,8%). The majority mobility of the tooth are grade 2 mobility (49,2%). Majority degree of bone damage is damage up to middle 1/3 (49.2%) with the most damage pattern is horizontal pattern (62.8%). Most of the clinical attachment loss is poor (76,8%). Dependent T-test result showed that there is a significant difference (p<0,05) between plaque index before and after 1 week of treatment with the mean after 1 week of treatment lower than before treatment.
Conclusion: Temporary periodontal splint treatment is most often performed on teeth with mobility grade 2, bone damage reaching the middle 1/3 of the root, and poor clinical attachment loss. Treatment is mostly done on mandibular anterior teeth. There is a significant difference between the plaque index before and after 1 week of treatment with the plaque index after 1 week decreased.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang: Penyakit jaringan periodontal adalah penyakit gigi dan mulut kedua yang terbanyak, setelah karies gigi. Penyakit jaringan periodontal meliputi keradangan gusi atau gingivitis dan periodontitis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor risiko penyakit jaringan periodontal di Indonesia. Metode: Sampel adalah seluruh anggota rumah tangga yang berusia 15 tahun ke atas dan berjumlah 722.329 orang. Disain penelitian adalah potong lintang. Data diambil dari data sekunder Riskesdas tahun 2013 di 33 (tiga puluh tiga) propinsi dan 497 kabupaten/kota di Indonesia. Hasil: Faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, perilaku benar menyikat gigi, makan buah dan sayur, aktivitas fisik, merokok, hipertensi, dan stress berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut khususnya jaringan periodontal. Kesimpulan: Hampir semua faktor risiko bermakna terhadap penyakit periodontal gigi, kecuali pada diabetes melitus, stroke dan makan buah dan sayur. Namun yang paling besar pengaruhnya adalah faktor merokok."
BULHSR 18:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Joelijanto
"Latar belakang dan Cara penelitian : Berkurangnya produksi estrogen banyak menimbulkan keluhan termasuk perubahan-perubahan di dalam rongga mulut yaitu gigi yang mudah goyang. Estrogen adalah hormon steroid yang terutama dihasilkan oleh folikel ovarium. Pada usia 40 tahun hingga menopause terdapat penurunan ukuran ovarium secara lambat tetapi pasti yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Salah satu masalah yang timbul adalah hilangnya jaringan penyambung. jaringan penyambung - mempunyai fungsi utama sebagai penyangga tubuh, Jaringan penyambung dalam rongga mulut adalah jaringan periodontal yang berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Di dalam penelitian ini hendak dicari pengaruh ovariektomi yang diasumsikan dengan keadaan defisiensi estrogen terhadap keadaan jaringan periodontal.Sebanyak 24 ekor tikus wistar digunakan dalam penelitian ini, yang dibagi dalam 4 kelompok kontrol dan ovariektomi hari ke-50 dan hari ke-100 untuk kemudian dibuat preparat histologis jaringan gigi dengan pulasan trikrom Masson Goldner. Parameter yang diteliti adalah lebar ligamen periodontal, tinggi tulang alveolar, jumlah osteosit dan intensitas pulasan kolagen. Data yang diperoleh diuji variasi normalnya dengan menggunakan Lavene `s-test dan juga berdistribusi homogen setelah diuji menggunakan Kolmogorov-Smirnov test sehingga dilakukan t-test pada setiap parameter.
Hasil dan kesimpulan : Hasil penelitian berdasarkan uji t menunjukkan bahwa semua parameter menghasilkan p > 0,05 yang berarti tidak menghasilkan perbedaan yang bermakna terhadap pengaruh ovariektomi pada jaringan periodontal. penelitian mendatang hendaknya dilakukan dengan pulasan khusus dan menggunakan metoda yang lebih akurat sehingga informasi yang akan di dapat memperjelas hasil yang telah dilakukan saat ini.

