Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprilia Rahmawati
"Mahasiswa diharapkan untuk dapat menempuh jenjang pendidikan sarjananya dengan baik dan tentunya selesai tepat waktu. Sebagai mahasiswa, mempunyai aktivitas yang cukup banyak di luar rutinitas kuliah sudah menjadi hal yang lazim, misalnya seperti berorganisasi, berkegiatan di luar kampus, belum lagi ada mahasiswa yang sambil bekerja. Dengan banyaknya rutinitas, mahasiswa seringkali menunda belajar atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosennya. Inilah yang disebut dengan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik pada mahasiswa dapat berdampak pada penurunan prestasi akademiknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel-variabel yang menjelaskan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Metode yang digunakan adalah metode Regresi Linier Berganda, sedangkan untuk mengetahui profil mahasiswa yang mempunyai tingkat prokrastinasi akademik yang tinggi menggunakan metode Classification and Regression Tree (CRT), dan juga ingin mengetahui perbedaan antara Regresi Linier Berganda dan Classification and Regression Tree (CRT) berdasarkan urutan variabel-variabel yang signifikan menjelaskan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia. Variabel yang diduga menjelaskan tingkat prokrastinasi akademik adalah jenis kelamin, tempat tinggal, kondisi fisik, kondisi psikologis, kondisi lingkungan, motivasi belajar, persepsi mahasiswa, dukungan sosial orang tua, dan dukungan sosial teman sebaya. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu 660 mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia yang diambil dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel yang secara signifikan menjelaskan tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia adalah jenis kelamin, kondisi fisik, kondisi psikologis, motivasi belajar, persepsi mahasiswa, dukungan sosial orang tua, dan dukungan sosial teman sebaya. Profil mahasiswa yang memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang tinggi yaitu mahasiswa dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis yang buruk, serta dukungan sosial orang tua yang rendah. Selain itu, ada perbedaan dalam urutan variabel-variabel yang signifikan antara metode Regresi Linier Berganda dan CRT, namun keduanya memiliki satu kesamaan yaitu variabel tertinggi adalah kondisi fisik.

Students are expected to be able to undertake their undergraduate studies satisfactorily and graduate as scheduled. As a students, it is normal having with numerous activities outside academic routine, such as organizations, off-campus activities, not to mention students who are employed. Consequently, students often delay studying and completing the tasks given by their lecturers. This is called academic procrastination. Academic procrastination may lead to a declining academic achievement. This study aimed to determine variables that affect academic procrastination levels and to find out the profile of students with high levels of academic procrastination. The methods used are Multiple Linear Regression and Classification and Regression Tree (CRT), respectively. Furthermore, this study aims to the difference between Multiple Linear Regression and CRT based on the sequence of significant variables explains the level of academic procrastination of FMIPA students of University of Indonesia. The variables considered to affect the level of academic procrastination include gender, residence, physical conditions, psychological conditions, environmental conditions, learning motivation, student perception, parental support, and peer support. This study used primary data, namely 660 FMIPA students of University of Indonesia obtained through purposive sampling. The results showed that the variables that significantly affect the level of academic procrastination of FMIPA students of University of Indonesia include gender, physical conditions, psychological conditions, learning motivation, student perception, parental support, and peer support. Students who demonstrate a high level of academic procrastination are characterized by poor physical and psychological conditions, as well as low parental support. In addition, there is a significant difference in the sequence of variables between the Multiple Linear Regression method and CRT, but both have one thing in common, that is, the highest variable is physical condition."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekavanya Utami Widodo
"Setiap orang akan melewati fase-fase kehidupan mulai dari kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Fase transisi dari remaja menuju dewasa disebut fase dewasa awal, di mana terjadi pada mahasiswa yang transisi sekolah menuju tingkat lebih tinggi seperti universitas. Pada fase ini, individu akan mengalami perkembangan fisik dan emosional. Kondisi kematangan emosi tidak terlepas dari berbagai pengaruh, seperti lingkungan, sekolah, keluarga, interaksi sosial dan aktivitas sehari-harinya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor apa saja yang dapat menjelaskan tingkat kematangan emosi mahasiswa. Metode yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS) untuk menganalisis kausalitas tersebut. Kemudian akan digunakan metode analisis korespondensi berganda untuk melihat profil tingkat kematangan emosi mahasiswa berdasarkan variabel-variabel yang signifikan. Penelitian ini menemukan bahwa variabel yang menjelaskan tingkat kematangan emosi adalah parental demandingness, parental responsiveness, keaktifan dalam organisasi, religiusitas, jenis kelamin, usia dan status pernikahan orang tua. Penelitian ini juga menemukan profil mahasiswa yang memiliki tingkat kematangan emosi yang tinggi, yaitu berjenis kelamin perempuan, berusia 21‒23 tahun, memiliki tingkat religiusitas yang tinggi, aktif dalam organisasi, memiliki pola asuh orang tua tipe permisif, dan dengan kondisi salah satu atau kedua orang tua meninggal dunia serta yang menikah dan masih bersama. Profil mahasiswa yang memiliki tingkat kematangan emosi yang rendah, yaitu berjenis kelamin laki-laki, berusia 18-20 tahun, tingkat religiusitas rendah, tidak aktif dalam organisasi, serta memiliki pola asuh orang tua tipe otoriatif dan dengan kondisi orang tua menikah dan masih bersama.

