Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143887 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lisa Qothrunnada
"Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang terkait kemampuannya untuk melakukan sebuah tindakan. Untuk mengatasi rendahnya tingkat efikasi diri ostomates diperlukan pengetahuan terkait faktor yang berhubungan dengan efikasi diri. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan efikasi diri pada ostomates. Penelitian bersifat korelasional dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner sosiodemografik dan Stoma Self-Efficacy Scale. Data dianalisis menggunakan uji Krusikal wallis dan Chi Square. Hasil penelitian yaitu rata-rata usia responden 45.53 Tahun. Mayoritas responden laki-laki (67,6%), menikah (94,1%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (50,0%), bekerja (67,6%), menderita kanker selama 1-4 tahun (67,6%), dan memiliki tingkat efikasi diri sedang (76,5%). Berdasarkan analisis bivariat variabel, diperoleh hasil faktor yang berhubungan dengan efikasi diri adalah lama menderita kanker, sedangkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, Pendidikan tidak berhubungan dengan efikasi diri. Perawat berperan penting sebagai fasilitator dan educator agar efikasi diri dapat tercapai lebih optimal.

Self-efficacy is a person's belief regarding his ability to perform an action. To overcome the low self-efficacy level of ostomates, knowledge regarding factors related to self-efficacy is needed. The aim of this research is to analyze the factors related to self-efficacy in ostomates. This research is correlational with cross-sectional design. Sampling was done by total sampling technique. Data collection was carried out using a sociodemographic questionnaire and Stoma Self-Efficacy Scale. Data were analyzed using Crusical Wallis and Chi Square tests. The results of the study are the average age of the respondents 45.53 years. The majority of respondents were male (67.6%), married (94.1%), graduated from university (50.0%), worked (67.6%), had cancer for 1-4 years (67.6 %), and has a moderate level of self-efficacy (76.5%). Based on the bivariate analysis of variables, the results of factors related to self-efficacy are length of time with cancer, while age, gender, marital status, education are not related to self-efficacy. Nurses play an important role as facilitators and educators so that self-efficacy can be achieved more optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviani Destya Shanty
"Peran orang tua sangat penting dalam merawat anak kanker. Kepercayaan diri dan kemampuan orang tua dalam merawat anak kanker dilihat dari efikasi diri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efikasi diri pada orang tua dengan anak kanker. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan sampel 66 orang tua dari anak kanker usia 0-14 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47 (71%) orang tua memiliki tingkat efikasi diri yang sedang. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan (p=0,003), status ekonomi (p=0,003), pengalaman diri (p=0,002), pengamatan model (p=0,002), persuasi verbal (p=0,008), dan dukungan keluarga (p=0,003) dengan efikasi diri orang tua. Perawat disarankan dapat memahami efikasi diri pada orang tua dan hubungannya dengan pengobatan dan perawatan anak dengan kanker.