Background and methode : The lower level os estrogen resulting in any complaint including alterations in oral cavity as unstable teeth. Estrogen is steroid hormone that produced by follicle in ovarium. Starting at 40 up to get menopause, there were decreasing the ovarium size by slowly resulting health problem as the loosing of connective tissue. The connective tissue have the main function as body supporting in oral cavity, periodontal tissue have function as supporting tissue of the teeth. This research aim to explain the effect of ovariectomy that assumed by deficiency of estrogen on periodontal tissue. Twenty four female rats were divided into 4 groups, each consisting 6 rats in control and ovariectomy group at day 50 and day 100 post ovariectomy. Sample removed periodontal tisssue on preparat histology procedure with Trichrome Masson Goldner. Parameter in this research are width of periodontal ligament, height of alveolar bone, amount of osteocyt and intencity of collagen stainning. The result data wasw test by Kolmogorov - Smirnov test and each parameter was evaluated by t-test.
Results and conclusions : All parameter resulting p > 0,05 mean there was no significant difference on ovariectomy rats on periodontal tissue. In the future the research better used by methode specific stainning to get accurate information.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Lenggogeny
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan faktor risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Interleukin-1β merupakan sitokin pro-inflamasi utama yang dapat ditemukan pada kedua penyakit ini.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar interleukin-1β dalam cairan sulkus gingiva (CSG) penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal.
Metode: Pemeriksaan klinis 40 subjek PJK dan 40 subjek non PJK, pemeriksaan laboratorium kadar Interleukin-1β dengan ELISA.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan bermakna Interleukin-1β antara penderita PJK dan non PJK (p>0,05); tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar Interleukin-1β dengan status periodontal penderita PJK dan non- PJK (p>0,05).
Kesimpulan: Kadar Interleukin-1β penderita PJK tidak memiliki hubungan dengan status periodontal.

Background: Periodontitis is a risk factor for coronary heart disease. Interleukin-1β as a pro-inflammatory main cytokine, can be found in this both diseases.
Objective: To analyze the relationship of interleukin-1β levels in CSG CHD and non-CHD patients with periodontal status.
Methods: Clinical Examination for 40 Subject CHD and 40 controls was checked, laboratory test for measured the levels of Interleukin-1β with ELISA.
Results: There were no significant differences between patients Interleukin-1β CHD and non-CHD (p>0.05); there is no significant difference between the levels of Interleukin-1β with periodontal status CHD and control patients (p>0.05).
Conclusions: Levels of Interleukin-1β of CHD patients do not have a relationships with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erlisa Desy Chairunisa
"Gigi berjejal merupakan salah satu faktor lokal dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan jaringan periodontal dengan meningkatkan penimbunan plak, serta mempersulit pembersihan gigi.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan status periodontal pada kondisi gigi anterior rahang bawah berjejal kelas I Angle berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tingkatan mahasiswa.
Metode: Penelitian menggunakan desain deskriptif analitik dengan rancangan potong lintang. Sebanyak 52 subjek dengan metode pengambilan sampel non probability, yaitu consecutive sampling. Variabel yang diperiksa adalah status kebersihan mulut menggunakan indeks plak dan indeks kalkulus. Setelah itu, status periodontal dinilai berdasarkan parameter klinis antara lain indeks perdarahan papila, kedalaman poket, kehilangan perlekatan klinis, dan resesi gingiva. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square, T-Test, dan Mann-Whitney U-Test.
Hasil: Terdapat signifikansi bermakna pada status kebersihan mulut dan kedalaman poket berdasarkan umur serta tingkatan mahasiswa p0,05.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, umur dan tingkatan mahasiswa berpengaruh terhadap status kebersihan mulut dan kedalaman poket. Semakin tinggi umur dan tingkatan mahasiswa, semakin baik status kebersihan mulutnya. Hal tersebut menunjukkan adanya korelasi antara pengetahuan dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosy Valensia
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kelainan penyempitan pembuluh darah arteri jantung yang berhubungan dengan akumulasi lokal dari lipid, dalam bentuk kolesterol dan trigliserid. Penyakit periodontal merupakan inflamasi kronis yang berperan dalam perkembangan PJK. Pada periodontitis dilaporkan terjadi perubahan profil lipid berupa peningkatan kadar kolesterol dan LDL dalam darah.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar kolesterol dalam darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel darah untuk pemeriksaan kadar kolesterol.
