Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188842 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutabarat, Rismauli Ruth Natasari
"Obat memberikan efek terapi yang optimal jika dosis yang diberikan tepat dan efek samping yang minimal berdasarkan parameter farmakokinetik dan dikaitkan dengan farmakodinamik. Pada anak, proses farmakokinetik obat berbeda pada orang dewasa. Perbedaan proses farmakokinetik obat pada anak dengan orang dewasa mencakup perbedaan pH lambung, waktu pengosongan lambung, volume cairan ekstraseluler, dan lainnya. Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) fokus terhadap pelayanan kesehatan neonatus, infant, dan anak. Sulitnya menemukan sumber dosis obat untuk pasien anak dirasakan apoteker di RSUI menjadi permasalahan sampai saat ini dan berpotensi menyebabkan medication error. Tujuan penyusunan tugas khusus pada praktik kerja profesi apoteker (PKPA) di rumah sakit ini adalah untuk membuat daftar dosis obat sebagai panduan pemberian dosis terapi anak dan menganalisis kesesuaian dosis obat pada resep pasien anak di rawat inap RSUI. Prosedur yang dilakukan adalah pengumpulan data, pembuatan datar dosis obat, dan analisis lima sampel resep (A,B,C,D,E) pasien neonatus, bayi, dan anak di rawat inap. Daftar dosis obat sebagai panduan pemberian dosis terapi anak dibuat berdasarkan daftar penggunaan obat di rawat inap Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) menggunakan referensi yang sesuai. Didapatkan bahwa dua pasien, yaitu A dan B, diresepkan obat dengan dosis yang melebihi dosis lazim. Beberapa obat yang diresepkan pada pasien C, D, dan E juga kurang dari dosis rekomendasi, namun masih sesuai karena tidak melebihi dosis dalam sehari.

Drugs provide optimal therapeutic effects if the dose given is correct and less side effects based on pharmacokinetic parameters and associated with pharmacodynamics. In children, the pharmacokinetic process of drugs is different to adults. Differences in drug pharmacokinetic processes in children and adults include differences in gastric pH, gastric emptying time, et cetera. Universitas Indonesia Hospital (RSUI) focuses on neonate, infant and child health services. The difficulty in finding sources of medication doses for pediatric patients is a problem for their pharmacists to this day and potentially cause medication errors. The purpose of implementing pharmacist internship report (PKPA) is to create a list of drug doses as a guide for administering therapeutic doses for children and to analyze the accuracy of drug doses in prescriptions for pediatric inpatients at RSUI. The procedures are data collection, preparation of drug dosage data, and analysis of five prescription samples (A,B,C,D,E) from hospitalized neonates, infants and children. The list of drug doses as a guide was created based on the list of drug use in inpatients at the Universitas Indonesia Hospital (RSUI) using appropriate references. It was found that two patients, A and B, were prescribed medication in doses more than the usual dosage. Some of the drugs prescribed to patients C, D, and E were also less than the recommended dose, but were still appropriate because they did not exceed the daily dose.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kelly Nagaruda
"Proses perencanaan dan pengendalian obat yang dilakukan dengan baik akan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada pasien. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan, salah satunya adalah metode minimum-maximum stock di mana saat persediaan sampai ke tingkat minimum, pemesanan bahan baku harus dilakukan kembali agar menempatkan persediaan pada tingkat maksimum. Pada pengerjaan tugas khusus kali ini, sumber data akan diambil melalui data transaksi di depo farmasi rawat jalan, kemudian stok minimum dan maksimum dapat ditentukan dengan melihat penggunaan rata-rata dari tiga bulan, yaitu Januari, Februari, dan Maret 2023. Stok minimum dan maksimum telah didapatkan dan dapat dijadikan sebagai acuan paling baru untuk menentukan kapan harus memesan barang serta jumlah barang maksimum yang dapat dipesan untuk depo rawat jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia.

