Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132475 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ana Uswatun Hasanah
"Secara global, 38,4 juta orang terinfeksi HIV pada akhir tahun 2021. Selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. Orang yang didiagnosis dengan HIV harus mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV) sesegera mungkin setelah diagnosis dan dipantau secara berkala menggunakan parameter klinis dan laboratorium, termasuk tes untuk mengukur virus dalam darah (viral load). ARV harus diminum setiap hari sepanjang hidup orang yang terinfeksi HIV untuk mencegah virus berkembang biak dan mengurangi risiko mutasi virus yang dapat menyebabkan HIV resisten terhadap obat dan melindungi kesehatan pasien. Kepatuhan yang buruk memungkinkan virus menghancurkan sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan tubuh sulit melawan infeksi dan kanker tertentu. Oleh karena itu pengobatan HIV membutuhkan kepatuhan yang tinggi. Analisis kepatuhan minum obat dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan minum obat ARV pasien HIV di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit. Pengukuran kepatuhan minum obat digunakan metode Medication Possession Ratio (MPR). Pasien dikatakan patuh jika nilai MPR ≥ 80 %. Kepatuhan pasien di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit diperoleh 100% (164) pasien mematuhi terapi ARV.

Globally, 38.4 million people are infected with HIV by the end of 2021. During the last eleven years the number of HIV cases in Indonesia reached its peak in 2019, namely 50,282 cases. People diagnosed with HIV should get antiretroviral treatment (ARV) as soon as possible after diagnosis and be monitored regularly using clinical and laboratory parameters, including tests to measure viruses in the blood (viral load). ARVs must be taken daily throughout the life of a person infected with HIV to prevent the virus from multiplying and reduce the risk of viral mutations that can lead to drug-resistant HIV and protect the patient's health. Poor adherence allows the virus to destroy the immune system which makes it difficult for the body to fight certain infections and cancers. Therefore, HIV treatment requires high adherence. Analysis of medication adherence was carried out to determine the level of adherence to ARV medication in HIV patients at the Duren Sawit District Health Center. Measurement of medication adherence uses the Medication Possession Ratio (MPR) method. Patients are said to be compliant if the MPR value is ≥ 80%. Patient compliance at the Duren Sawit District Health Center was obtained by 100% (164) of patients complying with ARV therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pavita Rena Anarizta
"Standar pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), dan pelayanan farmasi klinik. Perencanaan kebutuhan termasuk salah satu poin dalam pengelolaan sediaan farmasi. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi di puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di puskesmas. Proses seleksi sediaan farmasi dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya, data mutasi sediaan farmasi, dan rencana pengembangan. Perencanaan sediaan obat, permintaan obat, dan pendistribusian obat dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Duren Sawit untuk puskesmas-puskesmas kelurahan yang berada di Kecamatan Duren Sawit. Oleh karena itu dilakukan studi mengenai evaluasi terhadap pola konsumsi dan pola penyakit berdasarkan pemakaian sediaan farmasi sebagai bahan pertimbangan dalam proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi untuk puskesmas-puskesmas yang berada di Kecamatan Duren Sawit. Metode penelitian yang digunakan antara lain studi literatur dan observasi. Kedua metode tersebut dilakukan untuk mendapatkan data mengenai pola konsumsi sediaan farmasi yang ada di puskesmas se-Kecamatan Duren Sawit. Data tersebut diharapkan dapat berguna untuk menentukan perencanaan sediaan farmasi di periode mendatang. Setelah melakukan kegiatan penelitian tugas khusus terkait dengan evaluasi pola konsumsi sediaan farmasi di puskesmas se-Kecamatan Duren Sawit di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah sediaan farmasi terbanyak dalam peringkat sepuluh besar yang dikonsumsi oleh puskesmas se-Kecamatan Duren Sawit selama periode Januari 2022 – September 2022 adalah tablet parasetamol 500 mg, tablet vitamin C 50 mg, tablet tambah darah, tablet vitamin B kompleks, tablet klorfeniramin maleat 4 mg, tablet deksametason 0,5 mg, tablet gliseril guaiakolat 100 mg, tablet amoksisilin 500 mg, tablet kalsium laktat 500 mg, dan tablet multivitamin.

