Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85998 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shinta Dewi Larasati
"PT Geo Dipa Energi (Persero) merupakan perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang pembangkit listrik tenaga panas bumi/ geothermal di Indonesia. PT Geo Dipa Energi (Persero) dalam rencana jangka panjang perusahaan memiliki rencana strategis untuk melakukan transformasi perusahaan melalui digitalisasi dan juga meningkatkan efektivitas organisasi. Sejalan dengan rencana strategis tersebut dibutuhkan dukungan TI yang dapat memfasilitasi hal tersebut, sedangkan sesuai asessmen yang dilakukan terhadap tingkat kematangan tata kelola TI perusahaan nilai yang didapat masih cukup rendah dan tidak sesuai target BUMN. Salah satu kekurangan dari tata kelola TI PT Geo Dipa Energi (Persero) merupakan tidak memiliki enterprise architecture yang sesuai. Dampak dari tidak adanya Enterprise Architecture TI yaitu perusahaan dapat mengalami opportunity loss karena ketidaksesuaian solusi TI dan lambatnya dukungan TI. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab harapan tersebut dengan menghasilkan rancangan Enterprise Architecture yang selaras dengan tujuan strategis bisnis perusahaan. Penelitian ini merupapkan penelitian studi kasus descriptive dengan metode kualitatif. Data pada penelitian ini didapatkan dari data primer yang merupakan hasil wawancara dan data sekunder dari tinjauan literatur, dokumen perusahaan dan dokumen lain yang terkait. Pengolahan data dilakukan dengan metode analisa tematik. Kemudian kerangka kerja yang digunakan pada penelitian ini merupakan TOGAF (The Open Group Architecture Framework). Hasil penelitian ini didapatkan rancangan Enterprise Architecture yang merupakan keluaran tiap fase pada TOGAF ADM yang menggambarkan arsitektur saat ini, arsitektur yang dinginkan serta analisis kesenjangan yang meliputi arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi dan arsitektur teknologi.

PT Geo Dipa Energi (Persero) is a state-owned company engaged in the field of geothermal power plants in Indonesia. PT Geo Dipa Energi (Persero) in its long term plan has a strategic plan to transform the company through digitalization and also increase organizational effectiveness. In line with this strategic plan, IT support is needed to facilitate this, while according to the assessment conducted on the maturity level of IT governance, the company value obtained is still quite low and does not meet the target of SOEs. One of the drawbacks of PT Geo Dipa Energi's (Persero) IT governance is not having an appropriate enterprise architecture. The impact of the absence of an IT Enterprise Architecture is that companies may experience opportunity loss due to incompatibility of IT solutions and slow IT support. This research was conducted to answer these expectations by producing an Enterprise Architecture design that is aligned with the company's business strategy objectives. This research is a descriptive case study research with qualitative methods. The data in this study were obtained from primary data which is the result of interviews and secondary data from purification of literature, company documents and other related documents. Data processing is done by thematic analysis method. Then the framework used in this study is TOGAF (The Open Group Architecture Framework). The results of this study obtain the Enterprise Architecture design which is the output of each phase in TOGAF ADM which describes the current architecture, desired architecture and tension analysis which includes business architecture, information system architecture and technology architecture. "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Winarno
"PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi umum memiliki 48 Kantor Cabang, 40 Kantor Penjualan, yang tersebar di seluruh Indonesia. PT. XYZ melalui rencana jangka panjang perusahaan tahun 2019-2023 telah menentukan visi misi perusahaan yang baru. Untuk mencapai visi misi tersebut perusahaan merubah model bisnis dari sebelumnya product focus dengan segmentasi pasar korporasi / ritel menjadi customer focus. Perubahan tersebut memerlukan proses transformasi perusahaan antara lain business focus, organization & governance, process, human capital, regulatory. Harapan manajemen terhadap unit Teknologi Informasi adalah melakukan perubahan Enterprise Architecture TI yang meliputi New IT System, Data Processing, Software, Hardware for IT-enabled capabilities. Dampak tidak adanya perubahan Enterprise Architecture TI ini diidentifikasi sebagai berikut: tidak selarasnya bisnis dengan TI, proses bisnis menjadi tidak efektif dan efisien, respon TI lambat dalam memenuhi kebutuhan bisnis, opportunity loss karena lambatnya dukungan TI terhadap bisnis, TI melanggar kepatuhan terhadap peraturan. