Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 225464 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Joni Karjono
"Mutu pelayanan kesehatan yang tinggi memerlukan kerjasama tim interdisiplin. Ada 3 faktor yang berkontribusi terhadap terlaksananya kerjasama tim interdisiplin berjalan dengan baik yaitu faktor interaksional, faktor organisasional dan faktor sistemik. Pada penelitian ini ingin diketahui hubungan antara faktor interaksional dan organisasional terhadap kerjasama tim interdisiplin. Penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Alat pengumpul data berupa kuesioner pertanyaan tertutup. Pada penelitian ini diperoleh 43 responden. Menunjukan bahwa hubungan antar faktor interaksional dan kerjasama interdisiplin sangat kuat sedangkan hubungan antara faktor organisasional dan kerjasama interdisiplin lebih lemah. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor interaksional dan organisasional diakui oleh para dokter spesialis sebagai faktor yang sangat penting dalam mewujudkan kerjasama interdisiplin.

High quality of health care requires interdisciplinary teamwork. There are three factors that contribute to the good implementation of interdisciplinary teamwork which are interactional factors, organizational factors and systemic factors. This study wanted to know the relationship between interactional and organizational factors on interdisciplinary teamwork. This is quantitative study with cross-sectional design. The instrument was a closed questionaire. Total respondents are 43. This research showed that the relationship between interactional factors and interdisciplinary teamwork very strong while the relationship between organizational factors and interdisciplinary teamwork is less strong. This study concluded that interactional and organizational factors recognized by specialists as a very important factor in realizing interdisciplinary teamwork."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Mulia Sari
"Terbatasnya waktu respon, penurunan daya tahan tubuh, serta banyaknya prosedur invasif yang dilakukan perawat kepada pasien menjadi penyebab tingginya risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan di instalasi gawat darurat dan ruang perawatan intensif. Insiden infeksi terkait pelayanan kesehatan dapat dicegah dan dihindari melalui penerapan kepatuhan kewaspadaan standar. Namun, tingkat kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat masih tergolong rendah. Perilaku kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor demografi, predisposisi, pemungkin, dan penguat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat. Desain riset menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini melibatkan 100 perawat ruang perawatan intensif dan IGD yang dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Nilai kepatuhan kewaspadaan standar perawat relatif cukup rendah yaitu sebesar 54.66 (SD = 4.68) atau sekitar 67.89 persen dari total nilai kepatuhan tertinggi. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa usia (p = 0.939), lama bekerja (p = 0.564), jenis kelamin (p = 0.064), tingkat pendidikan (p = 0.870), unit kerja (p = 0.078), jenjang karir (p = 0.919), pelatihan (p = 0.065), pengetahuan (p = 0.137), sikap (p = 0.738), ketersediaan fasilitas (p = 0.810), standar prosedur operasional (p = 0.229), dan dukungan atasan (p = 0.436) tidak memiliki hubungan yang bermakna. Hanya efikasi diri (p = 0.009) yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan kewaspadaan standar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa efikasi diri merupakan faktor yang esensial untuk meningkatkan kepatuhan kewaspadaan standar. Hasil penelitian ini merekomendasikan rumah sakit untuk menyelenggarakan atau menggiatkan program atau aktivitas yang mampu meningkatkan efikasi diri perawat agar tingkat kepatuhan kewaspadaan standar perawat dapat meningkat.