Pharmaceutical service standards are benchmarks used as guidelines for pharmaceutical personnel in administering pharmaceutical services. Pharmaceutical service standards at puskesmas include pharmaceutical preparation and consumable medical material (BMHP) management standards, and clinical pharmacy services. Needs planning is one of the points in the management of pharmaceutical preparations. Planning for the need for pharmaceutical preparations at the puskesmas each period is carried out by the pharmacy room at the health center. The selection process for pharmaceutical preparations is carried out by considering disease patterns, consumption patterns for pharmaceutical preparations for the previous period, mutation data for pharmaceutical preparations, and development plans. Planning for drug supply, drug requests, and drug distribution is carried out by the Duren Sawit District Health Center for village health centers in Duren Sawit District. Therefore, a study was conducted regarding the evaluation of consumption patterns and disease patterns based on the use of pharmaceutical preparations as a material consideration in the process of planning the need for pharmaceutical preparations for community health centers in Duren Sawit District. The research methods used include literature studies and observation. Both of these methods were carried out to obtain data regarding consumption patterns of pharmaceutical preparations in the Duren Sawit District Health Centers. The data is expected to be useful in determining the planning of pharmaceutical preparations in the coming period. After carrying out special task research activities related to evaluating the pattern of consumption of pharmaceutical preparations in health centers in the Duren Sawit District, it can be concluded that the highest number of pharmaceutical preparations in the top ten rankings were consumed by health centers in the Duren Sawit District during the period January 2022 – September 2022 are 500 mg paracetamol tablets, 50 mg vitamin C tablets, blood supplement tablets, vitamin B complex tablets, 4 mg chlorpheniramine maleate tablets, 0.5 mg dexamethasone tablets, 100 mg glyceryl guaiacolate tablets, 500 mg amoxicillin tablets, calcium lactate tablets 500 mg, and multivitamin tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Ayu Kinasih
"Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pada tanggal 19 Oktober 2022, Kemenkes RI mengeluarkan pengumuman yang menyatakan bahwa seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menjual obat dalam bentuk sirup atau sediaan cair baik obat anak maupun obat dewasa. Hal tersebut disebabkan oleh kasus Gagal Ginjal Akut Atipikal yang menjangkit anak-anak diduga dipicu oleh cemaran pada obat sirup, yaitu etilen glikol. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terkait perubahan persentase penggunaan obat sediaan cair di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit dan perlu dilakukan pengkajian mengenai dosis obat untuk pasien anak. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan data jumlah pemakaian obat sediaan cair pada bulan Januari hingga Oktober 2022 di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit dan Puskesmas Kelurahan yang termasuk ke dalam Kecamatan Duren Sawit. Setelah itu dilakukan perhitungan persentase pemakaian obat sediaan cair pada bulan Januari hingga Oktober 2022. Kemudian data persentase tersebut dibuat dalam bentuk grafik dan dianalisis. Setelah itu, dilakukan studi literatur untuk pencarian dosis obat untuk anak. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penurunan jumlah penggunaan obat sediaan cair pada bulan Oktober 2022 disebabkan oleh temuan dugaan cemaran etilen glikol pada obat sediaan cair yang mengakibatkan timbulnya penyakit gagal ginjal misterius pada anak, sehingga seluruh obat sediaan cair harus dikarantina sementara.

The Community Health Center (Puskesmas) is a First Level Health Facility that organizes community health efforts and individual health efforts by prioritizing promotive and preventive efforts aimed at achieving the highest degree of public health. On October 19, 2022, the Indonesian Ministry of Health issued an announcement stating that all health care facilities are prohibited from selling drugs in the form of syrup or liquid preparations, both children's and adult medicines. This is caused by cases of atypical acute kidney failure which infect children allegedly triggered by contamination of the drug syrup, namely ethylene glycol. Therefore, it is necessary to carry out an analysis related to changes in the percentage of liquid drug use at the Duren Sawit District Health Center and to conduct an assessment regarding drug dosages for pediatric patients. The research method used was to collect data on the amount of liquid drug use from January to October 2022 at the Duren Sawit District Health Center and Village Health Center which are included in the Duren Sawit District. After that, a calculation of the percentage of liquid drug use was carried out from January to October 2022. Then the percentage data was made in graphical form and analyzed. After that, a literature study was conducted to search for drug doses for children. Based on research that has been done, the decrease in the number of liquid drug use in October 2022 was due to the finding of suspected ethylene glycol contamination in liquid dosage forms which resulted in mysterious kidney failure in children, so all liquid dosage forms had to be temporarily quarantined."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Nabilah
"Pukesmas adalah jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Evaluasi pemakaian obat di puskesmas, perlu dilakukan untuk melihat pemakaian obat telah sesuai indikasi dan aman untuk digunakan. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat dan mendapatkan gambaran terkait pola penggunaan obat pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi secara berkala terkait penggunaan obat. Tujuan dari pembuatan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui jenis obat yang sering digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman dan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman. Pelaksanaan tugas khusus ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai penggunaan obat periode Januari – Desember 2022 di Puskesmas Kecamatan Matraman. Setelah itu, data penggunaan obat dilakukan analisis dengan menggunakan metode ATC/DDD. Berdasarkan hasil pengolahan data, obat yang paling banyak digunakan selama tahun 2022 di Puskesmas Kecamatan Matraman adalah Amlodipine 10 mg tablet dengan presentase 46,1%. Obat yang paling banyak digunakan selama tahun 2022 di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman adalah Amlodipine 10 mg tablet dengan presentase 35,2%. Hal tersebut sesuai dengan penyakit terbanyak yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Matraman, yaitu hipertensi dengan presentase 24,5%.