Every individual goes through phases of life, starting from childhood, adolescence, and into adulthood. The transitional phase from adolescence to adulthood is referred to as early adulthood, which occurs in students transitioning from school to higher levels such as university. During this phase, individuals undergo development, both in terms of physical maturation and emotional maturation. The state of emotional maturity is influenced by various factors, such as the environment, school, family, social interactions, and daily activities. This research was conducted to examine the factors that can explain the level of emotional maturity among students. The method used is Partial Least Square (PLS) to analyze the causality between these variables. Furthermore, the multiple correspondence analysis method will be employed to examine the profiles of students' emotional maturity levels based on significant variables. The research findings indicate that the variables explaining the level of emotional maturity are parental demandingness, parental responsiveness, involvement in organizations, religiosity, gender, age, and parental marital status. The research also identified profiles of students who exhibit high levels of emotional maturity, namely female gender, aged 21‒23 years, high level of religiosity, active participation in organizations, permissive parenting style, and experiencing the death of one or both parents, also parents who are married and still together. On the other hand, the profiles of students with low levels of emotional maturity include male gender, aged 18‒20 years, low level of religiosity, inactivity in organizations, authoritarian parenting style, and parents who are married and still together."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taza Luzia Viarindita
"

Mahasiswa diharapkan mampu menjadi sumber daya manusia berkualitas dalam bidang pendidikan. Demi terwujudnya harapan tersebut, mahasiswa dituntut untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan akademis maupun non-akademis. Dalam hal ini banyak mahasiswa merasa stres. Stres akademik yang dialami juga bervariasi, mulai dari stres akademik rendah, sedang, maupun tinggi. Dalam upaya menurunkan stres akademik pada mahasiswa, perlu diketahui variabel-variabel yang signifikan menjelaskan stres akademik pada mahasiswa. Terdapat variabel-variabel demografi,  internal maupun eksternal seperti gender, self-efficacy, hardiness, prokrastinasi akademik, kecemasan terhadap Covid-19, dukungan sosial teman sebaya, dan dukungan sosial orangtua yang diduga dapat menjelaskan stres akademik pada mahasiswa. Selain itu akan dilihat pola hubungan antara stres akademik dan variabel-variabel yang signifikan. Penelitian ini dilakukan pada masa Covid-19 sehingga terdapat variabel seperti kecemasan terhadap Covid-19. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode regresi linear berganda dan analisis korespondensi berganda.  Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa S1 FMIPA Universitas Indonesia dengan jumlah 610 mahasiswa. Sampel diambil menggunakan teknik quota sampling. Hasil penelitian menujukkan bahwa variabel-variabel yang signifikan menjelaskan stres akademik adalah gender, self-efficacy, prokrastinasi akademik, kecemasan terhadap Covid-19, dan dukungan sosial orangtua. Penelitian ini juga menujukkan bahwa mahasiswa dengan stres akademik tinggi diketahui memiliki kebiasaan menunda waktu pengerjaan tugas akademik yang tinggi, tingkat kecemasan terhadap Covid-19 yang tinggi , dan tingkat kepercayaan diri (self-efficacy) yang rendah. Selain itu mahasiswa yang memiliki stres akademik rendah memiliki kebiasaan menunda waktu pengerjaan tugas akademik yang rendah, tingkat kecemasan terhadap Covid-19 yang rendah, tingkat kepercayaan diri (self-efficacy) yang tinggi, dukungan sosial orangtua yang tinggi, dan cenderung dialami oleh gender laki-laki.


