Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Akhmad Bajora
"Indonesia sebagai negara berkembang di regional Asia Tenggara termasuk salah satu negara dengan konsumsi aspal yang cukup besar. Permintaan domestik terhadap aspal setiap tahunnya sekitar 1,3-1,4 juta MT/tahun dan Pertamina, sebagai satu-satunya produsen aspal dalam negeri saat ini baru mampu memenuhi sekitar 50% dari pangsa pasar tersebut. Dari 50% pangsa pasar dimaksud, sekitar 300 ribu MT/tahun dihasilkan dari produksi Kilang Pengolahan Unit IV yang berlokasi di Cilacap, sedangkan sisanya sekitar 300-400 ribu diperoleh melalui skema impor.

Dalam upaya untuk memenuhi permintaan domestik yang masih memiliki potensi sebesar 600-700 ribu MT/tahun serta sekaligus meningkatkan pangsa pasar menjadi 80-85%, perusahaan berencana membangun kilang aspal baru. Untuk itu, perlu dilakukan analisis perihal perencanaan kapasitas Kilang Aspal dengan metode peramalan Winter’s Exponential Smoothing dan penentuan lokasi kilang Aspal melalui metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (AHP).

Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan kapasitas, untuk memperoleh pangsa pasar minimal 85% hingga tahun 2030 mendatang, perusahaan harus membangun kilang aspal dengan kapasitas produksi sekitar 2 Juta MT/tahun dengan 4 (empat) alternatif lokasi pembangunan kilang aspal yaitu wilayah Tuban/Jawa Timur, Cilegon/Banten, Dumai/ Riau dan Batam/ Kepulauan Riau.


Indonesia as a developing country in the Southeast Asia region is one of the countries with a fairly large asphalt consumption. Domestic demand for asphalt annually is around 1.3-1.4 million MT/year and Pertamina, as the only domestic asphalt producer, is currently only able to fulfill 50% of the market share. From the 50% market share, about 300 thousand MT is produced from the Refinery Unit IV located in Cilacap, while the remaining around 300 thousand is obtained through an import scheme.

 In order to meet domestic demand which still has a potential of 600-700 thousand MT/year while increasing market share to 80-85%, the company plans to build an asphalt refinery. For this reason, it is necessary to analyze the capacity planning of the Asphalt refinery using the Winter's Exponential Smoothing forecasting method and determining the location of the Asphalt refinery using the Fuzzy Analytical Hierarchy Process (AHP) method.

Based on the calculation of capacity planning, to obtain a market share of at least 85% until 2030, the company must build an asphalt refinery with a production capacity of about 2 million MT/year with 4 (four) alternative locations for asphalt refinery construction, namely the Tuban/East Java, Cilegon area. /Banten, Dumai/Riau and Batam/Riau Islands."

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Akhmad Bajora
"Indonesia sebagai negara berkembang di regional Asia Tenggara termasuk salah satu negara dengan konsumsi aspal yang cukup besar. Permintaan domestik terhadap aspal setiap tahunnya sekitar 1,3-1,4 juta MT/tahun dan Pertamina, sebagai satu-satunya produsen aspal dalam negeri saat ini baru mampu memenuhi sekitar 50% dari pangsa pasar tersebut. Dari 50% pangsa pasar dimaksud, sekitar 300 ribu MT/tahun dihasilkan dari produksi Kilang Pengolahan Unit IV yang berlokasi di Cilacap, sedangkan sisanya sekitar 300-400 ribu diperoleh melalui skema impor.
Dalam upaya untuk memenuhi permintaan domestik yang masih memiliki potensi sebesar 600-700 ribu MT/tahun serta sekaligus meningkatkan pangsa pasar menjadi 80-85%, perusahaan berencana membangun kilang aspal baru. Untuk itu, perlu dilakukan analisis perihal perencanaan kapasitas Kilang Aspal dengan metode peramalan Winter’s Exponential Smoothing dan penentuan lokasi kilang Aspal melalui metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (AHP).
Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan kapasitas, untuk memperoleh pangsa pasar minimal 85% hingga tahun 2030 mendatang, perusahaan harus membangun kilang aspal dengan kapasitas produksi sekitar 2 Juta MT/tahun dengan 4 (empat) alternatif lokasi pembangunan kilang aspal yaitu wilayah Tuban/Jawa Timur, Cilegon/Banten, Dumai/ Riau dan Batam/ Kepulauan Riau.
.....Indonesia as a developing country in the Southeast Asia region is one of the countries with a fairly large asphalt consumption. Domestic demand for asphalt annually is around 1.3-1.4 million MT/year and Pertamina, as the only domestic asphalt producer, is currently only able to fulfill 50% of the market share. From the 50% market share, about 300 thousand MT is produced from the Refinery Unit IV located in Cilacap, while the remaining around 300 thousand is obtained through an import scheme.
In order to meet domestic demand which still has a potential of 600-700 thousand MT/year while increasing market share to 80-85%, the company plans to build an asphalt refinery. For this reason, it is necessary to analyze the capacity planning of the Asphalt refinery using the Winter's Exponential Smoothing forecasting method and determining the location of the Asphalt refinery using the Fuzzy Analytical Hierarchy Process (AHP) method.
Based on the calculation of capacity planning, to obtain a market share of at least 85% until 2030, the company must build an asphalt refinery with a production capacity of about 2 million MT/year with 4 (four) alternative locations for asphalt refinery construction, namely the Tuban/East Java, Cilegon area. /Banten, Dumai/Riau and Batam/Riau Islands."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Apriyadi
"Permasalahan klasik dalam industri listrik Indonesia adalah peningkatan kebutuhan yang besar, pasokan terbatas, sehingga mengakibatkan kehandalan sistem (defisit). Sebagian besar pemenuhan kebutuhan listrik menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga harga energi listrik menjadi mahal. Seiring kenaikan harga mentah dunia, salah satu solusinya adalah memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT), yaitu pemanfaatan biogas dari sampah untuk energi listrik (waste to energy). Sementara itu, pertumbuhan penduduk yang sangat cepat terus terjadi di DKI Jakarta sehingga mengakibatkan bertambahnya volume sampah.
Pengelolaan sampah secara terintegrasi untuk energi listrik merupakan solusi simultan dari masalah sampah perkotaan dan pemenuhan sebagian kebutuhan energi listrik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pemilihan teknologi tepat guna Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di DKI Jakarta. Saat ini, ada tiga alternatif teknologi, yaitu teknologi yang berbasiskan Incineration (Insinerasi) dan Mechanical Biological Treatment
(MBT) yang akan ditempatkan pada Intermediate Treatment Facility (ITF) yang berada di Sunter dan Cakung sebagai solusi pengelolaan sampah untuk energi di tingkat menengah yaitu di wilayah dalam kota (hulu) dan teknologi Gasification LandFill - Anaerobic Digestion (GALFAD) di tingkat pemprosesan akhir (hilir) yang berada di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
Penelitian ini menghasilkan alat bantu manajemen untuk pengambilan keputusan. Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder mengenai volume, jenis, karakteristik, dan komposisi sampah di DKI Jakarta yang nantinya akan diproses baik melalui teknologi yang tepat. Penelitian ini akan menganalisis alternatif teknologi mana yang tepat guna berdasarkan kecocokan volume, jenis, karakteristik, dan komposisi sampah tertentu pada kondisi saat ini dan pertumbuhannya ke depan.
Berdasarkan hasil penelitian, jenis teknologi PLTSa yang cocok untuk komposisi sampah organik yang tinggi dan nonorganik yang tinggi dengan volume sampah lebih dari 1.000 ton/hari adalah teknologi MBT dengan NPV sebesar US$ 60,6 juta, sementara untuk jenis komposisi sampah organik yang tinggi dan nonorganik yang rendah (volume sampah sebesar 750 - 1.000 ton/hari), jenis teknologi yang cocok adalah Insinerasi dengan NPV US$ 85,4 juta. Jenis teknologi yang cocok untuk jenis sampah dengan komposisi sampah organik dan nonorganik yang rendah (250 ? 500 ton/hari) adalah GALFAD dengan NPV sebesar US$ 31,8 juta. Matriks RDF (Riset Darmawan Fajardhani) dapat digunakan sebagai alat bantu manajemen untuk pengambilan keputusan untuk pemilihan teknologi tepat guna PLTSa studi kasus DKI Jakarta.

