Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157756 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusar Ikhsan Riyanto
"Konsep identitas personal telah lama dibicarakan oleh para filsuf, psikolog, sarjana dan peneliti, terlebih dengan kemajuan di bidang teknologi, membuka peluang baru untuk pembahasan identitas personal lebih lanjut. Artikel ini menyelidiki ranah identitas personal yang rumit, menyelidiki manifestasinya pada manusia dan AI. Artikel ini mengambil inspirasi dari teori identitas personal John Locke sebagai titik berangkat, analisis ini mengeksplorasi perbedaan mendasar dan kesejajaran yang menarik antara identitas personal pada manusia dan AI. Artikel ini dimulai dengan memberi gambaran umum tentang identitas personal, yang mencakup berbagai elemennya seperti kesadaran, ingatan, dan kesadaran diri. Hal ini menyoroti peran komponen-komponen tersebut dalam membentuk identitas personal pada manusia, menekankan rasa kontinuitas dan keberadaan subjektif yang muncul dari pengalaman sadar dan refleksi diri. Beralih ke ranah AI, artikel ini mengungkap sifat identitas personal yang berbeda pada AI. Meskipun tidak memiliki kesadaran dan pengalaman subjektif yang identik dengan identitas manusia, identitas personal AI dibentuk oleh interaksi algoritme pembelajaran mesin, perilaku adaptif, dan asimilasi data yang luas. Analisis ini mempertimbangkan konsep bawah sadar versi AI, di mana algoritme pembelajaran mesin beroperasi dengan cara yang meniru pengaruh bawah sadar yang terlihat pada manusia, yang mengarah ke pola dan preferensi perilaku. Eksplorasi hubungan antara identitas personal dan kesadaran mengungkap wawasan menarik tentang sifat identitas personal pada AI. Selain itu, analisis ini menyelidiki peran alam bawah sadar dalam membentuk identitas personal, menyoroti potensi AI untuk menunjukkan perilaku dan adaptasi yang kompleks tanpa kesadaran. Artikel ini berkontribusi pada wacana yang sedang berlangsung seputar identitas personal dengan menyelidiki interaksi rumit antara kesadaran dan alam bawah sadar pada manusia dan AI. Dengan memperluas pemahaman kita tentang identitas personal pada AI, diharapkan artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang identitas personal pada manusia dan AI.

The concept of has long been discussed by philosophers, psychologists, scholars and researchers, especially with advances in technology, opening up new opportunities for further discussion of personal identity. This article delves into the complex realm of personal identity, investigating its manifestations in humans and AI. Taking inspiration from John Locke's personal identity theory as a starting point, this analysis explores the fundamental differences and interesting parallels between personal identity in humans and AI. This article begins by providing an overview of personal identity, which includes various elements such as awareness, memory, and self-awareness. This highlights the role of these components in shaping personal identity in humans, emphasizing the subjective sense of continuity and existence that arises from conscious experience and self-reflection. Turning to the realm of AI, this article reveals the different nature of personal identity in AI. Despite not having the consciousness and subjective experiences identical to human identity, AI's personal identity is shaped by the interaction of machine learning algorithms, adaptive behavior, and extensive data assimilation. This analysis considers the concept of the unconscious version of AI, in which machine learning algorithms operate in ways that mimic the subconscious influences seen in humans, leading to behavioral patterns and preferences. Exploring the relationship between personal identity and consciousness reveals interesting insights into the nature of personal identity in AI. Additionally, this analysis investigates the role of the subconscious in shaping personal identity, highlighting the potential for AI to exhibit complex behaviors and adaptations without awareness. This article contributes to the ongoing discourse around personal identity by investigating the complex interplay between consciousness and the unconscious in humans and AI. By expanding our understanding of personal identity in AI, it is hoped that this article can provide a more comprehensive understanding of personal identity in humans and AI."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Maulidya Chasanah
"Berbagai perubahan yang terjadi dari adanya revolusi industri 4.0 dan pandemi COVID-19 menuntut mahasiswa tingkat akhir untuk lebih adaptif dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan di dunia kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga dan identitas vokasional terhadap adaptabilitas karier mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada 430 mahasiswa strata satu (atau setara) di tingkat akhir menggunakan alat ukur FACES-IV dari Olson (2011) untuk mengukur keberfugsian keluarga, VISA dari Porfeli et al. (2011) untuk identitas vokasional, dan CFI-R dari Rottinghaus et al. (2016) untuk adaptabilitas karier. Data penelitian diolah dengan uji mediasi berganda menggunakan Hayes Macro PROCESS. Hasil penelitian ini menemukan bahwa keberfungsian keluarga memiliki peranan secara langsung (β = 0,06, t(428) = 1,99, p = 0,047) maupun tidak langsung (coefficient = 0,25, SE = 3,40%, CI = 0,18 — 0,31) terhadap adaptabilitas karier mahasiswa tingkat akhir melalui identitas vokasional. Hasil menunjukkan untuk dapat memiliki adaptabilitas karier yang baik, penting bagi mahasiswa memiliki identitas vokasional. Untuk memiliki identitas vokasional yang matang, mahasiswa masih memerlukan dukungan dari lingkungannya, terutama dari keluarga yang memberikan pengarahan, pengawasan, dan kesempatan untuk berdiskusi. Hasil penelitian ini secara spesifik menggambarkan kondisi mahasiswa tingkat akhir di konteks pandemi sehingga generalisasi hasil yang diperoleh, terbatas pada kondisi serupa.