Students are expected to be able to become quality human resources in the field of education. In order to realize these hopes, students are required to participate in various academic and non-academic activities. In this case, many students feel stressed. The academic stress experienced also varies, ranging from low, medium, or high academic stress. In an effort to reduce academic stress in students, it is necessary to know the variables that significantly explain academic stress in students. There are demographic variables, internal and external such as gender, self-efficacy, hardiness, academic procrastination, anxiety about Covid-19, peer social support, and parental social support which are thought to explain academic stress in students. Apart from that, we will see the pattern of relationship between academic stress and significant variables. This research was conducted during the Covid-19 era so there were variables such as anxiety about Covid-19. The method used in this research is the multiple linear regression method and multiple correspondence analysis. The sample in this research was undergraduate students from the FMIPA University of Indonesia with a total of 610 students. Samples were taken using quota sampling technique. The research results show that the variables that significantly explain academic stress are gender, self-efficacy, academic procrastination, anxiety about Covid-19, and parental social support. This research also shows that students with high academic stress are known to have a habit of delaying work on academic assignments, high levels of anxiety about Covid-19, and low levels of self-confidence. In addition, students who have low levels of academic stress have a habit of delaying the time for doing academic assignments, low levels of anxiety about Covid-19, high levels of self-efficacy, high parental social support, and tend to be experienced by gender man.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Monica
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara prokrastinasi akademik dan optimisme pada mahasiswa di Universitas Indonesia. Prokrastinasi akademik didefinisikan sebagai penundaan yang disengaja dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan akademis dan mungkin disebabkan oleh takut akan kegagalan, kecenderungan untuk menunda pengerjaan tugas yang diperlukan dalam mencapai suatu tujuan, pengelolaan waktu yang buruk, atau ketidaksukaan terhadap tugas tertentu. Optimisme didefinisikan sebagai keyakinan secara umum akan adanya hasil yang baik. Pengukuran prokrastinasi akademik menggunakan alat ukur Procrastination Assessment Scale for Students (PASS) yang disusun oleh Solomon dan Rothblum (1984). Pengukuran optimisme menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang disusun oleh Carver dan Scheier (1994). Partisipan penelitian berjumlah 669 mahasiswa di Universitas Indonesia. Melalui teknik statistik Pearson Correlation, diketahui bahwa terdapat hubungan negatif antara prokrastinasi akademik dan optimisme yang signifikan. Melalui teknik statistik one way anova, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi akademik berdasarkan semester, namun terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi akademik berdasarkan fakultas. Tidak terdapat perbedaan tingkat optimisme berdasarkan semester ataupun fakultas.