The role of parents is very important in treating children with cancer. Confidence and ability of parents in caring for children is seen from self-efficacy. This study was conducted to determine the factors associated with self-efficacy in parents with children with cancer. The design of this study was cross sectional with a sample size of 66 parents of cancer children aged 0-14 years. The results showed that 47 (71%) parents had a moderate level of self-efficacy. There was a significant relationship between education level (p=0.003), economic status (p=0.003), self-experience (p=0.002), model observation (p=0.002), verbal persuasion (p=0.008), and family support (p=0.008). =0.003) with parental self-efficacy. Nurses can understand self-efficacy in parents and their relationship with treatment and child care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prishilla Sulupadang
"ABSTRAK
Menyusui masih menjadi kendala pada beberapa ibu yang memiliki neonatus sakit yang sedang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit. Efikasi diri menyusui berhubungan dengan durasi menyusui yang berdampak pada keberhasilan ibu dalam menyusui minimal secara eksklusif. Tujuan penelitian ini yaitu teridentifikasinya faktor yang berhubungan dengan efikasi diri menyusui pada ibu dari neonatus sakit yang dirawat di ruang perawatan neonatus. Penelitian ini menggunakan desain Cross sectional, pada 88 ibu yang direkrut dengan metode consecutive sampling, alat ukur kuesioner BSE-SF cronbach rsquo;s alpha 0,872 dan EPDS cronbach rsquo;s alpha 0,87 versi bahasa Indonesia serta kuesioner yang peneliti kembangkan yaitu dukungan suami cronbach rsquo;s alpha 0,815 , dukungan keluarga cronbach rsquo;s alpha 0,698 , dan dukungan teman cronbach rsquo;s alpha 0,849 . Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa stres merupakan faktor yang berhubungan dengan efikasi diri menyusui pada ibu dengan neonatus sakit p=

ABSTRACT
Breastfeeding remains a constraints on some mothers who have sick neonates who are on treatment at the hospitals. The breastfeeding self efficacy relates to the breastfeeding duration which influences the success of mothers in breastfeeding at least exclusively. The objective of this study is to identify factors that relate with the breastfeeding self efficacy of mothers with sick neonates who are on treatment in the neonatal care room. This study uses Cross sectional design taken from 88 mothers recruited using consecutive sampling method, BSE SF cronbach rsquo s alpha 0.815 and EPDS cronbach rsquo s alpha 0.698 questionnaire measurement tools in the Indonesian language version and questionnaire developed by researcher i.e. husband support cronbach rsquo s alpha 0.815 , family support cronbach rsquo s alpha 0.698 , as well as friend support cronbach rsquo s alpha 0.849 . The analysis result of Chi square shows that stress is a factor that can affect the breastfeeding self efficacy of mothers with ill neonates p 0.01 . Nurses or healthcare officers should watch over the psychological condition of mothers who have sick neonates who are on treatment. "
2017
T48113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Natallina
"Saat ini kanker kolorektal menjadi lebih umum terjadi pada orang usia muda (yang didefinisikan sebagai diagnosis pada pasien berusia kurang dari 50 tahun). Beberapa faktor telah diyakini menjadi pemicu terjadinya kanker kolorektal pada usia tua namun faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian kanker kolorektal pada usia dini atau usia muda (Young-Onset) masih terus menjadi perdebatan dan masih terus dilakukan penelitian oleh beberapa ahli. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian Kanker Kolorektal pada usia muda (Young-Onset). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional retrospektif dan strategi yang digunakan adalah metode survey yang melibatkan 144 responden. Analisis data menggunakan Mann Whitney, Chi Square, Fisher dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin (p=0,001) dan pekerjaan (p=0,017) dengan kejadian kanker kolorektal usia muda, dimana pekerjaan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian kanker kolorektal usia muda (95%CI:0,039;0,796). Namun tidak terdapat hubungan antara penghasilan (p=0,181), jam tidur malam (p=0,978), penyakit penyerta medis (p=0,320), daging olahan (p=0,539), Indeks Massa Tubuh (IMT) (p=0,521), merokok (p=0,696), alkohol (p=0,275), sedentary behavior (p=1,000), gorengan (p=0,220), makanan siap saji (p=0,124), dan riwayat kanker dalam keluarga (p=0,140) dengan kejadian kanker kolorektal usia muda. Diharapkan perawat dapat melakukan tindakan promotif dan preventif untuk mencegah peningkatan kejadian kanker kolorektal pada usia muda berdasarkan faktor yang paling dominan berhubungan yaitu pekerjaan, yaitu dengan memberikan edukasi pencegahan dini melalui pemeriksaan darah tinja maupun kolonoskopi pada masyarakat yang aktif bekerja karena kemungkinan skrining tersebut diabaikan akibat kesibukan di tempat kerja.