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab harapan tersebut dengan menghasilkan rancangan Enterprise Architecture TI agar selaras dengan perubahan model bisnis perusahaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus descriptive dengan metode penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dari hasil wawancara dan sekunder dari tinjauan literatur, dokumen-dokumen perusahaan dan dokumen lain yang terkait. Metode pengolahan data menggunakan analisa tematik. Kerangka kerja yang digunakan pada penelitian ini adalah TOGAF (The Open Group Architecture Framework). Hasil penelitian ini adalah rancangan Enterprise Architecture yang merupakan keluaran tiap fase pada kerangka kerja TOGAF yang menggambarkan arsitektur saat ini, arsitektur yang dinginkan serta peta jalan perencanaan implementasi yang meliputi arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi dan arsitektur teknologi.

PT. XYZ is a general insurance company, which was already has 48 branch offices and 40 representatives throughout Indonesia. The company's long-term plan for 2019-2023 has determined the new company's vision and mission. To achieve this vision and mission, the company changes its business model from the product focus with corporate / retail market segmentation to customer focus. These changes require a process transformation that includes business focus, organization, governance, processes, human capital, regulatory. Information Techology Group is expected to be able changes the Enterprise Architecture which includes New IT System, Data Processing, Software, Hardware for IT-enabled capabilities. The impact of the absence is identified as follows: business is not aligned with IT, business processes become ineffective and inefficient, IT response is slow to meet the business needs, opportunity loss, IT violates regulatory compliance. This study is aimed to design an Enterprise Architecture in line with the company's new strategic direction. This type of research is descriptive case study research with qualitative research methods. Sources of data used in this study are primary data from interviews and secondary data from literature reviews, company documents and other related documents. The data processing method uses thematic analysis. The framework used in this study is TOGAF (The Open Group Architecture Framework). The result of this research is the Enterprise Architecture design which is the output of each phase in the TOGAF framework which describes the current architecture, the desired architecture and the implementation planning roadmap which includes business architecture, information system architecture and technology architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afif
"Saat ini perkembangan teknologi informasi telah mendorong perusahaan di berbagai bidang untuk memanfaatkan teknologi pada aktivitas bisnis perusahaan. Namun, risiko kegagalan yang tinggi sering terjadi disebabkan tidak adanya manajemen strategi yang diadopsi di organisasi. Oleh karena itu untuk menjawab tantangan tersebut perusahaan harus memanfaatkan solusi SI/TI dalam aktivitas proses bisnis perusahaan dengan merancang Enterprise Architecture (EA) sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan memanfaatkan solusi SI/TI untuk kepentingan bisnis sebagai pendukung proses bisnis perusahaan, dapat membantu perusahaan dalam membuat keputusan strategi dan peluang bisnis. PT Bumi Daya Plaza sebagai studi kasus dalam penelitian ini memiliki permasalahan pada pemanfataan solusi SI/TI dalam mendukung proses bisnis yang terjadi pada unit bisnis perusahaan PT Bumi Daya Plaza. Permasalahan tersebut disebabkan karena tidak adanya standar atau rekomendasi yang dapat dijadikan pedoman dalam memilih dan mengimplementasikan sistem yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bisnis perusahaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam penelitian ini dilakukan perancangan EA sedemikian hingga rancangan tersebut dapat dimanfaatkan untuk perencanaan solusi SI/TI yang strategis dalam mendukung bisnis proses bisnis PT Bumi Daya Plaza. Dalam usaha mengembangkan perancangan EA penulis melakukan perbandingan beberapa metodologi perancangan Enterprise Architecture. Metodologi yang terpilih yaitu TOGAF ADM sebagai framework untuk merancang enterprise architecture. Melalui TOGAF ADM dapat diketahui kondisi arsitektur saat ini, strategi penentuan arsitektur target, dan gap analysis. Hasil akhir dari perancangan Enterprise Architecture ini diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas proses bisnis perusahaan, sumber daya SI/TI yang dimiliki perusahaan, terutama layanan yang dimiliki perusahaan untuk mendukung aktivitas bisnis, sehingga bisa menciptakan kepuasan pelanggan service excellence kepada mitra bisnis sesuai visi dan misi perusahaan