The process of drug planning and control that is carried out properly will provide optimal health services to patients. There are several methods that can be used to control inventory, one of which is the minimum-maximum stock method where when inventory reaches a minimum level, ordering raw materials must be re-ordered in order to place inventory at the maximum level. In carrying out this special assignment, data sources will be retrieved through transaction data at the outpatient pharmacy depot, then the minimum and maximum stock can be determined by looking at the average usage of three months, namely January, February and March 2023. Minimum and maximum stock has been obtained and can be used as the most recent reference to determine when to order goods and the maximum number of items that can be ordered for the outpatient depot at the University of Indonesia Hospital."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrah Puspita
"Penggunaan obat yang tidak rasional banyak terjadi di fasilitas kesehatan, terlebih pada masa pandemi Covid-19. Rumah Sakit Universitas Indonesia yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 berpotensi mengalami penggunaan obat yang tidak rasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan obat dan melihat gambaran deskriptif dari penggunaan obat guna meningkatkan kualitas pelayanan pasien rawat inap di RSUI.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan secara kualitatif dengan melihat profil DU 90% serta kesesuaiannya dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat II. Sampel penelitian diambil dari rekapitulasi pengeluaran obat rawat inap periode Januari – November 2020.
Kriteria inklusi dari penelitian ini ialah data pengeluaran obat usia dewasa (18-60 tahun), jenis obat dengan sediaan oral dan parenteral, dan obat yang memiliki kode ATC/DDD. Jumlah sampel penelitian ini adalah 341 data pengeluaran obat. Jenis obat yang banyak diresepkan yaitu omeprazol (24,21%) dan asetilsistein (12,72%). Pasien yang banyak diresepkan yaitu laki-laki sebanyak 54,52% dan pasien berusia 45 – 60 tahun 32,42%. Penggunaan obat untuk pasien rawat inap di RSUI Januari - November 2020 sebesar 4.420,92 DDD/100 hari rawat. Jumlah obat yang menyusun segmen 90% sebanyak 16 obat.

Irrational use of drugs has occurred in many health facilities, especially during Covid-19 pandemic. Rumah Sakit Universitas Indonesia which is one of the Covid-19 referral hospitals, has potential for irrational of drug use This research was conducted to evaluate drug use and see a descriptive overview of drug use in order to improve the quality of inpatient services at RSUI.
This research used a cross-sectional study design with retrospective data collection. The quantitative method used in this research is the Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) method and also use the qualitative method by looking at the 90% DU profile and observed the suitability of drug use with the National Formulary for Level II Health Facilities. The research sample was taken from the recapitulation of inpatient dispensed drugs for period January - November 2020.
The inclusion criteria of this study were data on dispensed drug for adult age (18-60 years old), drugs with oral and parenteral route of administration, and drugs that have ATC/DDD code. The number of samples used in this research is 341 dispensed drugs. Types of drugs that were mostly prescribed are omeprazole (24,21%) and acetylcysteine (12,72%). Patients who were mostly prescribed are male for 54.52% and patients aged 45-60 years old for 32.42%. The use of drugs for inpatients at the RSUI for period January – November 2020 is 4.420,92 DDD/100 days of hospitalization. The number of drugs that make up the 90% segment is 16 drugs.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Risky Aprilenia
"Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari terjadinya kekosongan stok maupun stok obat yang berlebih. Stok obat yang berlebih dapat menyebabkan kondisi dead stock. Suatu obat dapat dikategorikan sebagai dead stock ketika persediaan obat tidak digunakan sama sekali dalam waktu tiga bulan berturut-turut. Obat keadaan darurat medis merupakan daftar jenis obat yang diperlukan untuk penanganan kasus pasien dalam keadaan darurat medis sebagai pedoman atau gambaran pada tempat praktik mandiri dokter dan klinik yang tidak menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Obat ini harus selalu tersedia di dalam fasilitas pelayanan kesehatan karena termasuk obat dengan kategori lifesaving. Terdapat 330 jenis obat yang tergolong ke dalam kategori dead stock di depo farmasi IGD RSUI, dan dua diantaranya termasuk kedalam daftar obat keadaan darurat medis yaitu, lidokain 2% 2 mL injeksi dan dobutamine 250 mg/20 mL inj. Dead stock dapat terjadi karena beberapa alasan antara lain, obat, perencanaan obat yang kurang tepat sehingga stock obat berlebih, dan kurangnya langkah tindak lanjut untuk menangani obat dengan penggunaan dan perputaran yang rendah.