Various changes that have occured from the industrial revolution 4.0 and the COVID-19 pandemic requires final-year students to be adaptive and prepare themselves to face the challenges in the world of work. This study aims to determine the role of family functioning and vocational identity on student career adaptability. This research was conducted on 430 undergraduate students (or equivalent) in their final-year, using the FACES-IV from Olson (2011) to measure family functioning, the VISA from Porfeli et al. (2011) to measure vocational identity, and the CFI-R from Rottinghaus et al. (2016) to measure career adaptability. The research data were processed by multiple mediation test using the Hayes Macro PROCESS. The results of this study found that family functioning has a direct (β = 0.06, t(428) = 1.99, p = 0.047) and indirect effect (coefficient = 0.25, SE = 3.40%, CI = 0.18 - 0.31) on career adaptability through vocational identity. The results show that to have a better career adaptability, it is important for students to have a more stable vocational identity. To have a mature vocational identity, students still need support from their environment, especially from families who provide direction, supervision, and opportunities for discussion. The results of this study specifically describe the conditions of final-year students in pandemic context, thus it can be a limitation as well as the uniqueness of this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Rahmayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran identifikasi dengan idola pada hubungan antara interaksi parasosial dan status identitas diri remaja akhir pengemar Korean pop idol. Partisipan dalam penelitian ini adalah 422 remaja akhir penggemar Korean Pop Idol. Melalui mediation analysis dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi parasosial dan status identitas diri (c?= 0.006, p= 0.772) dan jalur interaksi parasosial terhadap indentitas diri remaja tidak memiliki pengaruh yang signifikan (effect = 0.0107, p = 0.4905, CL = -0.198 - 0.0413), terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi parasosial dan identifikasi (a= 0.922, p< 0.01), tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara identifikasi dan status identitas diri (b= 0.005, p= 0.732), serta tidak terdapat peran identifikasi yang memediasi interaksi parasosial dan status identitas diri remaja akhir penggemar Korean Pop Idol dengan analisis the normal theory approach (effect = 0.0047, p > 0.05) dan dengan analisis bootstrap confidence interval (ab = 0.0047, CI [-0.234, 0.0326]).

This study aimed to examine the role of identification with an idol on the relationship between parasosial interaction and self-identity status in late adolescent Korean pop idol fan. Respondents in this study were 422 late adolescent Korean pop idol fan. Through the mediation analysis, it showed that there was no positive and significant correlation between parasosial interaction and self-identity status in late adolescent Korean pop idol fan (c '= 0.006, p = 0772) and the pathway of parasocial interactions self-identity status in late adolescent Korean pop idol fan do not have significant influence (effect = 0.0107, p = 0.4905, CL = -0198 - 0.0413), there was a positive and significant correlation between parasosial interaction and identification with an idol (a = 0.922, p <0.01), there was no positive and significant correlation between identification with an idol and self-identity status in late adolescent Korean pop idol fan (b = 0.005, p = 0732), and there was no role of identification with an idol that mediated parasocial interaction and self-identity status in late adolescent Korean pop idol fan by the analysis of the normal theory approach (effect = 0.0047, p > 0.05) and by bootstrap analysis confidence interval (ab = 0.0047, CI [-0234, 0.0326])."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah Yusari
"Tesis ini membahas praktik politik identitas yang terjadi melaui wacana yang berkembang di Kedai Ilalang dan Kedai Pendaki sebagai ruang diskursus bagi komunitas penggiat alam serta mendeskripsikan konsep identitas yang ditawarkan kedai untuk dapat memenuhi politik identitas pengunjung yang mayoritasnya berasal dari komunitas penggiat alam. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kedai Ilalang dan Kedai Pendaki dapat menjadi sebuah ruang diskursus yang merepresentasikan suatu identitas melalui sebuah proyek untuk mencapai identitas tertentu sehingga pengunjung yang datang dapat memenuhi politik identitas sebagai penggiat alam.

