Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170928 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desiana Nurul Maftuhah
"Fungsi IT Service Desk di dalam sebuah organisasi adalah sebagai kontak satu pintu yang menangani keluhan dari pengguna sistem aplikasi dan memberikan bantuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pengguna sistem. Untuk menunjang fungsi tersebut, pemanfaatan manajemen pengetahuan menjadi kebutuhan yang berperan penting dalam membantu mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara lengkap dan cepat. Berdasarkan data pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2022, penyelesaian complain IT Service Desk Bank XYZ belum mencapai SLA. Salah satu yang mempengaruhi hal tersebut adalah pengelolaan informasi atau pengetahuan di IT Service Desk dalam menunjang penyelesaian pekerjaan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui level atau tingkat kematangan implementasi knowledge management pada IT Service Desk Bank XYZ serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan dalam meningkatkan kualitas implementasi manajemen pengetahuan pada IT Service Desk Bank XYZ. Penelitian ini menggunakan metode mixed method. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan kuesioner yang disusun berdasarkan framework dari APO dengan responden pekerja di IT Service Desk Bank XYZ. Sedangkan pengumpulan data kualitatif melalui wawancara. Dari hasil pengukuran tingkat kematangan dapat diketahui bahwa implementasi manajemen pengetahuan di IT Service Desk Bank XYZ berada pada tingkat kematangan level 4 (refinement). Penelitian ini menghasilkan sebelas rekomendasi perbaikan implementasi manajemen pengetahuan.

The function of the IT Service Desk in an organization is as a single point of contact that provides help and assistance to users to overcome problems of applications that they face. Utilizing knowledge management is crucial for supporting the function since it makes it easier to rapidly and completely gather the necessary information. Based on the data from 2020 until 2022, complaint resolution time in IT Service Desk Bank XYZ has not reach the target. The management of information or knowledge in the IT Service Desk to support the execution of everyday job is one of the causes of this. This study's goals are to assess the IT Service Desk's knowledge management maturity level and offer suggestions for strengthening knowledge management implementation quality. This research used both quantitative and qualitative or mixed method. An APO-based questionnaire that was issued to IT Service Desk staff members as respondents is used for quantitative research. According to the results of the maturity level measurement, the IT Service Desk at XYZ Bank has knowledge management maturity at level 4 (refinement).. Considering the questionnaire's findings, expert validation was carried out and then eleven recommendations for improvement were made."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Kahfi Wibisono
"ABSTRAK
Dalam mengelola insiden TI, kontak pertama pelanggan ke penyedia layanan adalah service desk, selain itu service desk juga dapat mengelola insiden. XYZ merupakan perusahaan asal Jepang yang menyediakan layanan ICT Information and communications technology , untuk menjaga kualitas layanannya, XYZ memiliki service desk sebagai kontak tunggal dalam melayani pelanggan dan mengelola insiden yang terjadi. Dalam operasionalnya Service desk XYZ memiliki target KPI setiap bulannya sebesar 90 , akan tetapi pada bulan Januari sampai Juni 2017 KPI service desk tidak tercapai sehingga mengakibatkan ketersediaan SLA pelanggan tidak sesuai. Dari hal tersebut, maka kinerja service desk perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dalam mengevaluasi dan memperbaiki, best practice IT service management dapat digunakan, seperti pada penelitian ini menggunakan kerangka Kismet Keys to IT service management and effective transition of service sebagai tahapan dalam memberikan rekomendasi perbaikan sistem dan proses service desk, Selain itu dalam mengevaluasi sistem dan proses service desk, penelitian ini menggunakan ITIL self assessment. Dari hasil evaluasi tersebut terdapat beberapa aspek yang belum tercapai, di antaranya process cabability, quality control, management information, dan customer interface. Dari hal tersebut penulis memberikan rekomendasi berdasarkan tujuan perbaikan service desk dan best practice ITIL pada service operation. Rekomendasi tersebut di antaranya, memberikan informasi SLA ke dalam basis data pelanggan, membuat standar dan prosedur penanganan insiden berdasarkan SLA pelanggan, menganalisis tren insiden dalam mengategorikan dan menginvestigasi insiden, dan melakukan survei kepada pelanggan.