Classical problems in Indonesia's electricity industry are the increasing of large demand, the supply is limited thus resulting in system reliability (deficit). Most of the electricity demand using fuel oil (BBM) so that the price of electrical energy to be expensive. As rising crude prices, one solution is to make use of new and renewable energy (EBT), which is the utilization of biogas from waste to electrical energy (waste to energy). Meanwhile, the rapid population growth continues to take place in Jakarta, resulting in the increase in the volume of waste.
Integrated waste management for electric energy is the simultaneous solution of the problem of urban waste and the partial fulfillment electrical energy needs. Therefore, it is necessary to do research on the selection of effective technologies Waste Power PLTSa Plant (PLTSa) in Jakarta. Currently, there are three alternative technologies, ie technology-based Incineration that will be placed on the Intermediate Treatment Facility (ITF) in Sunter and Mechanical Biological Treatment (MBT) in ITF Cakung as waste management solutions to the energy in intermediate level that is in the area of the city (upstream) and Gasification Landfills - Anaerobic Digestion (GALFAD) at the end of the processing level (downstream) that are in place Integrated Waste (TPST) Bantargebang.
This research produced a management tool for decision making. The data used are primary and secondary data on the volume, type, characteristics, and composition of waste in Jakarta which will be processed either through appropriate technology. This research will analyze which technology alternatives appropriate matches based on volume, type, characteristics, and composition of specific litter on the current conditions and future growth.
Based on this research, PLTSa technology for municipal solid waste suitable high composition of organic and inorganic waste with a high volume of more than 1,000 tons / day is MBT technology with NPV of U.S.$ 60.6 million, while the suitable technology for the high composition of organic and the low composition of inorganic (volume of waste for 750 ? 1000 ton / day) is the incineration with NPV of U.S. $ 85.4 million. The suitable technology for the both of low composition of organic dan inorganic is GALFAD with NPV of U.S.$ 31.8 million. Matrix of RDF (Research Darmawan Fajardhani) can be used as a management tool for decision making for the selection of effective technologies for Waste Power Plant (PLTSa) case study DKI Jakarta.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Wulan Romianingsih
"Saat ini, ada dua instrumen untuk menilai dampak lingkungan dan sosial dari proyek pembangkit listrik di Indonesia, yaitu Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) dan Environmental and Social Impact Assessment (ESIA). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aspek lingkungan dan sosial dari Amdal dan ESIA untuk mengembangkan pedoman dan strategi pengintegrasian dua studi ini. Metode yang digunakan adalah analisis dokumen, wawancara semi terstruktur dan observasi. Hasil penelitian memperlihatkan perbedaan utama ESIA dan Amdal terletak pada fase penapisan, pelingkupan, analisis dampak, dan tindak lanjut. ESIA mencakup aspek fisik-kimia, biologi, (lingkungan) dan sosio-ekonomi (sosial) yang lebih luas dibandingkan Amdal. Mengintegrasikan dua kajian lingkungan ini dapat mengurangi jejak karbon dari studi lingkungan, memperkuat perlindungan lingkungan, efisiensi biaya hingga 12%, meningkatkan kapasitas penyusun dan pelaksana Amdal dan ESIA, peningkatan keberterimaan oleh pengambil keputusan, yaitu pemerintah dan lembaga finansial. 