Nowdays, the development of information technology has encouraged companies in various fields to used technology in the business activities. However, failure often occurs due to the absence of strategic management adopted in the organization. To answer these challenges, companies must take advantage of IS/IT solutions in the company's business process activities by designing an Enterprise Architecture (EA) according to their needs. By utilizing IS / IT solutions for business interests as a support for the company's business processes, it can assist companies in making strategic decisions and business opportunities. PT Bumi Daya Plaza, as a case study in this research that have problems in the use of IS / IT solutions in supporting business processes that occur in the company's business unit. These problems are caused by the absence of standards or recommendations that can be used as guidelines in selecting and implementing systems that are suitable for the conditions and business needs of the company. To overcome this problem, this research was conducted by designing an Enterprise Architecture model, so the design can be used for planning strategic IS / IT solutions in supporting the business processes of PT Bumi Daya Plaza. To develop an EA model, the authors conducted a comparison of several Enterprise Architecture design methodologies. The methodology chosen is TOGAF ADM, as a framework for designing an enterprise architecture. Through the TOGAF ADM, it can be known the current architectural condition, the strategy for determining the target architecture, and the gap analysis. The result of designing the Enterprise Architecture is expected to optimize the company's business process activities, such as IS / IT resources owned by the company, especially the services owned by the company to support business activities, so that customer will be satisfied, and also create excellent services to business partners according to the company's vision and mission"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia , 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Tsani Yustisiawandana
"Enterprise architecture menjadi salah satu alat strategi paling penting dalam pengembangan teknologi informasi pada sebuah organisasi khususnya sektor publik seperti pemerintahan karena dapat meningkatkan performa pelayanan masyarakat dan mengurangi biaya dalam pelayanan publik. Pada RPJMD didapatkan bahwa indeks domain penilaian dari SPBE di Kabupaten Tasikmalaya adalah 2,0 dengan detail nilai terkecil ada pada domain tata kelola SPBE dan manajemen SPBE. Hal tersebut salah satunya dikarenakan belum adanya enterprise architecture sebagai landasan atau acuan implementasi layanan SPBE di Kabupaten Tasikmalaya. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan metode action research dengan pendekatan kualitatif untuk merumuskan enterprise architecture yang dapat meningkatkan indeks SPBE Kabupaten Tasikmalaya. Dalam perancangan enterprise architecture, penulis menggunakan kerangka kerja TOGAF dan arsitektur SPBE nasional sebagai acuan. Pada arsitektur bisnis, dilakukan simplifikasi dari tujuh sub-aktivitas menjadi dua sub-aktivitas baru, sementara terdapat tujuh perubahan besar dalam menghadapi isu strategis. Pada arsitektur data, teridentifikasi lima perubahan signifikan sebagai solusi bagi permasalahan data di Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Arsitektur aplikasi mencakup enam solusi signifikan untuk mengatasi masalah internal organisasi dan integrasinya dengan arsitektur SPBE nasional. Untuk arsitektur teknologi, ditambahkan dua teknologi baru guna mendukung proses bisnis, data, dan aplikasi. Pada domain arsitektur keamanan, dilakukan sembilan penambahan keamanan untuk melindungi organisasi dari serangan pada sistem informasi yang dimiliki. Perencanaan perubahan arsitektur disusun sesuai periode RPJMD selama lima tahun, yaitu dari 2026 hingga 2030.