Puskesmas is a type of first-level health service facility that has an important role in the national health system. Pharmaceutical service standards at community health centers include management standards for pharmaceutical preparations, consumable medical materials, and clinical pharmacy services. Evaluation of drug use in community health centers needs to be carried out to see that drug use is according to indications and is safe to use. Medication Use Evaluation (EPO) is an activity to evaluate drug use, obtain an overview of drug use patterns in certain cases, and carry out regular evaluations regarding drug use. The purpose of creating this special assignment is to find out the types of drugs that are often used in the Matraman Sub-district Public Health Center and throughout the Matraman Subdistrict Community Public Health Center network. The implementation of this special task is carried out by collecting data regarding drug use for the period January – December 2022 at the Matraman Sub-district Public Health Center. After that, data was analyzed using the ATC/DDD method. Based on the results of data processing, the most widely used drug during 2022 at the Matraman District Health Center is Amlodipine 10 mg tablets, with a percentage of 46.1%. The most widely used drug in 2022 in the entire Matraman District Community Health Center network is Amlodipine 10 mg tablets, with a percentage of 35.2%. This is in accordance with the most common disease found in the Matraman Sub-district Public Health Center, namely hypertension, with a percentage of 24.5%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Anshory Hendri
"Laporan ini membahas evaluasi penggunaan obat-obatan kardiovaskuler di poli penyakit tidak menular (PTM) Puskesmas Duren Sawit selama periode Januari hingga September 2023. Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat dengan metode ATC/DDD dan DU 90%. Hasil analisis menunjukkan bahwa hypertensive heart disease adalah diagnosis penyakit kardiovaskuler yang paling umum (78,19%). Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskuler di wilayah tersebut. Amlodipin, baik dalam dosis 10 mg maupun 5 mg, merupakan obat yang paling banyak diresepkan. Hal ini sejalan dengan tingginya prevalensi hipertensi di Puskesmas Duren Sawit. Selain amlodipin, obat lain yang umum diresepkan adalah kaptopril dan simvastatin. Kaptopril merupakan obat antihipertensi golongan ACE inhibitor, sedangkan simvastatin adalah obat penurun kolesterol golongan statin. Analisis DU 90% menunjukkan bahwa tiga obat teratas, yaitu amlodipin 10 mg, amlodipin 5 mg, dan kaptopril 25 mg, mencakup 90% dari total penggunaan obat kardiovaskuler. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menambahkan data penggunaan obat dari periode Oktober-Desember 2023 untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang penggunaan obat kardiovaskuler di Puskesmas Duren Sawit sepanjang tahun 2023.