The process of planning requirements involves determining the quantity and procurement period of pharmaceuticals, medical equipment, and Disposable Medical Supplies in accordance with the results of the selection process to ensure the fulfillment of criteria including the right type, right amount, right timing, and efficiency. Planning is conducted to avoid both stock shortages and excessive drug supplies. Excessive drug supplies can lead to a condition known as dead stock. An item is categorized as dead stock when the inventory of that item remains unused for three consecutive months. Emergency medical condition drugs comprise a list of medications necessary for handling patient cases in emergency medical situations. This list serves as a guideline or reference in independent medical practice settings and clinics that do not provide pharmaceutical services. These medications must always be available in healthcare facilities due to their categorization as lifesaving drugs. Within the pharmacy depot of the Emergency Department at the University of Indonesia Hospital, there are 330 types of drugs categorized as dead stock, and two of these are also included in the emergency medical condition drugs list: lidocaine 2% 2 mL injection and dobutamine 250 mg/20 mL inj. Dead stock can occur due to several reasons, including inappropriate drug planning resulting in excess stock, and a lack of follow-up measures to address drugs with low usage and turnover."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus mematuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan, termasuk kesesuaian peresepan dengan Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kesesuaian peresepan obat di depo farmasi rawat jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dengan Formularium Nasional pada April 2023. Hasil menunjukkan bahwa dari 390 item obat yang diresepkan, 256 item (65,64%) sesuai dengan Formularium Nasional, sedangkan 134 item (34,36%) tidak sesuai. Peresepan BPJS yang tidak sesuai mayoritas berasal dari klinik anak, penyakit dalam, neurologi, dan pulmonologi. Keseluruhan peresepan BPJS yang tidak sesuai dengan Formularium Nasional adalah 27.749 obat (18,98%). Penelitian ini mengindikasikan bahwa kesesuaian peresepan obat di RSUI belum mencapai standar 100% yang diharapkan, disebabkan oleh ketidaktersediaan beberapa obat dalam Formularium Nasional. Disarankan agar dokter lebih memperhatikan formularium dalam penulisan resep untuk meningkatkan kesesuaian dan efisiensi biaya.

Pharmaceutical services in hospitals must comply with the minimum service standards set, including the conformity of prescriptions with the National Formulary. This study aims to evaluate the conformity of drug prescriptions at the outpatient pharmacy depot of the University of Indonesia Hospital (RSUI) with the National Formulary in April 2023. The results showed that of the 390 prescribed drug items, 256 items (65.64%) were by the National Formulary, while 134 items (34.36%) were not in accordance. The majority of inappropriate BPJS prescriptions came from pediatric clinics, internal medicine, neurology, and pulmonology. The total number of BPJS prescriptions that were not by the National Formulary was 27,749 drugs (18.98%). This study indicates that the conformity of drug prescriptions at RSUI has not reached the expected 100% standard, due to the unavailability of several drugs in the National Formulary. It is recommended that doctors pay more attention to the formulary in writing prescriptions to improve conformity and cost efficiency.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Pengelolaan persediaan obat di fasilitas kesehatan merupakan aspek penting dalam mendukung pelayanan kesehatan. Sistem pengelolaan yang tidak efektif dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan stok, sehingga menghambat distribusi obat kepada pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi Puskesmas Duren Sawit menggunakan metode FSN (Fast, Slow, Non-Moving) selama periode Januari – Desember 2023. Metode FSN membantu mengidentifikasi perputaran obat berdasarkan tingkat konsumsi, yang dibagi menjadi kategori fast moving (cepat bergerak), slow moving (lambat bergerak), dan non-moving (tidak bergerak). Hasil analisis menunjukkan bahwa dari keseluruhan obat, 52,16% masuk dalam kategori fast moving, 22,84% termasuk slow moving, dan 25% dikategorikan sebagai non-moving. Pada program Pasien Rujuk Balik (PRB), sebagian besar obat juga masuk dalam kategori fast moving, yang menunjukkan tingginya tingkat penggunaan obat tertentu. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pengelolaan stok yang efisien, terutama bagi obat fast moving, untuk menghindari risiko kekurangan maupun surplus stok. Rekomendasi yang diajukan meliputi penerapan metode FEFO (First Expired First Out) guna memprioritaskan penggunaan obat berdasarkan tanggal kedaluwarsa serta pelaksanaan audit berkala. Dengan langkah ini, pengelolaan persediaan dapat dioptimalkan sehingga distribusi obat lebih tepat sasaran dan mutu layanan farmasi di fasilitas kesehatan meningkat.

