Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171918 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elsa Verina
"Sebuah iklan memainkan peran penting dalam bisnis untuk mencapai pasar targetnya dan membuat pembeli potensial membeli produknya. Namun, dibutuhkan berbagai pendekatan untuk menyampaikan pesan di balik suatu produk. Procter & Gamble (P&G) mengambil pendekatan yang berbeda dalam membuat iklan yang membahas isu rasisme terhadap orang kulit hitam. Iklan yang dirilis pada tahun 2017 dengan judul "The Talk" merupakan iklan advokasi yang menunjukkan sikap perusahaan terhadap isu-isu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana P&G menggambarkan diskriminasi rasial dan kekerasan terhadap orang kulit hitam dengan mengungkapkan strategi yang disebut "the talk". Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan tindakan ilokusi oleh Searle (1979) untuk menemukan tindakan ilokusi dominan yang diucapkan oleh ibu-ibu kulit hitam di dalam iklan. Penelitian ini juga menganalisis komponen visual dengan menggunakan analisis wacana multimodal dari Kress dan van Leeuwen (2006), dengan tujuan memahami bagaimana mereka menggambarkan perjuangan orang kulit hitam dari satu era ke era lainnya. Penelitian ini menemukan bahwa tindakan ilokusi yang dominan adalah ketegasan karena dalam percakapannya, para ibu berusaha mengingatkan anak-anak mereka tentang apa yang benar dan salah dalam hidup. Penggunaan analisis wacana multimodal dalam penelitian ini, terutama analisis visual, mengkonfirmasi bahwa isu-isu diskriminasi rasial dan kekerasan memiliki dampak besar pada para ibu karena mereka merasa cemas tentang keselamatan dan kesejahteraan emosional anak-anak mereka.

An advertisement plays a significant role in the business in order to reach its target market and make their potential buyers purchase the products. However, it needs various approaches to communicate the message behind a product. Procter & Gamble (P&G) takes a different approach to making an advert that speaks out on the issues of racism against black people. The ad released in 2017 called The Talk is an advocacy advertisement, showing the company's stance toward the issues. This study aims to examine how P&G portrays the racial discrimination and violence against black people by revealing the strategy called “the talk.” To achieve the aim, this study uses illocutionary acts by Searle (1979) to find the dominant illocutionary act uttered by black mothers. This research additionally analyzes the visual components employing Kress and van Leeuwen’s (2006) multimodal discourse analysis, aiming to understand how they depict the struggles of black people from one era to another. This study finds that assertiveness is the dominant illocutionary act since in their talk, the mothers try to remind their children about what is right and wrong in life. The use of multimodal discourse analysis in this study, especially the visual analysis, confirms that the issues of racial discrimination and violence have huge impacts on the mothers as they feel anxious about their children’s safety and emotional well-being. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zahara Almira Ramadhan
"“I can’t breathe” menjadi salah satu bentuk ekspresi atas rasisme semenjak kematian George Floyd yang tragis pada bulan Mei 2020. Pada bulan Juni 2020, H.E.R. merilis sebuah lagu yang terinspirasi dari ekspresi ini. Lagu tersebut berbicara tentang rasisme terhadap kulit hitam, terutama kasus kekerasan polisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati struktur ideologi dan komponen visual dalam lagu I Can’t Breathe karya H.E.R. dan mengamati bagaimana kedua aspek tersebut mendukung gerakan Black Lives Matter. Penelitian ini menggunakan analisis wacana multimodal untuk menganalisis lirik dan video klip dari lagu tersebut. Ditemukan bahwa lirik lagu I Can’t Breathe merepresentasikan orang kulit putih sebagai kelompok yang mendominasi dengan kekerasan, yang menimbulkan protes sosial dari kelompok kulit hitam. Video klip dari lagu ini juga merepresentasikan gerakan Black Lives Matter sebagai protes sosial atas isu rasis tersebut. Dengan analisis wacana modal, terutama dalam menganalisis visual, penelitian ini dapat mengkonfirmasi korelasi antara lagu I Can’t Breathe dengan gerakan Black Lives Matter. Lagu itu sendiri adalah sebuah protes yang sejalan dengan gerakan Black Lives Matter; struktur ideologi dan komponen visual dalam lagu ini menyampaikan konteks dari isu rasisme yang sedang berjalan dan nilai-nilai yang dipegang gerakan Black Lives Matter dalam menghadapi isu tersebut.