ABSTRACT
In managing IT incidents, first contact for customer to the service provider is a service desk, in addition the service desk can also manage incidents. XYZ is a Japanese company that provides ICT services Information and communications technology . To maintain the quality of its services, XYZ has a service desk as a single point of contact for customer in serve customers and manage incidents that occur. XYZ rsquo s Service desk has a target of KPI every month of 90 , but in January to June 2017, KPI service desk is not achieved so that the availability SLA customers are not appropriate. From that point, the performance of the service desk needs to be improved or upgraded. In improving the performance of the service desk can be done by evaluating and improving the process and system of the service desk itself. In evaluating and improving, best practice IT service management can be used, as in this study using Kismet Keys to IT service management and effective transition of service framework as a step in providing recommendation of service desc system and process, In evaluating system and service desk process, this research using ITIL self assessment. From the evaluation results there are several aspects that have not been achieved, including process cabability, quality control, management information, and customer interface. From this the authors provide recommendations based on the purpose of service desk improvement and best practice of ITIL on service operation. Such recommendations include providing SLA information into customer databases, establishing incident management standards and procedures based on customer SLAs, analyzing incident trends in categorizing and investigating incidents, and conducting surveys to customers."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Ridwan
"Knowledge kini menjadi salah satu aset terpenting bagi setiap organisasi di era informasi. Kegiatan untuk untuk menciptakan, menjaga, dan mendistribusikan knowledge dikenal dengan Knowledge Management (KM). Tingkat kematangan suatu KM dapat diukur dengan menggunakan model kematangan KM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah model kematangan dengan mengintegrasikan 10 aspek yang dipercaya sebagai faktor kunci keberhasilan implementasi KM di PT. KLM. Model kematangan yang dijadikan acuan adalah model kematangan dari Siemens' KMMM®, Infosys, G-KMMM, KMCA, dan model yang dikembangkan oleh Khatibian, Pour, & Javari (2010). Instrumen pengukuran yang dibuat berupa kuesioner yang validitasnya diuji dengan menggunakan metode Bivariate Pearson (Korelasi Pearson Product Moment).
Reliabilitas kuesioner diuji dengan menggunakan metode Cronbach's Alpha. Selanjutnya Model ini diujikan kepada 3 domain KM di PT. KLM yaitu Project, IT, dan Marine dengan menggunakan Uji Varian Satu Jalur (One Way ANOVA) untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata kematangan dari tiga domain KM tersebut. Sebelum dilakukan pengujian One Way ANOVA dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan Levene Test untuk memastikan varian atau subjek berasal dari kelompok yang sama sebagai prasyarat pengujian. Tingkat kematangan kemudian dihitung dengan One-Sample Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada varian tingkat kematangan pada ketiga domain diuji. Hasil pengukuran tingkat kematangan menunjukkan kematangan KM masih berada pada level 4 dan ini masih satu level dibawah level ideal yaitu level 5. Selain melakukan analisa dengan metode statistik parametrik, juga dilakukan analisa deskriptif-kualitatif untuk menggambarkan korelasi hasil pengukuran dengan hasil observasi implementasi KM di PT. KLM. Hasilnya 3 aspek yang menjadi keunggulan penerapan KM di PT. KLM yaitu: 1) Teknologi pendukung; 2) Proses standar untuk pembelajaran; 3) Hubungan baik dan saling percaya. Sedangkan 3 hambatan utama dalam penerapan KM di PT. KLM adalah: 1) Keterlibatan anggota rendah; 2) Keberhasilan KM masih kurang terukur; 3) Kurang program penghargaan dan motivasi.

Knowledge has become one of the most important asset for every organization in the information era. Activities to create, maintain, and disseminate the knowledge known as Knowledge Management (KM). Maturity level of a Knowlege Management fairly can be measured using KM Maturity Model.