Enterprise architecture has become one of the most crucial strategic tools in the development of information technology within an organization, particularly in the public sector such as government, as it can enhance public service performance and reduce costs in public services. In the Regional Medium-Term Development Plan (RPJMD), it was found that the assessment domain index of the Public Service Information System (SPBE) in Tasikmalaya Regency is 2.0, with the smallest values observed in the SPBE governance and management domains. This is partly due to the absence of enterprise architecture as a foundation or reference for implementing SPBE services in Tasikmalaya Regency. Therefore, this research employs the action research method with a qualitative approach to formulate an enterprise architecture that can enhance the SPBE index in Tasikmalaya Regency. In designing the enterprise architecture, the author utilizes the TOGAF framework and the national SPBE architecture as references. In the business architecture, a simplification is made, reducing seven sub-activities to two new sub-activities, while seven major changes are introduced to address strategic issues. In the data architecture, five significant changes are identified as solutions to data issues in the Local Government of Tasikmalaya Regency. The application architecture encompasses six significant solutions to address internal organizational problems and integrate with the national SPBE architecture. For technology architecture, two new technologies are added to support business processes, data, and applications. In the security architecture domain, nine security additions are implemented to protect the organization from information system attacks. The architectural change plan is structured according to the RPJMD period for five years, from 2026 to 2030.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Marlina
"Instansi XYZ mengimplementasikan Enterprise Architecture EA untuk memperkecil kesenjangan antara harapan bisnis dan kemampuan sistem informasi dalam memberikan dukungan terhadap bisnis. Pada gilirannya, EA membantu mengurangi kompleksitas, meningkatkan keselarasan pengelolaan sumber daya sistem informasi dengan kebutuhan bisnis, serta meningkatkan integrasi sistem informasi dengan bisnis.Sebagai inisiatif yang baru berjalan, serta mengingat kompleksitas bisnis dan TI di Instansi XYZ, perlu dilakukan pengukuran terhadap pengelolaan EA yang telah berjalan untuk menemukan arah pengelolaan EA ke depan. Namun sampai saat ini masih jarang penelitian yang dilakukan terkait pengukuran kematangan EA, khususnya di sektor publik dan pemerintahan. Untuk itu, dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap tingkat kematangan EA di Instansi XYZ menggunakan model pengukuran Enterprise Architecture Maturity Model EAMM yang merupakan framework pengukuran tingkat kematangan EA untuk sektor pemerintahan.
Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan analisis tematik, menggunakan data yang didapatkan melalui studi literatur, wawancara, dan observasi.Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kematangan EA di Instansi XYZ dapat diukur menggunakan EAMM. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini, didapatkan tingkat kematangan EA di Instansi XYZ adalah level 3, Well-Defined Program skala tingkat kematangan EA berdasarkan EAMM adalah level 0 - level 5 . Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan untuk pengelolaan EA di Instansi XYZ agar dapat meningkatkan tingkat kematangan ke level 4 Managed Program . Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat membantu penelitian sejenis ke depan.

XYZ Institution implemented Enterprise Architecture EA to minimize gap between business expectations and Information System capabilities to support business. In the long run, EA helps to reduce the complexity, to increase the alignment between Information System resources management and business needs, and also to increase Information System integration with business. As newly adopted initiative, and considering the business and Information System complexity in XYZ Institution, it is necessary to measure the maturity of the EA currently developed, and to determine the EA future development direction. Until now, EA maturity measurement research is rarely conducted, especially in the goverment and public sectors. Thus, in this research, EA management maturity level in XYZ Institution will be measured using Enterprise Architecture Maturity Model EAAM , a maturity assessment framework suitable for measuring EA maturity level in the goverment sector.