The management of medicine inventory in healthcare facilities plays a crucial role in supporting patient care services. Ineffective inventory management may lead to stock shortages or surpluses, disrupting medicine distribution to patients. This study aimed to analyze the control of medicine inventory in the Pharmacy Installation of Duren Sawit Public Health Center using the FSN (Fast, Slow, Non-Moving) method during the period of January -December 2023. The FSN method categorizes medicines based on their consumption rate into three categories: fast-moving, slow-moving, and non-moving. The analysis results revealed that 52.16% of medicines were categorized as fast-moving, 22.84% as slow-moving, and 25% as non-moving. In the Pasien Rujuk Balik (PRB) program, the majority of medicines also fell under the fast-moving category, indicating high utilization rates. This study highlights the importance of efficient stock management, especially for fast-moving medicines, to mitigate the risks of stock shortages or surpluses. Recommendations include implementing the FEFO (First Expired First Out) method to prioritize medicines nearing expiration and conducting regular audits. These measures aim to optimize inventory management, ensure timely medicine distribution, and improve pharmacy service quality in healthcare facilities. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sera Devina
"Menurut Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2020, Pedagang Besar Farmasi atau distributor farmasi wajib menerapkan prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan memiliki sertifikat CDOB. Salah satu bab dalam CDOB membahas tentang aspek ketentuan khusus produk rantai dingin atau Cold Chain Product (CCP) yang merupakan produk farmasi yang sensitif terhadap temperatur sehingga penyimpanan dan pengirimannya memerlukan kontrol temperatur terus menerus untuk menjamin agar karakteristik, stabilitas, khasiat dan keamanan produk tidak berubah. Untuk menjaga kualitas produk rantai dingin yang didistribusikan sesuai dengan CDOB, maka diperlukan salah satu fasilitas berupa Chest Freezer yang digunakan untuk menyimpan ice pack yang digunakan untuk menjaga suhu produk rantai dingin saat pengiriman. Penelitian ini dibuat untuk melakukan pengujian kualifikasi operasional pada salah satu Chest Freezer yang ada di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk untuk memastikan freezer tersebut memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan berdasarkan protokol kualifikasi operasional dan dapat digunakan untuk menyimpan ice pack. Penelitian dilakukan dengan pengujian dan pengamatan kualifikasi operasional Chest Freezer AB-1200-T-X ID.P04 sesuai dengan protokol yang berlaku. Pengujian terdiri atas beberapa prosedur yaitu menyalakan dan mematikan daya, pengaturan suhu, distribusi dingin pada keadaan kosong dan operasi defrost. Setelah pengujian, hasil didokumentasikan dan diolah ke tabel dan grafik Microsoft Excel untuk melihat distribusi temperatur freezer dan keberterimaannya. Penelitian menunjukkan hasil memenuhi kriteria penerimaan.