This report evaluates the utilization of cardiovascular drugs at the non-communicable disease (NCD) clinic of Puskesmas Duren Sawit during the period from January to September 2023. The study aims to assess drug utilization using the ATC/DDD method and DU 90% analysis. The findings reveal that hypertensive heart disease is the most prevalent cardiovascular diagnosis, accounting for 78.19% of cases. This underscores hypertension as a major contributing factor to cardiovascular diseases in the region. Amlodipine, in both 10 mg and 5 mg doses, emerged as the most frequently prescribed medication, reflecting the high prevalence of hypertension in the Puskesmas. Other commonly prescribed drugs include captopril and simvastatin. Captopril is an antihypertensive medication from the ACE inhibitor class, while simvastatin is a cholesterol-lowering agent belonging to the statin group. The DU 90% analysis indicates that the top three drugs—amlodipine 10 mg, amlodipine 5 mg, and captopril 25 mg— constitute 90% of the total cardiovascular drug utilization. Future studies are recommended to incorporate data from October to December 2023 to provide a more comprehensive overview of cardiovascular drug usage throughout the year at Puskesmas Duren Sawit. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Pengelolaan persediaan obat di fasilitas kesehatan merupakan aspek penting dalam mendukung pelayanan kesehatan. Sistem pengelolaan yang tidak efektif dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan stok, sehingga menghambat distribusi obat kepada pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi Puskesmas Duren Sawit menggunakan metode FSN (Fast, Slow, Non-Moving) selama periode Januari – Desember 2023. Metode FSN membantu mengidentifikasi perputaran obat berdasarkan tingkat konsumsi, yang dibagi menjadi kategori fast moving (cepat bergerak), slow moving (lambat bergerak), dan non-moving (tidak bergerak). Hasil analisis menunjukkan bahwa dari keseluruhan obat, 52,16% masuk dalam kategori fast moving, 22,84% termasuk slow moving, dan 25% dikategorikan sebagai non-moving. Pada program Pasien Rujuk Balik (PRB), sebagian besar obat juga masuk dalam kategori fast moving, yang menunjukkan tingginya tingkat penggunaan obat tertentu. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pengelolaan stok yang efisien, terutama bagi obat fast moving, untuk menghindari risiko kekurangan maupun surplus stok. Rekomendasi yang diajukan meliputi penerapan metode FEFO (First Expired First Out) guna memprioritaskan penggunaan obat berdasarkan tanggal kedaluwarsa serta pelaksanaan audit berkala. Dengan langkah ini, pengelolaan persediaan dapat dioptimalkan sehingga distribusi obat lebih tepat sasaran dan mutu layanan farmasi di fasilitas kesehatan meningkat.

The management of medicine inventory in healthcare facilities plays a crucial role in supporting patient care services. Ineffective inventory management may lead to stock shortages or surpluses, disrupting medicine distribution to patients. This study aimed to analyze the control of medicine inventory in the Pharmacy Installation of Duren Sawit Public Health Center using the FSN (Fast, Slow, Non-Moving) method during the period of January -December 2023. The FSN method categorizes medicines based on their consumption rate into three categories: fast-moving, slow-moving, and non-moving. The analysis results revealed that 52.16% of medicines were categorized as fast-moving, 22.84% as slow-moving, and 25% as non-moving. In the Pasien Rujuk Balik (PRB) program, the majority of medicines also fell under the fast-moving category, indicating high utilization rates. This study highlights the importance of efficient stock management, especially for fast-moving medicines, to mitigate the risks of stock shortages or surpluses. Recommendations include implementing the FEFO (First Expired First Out) method to prioritize medicines nearing expiration and conducting regular audits. These measures aim to optimize inventory management, ensure timely medicine distribution, and improve pharmacy service quality in healthcare facilities. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Febrianti
"Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar setiap tahunnya dapat diketahui bahwa penyakit masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia serta diakibatkan oleh tidak tepatnya tata laksana diare baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Penelitian ini dilakukan terhadap Rekam medik balita yang mengalami diare yang datang ke poli Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Penelitian ini dibagi kedalam 5 kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks masa tubuh, penggunaan obat dan bentuk obat, dan tempat dosis. Hasil menunjukkan bahwa Pasien diare balita berjenis kelamin laki-laki memiliki kasus terbanyak yaitu 32 pasien (51.6%) dan perempuan berjumlah 30 pasien (48.4%). Jumlah usia pasien diare pada balita usia 0 tahun berjumlah 16 pasien (25.8%) dan usia 1 – 5 tahun berjumlah 46 pasien (74.2%). Kelompok indeks masa tubuh pasien diare pada balita berdasarkan standar WHO yaitu kelompok indeks masa tubuh kurang berjumlah yang diberikan 58 pasien (93.5%) dan indeks masa tubuh normal berjumlah 4 pasien (6.5%). Berdasarkan penggunaan obat dan bentuk sediaan obat diperoleh penggunaan obat pada pasien diare balita di poli MTBS lebih ke terapi supportif dengan oralit dan zinc. Pengobayan diare tepat dosis pada obat oralit dan zinc sebanyak 0 kasus (100%), dan cotrimoxazole tepat dosis sebanyak 2 kasus (66.67 %) dan terdapat 1 kasus (33.33%) tidak tepat dosis.