Currently, there are two instruments for assessing the environmental and social impacts of power development projects in Indonesia, which are Analisis Mengenai Dampak Lingkungan or Amdal and  Environmental and Social Impact Assessment (ESIA). This research aims to compare the environmental and social aspects of Amdal and ESIA to further develop guidance and strategy for the integration of these practices. This research employed document analysis, semi-structured interviews, and field observation. This research found that the main differences between Amdal and ESIA are in the screening, scoping, impact analysis, and follow-up phases. The ESIA covers a wider range of physicochemical, biological, and socio-economic (social) aspects than Amdal does. Integrating the two practices could reduce the carbon footprint, strengthen environmental protection, save costs up to 12%, increase the stakeholder capacity, and improve the acceptance of decision-makers (the government and financial institutions)."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Asterina
"The Study on waste water management system on operation concrete batching plant were done in one branch of Lenteng Agung plant. The purpose of this study is made an effort in the use of water efficiency on the operation of the production concrete batching plant that produce waste water. The result of industrial waste water ready mix who settles in the sedimentation are pumped dan distributed to a tub settler, so that water it can be used again in proccess of production in batching plant. Location which have broad 6700 meters adequate, having enough sedimentation facility at the site. The study was conducted by means of observation the field, as well as the measurement of the water used that way and sedimentation be accomodated in the water. The calculation of water use among all activities that happen in the plant, that activities such as production work, operational equipment laundering, and clearing the field. The using of water in the field is being compare with the capacity water on the sedimentationp pond. The result show that existence of sedimentation pond give about 90% efficiency use of water. The result of this efficiency, give conclution that sedimentation pond is the suitable implemented for the management of industrial waste water concrete ready mix.

Kajian mengenai sistem pengelolaan air limbah operasi concrete batching plant dilakukan di salah satu cabang yaitu Lenteng Agung No 50. Tujuan dari kajian ini adalah menunjukkan besar efisiensi dalam penggunaan air limbah pada operasi concrete batching plant. Air Limbah hasil industri ready mix yang mengendap dalam kolam sedimentasi ini dipompa dan dialirkan ke bak penampungan, sehingga air tersebut dapat digunakan kembali pada proses produksi di batching plant. Lokasi yang memiliki luas 6700 m2 memiliki fasilitas kolam sedimentasi yang memadai di lokasi. Kajian ini dilakukan dengan cara observasi lapangan, serta pengukuran air yang digunakan dengan cara dan air yang tertampung dalam kolam sedimentasi. Penghitungan penggunaan air antara lain dari aktivitas produksi, pencucian alat operasional, serta pembersihan lahan. Penggunaan yang terjadi dilapangan kemudian dibandingkan dengan kapasitas air dari sedimentasi, serta dilihat penggunaan air tanahnya. Hasil dari perrhitungan menunjukkan bahwa adanya kolam sedimentasi menunjukkan efisiensi penggunaan air sebesar 90%. Kolam sedimentasi ini cocok diimplementasikan terhadap pengelolaan air limbah industri concrete ready mix.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Prihastuti
"ABSTRAK
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) merupakan pembangkit listrik yang
ramah lingkungan yang dapat mengatasi masalah tingginya pertumbuhan sampah
di Indonesia sekaligus memenuhi kebutuhan listrik untuk masyarakat.
Berdasarkan grafik dari kedua model estimasi produksi metana, produksi gas
metana dan laju penurunannya berbeda untuk setiap komposisi dan jenis sampah.
Produksi gas metana menentukan banyaknya listrik yang dihasilkan yang pada
akhirnya mempengaruhi besarnya pendapatan. Oleh karena itu, penentuan waktu
untuk membangun PLTSa menjadi faktor penting untuk diperhatikan karena dapat
mempengaruhi layak atau tidaknya investasi. Penelitian ini menggunakan sampah
padat rumah tangga dan sampah padat industri kelapa sawit yang dibedakan
menjadi 5 skenario komposisi sebagai bahan baku untuk PLTSa dan
menggunakan dua model estimasi produksi metana, yaitu model US EPA dan
model EPER France. Analisis kelayakan investasi yang dilakukan menggunakan
metode NPV, IRR, dan Payback Period. Setelah dilakukan simulasi pembangunan
PLTSa dengan adanya penundaan waktu dalam membangun, maka untuk skenario
1,4, dan 5, waktu untuk membangun PLTSa yang masih layak dan memberikan
keuntungan adalah dalam range tahun pembangunan awal 2014-2015, sedangkan
untuk skenario 2 dan 3 dalam range tahun pembangunan awal 2014-2018 dimana
pada tahun tersebut NPV masih bernilai positif. Sedangkan nilai NPV tertinggi
untuk semua skenario adalah pada tahun 2014 atau tahun tercepat PLTSa dapat
dibangun.