According to BPOM Regulation Number 6 of 2020, Pharmaceutical Wholesalers or pharmaceutical distributors are required to implement Good Distribution Practice (GDP) principles and possess a GDP certificate. One chapter within GDP discusses specific provisions for Cold Chain Products (CCPs), which are pharmaceutical products sensitive to temperature, necessitating continuous temperature control during storage and transportation to ensure that product characteristics, stability, efficacy, and safety remain unchanged. To maintain the quality of distributed Cold Chain Products in accordance with GDP, facilities such as a Chest Freezer are required to store ice packs used to maintain the temperature of the products during transportation. This research was conducted to perform operational qualification testing on one of the Chest Freezers at PT. Enseval Putera Megatrading Tbk to ensure that the freezer meets specified requirements based on operational qualification protocols and can be used to store ice packs. The study involved testing and observing the operational qualification of the Chest Freezer AB-1200-T-X ID.P04 according to applicable protocols. Testing procedures included powering on and off, temperature setting, cold distribution in empty condition, and defrost operation. After testing, results were documented and processed into tables and graphs using Microsoft Excel to assess freezer temperature distribution and acceptance criteria. The research findings indicate that the results meet acceptance criteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Sari Dewi
"Salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan yaitu penggunaan obat yang rasional demi tercapainya kesehatan pasien. Peresepan berkualitas bertujuan untuk mewujudkan penggunaan obat yang rasional, hal tersebut meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat dosis, tepat obat, dan tepat interval waktu penggunaan. Di seluruh dunia, sekitar 50% dari semua obat yang diresepkan, dibagikan, dan dijual secara tidak tepat, serta separuh dari semua pasien gagal meminum obatnya dengan benar. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat dan kebijakan penggunaan obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi, yang ditetapkan oleh direktur/kepala rumah sakit. Formularium Rumah Sakit menjadi kendali mutu dan kendali biaya obat yang akan memudahkan pemilihan obat yang rasional, mengurangi biaya pengobatan, dan mengoptimalkan pelayanan kepada pasien. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap peresepan obat di RSUI periode Januari – Desember 2020, hasil kajian menujukkan bahwa belum terpenuhinya standar pelayanan minimal pelayanan kefarmasian. Peresepan yang sesuai dengan formularium RSUI baru mencapai 56,5%. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian peresepan dan jenis obat di RSUI dengan formularium RSUI pada periode Januari – Juni 2021. Penyakit kronis merupakan penyakit dengan durasi panjang dengan proses penyembuhan atau pengendalian kondisi klinis yang pada umumnya berkembang secara lambat dan diakibatkan oleh faktor genetik, fisiologis, lingkungan, dan perilaku. Contoh dari penyakit kronis yaitu penyakit kardiovaskular (jantung dan stroke), diabetes, kanker, dan penyakit respiratori kronis. Penyakit kronis, khususnya diabetes dan hipertensi memerlukan monitoring dan pengelolaan secara terus menerus seumur hidup. Jenis obat untuk diabetes dan hipertensi tergolong banyak, sehingga memerlukan strategi terapi yang tepat untuk menjamin penggunaan obat yang rasional agar keberhasilan terapi dapat tercapai. Salah satu peran Apoteker di apotek yang bertujuan untuk mengoptimalkan terapi obat dalam pengelolaan penyakit kronis adalah dengan melakukan kajian terhadap keseluruhan terapi obat yang digunakan oleh pasien pada seluruh tingkat pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan unutk mengevaluasi kesesuaian penggunaan obat antidiabetes dan antihipertensi dengan algoritma terapinya pada pasien di Apotek Kimia Farma Condet.