The limited response time, decreased immune system, and many invasive procedures performed by nurses to the patient are responsible for the high risk of healtcare-associated infections (HAIs) in the emergency and intensive care units. The incidence of HAIs can be prevented and avoided through compliance on standard precautions. However, the level of nurses compliance on standard precautions is still low. The compliance on standar precautions can be influenced by several factors, such as demographic, predisposing, enabling, and reinforcing factors. This study aimed to identify factors affecting nurses compliance on standard precautions.  This study used descriptive correlation with cross sectional approach. The study involved 100 intensive care and emergency care nurses who were selected using convenience sampling method. Data were collected using questionnaires. The study revealed that the mean score of nurses compliance on standard precaution was 54.66 (SD = 4.68) or 67.89 percent of the total correct score. The results of the study, furthermore, showed that there was no significant correlation between age (p = 0.939), working experience (p = 0.564), gender (p = 0.064), level of education (p = 0.870), working unit (p = 0.078), level of career (p = 0.919), training (p = 0.065), knowledge (p = 0.137), attitude (p = 0.738), facility (p = 0.810), standard operational procedure (p = 0.229), managerial support (p = 0.436) with standard precaution compliance. Only self-efficacy showed significant correlation with standard precaution compliance (p = 0.009). The study concluded that self- efficacy could increase nurses compliance on standard precautions. The results of the study recommended the hospitals conducting programs or activities that may enhance nurses efficacy, because it can improve nurses compliance on standar precautions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Izazi Anwar
"Karya tulis ini meneliti bagaimana budaya dapat mempengaruhi manusia dalam memiliki preferensi tertentu untuk bekerja dalam tim. Untuk lebih spesifik, apakah kolektivisme kelompok anggota dalam memiliki efek pada preferensi untuk kerjasama tim dengan kelompok anggota luar. Salah satu sifat kepribadian, yaitu keterbukaan pikiran, dianggap dapat memoderasi hubungan ini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mahasiswa internasional dari University of Groningen dan Universitas Indonesia sebagai sampel. Setelah analisis dijalankan, terungkap bahwa budaya dan sifat kepribadian tidak berpengaruh terhadap preferensi untuk memilih anggota tim. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberi implikasi untuk praktek manajerial, salah satunya adalah manajer harus melihat lebih jauh dari factor budaya dan kepribadian dalam mengelola tim multikultural.

This research examined how culture might affect people in having certain preference for teamwork. To be specific, whether collectivism in in groups members has an effect on the preference for teamwork with out groups members. A personality trait, which is open mindedness, is considered to moderate this relationship. The study was conducted using international university students of University of Groningen and University of Indonesia as samples. After the analysis was run, it is disclosed that culture and personality trait does not matter in selecting teamwork members. Thus, this has implications for managerial purpose, one of them being managers should look further from cultural and personality factors in managing multicultural teams.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melian Anita
"ABSTRAK
Nama : dr. Melian AnitaProgram studi : Magister Kedokteran KerjaJudul tesis : Faktor-Faktor Risiko Stressor Kerja Kejadian Second Victim Syndrome pada Perawat Rumah Sakit Swasta di Tangerang Selatan Latar belakang: Pada rumah sakit swasta, kepuasan pasien menjadi target bagi rumah sakit. Jika ditilik lebih lanjut pada penilaian akreditasi Joint Commission International JCI standard SQE.8.2. ada kriteria penilaian berupa second victim ini yang terjadi di rumah sakit.Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi perawat yang mengalami kecenderungan menderita second victim syndrome dan menilai faktor risiko yang ada agar dapat diambil kebijakan manajemen untuk menanggulangi faktor risiko tersebut.Metode dan Hasil Penelitian: Penelitian dengan metode cross sectional dari 117 sampel, didapatkan hasil kurva total skor dari kuisioner the second victim experience and support tool SVEST menunjukan yang memiliki kecenderungan menderita second victim syndrome sedikit jumlahnya. Stressor kerja beban kerja memiliki nilai korelasi kuat r=0.518 dengan kecenderungan menderita second victim syndrome, stressor kerja ketidakjelasan pengobatan memiliki korelasi rendah dan masalah dengan pasien memiliki korelasi sedang dengan kecenderungan menderita second victim syndrome dan bermakna dengan masing-masing nilai r yaitu r=0.354 dan r=0.404 dalam jumlah 117 sampel. Pada faktor host dan unit kerja p>0.05 tidak ada perbedaan yang terjadi pada masing-masing kelompok dengan kecenderungan menderita second victim syndrome. Kesimpulan: Dari hasil yang didapatkan, disimpulkan bahwa adanya korelasi kuat pada faktor beban kerja dengan kecenderungan menderita second victim syndrome. Kata kunci: Expanded Nursing Stress Scale; perawat; sindrom korban kedua; stress kerja perawat; The Second Victim Experience and Support Tool

ABSTRACT
Name Melian Anita, MDStudy program Master of Occupational MedicineTitle Risk Factors of Occupational Stressor in Second Victim Syndrome among Nurses at Private Hospital in South Tangerang Background In private hospitals, patient satisfaction becomes the target for the hospital. If further judging on the assessment of standard Joint Commission International JCI accreditation SQE.8.2. There are criteria for assessment of the second victim is happening in the hospital.Objective This study aims to determine the distribution of nurses who suffer from second victim syndrome and assess existing risk factors in order to be able to take management policy to overcome these risk factors.Methods and Results A cross sectional study of 117 samples, the results of the total score curve of the second victim experience and support tool SVEST showed that those with a tendency to suffer from second victim syndrome were few in number. Work load stressors have a strong correlation value r 0.518 with a tendency to suffer from second victim syndrome, job stress obscurity treatment has a low correlation and problems with patients having moderate correlation with a tendency to suffer second victim syndrome and significance with each r value r 0.354 and r 0.404 in the number of 117 samples. On host and work unit factors p 0.05 no differences occurred in each group with a tendency to suffer second victim syndrome.Conclusion From the results obtained, it is concluded that there is a strong correlation on the workload factor with the tendency to suffer second victim syndrome.Keywords Expanded Nursing Stress Scale nurse Second victim syndrome Work stress nurse The Second Victim Experience and Support Tool"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Malik
"Variasi individu-individu anggota kelompok kerja serta interaksi individu di dalam kelompok diyakini merupakan faktor yang mempengaruhi produktifitas kelompok. Studi ini berupaya untuk melakukan identifikasi dan mendeskripsikan tentang pengaruh dari keanekaragaman atau neterogenitas. Keragaman atau nomogenitas anggota kelompok kerja serta keterikatan individu-individu untuk tetap berinteraksi di dalam kelompok atau kohesititas kelompok ternadap produktifitas kelompok.
Pada studi ini, 30 orang aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat yang berasal dari 8 organisasi yang bergerak dalam kegiatan penanggulangan masalan remaja dan pengembangan masyarakat di Bandung, Jawa Barat digunakan sebagai subyek. Mereka merupakan pengurus inti dari organisasi dan telah 1 tahun atau lebih, aktif mengembangkan program di organisasi.
Studi dilakukan dengan metoda eksperimen lapangan. Data dianaiisa dengan menggunakan analisa statistik non parametik. Hasil anaiisis varian ranking satu arah menunjukkan, bahwa keanekaragaman anggota kelompok kerja Serta keterikatan individu-individu untuk tetap berinteraksi di dalam kelompok berpengaruh secara signifikan terhadap produktiritas kelompok kerja.
Hasil analisis ranking bertanda untuk data berpasangan mendapatkan, bahwa kelompok kerja heterogen kohesif secara signifikan lebih produktif dibandingkan kelompok kerja homogen yang kohesit. Hasil ini menunjukkan bahwa kelompok kerja yang keanggotaannya beraneka ragam, anggota kelompoknya berasal dari beberapa organisasi, Serta merasa terikat untuk tetap berinteraksi guna mencapai tujuan kelompok, akan jauh lebih produktif dibandingkan kelompok kerja yang anggota kelompoknya berasal dari satu organisasi.