“I can’t breathe” has become an expression of racism since the tragic death of George Floyd in May 2020. H.E.R. released a song titled after this expression in June 2020, which speaks up about black racism, especially police brutality. This study aims to examine the ideological structures and visual components of the song I Can’t Breathe by H.E.R. and see how the two aspects support the Black Lives Matter movement. To achieve the aims, this study uses multimodal discourse analysis to analyze the song lyrics and its music video. This study finds that the song lyrics represent white people as dominating and violent, resulting in social protests from the black community. The music video further represents the Black Lives Matter movement as a protest against the racial issue. Through the use of multimodal discourse analysis, especially the visual analysis, this study confirms the correlation between the song and the Black Lives Matter movement. The song I Can’t Breathe by H.E.R. is indeed a protest which aligns with the Black Lives Matter movement; the ideological structures and visual components of the song convey the context of the issues, as well as the values of the Black Lives Matter movement in response to the issues."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrah Hisaanah Adhwa
"Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan produk perawatan pria tumbuh cukup signifikan. Fenomena ini menarik banyak investor yang mendorong industri periklanan untuk membuat iklan baru dan inovatif yang menarik perhatian publik dan menjual produk dengan lebih baik. Pantene sebagai merek besar yang berspesialisasi dalam produk perawatan rambut juga telah membuat beberapa iklan progresif terkait dengan isu gender terkini. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menyelidiki bagaimana gagasan tentang gender diekspresikan melalui aspek multimodal yang digunakan dalam iklan Pantene Australia dan Indonesia menggunakan teori Halliday Systemic Functional Linguistics (1994), Kress and van Leeuwen Visual Grammar (2006), dan Anstey and Bull's multimodal semiotic system (2010). Data yang digunakan adalah dari iklan Pantene Australia “DareToDoXtra” dan Pantene Indonesia “Miracles Hair Supplement Baru” yang dikumpulkan dari YouTube. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pantene Australia dan Indonesia sama-sama mengindikasikan upaya untuk mempromosikan ide fluiditas gender melalui iklan mereka. Namun, analisis lebih lanjut pada aspek multimodal mengungkapkan adanya beberapa pendekatan bahasa berbasis gender yang umumnya dikaitkan dengan ideologi feminitas. Karena sifatnya yang kontradiktif, kehadiran pendekatan bahasa berbasis gender dalam bentuk apapun akan mengurangi makna utama dari pesan fluiditas gender yang ingin disampaikan oleh kedua iklan tersebut.

In recent years, the demand for male grooming products have been growing quite significantly. This phenomenon attracts a large number of investors prompting the advertising industry to create fresh and innovative advertisements that draw public attention and sell products better. Pantene as a global brand that specializes in hair care products has also made several progressive ads in association with current gender issues. In this research, the researcher aims to investigate how ideas about gender are expressed through the multimodal aspects being employed in Pantene Australia and Indonesia ads by means of Halliday Systemic Functional Linguistics (1994), Kress and van Leeuwen's Visual Grammar (2006), and Anstey and Bull's multimodal semiotic system theory (2010). The data used are from Pantene Australia “DareToDoXtra” ad and Pantene Indonesia “Miracles Hair Supplement Baru” collected from YouTube. The results suggest that Pantene Australia and Indonesia both indicate an attempt to promote the idea of gender fluidity through their ads. However, further analysis on its multimodal aspects reveals the presence of numerous gender-based approaches typically linked with the prevalent ideologies of femininity. Due to its contradictory nature, the presence of a gendered language in any form, negates/diminishes the focal message of gender fluidity that both ads try to convey."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2023
S-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adlia Nazila
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana döner kebab dapat membentuk wacana politik di Jerman dalam iklan kampanye Angela Merkel dan membentuk wacana gaya hidup di Jerman dalam iklan Dönerbox dan iklan Beauty Döner Kebap. Ketiga Iklan tersebut menampilkan döner kebab dan dipublikasi di Jerman. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dan menggunakan teori wacana dari Michel Foucault.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga iklan yang menampilkan döner kebab membentuk wacana-wacana di dalam relasi kekuasaan, sehingga dapat membentuk wacana-wacana lain seperti wacana politik dan wacana gaya hidup.