This research aimed to develop a maturity model by integrating 10 aspects which believed as the Critical Success Factors (CSFs) of KM implementation in PT. KLM. Maturity Model that used as refferences are maturity model from Siemens? KMMM®, Infosys, G-KMMM, KMCA, and a maturity model developed by Khatibian, Pour, & Javari (2010). Assessment instrument that developed is a questionaire which its validity was tested using Bivariate Pearson method (Pearson Product Moment Correlation). Questionaire reliability was tested using Cronbach?s Alpha method.
Upon that this model was tested to 3 KM domain in PT. KLM which are Project, IT, and Marine by using One Way Varian Analysis Method (One Way ANOVA) to discover whether differences in maturity level of these three domain exists. Before proceeding with One Way ANOVA, a varian homogenity test was carried out with Levene Test to ensure all varian or subject coming from identical group as the preliminary requirement of the assessment. Maturity level then measured using One-Sample T Test. This research discovered that there is no variances in maturity level on all three domain tested.
Measurement result shows that KM Maturiy domain is in level 4 and this is one level behind if compared to ideal condition which is level 5. Beside of analyzing by the means of statisticalparametric method, a descriptive-qualitative analysis also conducted to depict the correlation between assessment result and the observation of KM implementation in PT. KLM. The result are 3 main aspects that bring the advantage on KM implementation in PT. KLM as follows: 1) Supporting technology; 2) Standard process of learning; 3) Mutual trust and relationship. In other hand there are 3 main obstacle on KM implementation in PT. KLM, they are: 1) Lack of involvement from members; 2); Lack of measurement on KM success; 3) Lack of award & motivation program.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Restia Dwi Oktavianing Tyas
"ABSTRAK
Lembaga XYZ merupakan lembaga pemerintahan non-struktural yang bertanggung jawab langsung kepada presiden yang berfungsi untuk mengendalikan program-program prioritas, komunikasi politik, dan pengelolaan isu strategis. Perubahan komponen sumber daya manusia yang terjadi dalam periode yang singkat menyebabkan banyaknya pengetahuan individu yang belum terdokumentasi untuk dapat digunakan kembali dalam mendukung pengambilan keputusan dan penyelesaian permasalahan di Lembaga XYZ. Selain itu, pengetahuan individu tersebut akan hilang seiring dengan berakhirnya masa bakti sumber daya manusianya. Maka dibutuhkan prosedur manajemen pengetahuan untuk mengelola pengetahuan tersebut. Implementasi manajemen pengetahuan harus memperhitungkan risiko kegagalan yang dapat dikurangi dengan mengetahui kesiapan organisasi dalam menerapkan manajemen pengetahuan tersebut. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran kesiapan implementasi manajemen pengetahuan dengan menggunakan aspek abstrak, budaya organisasi, struktur organisasi, lingkungan fisik, infrastruktur teknologi informasi, penerimaan individu, dan kemauan terlibat manajemen pengetahuan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa level kesiapan organisasi berada pada level receptive yang berarti bahwa Lembaga XYZ siap dalam mengimplementasikan manajemen pengetahuan namun dengan memperbaiki aspek lingkungan fisik dan dimensi penghargaan pada aspek budaya organisasi.