This research was conducted to find the correlation between academic procrastination and optimism among students in University of Indonesia. Academic procrastination defined as intentional delay in completing academic-related tasks and may result from a fear of failure, a tendency to postpone tasks necessary to achieve a specific goal, poor time management, or task aversiveness. Optimism defined as expectations that good things will happen. Academic procrastination was measured using an instrument named Procrastination Assessment Scale for Students (PASS) made by Solomon and Rothblum (1984). Optimism was measured using Life Orientation Test-Revised (LOT-R) made by Carver and Scheier (1994). Participants of this research were 669 students in Universitas Indonesia. The Pearson Correlation indicates negative significant correlation between academic procrastination and optimism. The One Way Anova analysis indicates no differences in academic procrastination based on semester, but there is differences in academic procrastination based on faculty. There is no differences in optimism based on semester and faculty."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60119
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Melyana
"Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang telah menyebar secara meluas di berbagai negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2020, salah satu bentuk penanganan kasus COVID-19 di Indonesia adalah pelaksanaan vaksinasi COVID-19 yang bertujuan untuk membentuk kekebalan kelompok pada masyarakat Indonesia. Kesediaan seseorang dalam melakukan vaksinasi COVID-19 menjadi hal yang penting dalam menyukseskan program vaksinasi COVID-19 dan membentuk kekebalan kelompok dalam masyarakat sehingga dapat menekan tersebarnya kasus COVID-19. Oleh karena itu, perlu dilakukan penggalakan vaksinasi COVID-19 dengan menganalisis faktor-faktor yang dapat menjelaskan kesediaan melakukan vaksinasi COVID-19 dan hal inilah yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Metode statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon klasifikasi dengan menggunakan cost matrix sebagai strategi menyeimbangkan data. Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dengan sampel berukuran 278 mahasiswa FMIPA UI dan teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dapat menjelaskan kesediaan melakukan vaksinasi COVID-19 adalah keraguan terhadap dampak vaksinasi COVID-19, persepsi terhadap kebergunaan vaksinasi COVID-19, pengetahuan terhadap vaksin COVID-19, adanya riwayat komorbid, pengetahuan terhadap COVID-19, dan provinsi tempat tinggal.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a disease that has spread widely in various countries, including Indonesia. Based on Government Regulation Number 99 of 2020, one of the ways to handling COVID-19 cases in Indonesia is the COVID-19 vaccination program that aims to form herd immunity in society. Willingness to get vaccinated against COVID-19 is an important thing to succeed the COVID-19 vaccination program and forming herd immunity in society so that it can suppress the spread of COVID-19 cases. Therefore, it is necessary to urge the importance of COVID-19 vaccination by analysing the factors that explain the willingness to get vaccinated against COVID-19 and it becomes the purpose of this research. The statistical method used in this research is Classification Tree by using the Cost Matrix as a strategy to balance the imbalanced data. The data used in this research is primary data obtained through a questionnaire with a sample of 278 FMIPA UI students collected by using purposive sampling as the sampling method. The results obtained from this research indicate that the factors that can explain the willingness to do the COVID-19 vaccination are doubtfulness about the impact of COVID-19 vaccination, perceptions of the usefulness of COVID-19 vaccination, knowledge of the COVID-19 vaccine, history of comorbid disease, knowledge of COVID-19, and province of residence."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Laksana Prawira
"Fear of Missing Out (FoMO) dapat dijelaskan sebagai ketakutan akan kehilangan momen
berharga individu maupun kelompok lain di mana individu tersebut tidak bisa hadir di
dalamnya. Selain itu seorang individu yang memiliki tingkat FoMO yang tinggi akan memiliki
keinginan untuk tetap terhubung ke sesuatu yang melibatkan teknologi digital sebagai
medianya. FoMO berkaitan juga dengan tingkat sosialitas dalam hal kecemburuan sosial dan
pengucilan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang
menjelaskan kecanduan media sosial dan keterkaitannya dengan Fear of Missing Out (FoMO)
pada Mahasiswa Universitas Indonesia. Variabel yang di duga signifikan menjelaskan
kecanduan media sosial adalah variabel neurotisme, pola asuh orang tua, kondisi pernikahan
orang tua, jenis kelamin, dan kepuasan terhadap hidup. Sedangkan variabel kecanduan media
sosial diduga dapat menjelaskan variabel Fear of Missing Out (FoMO). Penelitian ini
menggunakan metode Partial Least Square (PLS) dan Classification and Regression Tree
(CRT). Data yang digunakan adalah data primer yaitu sebanyak 1027 mahasiswa Universitas
Indonesia angkatan 2018, 2019, 2020 dan 2021 yang aktif pada tahun akademik 2021/2022
semester genap. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Hasil dari penelitian ini adalah variabel neurotisme, pola asuh orang tua, status
pernikahan orang tua, jenis kelamin, dan kepuasan terhadap hidup berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel kecanduan media sosial. Variabel kecanduan media sosial juga
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Fear of Missing Out (FoMO). Profil
mahasiswa yang mengalami Fear of Missing Out (FoMO) yang tergolong tinggi adalah
mahasiswa dengan tingkat kecanduan media sosial yang tinggi, mendapatkan pola asuh yang
cenderung tidak ideal, serta tingkat neurotismenya yang tinggi.