ABSTRACT
Waste Power Plant (PLTSa) is an environmentally friendly power plant that can
overcome the problem of waste growth in Indonesia as well as meet the electricity
needs for the residents. Based on the graphs from the two models for estimating
methane generation, methane generation and the rate of decline is different for
each composition and type of waste. Methane generation determine the amount of
electricity that is generated which eventually affects the income. Therefore, the
determination of time to build PLTSa is an important factor to consider because it
can affect the feasibility of investment. This study uses municipal solid waste and
industrial palm solid waste which is divided into 5 composition scenarios as
feedstock for PLTSa and uses two models for estimating methane generation, the
U.S. EPA and EPER France model. Investment feasibility analysis is performed
using the method of NPV, IRR, and Payback Period. After doing the simulation of
construction PLTSa with a delay time in build, then for scenario 1, 4, and 5, a
time to build PLTSa which still feasible and provide profit is in the range of early
construction years from 2014 to 2015, while for scenario 2 and 3 in range of early
construction years from 2014 to 2018 where the NPV is still positive in that year.
And the highest NPV value for all scenarios is in 2014 or the fastest year PLTSa
can be built."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chevy Iskandar
"Lapangan Panasbumi Patuha secara administratif terletak di kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lapangan ini sudah beroperasi sejak tahun 2014 dengan kapasitas Power Plant 1x60 MWe. Sampai saat ini, lapangan Panasbumi Patuha Unit I sudah beroperasi selama hampir 7 tahun. Secara umum, kondisi sumur-sumur produksi saat ini sudah mengalami natural decline dimana terjadi pengurangan kapasitas produksi terhadap produksi awal. Hal ini menyebabkan suplai uap ke Power Plant Unit I menjadi tidak optimal, sehingga dibutuhkan sumur make-up. Selain itu, untuk mendukung penambahan kapasitas produksi listrik dari energi panasbumi di Indonesia, di Lapangan Panasbumi Patuha juga direncanakan akan dilakukan pengembangan lapangan untuk Unit berikutnya yaitu Unit 2 dan 3. Namun, dalam menentukan lokasi pengeboran sumur produksi baik untuk make-up maupun rencana pengembangan masih memiliki resiko yang cukup tinggi khususnya di area pengembangan dimana sumur-sumur produksi maupun injeksi di Patuha hanya terkonsentrasi di area timur WKP. Tiga parameter utama yang harus ada dalam kesuksesan pengeboran yaitu didapatkannya permeabilitas dan temperatur tinggi serta keberadaan dari fluida netral (benign fluid). Data geofisika memiliki peranan yang sangat penting mengingat keterbatasan data dan jumlah sumur yang ada belum melingkupi keseluruhan prospek area di Patuha. Pemodelan dan analisis data geofisika (Magnetotellurik, Gravitasi dan Microearthquake) yang diintegrasikan dengan data geologi, geokimia dan sumur dilakukan untuk membuat konseptual model yang lebih komperhensif dan meng-update model sebelumnya dalam menggambarkan kondisi bawah permukaan khususnya dalam memberikan gambaran distribusi temperatur dan permeabilitas tinggi serta keberadaan benign fluid sebagai target kesuksesan dalam pengeboran. Pemodelan 3-Dimensi data Magnetotellurik (MT) yang dikorelasikan dengan data sumur dilakukan untuk memberikan gambaran secara luas mengenai sebaran temperatur di bawah permukaan dan juga indikasi dari boundary reservoir. Analisis data Gravitasi yang meliputi First Horizontal Derivative (FHD), Second Vertical Derivative (SVD) dan Multi Scale-Second Vertical Derivative (MS-SVD) yang dikorelasikan dengan data spinner, loss circulation, struktur geologi maupun data produktifitas sumur dilakukan untuk memberikan gambaran distribusi permeabilitas bawah permukaan di lapangan Panasbumi Patuha. Selain itu, analisis data sebaran event Microearthquake (MEQ) dilakukan juga untuk memperkuat analisis sebaran permeabilitas tersebut. Hasil integrasi data-data tersebut diharapkan dapat menjadi basis analisis data dalam memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi untuk menentukan target sumur pemboran baik untuk rencana sumur make-up maupun sumur pengembangan.