One of the important elements in health services is the rational use of medicines to achieve patient health. Quality prescribing aims to realize the rational use of medicines, this includes the correct of indication, patient, dose, medicine, and the time interval for use. In worldwide, approximately 50% of all medicines are prescribed, dispensed and sold inappropriately, and half of all patients fail to take their medicines correctly. The Hospital Formulary is a list of drugs and its use policies, agreed upon by medical staff, compiled by the Pharmacy and Therapy Committee/Team, which is determined by the director/head of the hospital. The hospital formulary provides quality control and drug cost control which will facilitate rational drug selection, reduce medical costs and optimize service to patients. Based on an evaluation carried out on drug prescribing at RSUI for the period January – December 2020, the results of the study show that minimum service standards for pharmaceutical services have not been met. Prescriptions in accordance with the RSUI formulary have only reached 56.5%. This study aims to evaluate the compatibility of prescribing and types of drugs at RSUI with the RSUI formulary in the period January – June 2021. Chronic diseases are defined as diseases of long duration with a process of healing or controlling clinical conditions which generally develop slowly and caused by genetic, physiological, environmental and behavioral factors. Examples of chronic diseases are cardiovascular disease (heart disease and stroke), diabetes, cancer and chronic respiratory disease. Chronic diseases, especially diabetes and hypertension, require continuous monitoring and management throughout life. There are many types of medicines for diabetes and hypertension, so appropriate therapeutic strategies are needed to ensure the rational use of medicines to achieve therapeutic success. One of the roles of pharmacists in pharmacies which aims to optimize drug therapy in the management of chronic diseases is to conduct studies on all drug therapy used by patients at all levels of health services. This study aims to evaluate the suitability of the use of antidiabetic and antihypertensive drugs with the therapeutic algorithm for diabetes and hypertension patients at Kimia Farma Condet Pharmacy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Garda Cakranusa
"Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas pada tahun 2019 mengalami kekurangan stok sehingga harus dilakukan peminjaman persediaan obat. Disisi lain, juga terjadi kelebihan stok pada 32 item sediaan obat yang dikelola hingga terjadi kedaluwarsa. Hal ini menyebabkan terhambatnya pelayanan rumah sakit dan habisnya sebagian anggaran belanja farmasi, sehingga dana tidak mencukupi untuk obat-obatan penting lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh simulasi MMSL (Minimum-Maximum Stock Level) terhadap nilai sisa stok akhir tahun dan rasio perputaran persediaan, serta menganalisis prioritas pemesanan dan pemantauan berdasarkan analisis matriks ABC-VEN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan desain penelitian cross-sectional. Metode pengumpulan data yang digunakan retrospektif menggunakan data sekunder yang didapat dari laporan persediaan 2019 dan laporan pengadaan 2019. Simulasi MMSL berpotensi menurunkan nilai sisa stok obat akhir tahun hingga 51% dari Rp 415.209.033,30 menjadi Rp 203.419.270,59 dan berpotensi meningkatkan rasio perputaran persediaan dari 3,998 kali/tahun menjadi 4,118 kali/tahun. Analisis matriks ABC-VEN menghasilkan prioritas pemesanan, dimulai dari CV (54 item), BV (8 item), AV (21 item), CE (151 item), BE (54 item), AE (40 item), CN (11 item), BN (5 item), dan AN (6 item) serta prioritas pemantauan, dimulai dari kategori I (AV, AE, AN, BV, CV), kategori II (BE, CE, BN), dan kategori III (CN). Analisis pengendalian yang dilakukan berhasil mengurangi potensi kelebihan stok dan kekurangan stok pada sediaan vital dan esensial.