This research will be done qualitatively using thematic analysis, using data gathered from literature study, interviews, and observations.The result of this study indicates that EA implementation at XYZ institution can be measured using EAMM. Based on the research, it is concluded that XYZ Institution reached EA Maturity Level 3 Well Defined Program , based on the EAMM range that span from Level 0 to Level 5. This research aims to provide feedbacks to the EA development of XYZ Institution to improve its EA Maturity level to level 4 Managed Program , and also provides guidance to other similar researches.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
A. Fauzi Firdaus A.S.
"Teknologi informasi (TI) saat ini tidak sekedar berperan sebagai perangkat pendukung kegiatan organisasi, namun telah menjadi bagian dari strategi suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Namun yang masih menjadi tantangan saat ini adalah bagaimana memastikan bahwa strategi TI selaras dengan strategi bisnis organisasi. Oleh karena itu untuk menjawab tantangan tersebut, organisasi harus merencanakan arsitektur TI atau dalam konteks lebih luas yaitu Enterprise Architecture (EA). Dengan memiliki arsitektur maka suatu organisasi akan memiliki cetak biru dalam pembuatan keputusan TI jangka panjang yang tepat dengan mempertimbangkan kepentingan organisasi secara keseluruhan.
PT XYZ yang dijadikan sebagai studi kasus dalam penelitian ini merupakan perusahaan penyedia solusi produk dan jasa TI yang memiliki permasalahan pada implementasi sistem ERP. Permasalahan tersebut disebabkan karena tidak adanya standar yang dapat dijadikan pedoman dalam memilih dan mengimplementasikan sistem yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bisnis perusahaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam penelitian ini didekati dengan merancang model EA sedemikian hingga rancangan arsitektur SI/TI yang dihasilkan selaras dengan strategi dan proses bisnis PT XYZ.
Dalam usaha mengembangkan model EA, penulis membandingkan beberapa metodologi perancangan EA mencakup Zachman Framework, EAP, TOGAF, FEAF, dan Gartner. Penulis memilih TOGAF dengan metodologi ADM dalam perancangan EA untuk studi kasus PT XYZ ini karena beberapa alasan berdasarkan hasil studi literatur. Metodologi TOGAF ADM kemudian disesuaikan agar bisa digunakan secara relevan dengan kondisi dan permasalahan arsitektur di PT XYZ.
Hasil akhir dari perancangan EA ini diharapkan dapat mengoptimalkan seluruh sumber daya SI/TI yang dimiliki perusahaan, terutama dari sisi infrastruktur dan layanan yang dimiliki perusahaan untuk mendukung aktifitas bisnis, sehingga bisa menciptakan kepuasan pelanggan seperti yang tertuang dalam visi, misi, dan strategi PT XYZ.

Information technology (IT) currently does not merely act as a supporting tools of the organization activities, but has become important part of an organization's strategy to achieve its business objectives. The challenge that still exist today is how to ensure that the IT strategy aligned with the business strategy of the organization. Therefore, to address these challenges, organizations must plan an IT architecture or in a broader context, namely the Enterprise Architecture (EA). By having the architecture, an organization will have a blueprint that can be used as a basis for a creation of long-term IT decisions by considering the interests of the organization as a whole.
PT XYZ which is used as a case study in this research is an IT solution provider company that have problems with the implementation of an ERP system. The problems caused by the absence of a standard that can be used as guidelines in selecting and implementing the system in accordance with the conditions and needs of the company's business. To overcome these problems, an approach employed in this study is by designing an EA model so that the resulting design in line with the strategy and business processeses of PT XYZ.
In an effort to develop a model of the EA, the author compares several methodologies including Zachman Framework, EAP, TOGAF, FEAF, and Gartner. The author chose TOGAF ADM methodology in designing the EA for the case of study PT XYZ for a number of reasons. The TOGAF ADM is then adjusted in order to be relevant with the conditions and problems in PT XYZ.