Fear of Missing Out (FoMO) can be explained as the fear of losing precious moments of
individuals or other groups in which the individual cannot be present. In addition, an individual
who has a high level of FoMO will have a desire to stay connected to something that involves
digital technology as a medium. FoMO is also related to the level of sociality in terms of social
jealousy and social exclusion. This study aims to determine the variables that explain social
media addiction and its relationship to Fear of Missing Out (FoMO) in Universitas Indonesia
students. The variables that were suspected to be significant in explaining social media
addiction were neuroticism, parenting styles, parental marital conditions, gender, and life
satisfaction. The variable of social media addiction is thought to be able to explain the Fear of
Missing Out (FoMO) variable. This research uses Partial Least Square (PLS) and Classification
and Regression Tree (CRT) methods. This study uses primary data, which is as many as 1027
students of Universitas Indonesia batch 2018, 2019, 2020, and 2021 who are active in the even
semester 2021/2022 academic year. Sample was taken using purposive sampling technique.
The results of this study are the variables of neuroticism, parenting styles, parental marital
status, gender, and life satisfaction statistically significant effect the social media addiction
variable. The social media addiction variable also statistically significant effect the Fear of
Missing Out (FoMO) variable. The profile of students who experience high Fear of Missing
Out (FoMO) are students with a high level of social media addiction, tend to have non-ideal
parenting styles, and have high levels of neuroticism.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat
"

Mahasiswa sebagai cikal bakal penerus bangsa perlu mempersiapkan diri untuk bekerja di era revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 membuat setiap manusia harus memiliki beberapa kemampuan agar siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0, seperti pemecahan masalah kompleks, berpikir kritis, kreativitas, kerja sama/berkoordinasi dengan orang lain, memiliki kecerdasan emosional, dan memiliki kemampuan menilai dan mengambil keputusan. Setelah lulus kuliah, mahasiswa harus mempersiapkan diri untuk bekerja di era revolusi industri 4.0. Agar siap menghadapi era revolusi industri 4.0, perlu diketahui faktor-faktor yang menjelaskan kesiapan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menjelaskan kesiapan mahasiswa FMIPA UI dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Faktor-faktor yang diduga menjelaskan kesiapan mahasiswa dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 adalah jenis kelamin, tujuan penggunaan internet, pengalaman kerja, pengalaman organisasi/kepanitiaan, uang saku, kecocokan  jurusan kuliah, departemen, kepribadian ekstrovert, dan kepribadian introvert. Metode yang digunakan adalah regresi linear berganda. Data yang digunakan merupakan data primer dengan sampel sebanyak 523 mahasiswa FMIPA UI yang diambil dengan metode quota sampling. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor yang menjelaskan kesiapan mahasiswa FMIPA UI dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 adalah jenis kelamin, tujuan penggunaan internet, pengalaman kerja, kecocokan jurusan kuliah, dan kepribadian ekstrovert.