The Pharmacy Installation of Ciracas Regional General Hospital in 2019 experienced a stockout, thus it made the hospital needs to borrow medicine supplies. However, there was an overstock on 32 items of drug preparations that were controlled until it has expired. As a result, it causes hospital services obstruction and a lack of pharmacy budget, so that it does not suffice to buy other important medicines. This study aimed to analyze the effect of MMSL (Minimum-Maximum Stock Level) simulation on the value of the remaining stock at the end of the year and the inventory turnover ratio. In addition to analyze the ordering and monitoring priority based on the ABC-VEN matrix analysis. This method of this study used a descriptive observational with a cross-sectional research design. The method of collecting data used retrospectively, Moreover, the secondary data obtained from 2019 inventory report and 2019 procurement report. The result of this study showed that the MMSL simulation has the potential to reduce the value of the remaining stock at the end of the year by up to 51% from IDR 415,209,033.30 to IDR 203,419,270.59 and has the potential to increase the inventory turnover ratio from 3.998 times/year to 4.118 times/year. ABC-VEN matrix analysis produced order priority started from CV (54 items), BV (8 items), AV (21 items), CE (151 items), BE (54 items), AE (40 items), CN (11 items), BN (5 items), and AN (6 items) as well as monitoring priorities, started from category I (AV, AE, AN, BV, CV), category II (BE, CE, BN), and category III (CN). The control analysis carried out had succeeded in reducing the potential of overstock and stockout in vital and essential preparations. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rizky Shadrina
"Penyimpanan obat merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian yang diaplikasikan di apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016. Kriteria yang perlu diperhatikan terkait dengan penyimpanan obat yaitu obat yang disimpan harus ditempatkan dalam kondisi yang sesuai untuk meminimalisir kontaminasi sehingga mutu dari suatu obat tersebut dapat terjamin. Penyimpanan obat yang baik dapat memudahkan dalam pencarian sediaan pada saat pelayanan kefarmasian. Penyimpanan obat yang tidak sesuai dengan standar yang ada dapat menimbulkan beberapa masalah, di antaranya yaitu sulit dalam melakukan penelusuran atau pencarian sediaan farmasi sehingga dapat memperlambat proses dispensing. Melihat permasalahan tersebut, maka dilakukan manajemen terkait dengan penyimpanan obat ethical di Apotek Kimia Farma 0267 Bintaro yang bertujuan untuk mengoptimalisasi manajemen penyimpanan obat ethical, dan mempermudah pencarian obat ethical sehingga waktu pelayanan obat pasien lebih cepat. Metode yang dilakukan ialah dengan mencatat obat-obatan atau vitamin yang belum memiliki tempat untuk disimpan, menyusun obat secara alfabetis di setiap kelas terapi yang sudah ada sebelumnya, dan membuat list atau menyantumkan daftar nama obat di tempat penyimpanan (lemari) stock obat guna mempermudah dalam pencarian, pengambilan, dan penyimpanan stock obat. Pengelolaan penyimpanan sediaan farmasi di Apotek Kimia Farma 0267 Bintaro dikategorikan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, obat khusus, dan kestabilan obat yang disusun berdasarkan alfabetis dan diberi label berwarna pada kotak obat guna memudahkan dalam pencarian obat dan membedakan satu kelas terapi dengan yang lainnya. Penyimpanan obat juga ditandai dengan sticker LASA dan terdapat daftar obat yang ditempel di pintu lemari kecil penyimpanan obat bertujuan untuk memudahkan pencarian stock obat.

Proper drug storage is essential in upholding pharmaceutical service standards within pharmacies, aligning with the Indonesian Regulation of the Minister of Health No. 73/2016. This regulation aims to ensure that drugs are stored optimally, minimizing contamination risks and preserving their quality. Effective storage not only maintains medication quality but also streamlines pharmacy operations by facilitating efficient drug retrieval for dispensing. Failure to comply with storage standards can lead to challenges in locating and tracking medicines, resulting in delays in the dispensing process. Addressing these issues, Kimia Farma 0267 Bintaro Pharmacy has implemented strategic practices for ethical medicine storage, aiming to improve storage management and expedited patient services. The pharmacy utilizes a systematic approach involving recording unallocated medicines, arranging them alphabetically within therapy classes, and creating a comprehensive drug list within the storage area. Their storage management strategy categorizes medicines based on therapeutic class, dosage form, specific drug, and stability. These categories are organized alphabetically and color-coded on medicine boxes, simplifying drug retrieval and differentiation. The pharmacy also employs a "Look-Alike Sound-Alike" (LASA) sticker system and attaches a drug list to the storage cabinet door, further enhancing efficient drug stock searching. In conclusion, adhering to proper drug storage practices is crucial for maintaining pharmaceutical quality and expediting patient care. Kimia Farma 0267 Bintaro Pharmacy's strategic approach to drug storage management stands as a noteworthy model for optimizing pharmaceutical services through organized and efficient storage protocols."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>