Hasil: Kadar kolesterol darah penderita PJK berbeda dengan non PJK. Terdapat hubungan antara kadar kolesterol darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK.
Kesimpulan: Kadar kolesterol darah pada non PJK lebih tinggi daripada penderita PJK. Kadar kolesterol darah penderita PJK berhubungan dengan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan. Kadar kolesterol darah non PJK berhubungan dengan kedalaman poket.

Background: Coronary heart disease (CHD) is an abnormal narrowing of heart arteries associated with local accumulation of lipids, in the form of cholesterol. Periodontal disease is a chronic inflammatory that sugested link to the development of CHD. In periodontitis have been reported changes in lipid profile, include increased of cholesterol and LDL levels of blood.
Objective: to analyse correlation between blood cholesterol level with periodontal status of CHD patients and control group.
Methods: Periodontal status of 6 CHD patient and 40 control group was measured. Measurement of blood cholesterol level on both group.
Result: Blood cholesterol level in CHD patients differ from control group. Blood cholesterol level associated with periodontal status.
Conclusion: Blood cholesterol level in control group higher than CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket depth and clinical attachment loss in CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket depth in control group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Donovan Roberto Jonamika
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang sering ditemui dan dapat terjadi pada semua orang dengan keadaan rongga mulut. Pasien yang datang ke klinik Periodonsia RSKGM FKG UI terdiri dari berbagai kelompok dengan keadaan rongga mulut yang berbeda-beda serta memiliki faktor risiko yang berbeda pula, terutama pada gigi anterior mandibula yang rentan terhadap penyakit periodontal. Tujuan: Mendapatkan distribusi kelainan periodontal pada gigi anterior mandibula serta hubungannya dengan faktor risiko yang mempengaruhinya pada pasien di RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian deskriptif analitik menggunakan data sekunder dari rekam medis RSKGM FKG UI periode 2016 2018. Hasil: Distribusi kelainan periodontal lebih sering terdapat pada kelompok usia lansia (45-65 tahun) dan pada laki-laki. Distribusi mobilitas terbanyak ditemukan pada gigi 31 dan kelompok usia lansia (45-65 tahun); resesi gingiva terbanyak terdapat pada gigi 31, ukuran resesi gingiva terbanyak adalah <3 mm; poket periodontal terbanyak terdapat pada gigi 43, kedalaman poket terbanyak adalah 1-3 mm; kehilangan perlekatan klinis terbanyak terdapat pada gigi 42, kehilangan perlekatan klinis terbanyak adalah >5 mm; kerusakan tulang alveolar terbanyak ditemukan pada gigi 42 dan kelompok usia lansia (45-65 tahun). Distribusi trauma oklusi terbanyak terdapat pada gigi 41, penyebab trauma yang paling sering ialah blocking. Kelainan periodontal lebih sering terdapat pada gigi yang memiliki kelainan titik kontak. Kesimpulan: Kelompok persentase usia terbesar adalah lansia (48,16%), jenis kelamin tertinggi adalah perempuan (50,28%), mayoritas pasien memiliki OHIS buruk (50,28%), dan PBI yang ringan (46,33%). Kelainan periodontal yang dijumpai pada gigi anterior mandibula adalah 34,75% subjek memiliki mobilitas gigi; 72,03% subjek mengalami resesi gingiva; 79,94% subjek memiliki poket absolut; 82,34% subjek memiliki kehilangan perlekatan klinis; dan 61,02% subjek memiliki kerusakan tulang alveolar. Faktor risiko lokal meliputi trauma oklusi dimana 57,77% subjek mengalami trauma oklusi; 83,47% subjek memiliki gigi berjejal pada gigi anterior mandibula; dan 90,82% subjek memiliki kelainan titik kontak."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>