Students as the prospective nation’s successors need to prepare themselves to work in the 4.0 industrial revolution era. 4.0 Industrial revolution causes peoples being must have some ability to be ready to face it, such as complex problem solving, critical thinking, creativity, team work/coordinate with others, have emotional intelligence, and could judge and take decisions. It is necessary to know the factors that explain readiness in facing 4.0 industrial revolution. The purpose of this research is to determine the factors that explain the readiness of FMIPA UI students in facing 4.0 industrial revolution. Presumption factors explained the readiness in facing 4.0 industrial revolution are gender, the purpose in using the internet, work experiences, organizations/committees experiences, pocket money, sense of match with majors, department, extrovert personality, and introvert personality. The method used in this research is multiple linear regression. The data of this research is primary data with a sample of 523 FMIPA UI students, collected by using quota sampling method. The results showed that the factors that explain the readiness of FMIPA UI students in facing the 4.0 industrial revolution era are gender, the purpose in using the internet, work experience, sense of match with majors, and extrovert personality.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Adyaksa Bagaskara
"Perubahan metode pembelajaran pada mahasiswa dari tatap muka menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat mengakibatkan berbagai masalah pada mahasiswa, antara lain masalah academic burnout yang ditandai oleh kondisi kelelahan fisik, perilaku sinis yang ditandai dengan menurunnya motivasi, dan kurangnya efikasi diri yang disebabkan oleh banyaknya tuntutan akademik (Schaufeli et al., 2002). Salah satu faktor yang dapat memengaruhi academic burnout mahasiswa adalah perilaku prokrastinasi akademik. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara prokrastinasi akademik dan academic burnout di situasi PJJ selama pandemi Covid-19. Pengukuran academic burnout dilakukan dengan menggunakan Maslach Burnout Inventory Student Survey (MBI-SS), sedangkan pengukuran prokrastinasi akademik dilakukan dengan menggunakan Academic Procrastination Scale-Short Form (APS-S). Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (N=201; perempuan = 82.6%). Hasil analisis Pearson Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara prokrastinasi akademik dan academic burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia r(201)= .19, p < 0.01. Kemudian, terdapat hubungan yang signifkan antara prokrastinasi akademik dan dimensi academic burnout yaitu exhaustion r(201) = .35, p < 0.01, cynicism r(201) = .36, p < 0.01, dan academic inefficacy r(201) = .46, p < 0.01. Temuan penelitian ini memberi masukan bahwa perilaku prokrastinasi akademik berhubungan dengan adanya kecenderungan academic burnout mahasiswa.

Changes in learning methods for students from offline to distance learning (PJJ) can cause various problems for students, including academic burnout which are characterized by physical exhaustion, cynical behavior marked by decreased motivation, and lack of self-efficacy caused by academic demands (Schaufeli et al., 2002). One factor that can influence student academic burnout is academic procrastination. This study wants to examine the relationship between academic procrastination and academic burnout during the PJJ situation. Measurement of academic burnout was carried out using Maslach Burnout Inventory Student Survey (MBI-SS), whereas measurement of academic procrastination was carried out using Academic Procrastination Scale-Short Form (APS-S). The participants of this study were students of the Faculty of Psychology, University of Indonesia (N=201; female = 82.6%). Pearson Correlation analysis shows that there is a significant positive correlation between academic procrastination and academic burnout r(201)= .19, p < 0.01. Furthermore, there is a significant correlation between academic procrastination and the dimensions of academic burnout, namely exhaustion r(201) = .35, p < 0.01, cynicism r(201) = .36, p < 0.01, and academic inefficacy r(201) = .46 , p < 0.01. Findings of this study provide input that academic procrastination is related to the tendency of academic burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Budi Subekti
"ABSTRAK

Penelitian ini ingin melihat perbedaan prokrastinasi akademik berdasarkan demografi (usia, kelas/angkatan, dan jenis kelamin) mahasiswa Universitas Indonesia. Perilaku prokrastinasi akademik diukur dengan menggunakan Procrastination Assessment Students Scale (PASS). Partisipan dalam penelititan ini adalah 208 Mahasiswa Universitas Indonesia program sarjana (S1). Dari analisis data diketahui bahwa frekuensi perilaku prokrastinasi akademik pada area tugas makalah kelompok cenderung lebih tinggi pada rata-rata mahasiswa daripada mahasiswi UI. Selanjutnya, diketahui bahwa frekuensi perilaku prokrastinasi akademik pada area tugas administratif cenderung lebih tinggi pada rata-rata usia 22 tahun dan 23 tahun daripada usia 20 tahun mahasiswa Universitas Indonesia. Adapula, perilaku prokrastinasi akademik tugas makalah individual dipersepsikan sebagai suatu masalah, cenderung lebih tinggi pada rata-rata angkatan 2011 daripada angkatan 2010 mahasiswa UI. Terakhir, alasan perilaku prokrastinasi akademik cenderung lebih tinggi pada rata-rata mahasiswi daripada mahasiswa yaitu alasan rendahnya self-esteem dan kesulitan membuat keputusan