Ada satu hal yang menarik sebagai hasil dari penelitian ini yaitu faktor kohesifitas kelompok ternyata tidak berpengaruh terhadap produktiiitas yang anggota-anggota kelompoknya berasal dari satu organisasi.Namun Studi ini masih perlu lebin dipertajam dan diperluas, dimana kelompok kerja yang diteliti diperbanyak dan di bandingkan kelompok kerja yang misi dan programnya juga berbeda-beda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Puspasari
"Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan feedback environment para anggota tim yang nantinya diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas team member exchange sehingga nantinya diharapkan kerjasama antar anggota dalam tim meningkat. Berdasarkan data awal yang diperoleh, diketahui bahwa kerjasama tim pada PT.X masih perlu untuk ditingkatkan. Salah satu hal yang dapat menyebabkannya adalah feedback environment yang belum mendukung terjadinya pertukaran umpan balik antar anggota tim, sehingga dapat menyebabkan kualitas hubungan antar anggota tim menjadi kurang baik, hal ini dapat mengarah kepada kinerja tim yang kurang optimal. Untuk mengetahui apakah asumsi peneliti benar, dilakukan penelitian untuk melihat korelasi antara feedback environment dengan kualitas team member exchange.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara feedback environment dan kualitas team member exchange. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berusaha untuk meningkatkan feedback environment melalui pemberian pelatihan team building. Untuk mengetahui efek dari pelatihan team building ini, peneliti membandingkan skor alat ukur feedback environment (Steelman, Levy & Snell, 2004) dan kualitas team member exchange (Seers, Petty & Cashman, 1995) antara sebelum dan setelah pelatihan team building. Hasil menunjukkan bahwa pelatihan team building yang diberikan belum berhasil untuk meningkatkan feedback environment dan kualitas team member exchange.

This research is aimed to improve feedback environment poses by team member. By improving feedback environment, researcher assume there will be improvement on team member exchange quality, so team performance will improve also. Based on initial data, result showed that at PT.X, the teamwork still need to improve. One of the reason is the feedback environment poses by team member didn't support feedback exchange between team members, thus it can cause poor team member exchange quality which affect poor team performance. To determine whether the assumption is true, researcher correlates the feedback environment and team member exchange quality.
Result showed that there is a significant and positive correlation between feedback environment and team member exchange quality. Therefore, the researcher improves the feedback environment by giving team building training for PT.X employees. To determine the effect of the training, researcher compare the feedback environment (Steelman, Levy & Snell, 2004) and team member exchange (Seers, Petty & Cashman, 1995) inventory score of before and after the training. Result showed that the training haven't improve whether the feedback environment nor team member exchange quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31841
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Setyaningsih
"Alih jaga pasien merupakan suatu proses interaktif yang meliputi peralihan informasispesifik dan tanggungjawab dari perawat pemberi alih jaga kepada perawat penerimapasien guna memastikan kelangsungan dan keamanan perawatan pasien. Keberhasilanperawatan meningkat seiring dengan keberhasilan alih jaga. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui hubungan faktor lingkungan kerja, perilaku aman dan pengawasandengan komunikasi alih jaga setelah dilakukan pelatihan prosedur alih jaga Situation,Background, Assesment, Recommendation yang merupakan prosedur alih jagaterstandar yang direkomendasikan oleh WHO. Penelitian menggunakan metodekuantitatif cross sectional dengan kuisioner. Subyek penelitian adalah seluruh perawatdan bidan yang ada di IGD, Instalasi Rawat Inap, ICU, NICU/PICU, VK dan OK. Hasilpenelitian kemudian dianalisis secara statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwaperawat dan bidan di IGD RS Ummi Bogor sudah memiliki kesadaran pentingnyakomunikasi alih jaga dalam perawatan yang bermuara pada patient safety, meskipunbelum terlihat secara keseluruhan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Hasil penelitianjuga menunjukkan hubungan situasi lingkungan kerja, perilaku aman dan pengawasandengan komunikasi alih jaga berpola positif artinya semakin baik situasi lingkungankerja, perilaku aman dan pengawasan semakin baik komunikasi alih jaga, denganperilaku aman sebagai factor yang memiliki pengaruh paling kuat.