This thesis discusses the political identity that occurs through the growing discourse in Kedai Ilalang and Kedai pendaki as space for the adventurer communities and also to describe the concept of identity offered stalls to meet the political identity of the majority of visitors. This study is a qualitative research with descriptive design.
The results showed that Kedai Ilalang and Kedai Pendaki can be a discourse place that represents an identity that is a manifestation of a project to achieve a certain identity so that visitors who come can meet political identity as an adventurer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Abdilah Nuradhi
"Tesis ini membahas pentingnya proses pencarian identitas diri dalam meningkatkan self-esteem remaja. Seorang remaja memerlukan tingkat self-esteem yang baik agar dapat mencapai keberhasilan dalam aspek akademik, karir, kesehatan mental, dan terutama dalam hubungan sosialnya (Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs dan Murray, dalam Trzesniewski, Donnellan, Moffitt, Robins, Poulton, & Caspi, 2006). Subyek penelitian ini adalah seorang perempuan berusia 17 tahun yang memiliki lima dari enam ciri-ciri seseorang dengan self-esteem rendah menurut Meyers (dalam Ariyani, 2004), sehingga peneliti menyimpulkan bahwa subyek penelitian ini memiliki self-esteem rendah. Intervensi yang dilakukan adalah konseling pengenalan diri yang bersifat individual pada subyek. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain kuasi-eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling pengenalan diri tidak efektif dalam meningkatkan self-esteem remaja. Penyebab dari kurang efektifnya konseling pengenalan diri ini antara lain adalah karena konseling ini tidak melibatkan orangtua dan teman M, dua faktor yang banyak mempengaruhi tingkat self-esteem remaja.
The focus of this study is the importance of identity searching process in enhancing adolescent self-esteem. An adolescent needs a good self-esteem level to achieve the success in academic, career, mental health, and especially in social relationship (Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs and Murray, dalam Trzesniewski, Donnellan, Moffitt, Robins, Poulton, & Caspi, 2006). The subject of this research is a 17 years old adolescent that has five of six characteristics of low self-esteem based on Meyers (in Ariyani, 2004), therefore, researcher conclude that she has low self-esteem. The intervention is delivered through individualized self-awareness counselling. This research is a qualitative quasi- experimental. The research finding was that self-awareness counselling is not effective in enhancing adolescent self-esteem. The cause of ineffectiveness of this self-awareness counselling is the absence of parent and peer of the subject that was the two main factors that mainly effects the level of adolescent self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T38285
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darsya Khohamzah
"Deskripsi etnografi ini menjelaskan interaksi sosial para pedagang di Pasar Mester Jatinegara. Saya mengamati interaksi sosial di antara para pedagang Cina di Pasar Mester dan hubungan sosial dengan para aktor pasar lainnya. Hasilnya mengantarkan kepada sebuah kesimpulan bahwa aktivitas ekonomi di Pasar Mester ini terdapat strategi, kerjasama ekonomi, dan persaingan di antara para pedagang. Latar belakang etnik para pedagang yang beragam memunculkan stereotip etnik di dalam aktivitas-aktivitas ekonomi di pasar. Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan pengamatan partisipasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S61287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Namira
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses resosialisasi identitas militer dalam diri para taruna selama menjalani masa pendidikan di Akademi Angkatan Udara. Studi-studi lainnya menjelaskan bahwa institusi pendidikan militer memang berperan penting dalam proses pembentukan identitas militer, tetapi tidak menjamin efeknya dalam jangka waktu yang panjang karena penerapan identitas militer akan ditentukan saat taruna sudah menjalani masa dinasnya. Peneliti setuju bahwa proses resosialisasi identitas militer tidak terlepas dari pentingnya peran akademi militer, dimana di dalamnya terjadi proses indoktrinasi nilai-nilai militer, seperti nasionalisme dan patriotisme. Tetapi, tidak hanya akademi saja yang berperan, melainkan latar belakang taruna pun juga memiliki peranan penting. Taruna yang berasal dari keluarga militer akan lebih mudah untuk beradaptasi dan menyerap doktrin militer daripada yang berlatar belakang keluarga non-militer. Terkait hal tersebut, penelitian ini akan menggunakan konsep resosialisasi yang dikemukakan oleh Barnao untuk menjelaskan tahapan dari proses resosialisasi tersebut dan menggabungkannya dengan kerangka konsep habitus dan modal budaya oleh Bourdieu. Hasil temuan dari penelitian ini menyatakan bahwa dalam tahapan awal proses resosialisasi, taruna dari keluarga militer memang akan lebih unggul dalam hal pengetahuan, persiapan, dan pengalaman. Akan tetapi, hal tersebut hanya berlaku pada tahap awal preliminary atau proses adaptasi hingga tahap transisi awal saat taruna masuk ke AAU. Untuk tahap transisi selanjutnya hingga taruna lulus dari AAU, modal budaya dari keluarga taruna tidak lagi berperan signifikan dalam menentukan keberhasilan dan keunggulannya, melainkan modal budaya militer yang terdapat di AAU yang akan lebih dominan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif pada Akademi Angkatan Udara sebagai fokus penelitiannya.