Currently, colorectal cancer is becoming more common in young people (defined as a diagnosis in patients aged less than 50 years). Several factors are believed to trigger the occurrence of colorectal cancer in old age, but what factors are associated with the incidence of colorectal cancer at an early or young age (Young-Onset) is still being debated and research is still being carried out by several experts. This study aims to analyze factors associated with an increase in the incidence of Colorectal Cancer at a young age (Young-Onset). This research is a quantitative study with a retrospective cross-sectional design and the strategy used is a survey method involving 144 respondents. Data analysis used Mann Whitney, Chi Square, Fisher and logistics regression. The results of the study showed that there was a relationship between gender (p=0.001) and occupation (p=0.017) with the incidence of colorectal cancer at a young age, where occupation was the most dominant factor associated with the incidence of colorectal cancer at a young age (95% CI: 0.039; 0.796) . However, there was no relationship between income (p=0.181), hours of sleep at night (p=0.978), medical comorbidities (p=0.320), processed meat (p=0.539), Body Mass Index (BMI) (p=0.521), smoking (p=0.696), alcohol (p=0.275), sedentary behavior (p=1.000), fried foods (p=0.220), fast food (p=0.124), and family history of cancer (p=0.140) with the incidence young colorectal cancer. It is hoped that nurses can take promotive and preventive actions to prevent an increase in the incidence of colorectal cancer at a young age based on the most dominant factor related to work, namely by providing early prevention education through fecal blood tests or colonoscopies in people who are actively working because the possibility of screening is neglected due to busy schedules. at workplace."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Venbora Br.
"Orang tua yang merawat anak dengan kanker mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, stres, dan tantangan spiritual karena menurunnya kemandirian dan meningkatnya ketergantungan pada keluarga selama terapi. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara spiritualitas dan efekasi diri pada orang tua yang merawat anak dengan kanker. Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 153 orang tua yang merawat anak dengan kanker. Spiritualitas diukur dengan menggunakan Spiritual Well Being Scale (SWBS), dan efikasi diri diukur dengan menggunakan Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI). Temuan: Mayoritas (54,2%) responden memiliki spiritualitas rendah. Demikian pula, 51% responden melaporkan efikasi diri yang rendah. Terdapat hubungan yang signifikan antara spiritualitas dan efikasi diri orang tua yang merawat anak dengan kanker (p-value = 0,001 pada CI 95% OR 5,115 (2,565;10,201). Ini berarti bahwa orang tua dengan spiritualitas rendah memiliki kemungkinan 5,11 kali lebih besar untuk memiliki efikasi diri yang rendah dibandingkan dengan orang tua yang memiliki spiritualitas tinggi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa spiritualitas memainkan peran penting bagi orang tua dalam menghadapi tantangan dalam merawat anak.

Parents caring for children with cancer experience psycological disturbance such as anxiety, depression, stress, and spiritual challenges due to decreased independence and increased reliance on family during therapy. Study Objective: The study aims to explore the relationship between spirituality and self-efficacy among parents of children with cancer. Methodology: The study utilized a cross-sectional approach involving 153 patients. Spirituality was measured using the Spiritual Well Being Scale (SWBS), and self-efficacy was measured using the Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI). Findings: A majority (54.2%) of respondents had low spirituality. Similary, 51% of respondents reported low self-efficacy. There was a significant relationship between spirituality and self-efficacy among these parents (p-value = 0.001 at 95% CI OR 5.11 (2.565;10.201)). This means that parents with low spirituality were 5.11 times more likely to have low self-efficacy compared to those with high spirituality. Conclusion: The study concludes that spirituality plays a crucial role for parents in coping with the challenges of caring for children with cancer. It suggests that healthcare professionals should support and enhance parental spiritualty to help them maintain their spiritual activities and cope better."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allenidekania
"ABSTRAK
Fatigue atau kelelahan pada anak dengan kanker masih menjadi permasalahan utama dalam penanganan efek terapi dan efek samping terapi modalitas kanker. Peran keluarga khususnya ibu sangat penting dalam mengelola fatigue kanker secara efektif. Tujuan penelitian adalah memperoleh model yang efektif manajemen fatigue berfokus pada efikasi diri ibu yang memiliki anak dengan kanker. Penelitian menggunakan desain riset operasional dengan tiga tahap penelitian. Tahap 1 mengidentifikasi masalah dan aktifitas ibu merawat anak dengan kanker yang mengalami fatigue melalui penelitian kualitatif dengan desain deskriptif eksploratif menggunakan wawancara semi terstruktur. Tahap 2 dihasilkannya model manajemen kelelahan (fatigue) yang merupakan hasil integrasi dari studi tahap 1, studi literatur dan konsultasi pakar. Tahap 3 validasi model menggunakan desain kuasi eksperimen pre-post test dengan kontrol.