Handover is an interactive process of transferring specific information and responsibility from one caregiver to another for the purpose of ensuring the continuity and safety of patient's care. The success of patient treatment increase with the success of handover. The aim of this study is to know that work environment, safety behavior and supervision have relationship with handover communication after nurses and midwifes got training Situation, Background, Assesment, Recommendation handover procedure. This procedur is a standardized procedure that recommended by WHO. The study used quantitative cross sectional by validated questionnaire. The research's subjects are all nurses and midwifes in Emergency Department, Inpatient Unit, ICU, NICU PICU, Delivery Unit and Operating Room.
The results was statistic analized and showed that nurses and midwifes in Emergency Department Ummi Hospital in Bogorhave awareness about the importance of communication during handover, although its haven rsquo t yet implementing in all daily duty activity. The results also showed that work environment, safety behavior and supervision have positif pattern with handover communication, that means better work environment, safety behavior and supervision will make better handover communication, and safety behavior has biggest influence forhandover communication.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Ratna Wulan
"Karya ilmiah akhir ini bertujuan menganalisis pelaksanaan aplikasi manajemen asuhan keperawatan pada keluarga dengan koping inefektif melalui pendekatan model adaptasi Roy di Ruang Arimbi Rumah Sakir Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Terapi psikoedukasi keluarga dan terapi keluarga triangles diberikan kepada 8 keluarga Hasil yang ditemukan adalah bahwa terapi psikoedukasi keluarga dan terapi kelompok triangles efektif untuk meningkatkan koping keluarga Terapi psikoedukasi keluarga dan terapi keluarga triangles direkomendasikan sebagai terapi spesialis keperawatan pada keluarga dengan koping inefektif

This study aims to analyze the implementation of nursing care management applications on to the family with inefective coping using Roy adaptation model approach at Arimbi ward Dr H Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor Family psychoeducation therapy and triangles therapy provided to 8 families The results of Family psychoeducation therapy and triangles therapy were found effective to increasing family coping Family psycho education therapy and triangles therapy are recommended as therapy of nursing specialist at the family with ineffective coping."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lomriani Hotnida
"Untuk memenuhi tujuan klinis dari perawatan, seorang perawat harus melakukan apa yang ia sebut sebagai proses keperawatan. Mutu asuhan keperawatan merupakan hasil dari bagaimana efektif dan efisiennya seorang perawat melakukan proses keperawatannya. Penilaian kerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan merupakan sebuah cara yang penting untuk mengetahui kemampuan kerja perawat dalam melaksanakan proses keperawatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kinerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Analisa data menggunakan uji Anova, regresi linier ganda dan General linier model multivariate.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara bersama-sama skor kinerja perawat dalam pendokumentasian pengkajian, disgnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi memang dipengaruhi umur, lama kerja, pendidikan, status pernikahan, status kepegawaian, persepsi seorang perawat terhadap kepemimpinan, hubungan antar kelompok, desain kerja, imbalan, fasilitas kerja, struktur organisasi, supervisi dan penghargaan.
Berdasar pada hasil penelitian, untuk meningkatkan kinerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan, pihak manajemen rumah sakit perlu untuk membuat suatu kebijakan yang dapat mengakomodir peningkatan kemampuan setiap perawat melalui pendidikan dan pelatihan. Serta menciptakan situasi dan kondisi yang dapat memotivasi perawat untuk meningkatkan kinerjanya seperti supervisi, imbalan, penghargaan dan jenjang karir.

Analysis of Factors that Influenced Nurse Performance in Nursing Process Documentation at Inpatient Room, Koja General District HospitalTo fulfill the clinical purposes of nursing, a nurse does nursing process. Quality of nursing care is an output of how effective and efficiency a nurse does their nursing process. The nurse performance appraisal within documentation nursing process seems to be the important way to get nurse performance on nursing process.
The objective of this study is to get information about nurse performance on nursing process documentation and its influenced factors.