Based on the Household Health Survey, Mortality Study and Basic Health Research every year it is seen that disease is still the main cause of under-five mortality in Indonesia and is caused by improper handling of diarrhea both at home and in health. Facility. This research was conducted on the medical records of toddlers who experienced diarrhea who came to the Integrated Management of Sick Toddlers at the Pasar Rebo District Health Center. This study was divided into 5 groups based on gender, age, body mass index, drug use and drug form, and place of drug administration. The results showed that male toddlers with diarrhea had the most cases, namely 32 sufferers (51.6%) and 30 female sufferers (48.4%). The number of diarrhea sufferers in toddlers aged 0 years was 16 sufferers (25.8%) and aged 1-5 years were 46 sufferers (74.2%). Based on WHO standards, the body mass index group for diarrhea sufferers was less than 58 patients (93.5%) and 4 patients (6.5%) had normal body mass index. Based on the use of drugs and drug dosage forms, it was found that the use of drugs in children with diarrhea under five at the MTBS poly was more supportive of therapy with ORS and zinc. Treatment of diarrhea with ORS and zinc was dosed correctly in 0 cases (100%), and co-trimoxazole was dosed correctly in 2 cases (66.67%) and there was 1 case (33.33%) wrong dose."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putriyanny Ratnasari
"Obat LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan obat-obatan yang secara penampilan dan/atau bunyi mirip. Obat–obatan LASA termasuk dalam obat – obat high alert, yaitu obat yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius dan berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Penyimpanan obat–obat LASA sesuai aturan menjadi penting untuk diterapkan dalam rangka menjaga keselamatan pasien. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan tahapan: pendataan obat LASA dari data “Master Obat Puskesmas Kecamatan (PKC) Duren Sawit per Mei 2023 untuk kategori “Nama Sama Kekuatan Berbeda”, “Nama Sama Sediaan Berbeda”, dan “Tall Man Lettering”; Observasi dan pendataan obat LASA kategori “Nama Berbeda Bentuk Kemasan Serupa” di ruang farmasi PKC Duren Sawit; observasi bagaimana penyimpanan obat LASA; evaluasi penyimpanan terhadap Petunjuk Teknis Standar Pelayanaan kefarmasian di Puskesmas tahun 2019. Hasilnya, obat LASA di PKC Duren Sawit terdiri dari obat: “Nama Sama Kekuatan Berbeda”, “Nama Berbeda Kemasan Serupa”, “Nama Sama Sediaan Berbeda”, dan Obat Tall Man lettering (Nama Berbeda Pengucapan Mirip). Mayoritas pasangan obat LASA telah diletakkan dijeda dengan non-LASAnya, diberi stiker LASA pada wadah obat, serta memisahkan letak penyimpanan jika berbeda sediaan atau syarat suhu penyimpanan. Namun penerapan Tall Man Lettering belum dilakukan sehingga perbaikan perlu dilakukan. Penyimpanan beberapa obat LASA di PKC Duren Sawit telah memenuhi aspek umum dan beberapa telah memnuhi aspek khusus dalam aturan penyimpanan pada Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
LASA (Look Alike Sound Alike) drugs are drugs that are similar in appearance and/or sound. LASA drugs are high alert drugs because they need to be carefully watched because of the serious errors that can happen and have a high risk of causing undesirable effects. LASA drugs storage’s rule is important to implement to maintain patient safety. This research was descriptive observational, with stages: recording LASA drug from data from the Duren Sawit District Health Center Medicine (PKC Duren Sawit) Master Data as of May 2023 for the categories "Same Name, Different Strength", "Same Name, Different Dosage Form", and "Tall Man Lettering"; Observation and data collection on LASA drugs in the "Different Names and Similar Packaging" category in the PKC Duren Sawit pharmacy room; observing how LASA medication is stored; storage evaluation towards the Standard Technical Instructions for Pharmaceutical Services at Community Health Centers in 2019. As a result, LASA drugs at PKC Duren Sawit consisted of drugs: "Same Name, Different Strengths", "Different Names, Similar Packaging", "Same Name, Different Preparations", and Tall Man Medication. lettering (Different Names Pronounced Similar). The majority of LASA drug pairs have been placed separately from their non-LASA counterparts, given a LASA sticker on the drug container, and separated storage locations if there are different preparations or storage temperature requirements. However, the implementation of Tall Man Lettering has not been carried out so improvements need to be made. The storage of several LASA drugs at PKC Duren Sawit has fulfilled the general aspects and some have fulfilled the specific aspects storage rules in the Standard Technical Instructions for Pharmaceutical Services at Community Health Centers"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Salsabila Lutfi