This thesis discusses how döner kebab could forms the political discourse in Germany in Angela Merkel?s campaign advertising and forms the lifestyle discourses in Dönerbox advertising and Beauty Döner Kebap advertising. Those three advertises displayed döner kebab and were published in German. The literature based methodology was applied in this research, together with discourse analysis theory from Michel Foucault.
Results confirm that three advertises, which displayed döner kebab, form discourses on power relations, then they could form the other discourses such as political and lifestyle discourses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1877
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Widyawati
"Media merupakan institusi yang ikut bertanggung jawab terhadap kerusuhan Mei 1998. Karena media merupakan institusi yang bertanggung jawab mentransformasikan simbol-simbol rasis kecinaan. Simbol rasis tersebut antara lain dalam bentuk wacana peminggiran etnis Cina yang dibentuk melalui bahasa bersifat meminggirkan. Selain itu penggambaran tentang etnis Cina sering kali dihubungkan dengan persoalan ideologi pemerataan dimana Cina yang sebenarnya merupakan kelompok subordinat justru memiliki kekuasaan ekonomi yang tinggi. Representasi yang menggambarkan etnis Cina sebagai kelompok yang senang kolusi dan tidak jujur dalam berusaha telah membawa kebencian pribumi terhadap etnis Cina. Oleh karena itu penelitian ini ingin melihat bagaimana Kompas, Media Indonesia dan Republika mengartikulasikan jalannya kerusuhan Mei 1998 serta memetakan penyebab kerusuhan. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat bagaimana media memproduksi dan mereproduksi simbol-simbol rasisme baru dan bagaimanakah hubungan dominasi--subordinasi antara pribumi dan etnis Cina. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 3 surat kabar yang dijadikan sampel memaknai kerusuhan dengan cara yang berbeda. Kompas memaknai kerusuhan ini sebagai kerusuhan antara rakyat dan penguasa ekonomi, oleh karena itu yang dijadikan sasaran adalah simbol kekuasaan ekonomi. Media Indonesia melihat kerusuhan Mei sebagai kerusuhan antara rakyat dengan penguasa, oleh karena itu sasaran kerusuhan adalah kekuasaan negara dan kekuasaan ekonomi. Republika membaca kerusuhan Mei sebagai perseteruan antara rakyat dan penguasa sebagai kelanjutan dari tragedi Trisakti. Penyebab kerusuhan juga dibaca secara berbeda oleh 3 surat kabar yang dijadikan sampel. Kompas menilai penyebab kerusuhan adalah masalah ekonomi, etnis dan agama. Media Indonesia lebih menitik beratkan pada keadilan ekonomi dan masalah etnis. Sedangkan Republika hampir sama dengan Kompas yaitu masalah keadilan ekonomi, etnis dan agama. Mekanisme produksi dan reproduksi simbol rasis pada Kompas, Media Indonesia dan Republika memiliki pola yang hampir sama. Media melakukan konstruksi sosial yang menampilkan imaji bahwa etnis Cina merupakan kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan kultural dengan pribumi. Dalam konstruksi tersebut nilai-nilai yang dianut pribumi selain dianggap baik sebaliknya nilai yana dianut etnis Cina dianggap kurang baik. Konstruksi yang dilakukan media disini adalah bahwa Cina adalah etnis yang memiliki nilai menyimpang atau dengan kata lain tidak waras. Selain itu etnis Cina bersifat tamak. Citra lain yang dibangun media kelompok masyarakat yang bersikap eksklusif, tidak mau berbaur dengan kelompok lain. Etnis Cina juga digambarkan memiliki nilai yang senang berkolusi, tidak jujur. Etnis Cina jarang ditampilkan sebagai narasumber. Dalam kasus perkosaan narasumber saksi dari etnis Cina dari masalah perkosaan hanya ada di Media Indonesia, teknik rasis dalam pemberitaan media juga dilakukan melalui lambatnya pemberitaan. Dalam kasus perkosaan pemberitaan media sangat terlambat. Sebutan yang diberikan oleh media merupakan sebutan-sebutan yang bermakna meminggirkan.. Sebutan non-piribumi atau warga keturunan memiliki makna bahwa etnis Cina merupakan "the others''. Hubungan dominasi-sub ordinasi yang digambarkan Kompas, Media Indonesia dan Republika juga memiliki pola yang hampir sama. Pribumi merupakan kelompok dominan (karena dari segi jumlah memang dominan) yang mampu memproduksi wacana rasis dalam konteks kultural. Wacana bahwa etnis Cina memiliki nilai yang kurang jujur, kolutif lebih banyak diproduksi oieh kelompok pribumi. Dilain pihak, etnis Cina walaupun jumlahnya minoritas, tetapi penguasaan asetnya bersifat mayoritas. Karena kemampuannya dibidang perdagangan lebih tinggi etnis Cina merasa superior dalam bidang perdagangan dan menganggap rendah kemampian pribumi. Wacana ini muncul dalam sebutan ?mampukan pribumi menggantikan peran etnis Cina dalam jalur distribusi'. Aplikasi teori yang disumbangkan dari penelitian ini adalah bahwa penggambaran yang berbeda tentang kerusuhan Mei tersebut diatas berbeda dengan teori yang dibangun oieh penganut strukturalis tentang proses pembentukan makna. Penganut strukturalis percaya bahwa makna yang menang adalah makna yang diproduksi oleh kelompok dominan. Dalam potret kerusuhan Mei 1998, 3 surat kabar sampeI ada dibawah sistem dominasi yang sama, tetapi kenyataannya makna yang ditampilkan oleh 3 surat kabar sampel tentang kerusuhan Mei 1998 berbeda. Oleh karena itu peneliti ingin mengajukan asumsi yang berbeda dengan pengikut strukturalis, bahwa dalam memproduksi makna terdapat hal lain yang mempengaruhi pembentukan makna selain ideologi dari kelompok dominan yang menguasai wacana. Ideologi yang dianut oleh organisasi media (yang tentunya berpengaruh pada pekerja media) memberi peran dalam pembentukan makna."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Chairani
"Skripsi ini membahas struktur wacana iklan advertorial pembalut wanita dalam majalah wanita remaja dari segi suprastruktur, kohesi, dan makrostruktur. Data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah iklan advertorial berjudul "Grab Your Moment Anywhere" yang diambil dari agenda bonus majalah bulanan wanita remaja Gogirl! edisi Januari 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suprastruktur iklan advertorial tersebut terdiri atas judul atau kepala iklan, subjudul, badan iklan, elemen visual, foto produk, dan baseline. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia nonformal dan bahasa Inggris. Di samping itu, ditemukan alat-alat kohesi, yaitu referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, repetisi, sinonimi, hiponimi atau hiperonimi, antonimi, dan kolokasi. Hasil penelitian makrostruktur menunjukkan bahwa wacana iklan ini tidak padu karena antara bagian eksplanasi iklan dan bagian persuasi iklan terbukti tidak berkorelasi sehingga bagian persuasi iklan terkesan sebagai "wacana tempelan".