The end result of the EA design is expected to optimize all IS/IT resources owned by PT XYZ, especially in terms of infrastructure and services to support the company's business activities and finally the company can deliver customer satisfaction as stated in the company's vision, mission, and strategy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ulul Asman
"PT Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) memiliki visi untuk menjadi penyedia layanan digital terkemuka di bidang logistik dan maritim. Salah satu misinya adalah menghubungkan komunitas logistik melalui platform dan proses digital yang terpercaya. Oleh karena itu, ILCS mengembangkan myCargo sebagai platform yang terintegrasi dengan semua Sistem Informasi yang dimiliki masing-masing entitas komunitas logistik. Banyaknya entitas yang terkait menyebabkan proses integrasi antar SI menjadi lebih kompleks. Proses pengembangan setiap modul myCargo saat ini hanya memikirkan bagaimana modul tersebut berjalan tanpa memperhatikan proses keberlanjutan bisnis dimasa depan.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang arsitektur enterprise myCargo sehingga proses pengembangan setiap modul di dalamnya berjalan sesuai dengan strategi bisnis dan memiliki standarisasi baik. Arsitektur enterprise dibangun dengan menggunakan kerangka kerja TOGAF. Hasil akhir dari penelitian ini adalah desain arsitektur enterprise yang dapat menggambarkan kesenjangan yang dimiliki oleh ILCS saat ini sebagai evaluasi untuk merencanakan dan menetapkan sasaran kerja selanjutnya.

PT Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) has a vision to become a leading digital service provider in the field of logistics and maritime. One of its missions is to connect the logistics community through trusted digital platforms and processes. Therefore, ILCS developed myCargo as an integrated platform with all Information Systems owned by each logistics community entity. The number of related entities causes the integration process between IS to be more complex. The development process for each of myCargo modules is only thinking about how the module works without paying attention to the business sustainability process in the future.
This study aims to design the enterprise myCargo architecture so that the development process of each module in it runs in accordance with the business strategy and has good standardization. Enterprise architecture is built using the TOGAF framework. The final result of this study is an enterprise architecture design that can describe the gap that the ILCS currently has as an evaluation for planning and setting the next works.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chairina Marsya
"Saat ini, Teknologi Informasi (TI) telah menjadi suatu kebutuhan mendasar dalam berbagai sektor dan keperluan. Di salah satu perusahaan pengelola jalan tol, PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO), layanan TI telah merespons banyak kebutuhan yang ada. Layanan tersebut mencakup aspek-aspek seperti sistem internal maupun sistem pendukung proses bisnis PT JMTO. Keanekaragaman layanan TI mendorong perlunya perancangan Enterprise Architecture TI. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi dan sumber daya SI/TI yang dimiliki perusahaan dan membantu menciptakan keputusan strategis dalam keselarasan TI dengan tujuan bisnis. Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus deskriptif yang menggunakan metode penelitian kualitatif. Perancangan EA pada penelitian ini menggunakan kerangka kerja TOGAF ADM, dengan mengacu pada rencana arah bisnis perusahaan, analisis SWOT dan Value Chain Activities dalam menganalisa kesenjangan kondisi perusahaan kini dengan yang ditergetkan. Data utama berasal dari hasil wawancara, sementara data sekunder bersumber dari tinjauan literatur, dan dokumen perusahaan. Pengolahan data dilakukan melalui analisis tematik. Hasil dari penelitian ini adalah rancangan Enterprise Architecture yang menggambarkan arsitektur yang diinginkan, serta peta perencanaan implementasi yang meliputi arsitektur visi, arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, dan arsitektur teknologi.