ABSTRACT
The XYZ institution is a non-structural government institution that is directly responsible to the president which functions to control priority programs, political communication, and management of strategic issues. Changes in the components of human resources that occur in a short period of time cause a lot of individual knowledge that has not been documented to be reused in supporting decision making and problem solving at the XYZ Institution. In addition, the individual's knowledge will be lost along with the end of the service period of his human resources. Then knowledge management procedures are needed to manage this knowledge. The implementation of knowledge management must take into account the risk of failure that can be reduced by knowing the readiness of the organization in implementing the knowledge management. This study discusses the measurement of knowledge management implementation readiness using abstract, organizational culture, organizational structure, physical environment, information technology infrastructure, individual acceptance, and willingness to engage knowledge management. The results of this study state that the level of organizational readiness is at the receptive level, which means that the XYZ Institution is ready to implement knowledge management by improving the physical environment and reward aspects."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Novalina
"Dalam mencapai transformasi digital maka Bank XYZ sebagai salah satu bank BUMN terbesar di Indonesia berusaha mengembangkan sistem dan aplikasi yang mendukung berjalannya proses bisnis sehingga dengan situasi demikian maka kebutuhan akan implementasi atau pengembangan teknologi informasi di Bank XYZ pun turut meningkat. Berdasarkan laporan dokumen Project Status Report APD tahun 2020 bersumber dari PMO, kesuksesan APD yang mencapai on schedule serta mengikuti definisi kesuksesan proyek menurut PMBOK yaitu sebesar 66%, sedangkan proyek lainnya dikategorikan sebagai potential to be delayed, delayed, live implementation dan hold/dropped. Persentase kesuksesan proyek di APD tidak memenuhi target yang telah ditetapkan. Berdasarkan analisis permasalahan, maka perlu dilakukan pengukuran tingkat kematangan manajemen proyek pada grup APD Bank XYZ. Pengukuran kematangan dilakukan dengan menggunakan model pengukuran PMMM Kerzner. Penelitian dilakukan dengan mixed method yaitu kuantitatif dan kualitatif. Sebelum pengumpulan data kuantitatif, kuesioner PMMM divalidasi dengan metode kualitatif dengan wawancara kepada pakar sehingga memperoleh hasil tambahan 25 pertanyaan untuk melengkapi kuesioner. Selanjutnya, pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui penyebaran kuesioner untuk menghitung tingkat kematangan manajemen proyek. Pada tahap terakhir pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara untuk memperoleh rekomendasi dari pakar di bidang manajemen proyek. Berdasarkan hasil pengukuran maka diperoleh bahwa tingkat kematangan manajemen proyek grup APD Bank XYZ belum lolos di level 1. Berdasarkan hasil pengukuran maka diberikan rekomendasi baik dari best practices dan rekomendasi pakar dalam manajemen proyek. Beberapa rekomendasi peningkatan kematangan manajemen proyek antara lain training, penggunaan tools project management, landing plan dan knowledge management.

In achieving digital transformation, Bank XYZ as one of the largest state-owned banks in Indonesia was trying to develop systems and applications that support the running of business processes. Based on that situation, the need for implementation or development of information technology at Bank XYZ was also increased. Based on the 2020 APD Project Status Report document report sourced from the PMO, information was obtained that the success of project that achieved on schedule and followed the definition of project success according to PMBOK was 66%, while other projects were categorized as potential to be delayed, delayed, live implementation and hold /dropped. The percentage of project success in APD does not meet the set targets. Based on the analysis of the problem, it was necessary to assess the maturity level of project management in the APD group Bank XYZ. Maturity assessment would be carried out using the PMMM measurement model by Kerzner. The research was conducted using a mixed-method, namely quantitative and qualitative. Quantitative data was collected using a questionnaire to calculate the maturity level of project management. The qualitative collection was carried out by interview to obtain recommendations from experts in the field of project management. Based on the measurement results, it is found that the maturity level of the APD Bank XYZ group project management has not passed level 1. Based on the measurement results, recommendations were given both from best practices and expert recommendations in project management. Several recommendations for increasing project management maturity include training, use of project management tools, landing plans, and knowledge management."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sallata, Oktavianus D.
"Knowledge Management merupakan suatu disiplin ilmu yang memfokuskan pada pengelolaan pengetahuan untuk mengurangi terjadinya knowledge loss. Sebuah organisasi yang akan menerapkan Knowledge Management (KM) sebaiknya melakukan pengujian terhadap kesiapan organisasi untuk mengadopsi KM. Kurangnya persiapan pada faktor infrastruktur dan prasyarat lainnya dapat mengakibatkan proses KM kurang menguntungkan. Hal ini menyebabkan dibutuhkan sebuah pengukuran tingkat kesiapan organisasi dalam menerapkan KM. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesiapan Divisi TI, XYZ Group dalam mengimplementasikan KM.