The Patuha Geothermal Field is located in Bandung District, West Java Province. Patuha Field has been operating since 2014 with a power plant capacity of 1x60 MWe. Until now, Patuha Unit I geothermal field has been running for almost 7 years. The current production wells have experienced a natural decline, which is showed by a reduction in production capacity to the initial production. This causes the steam supply to the Power Plant Unit I to be not optimal, so a make-up well program is needed. Furthermore, to support the addition of electricity production capacity from geothermal energy in Indonesia, the development of the Patuha Geothermal Field is planned to be carried out for the next Power Plant Unit’s expansion (Unit 2 and Unit 3). Nevertheless, determining the location for both make-up and development drilling might still pose high risks. This is especially because the development area (where production and injection wells are located) is only concentrated in the eastern area of the WKP. Three key parameters must be obtained to achieve successful drilling, e.g. good permeability, high temperatures, and a neutral fluid (benign fluid). Geophysical data has an indispensable role considering the limited data and the limited number of existing wells that cover the entire Patuha prospect area. An integrated analysis from geophysical modeling (Magnetotelluric, Gravity, and Microearthquake), geological, geochemical, and well data is conducted to create a comprehensive conceptual model, which updates the previous model that describes Patuha subsurface conditions. This updated conceptual model will explain the temperature distribution, the estimated high permeability location, as well as benign fluid as a drilling target. The 3-Dimensional inversion modeling of Magnetotelluric (MT) data correlated with well data was achieved to give a broad description of subsurface temperatures distribution and the reservoir boundary indication. Gravity data analysis, such as First Horizontal Derivative (FHD), Second Vertical Derivative (SVD), and Multi Scale-Second Vertical Derivative (MS-SVD) is also combined with spinner data, loss circulation, geological structure, and well productivity to analyze the subsurface permeability distribution in the Patuha Geothermal field. Microearthquake event distribution (MEQ) analysis is performed to strengthen the permeability distribution analysis. We expect this data integration to be the basis for the holistic analysis in providing a higher level of confidence to determine the target drilling wells for both make-up well and development wells."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman Al-Fatih Ifdal
"Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) merupakan suatu pembangkit tenaga listrik dengan daya termal yang memaksimalkan satu atau lebih reaktor nuklir selaku sumber panas. PLTN memiliki ragam manfaat esensial terhadap pemenuhan kebutuhan energi suatu negara, tak terkecuali di Indonesia. Sampai sekarang, Indonesia belum memiliki PLTN terlepas dari adanya wacana pembangunan PLTN dari sejak disahkannya Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Hingga akhirnya UU ini dicabut dengan UU Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, pengaturan PLTN kembali diperkuat dengan adanya landasan hukum yang membolehkan PLTN untuk dibangun di Indonesia selama mempertimbangkan faktor keselamatan yang ketat. Kendati demikian, prospek yang cerah terhadap pembangunan PLTN pun tidak kunjung membawakan adanya realisasi pembangunannya secara nyata di Indonesia. Berangkat dari latar belakang berikut, tulisan ini akan menggali, mengkaji, dan menganalisis tinjauan rencana pembangunan PLTN di Indonesia yang dilihat dari segi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penggunaan lensa hukum lingkungan dalam menjelaskan prospek PLTN jarang diliput secara ilmiah, terlebih dari kacamata hukum lingkungan Indonesia. Analisis dalam tulisan menggunakan pendekatan yuridis berupa penelitian keseluruhan data sekunder hukum terkait PLTN di Indonesia untuk menjawab permasalahan kajian prinsip hukum ketenaganukliran, kesesuaian rencana PLTN, dan tinjauan lainnya dalam rangka memberikan gambaran komprehensif secara meluas (helicopter view). Dari sini, akan didapatkan rekomendasi langkah yang harus diambil Indonesia dalam menetapkan peta jalan pembangunan PLTN jika (akhirnya) terwujudkan.