Nowadays, Information Technology (IT) has become a fundamental need in various sectors and purposes. In one of the toll road management companies, PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO), IT services have responded to many existing needs. These services include many aspects such as internal systems and systems supporting PT JMTO's business processes. The diversity of IT services drives the need for IT Enterprise Architecture design. It aims to optimize the company's IT functions and resources and help create strategic decisions in aligning IT with business goals. This research is a descriptive case study that uses qualitative research methods. The design of EA in this study uses the TOGAF ADM framework, with reference to the company's business direction plan, SWOT analysis and Value Chain Activities in analyzing the gap between the company's current and expected conditions. The main data comes from the results of interviews, while secondary data comes from literature reviews, and company documents. Data processing is done through thematic analysis. The result of this research is an Enterprise Architecture design that describes the desired architecture, as well as an implementation planning map that includes vision architecture, business architecture, information systems architecture, and technology architecture."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Adi Widiyanto
"Kebutuhan energi listrik di Indonesia meningkat 2,1 pada tahun 2015. Hal ini disertai dengan meningkatnya nilai aset. Saat ini nilai aset PLN mencapai Rp 1.115 Triliun pada awal tahun 2016. Pemangku kepentingan menyatakan untuk meningkatkan kinerja manajemen aset. Implementasi manajemen aset di unit-unit PLN teridentifikasi bermasalah. Permasalahan tersebut diantaranya integritas data, lamanya proses akuisisi dan penghapusan aset, sistem informasi yang silo-silo. Kehadiran teknologi informasi di Unit Distribusi Jakarta yang tidak cukup memberi dukungan pada strategi bisnis perusahaan. Perancangan enterprise architecture EA sistem manajemen aset merupakan salah satu solusi dalam membantu menyelaraskan antara strategi bisnis dengan strategi teknologi informasi pada unit Distribusi Jakarta. Kerangka kerja TOGAF menjadi pilihan dalam membuat perancangan EA sistem manajemen aset. TOGAF memiliki 2 siklus iteratif Architecture Contect dan Architecture Delivery dan 5 tahap Tahapan awal, tahapan arsitektur visi, tahapan arsitektur bisnis, tahapan arsitektur sistem informasi, tahapan arsitektur teknologi untuk menghasilkan sebuah penelitian studi kasus sebuah rancangan EA.
Perancangan dibangun menggunakan instrumen data perusahaan. Data tersebut menghasilkan 3 lapisan yakni bisnis, informasi data-sistem dan teknologi. Keluaran dari 5 tahapan TOGAF berupa dokumentasi EA seperti 6 text Prinsip arsitektur, tujuan arsitektur, visi misi, prinsip data, prinsip aplikasi, prinsip teknologi , 5 matrik matrik pemangku kepentingan, matrik interaksi bisnis, matrik fungsi data, matrik data aplikasi, matrik teknologi aplikasi , 2 katalog Katalog data dan katalog sistem informasi dan 6 diagram Diagram value chain, diagram model bisnis, diagram konsep solusi, diagram dekomposisi organisasi, diagram logika data, diagram use case . Perancangan EA sistem manajemen aset dapat memberikan dukungan dalam keselarasan antara strategi bisnis dan strategi teknologi informasi yang pada akhirnya memberi kontribusi berupa tercapainya target perusahaan seperti kepuasan pelanggan, peningkatan penjualan dan lain sebagainya.

Electricity demand in Indonesia increased 2.1 in 2015. This is accompanied by an increase in asset value. Currently, PLN 39 s asset value reaches 1,115 Trillion IDR at the beginning of 2016. Stakeholders stated to improve asset management performance. Implementation of asset management in PLN units identified problematic. These problems include data integrity, length of the acquisition process and asset removal, silo information system. The presence of information technology in the Jakarta Distribution Unit is not enough to support the company 39 s business strategy. The design of enterprise architecture EA asset management system is one solution in helping to align business strategy with information technology strategy at Jakarta Distribution unit. The TOGAF framework becomes an option in making the EA asset management system design. TOGAF has 2 iterative cycles Architecture Content and Architecture Delivery and 5 stages initial stages, phases of vision architecture, business architecture stages, information system architecture stages, technology architecture stages to produce a case study of an EA design.