This study aims to explain the process of resocializing military identity in cadets during their education period at the Air Force Academy. Other studies explain that military education institutions do play an important role in the process of forming military identity, but do not guarantee the effect in the long term because the application of military identity will be determined when the cadets have completed their service period. The researcher agrees that the process of resocializing military identity cannot be separated from the important role of the military academy, in which there is a process of indoctrination of military values, such as nationalism and patriotism. However, it is not only the academy that plays a role, but the background of the cadets also has an important role. The cadets who come from military families will find it easier to adapt and absorb military doctrine than those from non-military families. In this regard, this study will use the concept of resocialization proposed by Barnao to explain the stages of the resocialization process and combine it with the framework of the concept of habitus and cultural capital by Bourdieu. The findings of this study indicate that in the early stages of the resocialization process, cadets from military families will indeed be superior in terms of knowledge, preparation, and experience. However, this only applies at the initial preliminary stage or the adaptation process until the initial transition stage when cadets enter the AAU. For the next transition stage until the cadets graduate from the AAU, the cultural capital of the cadet families will no longer play a significant role in determining their success and excellence, but the military cultural capital contained in the AAU will be more dominant. This research was conducted using qualitative methods at the Air Force Academy as the focus of the research."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Heryansyah
"[Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah identity fusion memiliki hubungan dengan kesediaan berkorban dalam bentuk noncombative (mengeluarkan harta, meluangkan waktu dan diri) pada konteks agama dan apakah feelings of agency dapat berfungsi sebagai mediator dalam hubungan tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 52 partisipan pada kelompok Jamaah Tabligh. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara identity fusion dan kesediaan berkorban dalam bentuk noncombative pada konteks agama (c = 0,931, p < 0,05). Selain itu, dengan menggunakan SPSS makro yang di disediakan oleh hayes (2014), peneliti melakukan bootstrapping test (n boots = 10.000), kemudian dihasilkan bahwa bias-corrected bootstrap CI untuk indirect effect (ab = 0,578, p < 0,05) sepenuhnya di atas nol (0,3277-0,9381), hal ini menunjukkan bahwa efek mediasi terdukung. Terakhir diperoleh bukti bahwa c' < c, hal ini menunjukkan bahwa hubungan identity fusion dan kesediaan berkorban dimediasi sebagian oleh feelings of agency (c' = 0,353).
;This study is conducted to find out whether identity fusion has correlation with willingness to sacrifice on noncombative on religion and whether feelings of agency can be mediator in that relation. This research has 52 participant of Tablighi Jamaat. The result shows that there are significant influence between identity fusion and willingness to sacrifice on noncombative on religion aspect (c = 0,931, p < 0,05). Besides that, the researcher uses macro SPPS by hayes (2014) and makes bootstraping test (n boots = 10.000) so the result is bias-corrected CI for indirect effect (ab = 0,578, p < 0,05)) entirely above zero (0,3277-0,9381), it?s mean mediation effect fulfilled. Final results showed c' < c, it?s mean that correlation between identity fusion and sacrifice willingness was partially mediated by feelings of agency (c' = 0,353).