Tehnik sampling cara konsekutif digunakan untuk merekrut sampel 40 ibu di kelompok perlakuan dan 38 ibu di kelompok kontrol, dilakukan di tiga rumah sakit pemerintah di Jakarta dan Bandung. Hasil riset tahap 1, diperoleh 6 tema. Tahap 2 dihasilkan rancangan model manajemen fatigue dengan pendukung 7 buku saku manajemen kelelahan, buku saku tanya jawab, dan buku rancangan pelatihan untuk ibu.
Hasil penelitian tahap 3 didapatkan perbedaan bermakna antara stres dan efikasi diri pada ibu, fatigue multidimensi, status fungsional, kualitas hidup kanker dan kualitas hidup generik pada anak dengan kanker pada empat kali pengukuran. Kesimpulan, model manajemen fatigue berfokus efikasi diri ibu yang memiliki anak kanker efektif dalam menurunkan stres, meningkatkan efikasi diri ibu serta menurunkan fatigue multi dimensi, meningkatkan status fungsional, kualitas hidup kanker dan kualitas hidup generik pada anak dengan kanker.
Rekomendasi: replikasi model manajemen fatigue di seluruh wilayah Indonesia dengan mengintegrasikan model manajemen fatigue di ruang perawatan anak dengan kanker, penelitian lanjut mengenai pengujian model manajemen fatigue dengan desain RCT, membandingkan efikasi diri ayah dan ibu dari anak dengan kanker dan efektifitas manajemen fatigue terhadap efikasi dan kualitas hidup remaja dengan kanker."
2014
D1973
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Sabila
"Penyakit jantung merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia dan efikasi diri merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kemampuan pasien untuk manajemen diri dan pengelolaan penyakitnya. Coronary Artery Bypass Graft merupakan tatalaksana yang dilakukan pada pasien dengan Penyakit Jantung Koroner yang dapat berdampak secara fisiologi dan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan efikasi diri pada pasien pasca-bedah jantung CABG. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional, dengan jumlah sampel sebanyak104 responden. Efikasi diri pada penelitian ini menggunakan kuesioner Cardiac Self-Efficacy yang dikembangkan oleh Sullivan. Dari analisis uji Chi-square didapatkan bahwa faktor yang berhubungan dengan efikasi diri adalah usia (p-value 0,008), pekerjaan (p-value 0,046), tingkat Pendidikan (p-value 0,005), status perkawinan (0.006) dan fase rehabilitasi (p-value 0,000) dengan efikasi diri. Penelitian ini merekomendasikan untuk memperhatikan karakteristik demografi dalam meningkatkan efikasi diri agar manajemen diri dan pengelolaan penyakit menjadi lebih baik.