This thesis discusses about the discourse structure of woman napkin advertorial advertisement on woman?s teen magazine from its superstructure, cohesion, and macrostructure. The data that is used in this research is an advertorial advertisement titled "Grab Your Moment Anywhere" which was taken from monthly woman?s teen magazine Gogirl! printed on January 2011. The summary of this research shows that the superstructure of this advertisement consists of headline, subheadline, bodycopy, visual elements, product shot, and baseline. This advertisement uses nonformal Indonesian and English language. Moreover, the summary also shows several cohesions in this advertisement: reference, substitution, elipsis, conjunction, repetition, synonym, hyponym or hyperonym, antonym, and collocation. Furthermore, macrostructure anylise shows that this advertisement discourse is not compact because there is no correlation between the explanation part and the persuation part so that the persuation part looks as "the patch discourse"."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42047
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Indah Permata Sari
"Dalam skripsi ini penulis menganalisis sembilan iklan dari empat produk makanan dan minuman organik di Jerman, yaitu Adelholzener Bioschorle, Ökoland, Hipp, dan Bionade. Teks dan gambar dianalisis dari aspek semantis, dan semiotic, khususnya aspek makna pada unsur verbal dan nonverbal. Analisis pada penelitian ini menggunakan dasar pemikiran Nina Janich.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra hidup sehat dibentuk melalui permainan kata, alat retorika, penggunaan kata bermakna asosiasi dan afektif positif serta penggunaan warna-warna alam dan gambar yang mencirikan kesegaran, alami, kemurnian, kesehatan, kebaikan, dan kualitas dari alam.

The focus of this study is the analysis of nine advertisements from four products of Germany's organic foods and beverages, which are Adelholzener Bioschorle, Ökoland, Hipp, and Bionade. The analysis of advertisement based on Nina Janich's theorie and from the perpectives of semantics and semiotic studies.
This research shows that the healthy life concept in both text and pictures of advertisement are built through words play, rhetoric tools, the meaning of positive affective and associative words, and also the use of colors that characterize sanity, natural things, purity, health, and quality of nature.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1649
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Glady Yudha A.
"Iklan sangat erat peranannya dalam kehidupan sehari-hari kita. Selain menyajikan informasi yang dibutuhkan masyarakat, disebut juga iklan layanan masyarakat, iklan juga merupakan sarana untuk menjual suatu produk komersil dan biasa disebut iklan komersil. Iklan komersil ini dibuat sedemikian rupa agar menarik minat konsumen agar membeli produk yang diiklankan. Di setiap iklan, terdapat unsur-unsur iklan yang membangun iklan tersebut menjadi sebuah kesatuan. Unsur-unsur iklan ini menarik untuk ditelti, karena masing-masing iklan mempunyai bentuk unsur-unsur iklan yang berbeda-beda. Fungsi unsur-unsur iklan ini pun bermacam-macam. Jadi, ketika kita menganalisis unsur-unsur iklan, kita dapat menemukan maksud dan tujuan yang sebenarnya di balik iklan tersebut.