Pemetaan Knowledge Management Critical Success Factors dan Knowledge Management Enabler pada Aspek KM (Abstract, Soft, dan Hard) digunakan sebagai metode penyusunan kerangka pikir penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil penyebaran kuesioner kepada 83 karyawan Divisi TI, XYZ Group. Metode análisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan aplikasi SPSS. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Divisi TI, XYZ Group berada pada tingkat kesiapan Level 2 (preliminary). Hal ini berarti Divisi TI, XYZ Group belum cukup siap untuk menerapkan KM dalam organisasi.

Knowledge Management was been known as a scientific discipline that can improve an organization's ability to reduce the occurence of knowledge loss. An organization that would implement Knowledge Management (KM) should assess organizational readiness level for adopting KM. Lacking proper infrastructure and prerequisites would make KM process unprofitable. A measurement of KM readiness level is needed before implementing the KM in organizations. This study aims to measure the level of readiness of the IT Division, XYZ Group in implementing KM.
Mapping the Knowledge Management Critical Success Factors and Knowledge Management Enablers into the aspect of KM (abstract, soft, and hard) is used as the method of teoritical framework. The data used in this study is derived from the results of a questionnaire to the 83 employees of the IT Division, XYZ Group. Analysis method used is descriptive statistics using SPSS. The results obtained in this study is the IT Division, XYZ Group located at Level 2 readiness level (preliminary). This means that the IT Division, XYZ Group are not quite ready to implement KM in the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Freddy Setiawan
"Organisasi yang dianggap unggul dan kompetitif adalah organisasi yang mampu mengeksploitasi pengetahuan yang ada pada setiap sumber daya manusia-nya dan menggabungkannya menjadi pengetahuan organisasi, dengan tujuan untuk mencapai keunggulan dan daya saing pada tingkat yang paling optimal. Knowledge Management (KM) merupakan disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan suatu organisasi untuk belajar dari lingkungannya dan menggabungkan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam proses bisnis. Penerapan dan implementasi KM pada organisasi tidak selalu berjalan dengan sukses, seringkali kegagalan terjadi diakibatkan oleh kurangnya persiapan dan ketidakmampuan organisasi mengidentifikasi kebutuhan implementasi KM. Diperlukan langkah awal dengan melakukan pengukuran terhadap kesiapan organisasi dalam mengimplementasikan KM secara detail dan komprehensif. Pengukuran tingkat kesiapan ini bertujuan mengetahui sejauh mana atau seberapa besar kesiapan suatu organisasi dalam menerapkan KM.
Penelitian ini memberikan gambaran tentang kesiapan PT. Fajar Hutama Mandiri dalam menerapkan KM, mengembangkan strategi-strategi untuk meningkatkan kesiapan KM organisasi. Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengumpulan data dalam penyusunan framework KM Readiness yang diperoleh dari studi literatur dan pemetaan 17 Knowledge Management Critical Success Factor (KMCSF), 4 Faktor Pemberdaya (Enabler) KM, dan Infrastruktur KM ke dalam klasifikasi aspek KM. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kesiapan organisasi untuk menerapkan KM berada pada level “Ready” atau “Siap”. Hal ini berarti PT. Fajar Hutama Mandiri telah siap untuk mengimplementasikan KM dan strategi-strategi untuk meningkatkan kesiapan KM.

Organization is considered to be superior and competitive if it is able to exploit existing knowledge on any human resources and combine them into organizational knowledge, with the aim to achieve excellence and competitiveness at the most optimal level. Knowledge Management (KM) has been known as a scientific discipline that can improve an organization's ability to learn from their environment and incorporate knowledge into business processes. Practice and implementation of KM in an organization is not always a success, failures often occur due to lack of preparation and inability of organizations to identify the needs of KM implementation. Necessary first step in measuring the organization's readiness to implement Knowledge Management in detail and comprehensively. Measuring the level of prepareness bertujuan knowing the readiness of an organization in implementing Knowledge Mangement.