The design is built using corporate data instruments. The data generate 3 layers of business, information data systems and technology. The output of the 5 TOGAF stages is EA documentation such as 6 text Architecture Principle, architectural purpose, mission vision, data principle, application principle, technology principle , 5 matrices matrix stakeholders, business interaction matrix, data function matrix, application data matrix, Matrix of application technology , 2 catalogs Catalog data and information system catalog and 6 diagrams Value chain diagram, business model diagram, concept concept diagram, organizational decomposition diagram, data logic diagram, use case diagram . EA 39 s asset management system design can provide support in alignment between business strategy and information technology strategy that ultimately contributes to the achievement of corporate targets such as customer satisfaction, sales increase etc.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Agung Saputra
"Pada saat workshop unit OSS Platform Development (OPD) PT Telekomunikasi Indonesia tahun 2019, ditemukan masalah pada time to market yang lama untuk pengembangan produk baru karena banyaknya sistem yang harus dikonfigurasi dan diintegrasi pada Operation Support System (OSS). Pada kondisi seperti ini, diperlukan Enterprise Architecture (EA) sebagai panduan untuk pengembangan SI/TI ke depannya yang efektif. Hal ini sejalan dengan fokus pada program Divisi IT tahun 2020, yaitu melakukan transformasi arsitektur menjadi Microservice Architecture (MSA). Tahap awal yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi kondisi EA saat ini melalui Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara yang didukung dengan sumber-sumber literatur relevan. FGD kedua kemudian dilakukan sebagai bahan penyusunan EA yang diharapkan. Pengembangan EA dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja TOGAF ADM (The Open Group Architecture Framework Architecture Development Method). Kombinasi ITIL (Information Technology Infrastructure Library) dan eTOM (enhanced Telecom Operation Operation Map) digunakan untuk mengidentifikasi microservices berdasarkan bisnis proses yang dijalankan pada organisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode action research yang dikombinasikan dengan case study research. Pengolahan data menggunakan metode kualitatif dengan Thematic Analysis yang dikodifikasi untuk menentukan EA yang diusulkan. Hasil penelitian ini adalah rancangan EA berbasis MSA terintegrasi dengan Service Oriented Architecture (SOA) pada OSS PT Telekomunikasi Indonesia. Rancangan MSA terutama berada pada domain Resource berdasarkan eTOM yang diidentifikasi dari masalah bisnis perusahaan.

During the 2019 workshop unit of OSS Platform Development (OPD) PT Telekomunikasi Indonesia, a problem was found that the need for a longer time to market in developing new products.  There are many Operation Support Systems (OSS) that had to be configured and integrated. In this condition, Enterprise Architecture (EA) is needed as a guide for the effective future development of IS / IT. It is aligned with the focus on the IT Division program in 2020, which is transforming the architecture to become a Microservice Architecture (MSA). The initial stage would identify the current EA conditions through a Focus Group Discussion (FGD) and interviews that supported by relevant literature sources. The second FGD was conducted to collect materials that used to design the expected EA. EA development was arranged using the The Open Group Architecture Framework Architecture Development Method (TOGAF ADM) framework. The combination of ITIL (Information Technology Infrastructure Library) and eTOM (enhanced Telecom Operation Operation Map) was used to identify microservices based on business processes that running in the organization. This study was using approaches of qualitative and action research methods combined with case study research. Data processing was using qualitative methods with Thematic Analysis to determine the proposed EA. The result of this study is EA based on MSA integrated with Service Oriented Architecture (SOA) on the OSS of PT Telekomunikasi Indonesia. The part design of MSA is mainly in the Resource domain based on eTOM identified from the business problems of the company."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>