ABSTRACT

This study would like to see the difference of academic procrastination based on demographics (age, grade level/class, and gender) students of Universitas Indonesia. Meanwhile, academic procrastination behavior was measured by using Students Procrastination Assessment Scale (PASS). The participants in this study were 208 undergraduate students of Universitas Indonesia. Based on the data analysis was known that the frequency of academic procrastination behavior on writing group a term paper tend to be higher on average Universitas Indonesia male students than female students. Furthermore,it was also known the frequency of academic procrastination behaviour on administrative tasks of students Universitas Indonesia tend to be higher on age average among 22 years old and 23 years old than 20 years old. Beside that, academic procrastination behaviour on writing individual a term paper of students Universitas Indonesia which was perceived as problem, tend to be higher on average grade/class 2011 than 2010. Last, the reason of academic procrastination behaviour tend to be higher on average female students than male students was reason for low self-esteem and difficulties making decisions

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Syafhyra Nurjanah
"Perkembangan teknologi informasi yang semakin mengalami kemajuan pesat dan kompleks telah merubah banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu perubahan gaya hidup masyarakat di Indonesia yang paling terlihat yaitu dalam hal menggunakan internet. Kondisi pandemi COVID−19 juga membuat kebutuhan akan internet semakin meningkat, sehingga menjadikan beberapa orang melakukan switching intention penggunaan internet dari data seluler ke wifi, termasuk mahasiswa. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan pengguna operator internet wifi, khususnya Indihome, yaitu operator yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Adanya peningkatan tersebut harus diimbangi dengan pelayanan yang diberikan kepada pelanggannya secara baik agar pelanggan merasa puas ketika menggunakan wifi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang signifikan memengaruhi tingkat kepuasan mahasiswa FMIPA UI terhadap penggunaan Indihome sebagai provider layanan internet dan mencari profile mahasiswa FMIPA UI yang puas terhadap penggunaan Indihome. Variabel yang diduga memengaruhi tingkat kepuasan terhadap penggunaan Indihome adalah jenis kelamin, pendapatan orang tua, jumlah perangkat yang terhubung ke wifi, intensitas penggunaan internet dalam sehari, durasi lamanya berlangganan Indihome per bulan, persepsi pelanggan (customer perceived value), gaya hidup, kepercayaan, kualitas layanan, dan kualitas produk. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FMIPA UI yang menggunakan wifi Indihome dalam membantu kegiatan proses pembelajaran daring dengan lokasi pemasangan di daerah Pulau Jawa dan Sumatera dengan jumlah responden sebanyak 247 orang. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode analisis data Partial Least Square dan Classification and Regression Tree. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa durasi lamanya berlangganan, kualitas layanan, dan kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap kepuasan mahasiswa FMIPA UI dalam menggunakan Indihome. Profile mahasiswa yang puas terhadap penggunaan Indihome adalah mahasiswa yang memperoleh kualitas produk yang baik, kualitas layanan yang baik, dan sudah berlangganan Indihome dalam jangka waktu yang lama.

The development of information technology, which is experiencing rapid and complex progress, has changed many things in everyday life. One of the most visible changes in people's lifestyles in Indonesia is in terms of using the internet. The condition of the COVID pandemic has also increased the need for the internet, which has prompted some people to make a switching intention to use the internet from mobile data to wifi, including students. This has an impact on the growth of wifi internet operator users, especially Indihome, which is the operator most widely used by the public. This increase must be balanced with good service provided to customers so that customers feel satisfied when using wifi. This study aims to find out which variables significantly influence the level of satisfaction of FMIPA UI students with using Indihome as provider and to find profiles of FMIPA UI students who are satisfied with using Indihome. Variables that are thought to influence the level of satisfaction with using Indihome are gender, parental income, number of devices connected to wifi, intensity of internet use in a day, duration of Indihome subscription per month, customer perceived value, lifestyle, beliefs, service quality, and product quality. Respondents in this study were FMIPA UI students who used Indihome wifi to assist online learning process activities with installation locations in the areas of Java and Sumatra. with the number of respondents as many as 247 people. Sampling was carried out using purposive sampling technique. This study used the Partial Least Square and Classification and Regression Tree. The results of this study indicate that the length of subscription, service quality, and product quality have a significant effect on FMIPA UI student satisfaction in using Indihome. Profiles of students who are satisfied with using Indihome are students who get good product quality, good service quality, and have subscribed to Indihome for a long time."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>