;This study is conducted to find out whether identity fusion has correlation with willingness to sacrifice on noncombative on religion and whether feelings of agency can be mediator in that relation. This research has 52 participant of Tablighi Jamaat. The result shows that there are significant influence between identity fusion and willingness to sacrifice on noncombative on religion aspect (c = 0,931, p < 0,05). Besides that, the researcher uses macro SPPS by hayes (2014) and makes bootstraping test (n boots = 10.000) so the result is bias-corrected CI for indirect effect (ab = 0,578, p < 0,05)) entirely above zero (0,3277-0,9381), it?s mean mediation effect fulfilled. Final results showed c' < c, it?s mean that correlation between identity fusion and sacrifice willingness was partially mediated by feelings of agency (c' = 0,353).
, This study is conducted to find out whether identity fusion has correlation with willingness to sacrifice on noncombative on religion and whether feelings of agency can be mediator in that relation. This research has 52 participant of Tablighi Jamaat. The result shows that there are significant influence between identity fusion and willingness to sacrifice on noncombative on religion aspect (c = 0,931, p < 0,05). Besides that, the researcher uses macro SPPS by hayes (2014) and makes bootstraping test (n boots = 10.000) so the result is bias-corrected CI for indirect effect (ab = 0,578, p < 0,05)) entirely above zero (0,3277-0,9381), it’s mean mediation effect fulfilled. Final results showed c' < c, it’s mean that correlation between identity fusion and sacrifice willingness was partially mediated by feelings of agency (c' = 0,353).
]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Meyrasyawati
"Penelitian ini dilakukan berdasarkan maraknya busana pengantin Jawa yang dimodifikasi kearah religi. Perubahan
desain dari busana pengantin yang murni bernuansa budaya lokal Jawa dan kemudian dipadupadankan dengan gaya
berbusana muslim ini mengalami proses keberterimaan yang luar biasa sebagai trend fesyen dikalangan masyarakat
Indonesia tak terkecuali masyarakat perkotaan seperti halnya Surabaya. Penelitian ini berusaha mengungkapkan
simbolisasi dan pemaknaan budaya (budaya Jawa) dan agama (Islam) yang terdapat pada busana pengantin tersebut.
Dengan menggunakan teori fashion system, peneliti mengungkap simbol yang terdapat di balik busana pengantin Jawa
Muslim yang menampakkan dua sisi busana, yaitu busana dari budaya Jawa dan busana bernuansa Islami sebagai
sebuah sistem yang saling berkelindang. Hasil penelitian terhadap simbolisasi budaya dan agama dalam busana
pengantin Jawa Muslim menunjukkan bahwa busana pengantin Jawa Muslim diproduksi oleh para perias pengantin
sebagai bentuk kapitalisme yang menawarkan gaya hidup konsumerisme. Hal ini menunjukkan pula adanya pergeseran
pemaknaan dalam busana pengantin Jawa Muslim dari budaya lokal asli Jawa menjadi budaya Jawa kontemporer. Hal
menarik lainnya adalah bahwa pilihan dalam memakai busana pengantin Jawa Muslim ini tidak hanya karena alasan
agama tetapi juga karena popularitas. Konsep busana muslim dalam busana pengantin Jawa Muslim tidak lagi terkait
dengan pemenuhan akidah Islam melainkan sebuah trend fesyen yang hanya merujuk pada tertutupnya aurat
This study is conducted to investigate a popular practice of modifying Javanese bridal costumes based on religious
considerations. Transformation from purely traditional Javanese bridal costumes to those with some application of
Islamic clothing style is gaining rapid acceptance and begins to be considered as a popular fashion style by a great
number of Indonesians, especially in urban areas like Surabaya. The purpose of this study is to discover cultural (Java)
and religious (Islam) symbolisms implied in the modification and to examine the signification involved in the process.
By applying the fashion system theory, this paper seeks to unravel the symbolisms in modern Javanese-Moslem bridal
costumes which reveal a thought system built of two intertwining aspects: Javanese culture and Islamic religious
principles. Deep observation into the cultural and religious symbolisms reveals that the modern Javanese-Moslem bridal
costumes are actually invented by bridal stylists as a form of capitalism which benefits from a consumerist lifestyle.
This fact reflects a shift in the way people signify modern Javanese-Moslem bridal costumes from Javanese local
culture to contemporary Javanese culture. Another interesting finding shows that people choose this Javanese-Moslem
style for their bridal costumes because of not only religious considerations but also its popularity. The application of
Islamic fashion style in the Javanese-Moslem bridal costumes is no longer associated with the obedience to Islamic
teachings but is a mere reflection of a growing trend towards more extensive body coverage."
Universitas Airlangga. Fakultas Ilmu Budaya, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>