"Evaluasi penggunaan obat (EPO) diperlukan untuk menilai apakah obat telah digunakan secara rasional. Evaluasi penggunan obat dapat dilakukan dengan metode kualitatif ataupun kuantitatif. EPO kualitatif digunakan untuk melihat ketepatan penggunaan obat berdasarkan kesesuaian kriteria penggunaan obat yang berhubungan dengan peresepan dan indikasi peresepan. Sementara, EPO kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily Dose (DDD) dan Drug Utilization 90% (Kemenkes RI, 2017). Di Indonesia, perbaikan pola penggunaan obat salah satunya diwujudkan melalui upaya startegi peningkatan persentase penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan masyarakat seperti puskesmas dan klinik pratama. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat harus menerapkan penggunaan obat rasional agar dapat mencapai tujuan kesehatan nasional. Peran apoteker di puskesmas tidak hanya berfokus pada pelayanan dan pengelolaan sediaan farmasi, namun juga dalam pelaksanaan pemantauan penggunaan obat. Pemantauan penggunaan obat bermanfaat untuk mendeteksi adanya ketidakrasionalan dalam peresepan seperti peresepan obat yang berlebih (over prescribing), kurang (under prescribing), boros (extravagant prescribing), atau penggunaan obat yang tidak tepat (incorrect proscribing). Tujuan tugas khusus ini antara lain, mengetahui profil penggunaan obat rasional di Puskesmas Kecamatan Kalideres periode Januari - Juni 2020 secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode ATC/DDD dan DU90%.

Evaluating Drug Utilization is essential to assess whether medications have been used rationally. This evaluation can be qualitative or quantitative in nature. Qualitative DU assessment focuses on the appropriateness of drug use based on prescribing criteria and prescription indications. On the other hand, quantitative DU evaluation involves methods such as Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily Dose (DDD) and Drug Utilization 90% (Ministry of Health Indonesia, 2017). In Indonesia, improving drug usage patterns includes strategies aimed at increasing the percentage of rational drug use in public healthcare facilities such as health centers (puskesmas) and primary clinics. Puskesmas, as a primary healthcare facility for communities, must implement rational drug use to achieve national health goals. Pharmacists in puskesmas play a role not only in pharmaceutical services and management but also in monitoring drug usage. Monitoring drug usage helps detect irrational prescribing practices like over-prescribing, under-prescribing, extravagant prescribing, or incorrect proscribing. The specific objective of this paper is to understand the profile of rational drug usage at the Kalideres District Health Center between January and June 2020, using both qualitative and quantitative methods such as ATC/DDD and DU90%. This evaluation aims to provide insights into how medications are being prescribed, dispensed, and utilized within this specific healthcare facility during the mentioned period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Masayu Dinahya Diswanti Putri
"Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif. Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi dua kegiatan, yaitu pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi salah satunya bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat yang efisien, efektif, dan rasional, terutama pada 40 item obat esensial puskesmas DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketersediaan 40 obat esensial di puskesmas wilayah Kecamatan Duren Sawit yang didasarkan pada sasaran strategis Kemenkes RI. Metode penelitian dilakukan dengan menghitung persentase ketersediaan obat esensial di seluruh puskesmas Kecamatan Duren Sawit yang diperoleh dari data LPLPO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan obat esensial mencapai 98%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan 40 obat esensial di seluruh puskesmas wilayah Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari–April 2023 sudah sesuai dengan sasaran strategis Kemenkes RI untuk meningkatkan akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Community Health Center (Puskesmas) is a basic health service facility that provides maintenance, health promotion (preventive), disease prevention (preventive), disease treatment (curative), and health rehabilitation services. Pharmaceutical services at Puskesmas include two activities, namely pharmaceutical supply management and clinic pharmacy services. Pharmaceutical supply management aims to ensure the availability and affordability of drugs that are efficient, effective, and rational, especially for the 40 essential drug items in Puskesmas DKI Jakarta. This study aims to evaluate the availability of the 40 essential drugs in Puskesmas in the Duren Sawit District based on the strategic targets of the Ministry of Health of Indonesia. The research method was conducted by calculating the percentage of essential drug availability in all Puskesmas in the Duren Sawit District, obtained from LPLPO data. The research findings indicate that the availability of essential drugs reached 98%. Therefore, it can be concluded that the availability of the 40 essential drugs in all Puskesmas in the Duren Sawit District during the period January-April 2023 is in accordance with the strategic targets of the Ministry of Health of Indonesia to improve access, independence, and the quality of pharmaceuticals and medical devices"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>