A nuclear power plant (NPP) is a power plant with thermal power that maximizes one or more nuclear reactors as heat sources. NPPs have a variety of essential benefits for meeting the energy needs of a country, including in Indonesia. Until now, Indonesia has not had a nuclear power plant apart from the discourse on nuclear power plant development since the enactment of Law Number 31 of 1964 concerning the Basic Provisions of Atomic Energy. Until finally this law was repealed by Law Number 10 of 1997 concerning Nuclear Energy as amended by Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation, the regulation of NPP was again strengthened by the existence of a legal basis that allowed nuclear power plants to be built in Indonesia as long as it considered strict safety factors. However, the bright prospects for the construction of NPPs have not led to a real realization of its development in Indonesia. Departing from the following background, this paper will explore, study, and analyze a review of the NPP development plan in Indonesia in terms of environmental protection and management. The use of environmental law lenses in explaining the prospect of nuclear power plants is rarely covered scientifically, especially from the perspective of Indonesian environmental law. The analysis in the paper uses a juridical approach in the form of research on all secondary legal data related to nuclear power plants in Indonesia to answer the problems of nuclear law principle studies, the suitability of nuclear power plants, and other reviews in order to provide a comprehensive overview in a broad manner (helicopter view). From this, this thesis provides recommendations for steps that Indonesia should take in determining the road map for NPP development if (in the end) it is realized."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhannisa Dinda Az Zahra
"Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung merupakan salah satu lapangan panas bumi dengan manifestasi permukaan panas bumi seperti hot spring, fumarole, mud pools, dan steaming ground. Adanya aktivitas hidrotermal panas bumi menunjukkan adanya persebaran mineral alterasi dengan tipe alterasi hidrotermal, serta zona permeabel sebagai indikasi adanya patahan atau rekahan untuk jalur fluida panas bumi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persebaran mineral alterasi dan tipe alterasi hidrotermal, serta potensi permeabilitas secara primer maupun sekunder. Penelitian dilakukan melalui penginderaan jarak jauh yang divalidasi dengan data lapangan berupa sampel batuan, data manifestasi, dan struktur. Metode penelitian jarak jauh yang digunakan adalah metode Fault Fracture Density (FFD) dan Principal Component Analysis (PCA). Lalu penelitian ini juga menggunakan data sampel batuan permukaan dan bawah permukaan yang dianalisis dengan petrografi untuk mengetahui persebaran tipe alterasi dan kandungan porositas primer dalam batuan. Hasil analisis petrografi menunjukkan bahwa tipe alterasi di daerah penelitian adalah Argilik dan Filik, sedangkan berdasarkan PCA menunjukkan tipe alterasi Argilik dan Propilitik. Kemudian, berdasarkan metode FFD menunjukkan kelurusan dengan orientasi tenggara – barat laut yang mengindikasikan bahwa permeabilitas sekunder daerah penelitian dikontrol oleh Sesar Semangko. Selain itu, metode FFD ini dapat mengidentifikasi bahwa densitas kelurusan tertinggi berada di formasi Qprd (Piroklastik Gunung Rendingan; Tuf, lapili, dan breksia) dan Tpl (Lava andesit Gunung Kukusan; basaltik andesit) sebagai formasi yang memiliki zona lemah. Kemudian, berdasarkan integrasi metode FFD dan PCA menghasilkan zona permeabel yang berada pada formasi Qprd dan Tpl sebagai formasi yang memiliki struktur patahan atau rekahan yang dapat mengalirkan fluida panas bumi. Selanjutnya, berdasarkan analisis mikroskopik dapat diketahui bahwa potensi porositas primer terdapat pada litologi breksi tuf dengan persentase porositas 15% sehingga cukup baik sebagai batuan penyimpan fluida panas bumi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah area yang berpotensi untuk pengembangan panas bumi lebih lanjut, yang mana berada ±10 km dari Gunung Rendingan dan seluas ±46 km2