Heart disease is the highest cause of death in the world and self-efficacy is one of the factors that contribute to a patient's ability to self-manage and manage their disease. Coronary Artery Bypass Graft is a treatment performed on patients with coronary heart disease which can have physiological and psychological impacts. This study aims to identify factors related to self-efficacy in post-cardiac CABG surgery patients. Design This study uses a cross-sectional, with a total sample of 104 respondents. Self-efficacy in this study used the Cardiac Self-Efficacy developed by Sullivan. From the Chi-square test analysis, it was found that factors related to self-efficacy were age (p-value 0,008), occupation (p-value 0,046), education level (p-value 0,005), marital status (p-value 0,006) and rehabilitation phase (0.000) with self-efficacy. This study recommends paying attention to demographic characteristics in increasing self-efficacy so that self-management and disease management are better."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Rahma Shintyar
"Stres kerja adalah kondisi yang menyebabkan karyawan merasa tertekan, bosan, dan tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Sekitar 50-60% dari hari kerja yang hilang disebabkan oleh stres kerja dan jumlah ini cenderung meningkat di Eropa. Semenjak merebaknya COVID-19, seluruh negara di dunia mulai memberlakukan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Oleh karena situasi yang mendesak, WFH dapat berpotensi menjadi stressor bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres kerja dan hubungan antara karakteristik pekerja serta penerapan WFH pada pekerja PT LTI yang bekerja dari rumah selama masa pandemic COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner stres kerja NIOSH Generic Job Stres Questionnaire dan kuesioner pelaksanaan WFH dari ILO yang didistribusikan secara daring kepada 62 responden. Sebanyak 66,1% responden mengalami stres kerja ringan. Variabel karakteristik pekerja yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja pada penelitian ini adalah jumlah anak, usia anak dan lokasi kerja. Pada variabel penerapan WFH variabel yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja adalah kesejahteraan dan produktivitas pekerja yaitu pada elemen pertanyaan: digitalisasi dan implikasi hukum serta kontrak kerja. Hambatan dalam bekerja memiliki hubungan yang signifikan sedangkan variabel kepercayaan dan budaya organisasi tidak memilki hubungan yang signifikan dengan stres kerja.

Job stress is a condition that causes employees to feel pressured, bored, and uncomfortable when doing work. About 50-60% of all lost workdays are caused by work stress and this number is increased in Europe. Since the outbreak of COVID-19, all countries in the world have started implementing WFH (work from home). Due to the urgency of the situation, WFH can potentially be a stressor for workers. This study aims to analyze the level of work stress and the relationship between worker characteristics and the application of WFH to PT LTI Work From Home Worker’s during pandemic COVID-19. This study used a cross sectional approach using the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire and the ILO's WFH implementation questionnaire distributed using G-form to 62 respondents. As many as 66,1% of respondents experienced mild work stress. Variables of worker characteristics that were shown to have a significant relationships with work stress in this study were the number of children, children's age and work location. Meanwhile, in the variable of WFH implementation that were shown to have a significant relationship with work stress are the well-being and productivity of workers, on the question elements: digitalization, legal and contractual implications. The work obstacles have a significant relationship, while trust and organizational culture don’t have a significant relationship with work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Rahma Shintyar
"Stres kerja adalah kondisi yang menyebabkan karyawan merasa tertekan, bosan, dan tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Sekitar 50-60% dari hari kerja yang hilang disebabkan oleh stres kerja dan jumlah ini cenderung meningkat di Eropa. Semenjak merebaknya COVID-19, seluruh negara di dunia mulai memberlakukan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Oleh karena situasi yang mendesak, WFH dapat berpotensi menjadi stressor bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres kerja dan hubungan antara karakteristik pekerja serta penerapan WFH pada pekerja PT LTI yang bekerja dari rumah selama masa pandemic COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner stres kerja NIOSH Generic Job Stres Questionnaire dan kuesioner pelaksanaan WFH dari ILO yang didistribusikan secara daring kepada 62 responden. Sebanyak 66,1% responden mengalami stres kerja ringan. Variabel karakteristik pekerja yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja pada penelitian ini adalah jumlah anak, usia anak dan lokasi kerja. Pada variabel penerapan WFH variabel yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja adalah kesejahteraan dan produktivitas pekerja yaitu pada elemen pertanyaan: digitalisasi dan implikasi hukum serta kontrak kerja. Hambatan dalam bekerja memiliki hubungan yang signifikan sedangkan variabel kepercayaan dan budaya organisasi tidak memilki hubungan yang signifikan dengan stres kerja.