Advertising is very close to our daily life. It is not only providing information that people need, known as public service advertisement, but there is also commercial advertising that has function to sell a product. Commercial advertisements are made to get consumer’s interest, so that consumer will buy a product. There are some elements that build an advertising. The components of this are interesting and should be analysed more, because each advertisement has different elements. The function of these elements are various. Thus, when we analyse the elements of advertisements, we can find out the aims and purposes of those advertisements."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Azhari
"Masalah performance dari traditional banner advertisement pada Detikcom sangat rendah, yaitu 0,06 saja, yang artinya dari 10000 kali tampil, iklan hanya 6 kali di click. Salah satu strategi yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan native advertisement dimana iklan dan konten membaur dalam tampilan yang sama. Namun beberapa penelitian mengindikasikan bahwa performance native ads yang tinggi disebabkan oleh ketidakmampuan pembaca untuk membedakan iklan dengan konten berita, sehingga banyak pembaca yang merasa tertipu. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi penerimaan pembaca terhadap native advertisement. Metode pengambilan data dari penelitian ini menggunakan survey berupa kuesioner dengan teknik convenience sampling yang disebar melalui website Detikcom. Hasil survey yang diperoleh kemudian diolah menggunakan metode statistik analisis regresi linear berganda. Dari 436 responden, diperoleh hasil bahwa faktor sikap, kepercayaan, norma subjektif, dan perilaku terdahulu secara bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan pembaca Detikcom terhadap native advertisement.

Performance issues of traditional banner advertisement on Detikcom very low at 0.06 , which means that at 10,000 times ad impressions, only 6 ad were clicked. One strategy that can be used is to use native advertisement in which the ad and content blend into the same display. However, some studies indicate that high performance native ads that are caused by the inability of the reader to distinguish ads to the content of news, so many readers were felt deceived. This study analyzes the factors that influence the acceptance of any reader to natively advertisement. The method of collecting the data from this study using a survey questionnaire with convenience sampling technique that is spread through the Detikcom website. The survey results were then processed using the statistical method of multiple linear regression analysis. Of the 436 respondents, proves that the factor of attitudes, beliefs, subjective norms, and past behavior jointly affect the Detikcom readers acceptance towards native advertisement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Fitriana Putri
"CoolBlue adalah salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Belanda. Sebagai perusahaan dengan banyak pesaing, Coolblue harus membuat perusahaannya lebih menarik bagi pelanggan dibandingkan perusahaan sejenis yang lain. Oleh karena itu Coolblue menjadikan iklan sebagai teknik marketing-nya. Karya ilmiah ini membahas mengenai ikon, indeks, dan simbol dalam tiga iklan Coolblue. Selain itu karya ilmiah ini juga memaparkan makna kontekstual dalam ketiga iklan Nederlandse Coolblue yang diunggah di Youtube. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Teori semiotika milik Charles Sanders Peirce digunakan untuk mengkaji ikon, indeks dan simbol dalam iklan Coolblue. Selanjutnya dipaparkan makna kontekstual yang terkandung dalam video-video iklan itu. Hasil analisis menunjukkan bahwa, indeks, ikon, simbol dan makna kontekstual dihadirkan pada ketiga iklan Coolblue untuk memperkenalkan perusahaan Coolblue kepada pelanggan, memberikan informasi produk yang dijual, dan informasi layanan Coolblue yang lain. Analisis makna kontekstual juga menemukan bahwa Coolblue menayangkan iklan dalam konteks humor sebagai identitas dan ciri khasnya untuk menarik pelanggan.

CoolBlue is one of the largest e-commerce companies in the Netherlands. As a company with many competitors, Coolblue must make its company more attractive to customers than other similar companies. Therefore Coolblue makes advertising as its marketing technique. This paper discusses the icons, indexes, and symbols in three Coolblue advertisements. In addition, this scientific work also describes the contextual meaning in the three Nederlandse Coolblue advertisements uploaded on Youtube. This research is a qualitative research, using descriptive research methods. Charles Sanders Peirce's semiotic theory is used to study icons, indexes and symbols in Coolblue advertisements. Furthermore, the contextual meaning contained in the advertising videos is explained. The results of the analysis show that indexes, icons, symbols and contextual meanings are presented in the three Coolblue advertisements to introduce the Coolblue company to customers, provide information on products sold, and other Coolblue service information. The contextual meaning analysis also found that Coolblue served advertisements in the context of humor as its identity and characteristics to attract customers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>