Ulubelu District, Tanggamus Regency, Lampung Province is one of the geothermal fields with geothermal surface manifestations such as hot springs, fumaroles, mud pools, and steaming grounds. The existence of geothermal hydrothermal activity indicates the distribution of alteration minerals with hydrothermal alteration types, as well as permeable zones as an indication of faults or fractures for geothermal fluid pathways. The purpose of this research is to identify the distribution of alteration minerals and hydrothermal alteration types, as well as primary and secondary permeability potential. The research was conducted through remote sensing validated with field data in the form of rock samples, manifestation data, and structures. The remote research methods used are the Fault Fracture Density (FFD) and Principal Component Analysis (PCA) methods. Then this research also uses surface and subsurface rock sample data analyzed by petrography to determine the distribution of alteration types and primary porosity content in rocks. The results of petrographic analysis show that the alteration types in the study area are Argillic and Phyllic, while based on PCA, the alteration types are Argillic and Propylitic. Then, based on the FFD method, it shows lines with a northwest – southeast (NW-SE) orientation which indicates that the secondary permeability of the study area is controlled by the Semangko Fault. In addition, this FFD method can identify that the highest line density is in the Qprd (Rendingan Mountain Pyroclastic; Tuff, lapilli, and breccia) and Tpl (Kukusan Mountain andesite lava; Basaltic andesite) formations as weak zones. Then, based on the integration of FFD and PCA methods, it produces permeable zones located in the Qprd and Tpl formations that have fault or fracture structures that can be fluid pathway. Furthermore, based on microscopic analysis, the potential for primary porosity is found in the tuff breccia lithology with percentage of porosity is 15%, so that it is good enough as a reservoir rock in Ulubelu geothermal system. The result of this research is an area that has the potential for further geothermal development, which is ±10 km from Mount Rendingan and covers ±46 km2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Prakasa Anom Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aspek ekonomi berbagai konfigurasi proses tenaga surya terkonsentrasi diterapkan di Nusa Tenggara. Penggunaan sistem penyimpanan energi diteliti penerapannya terhadap tenaga surya yang dikonsentrasikan karena penggunaannya pada sumber energi yang berselang, seperti energi surya, dinilai mampu mengatasi permasalahan pasokan dan permintaan energi listrik. Sistem tangki ganda (panas dan dingin) menjadi yang konvensional pada tenaga surya terkonsentrasi, sementara tangki jenis termoklin masih berada dalam tahap penelitian.. Penelitian ini akan dilakukan dengan menyimulasikan enam jenis skenario pembangkitan dengan kedua jenis tangki tersebut dan skenario tanpa menggunakan sistem penyimpanan energi. Skenario dilakukan dengan menjalankan siklus termodinamika Rankine dan Brayton. Seluruh data yang berkaitan akan menggunakan data yang tersedia di Nusa Tenggara Timur dengan WACC sebesar 10% dan umur guna proyek selama 25 tahun. Hasil penelitian menyatakan bahwa di penerapan siklus Brayton menghasilkan energi lebih besar, tetapi efisiensi keseluruhannya kecil dibandingkan siklus Rankine. Hal tersebut menuntun kepada lebih besarnya LCOE skenario yang menjalankan siklus Brayton dibandingkan siklus Rankine. Penggunaan tangki jenis termoklin mampu untuk menekan biaya investasi, sehingga sistem yang menggunakan sistem tangki termoklin memperoleh LCOE lebih rendah dibandingkan dengan sistem tangki. Di antara semua jenis skenario, sistem yang menjalankan sistem tangki termoklin dengan siklus Rankine mampu menghasilkan LCOE paling rendah. Hasil LCOE tersebut sebanding dengan LCOE sumber energi lain di Indonesia.

This study aims to determine how the economic aspects of various configurations of concentrated solar power processes are applied in Nusa Tenggara. The employment of energy storage systems is investigated for its application to concentrated solar power because its use in intermittent energy sources, such as solar energy, is able to overcome problems of supply and demand for electrical energy. The double tank system (hot and cold) is becoming the conventional one on concentrated solar power, while the thermocline type tank is still in the research stage. This research will be carried out by simulating six scenarios by incorporating both types of tanks, without using energy storage systems, and is running with Rankine and Brayton thermodynamic generation cycles. All related data will use Nusa Tenggara Timur availability with WACC of 10% and 25 project lifetimes. The results of the study state that the application of the Brayton cycle produces more energy, yet the overall efficiency is lower than the Rankine cycle. This leads to a larger LCOE of scenarios running the Brayton cycle than the Rankine cycle. The use of a thermocline tank can reduce investment costs so that a system using a thermocline tank system obtains a lower LCOE than the double tank system. Among all types of scenarios, the system with thermocline tank and Rankine cycle were able to produce the lowest LCOE. The results of the LCOE are comparable to the LCOE of other energy sources in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>