Job stress is a condition that causes employees to feel pressured, bored, and uncomfortable when doing work. About 50-60% of all lost workdays are caused by work stress and this number is increased in Europe. Since the outbreak of COVID-19, all countries in the world have started implementing WFH (work from home). Due to the urgency of the situation, WFH can potentially be a stressor for workers. This study aims to analyze the level of work stress and the relationship between worker characteristics and the application of WFH to PT LTI Work From Home Worker’s during pandemic COVID-19. This study used a cross sectional approach using the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire and the ILO's WFH implementation questionnaire distributed using G-form to 62 respondents. As many as 66,1% of respondents experienced mild work stress. Variables of worker characteristics that were shown to have a significant relationships with work stress in this study were the number of children, children's age and work location. Meanwhile, in the variable of WFH implementation that were shown to have a significant relationship with work stress are the well-being and productivity of workers, on the question elements: digitalization, legal and contractual implications. The work obstacles have a significant relationship, while trust and organizational culture don’t have a significant relationship with work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Husnul Fata
"Efek samping dari pemberian kemoterapi maupun beban penyakit kanker sering kali meyebabkan gangguan pada semua system dalam tubuh manusia serta masalah psikologis yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya fatigue pada pasien kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor prediktor yang dapat menyebabkan fatigue. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi dengan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 95. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan teknik concecituve samping. Penelitian ini menunjukkan bahwa 72,6% responden adalah perempuan dengan rerata usia 45,54 tahun, rerata kadar Hb 10,881 gr/dl, 38,9% kasus Ca Mammae, 69,5% termasuk stadium lanjut, 30,5% mendapat kemoterapi FAC, 29,5% menjalani kemoterapi lebih dari siklus 4, 55,8% fatigue ringan, 55,8% kategori nyeri sedang-berat, 82,1% kualitas tidur buruk, dan 38,9% termasuk katagori aktif minimal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p value 0,05) antara kadar Hb, mual muntah, nyeri, tingkat aktivitas, depresi, dan kualitas tidur dengan fatigue. Analisis berikutnya didapatkan hasil bahwa variabel nyeri merupakan variabel yang berisiko paling besar untuk terjadinya fatigue. Rekomendasi dari penelitian ini adalah pentingnya mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan fatigue pada pasien kanker yang menjalan kemoterapi untuk mengurangi risiko kejadian atau semakin parahnya fatigue.

Side effect of chemotherapy and burden of cancer often cause interference with all the human body systems as well as psycological problems wich eventually can lead to fatigue in cancer patients. The purpose of the study was to identify predictor faktors that can be cause of fatigue. The method of the research applied correlation analysis with cross sectional. There were 95 respondents. Sample was taken by consecutive sampling technique. The research showed that 72,6% female respondents with 45,54 years of age in average, Hb rate 10,881 gr/dl in average, 38,9% Mammae cancer, 69,5% advanced stage, 30,5 % FAC chemotherapy, 29,5% more than 4 cycles of chemotherapy, 55,8% light fatigue, 55,8% moderate-severe pain, 82,1% bad sleep quality, 38,9% moderate nausea and fomiting, 36,8% bordeline anxiety, 62,1% no depression, and 44,2% minimal active.
The analysis showed that there was a significant relation between Hb, depression, physical activity, sleep quality, pain, nausea and vomiting with fatigue lavel of (p< 0,05). Further analysis showed that pain was the greatest risk for the occurence of fatigue. The reseacher recommends that should be to indentifying another factors that can cause fatigue in cancer patient undergoing chemotherapy to reduce risk occurrence and severity of fatigue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>