This study is a quantitative method with cross sectional study. Data analysis using Anova test, multiple linier regression and multivariate General Linier Model.
The study showed that nurse performance score in documentation nursing assessment, diagnosis, care plan, implementation and care evaluation as a combined dependent variable influenced by age, tenure, educational background, marital status, employment status, leadership, peer relationship, salary, supervision, organizational structure, work design, work facility and reward.
Based on study result, to increase the nurse performance, it is suggested that the management of Koja General District Hospital needs to make a policy that ensure all employee so that they can develop their abilities through education and training and create a conclusive situation that motivate employee to do their best performance such as supervision, salary, reward and career path.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burdahyat
"ABSTRAK
Budaya organisasi yang kuat akan memberikan stabilitas pada organisasi dan dapat
mendorong peningkatan kinerja karyawan. Tujuan penelitian ini menggambarkan
hubungan Budaya organisasi dengan kinerja perawat pelaksana di RSUD Sumedang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan Cross
Sectional. Penelitian ini menggunakan total sampling dengan kriteria inklusi, perawat
pelaksana yang bekerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Sumedang Tahun 2009
berjumlah 109 perawat. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner budaya organisasi
(tuntutan kerja, hubungan interpersonal, dukungan kerja serta lingkungan fisik) dan
kinerja. Hasil uji validitas dan reliabilitas di dapatkan hasil seluruh pernyataan dalam
Kuesioner dalah valid (0,364-0,771) dan Reliabel (0.959). Analisis data menggunakan
analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian adalah Perawat
mempersepsikan baik tentang budaya organisasi 49,5% dan lingkungan kerja fisik
(71,6%). Perawat mempersepsikan kurang tentang tuntutan kerja (60,6%), dukungan
kerja (53,2%) dan hubungan interpersonal (52,3%). Sedangkan 49,5% kinerja
dipersepsikan baik (50%). Analisis bivariat didapatkan ada hubungan antara budaya
organisasi meliputi sub variabel tuntutan kerja, dukungan kerja, dan hubungan
interpersonal dengan kinerja perawat pelaksana (p value<0,05), sedangkan lingkungan
kerja fisik tidak berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana (p value=0,225). Hasil
multivariat didapatkan budaya organisasi merupakan variabel yang paling berhubungan
dengan kinerja perawat pelaksana setelah di kendalikan umur dan jenis kelamin. Saran:
hasil penelitian ini diharapkan pihak manajer rumah sakit mempertahankan dan
meningkatkan budaya organisasi dengan cara membuat surat keputusan tentang uraian
tugas bagi perawat pelaksana, pembuatan daftar urutan kesempatan mengikuti
pendidikan dan latihan serta kebijakan pengembangan lingkungan yang baik.

ABSTRACT
The strong organization culture it will give stability and create with nurse
performance. The aim of this research is to give a description of the correlation
between organization culture with nurse performance in Sumedang hospital. The
design of research was description correlation with cross sectional method. The
research used total population which have fulfilled inclusion criteria were 109
subject. The questionnaires used from organization culture and nurse performance.
The validity questionnaires was valid (0,364-0,771) and reliable (0,959). In analysis
univariate, bivariate and multivariate. The result from this research showed
perception nurses for organization culture good (49,5%) and work environment
physic (71,6%). Who had less for working demand (60,6%), working support
(53,2%), and interpersonal relationship (52,3%) and 49,5% the nurse has good nurse
performance. The conclusion of this study showed that there was significant
relationship between organization culture sub variable working demand, working
supporting, and interpersonal relationship with nurse performance (p value < 0,05).
Their work environment physic do not significant correlation with nurses
performance (p value=0,225). Analysis multivariate show that organization culture
the most influential factor with nurses performance as the control age and gender.
From this result can be suggested to manager Sumedang hostital to maintenance and
increase good organization culture with upon policy make standardized performance
appraisal, to give selection for education and training for nurse provider and policy to
work conditioning for increase work nurse performance."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>