This study provides an overview of readiness PT. Fajar Hutama Mandiri in implementing KM, develop strategies to improve organizational KM readiness. This study begins with the collection of data in the preparation of the research framework derived from the literature study and mapping of 17 Knowledge Management Critical Success Factor, 4 KM Enabler Factors and KM Infrastructure into the classification aspects of Knowledge Management. From the research that has been conducted, showing that the level of prepareness PT. Fajar Hutama Mandiri at the level of "Ready". This means PT. Fajar Hutama Mandiri have been ready to implement Knowledge Management and strategies to improve the readiness of Knowledge Management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Jani Richi Ricardo
"Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR (Itjen PUPR) memiliki program penguatan peran pengawasan berdasarkan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian PUPR 2015-2019. Program ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja Itjen PUPR sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah di Kementerian PUPR. Sejalan dengan itu, Itjen PUPR menetapkan capaian level 3 Internal Audit Capacity Model (IACM), namun hasil penilaian BPKP menunjukkan bahwa Itjen PUPR masih berada di level 2 IACM. Salah satu penyebab ketimpangan ini adalah belum diterapkannya Manajemen Pengetahuan (MP) di Itjen PUPR. Itjen PUPR dapat mencapai level 3 IACM jika telah menerapkan MP. Agar penerapan MP berhasil, maka sebelum diterapkan, Itjen PUPR perlu mengukur tingkat kesiapannya terlebih dahulu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar tingkat kesiapan Itjen PUPR dalam rangka menerapkan MP dan memberikan saran-saran perbaikan terhadap aspek-aspek yang dinilai belum siap menerapkan MP. Kesiapan MP diukur berdasarkan kerangka kerja yang divalidasi oleh Pakar secara kualitatif. Kerangka kerja dibagi atas 2 aspek utama: Individu dan Organisasi, dengan menggunakan faktor-faktor: Kepercayaan, Efikasi Diri, Kerterbukaan pada Perubahan, Resiprokal, Pemahaman atas MP, Regulasi, Budaya, Struktur, Kepemimpinan & Manajemen, Strategi, Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK), dan Lingkungan Fisik. Pengukuran tingkat kesiapan mengacu pada skala Rao.
Penelitian ini juga dilakukan secara kuantitatif dengan mengedarkan survei kuesioner skala likert 1-5 kepada 150 pegawai sebagai metode pengambilan sampel. Data yang dikumpulkan dari hasil survei akan diolah dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan nilai Kesiapan MP Itjen PUPR adalah 66.68% yakni berada pada tingkat Reseptif (level 4), yang berarti Itjen PUPR dalam keadaan siap untuk menerapkan Manajemen Pengetahuan, namun dengan catatan perbaikan pada faktor Regulasi dan Struktur.

General Inspectorate (GI) of Ministry of Public Works & Housing (PWH) has strengthening program of surveillance role which is based on Beuroucracy Reformation Road Map Ministry of PWH 2015-2019. This program is conduced to improve GI-PWHs performance as government internal control apparatus in Ministry of PHW. Aligned to it, GI-PWH has set third level of Internal Audit Capacity Model (IACM), but BPKPs assessment showed that GI-PWH is still on second level of IACM. One of the reasons of this deviation is unimplemented Knowledge Management (KM). GI-PWH may achieve third level IACM if it has implemented KM. In order to succeed in KM implementation, readiness level of KM must be measured first.
This research aims to know how much KM readiness level of GI-PWH in order to implement it. Knowing the level, this research may be able to give some reccomendations toward GI-PWH related to aspects in KM that may not be ready. KM readiness is assessed based on Theoretical Framework which was validated by experts qualitatively. The framework is divided into 2 main aspects: Individual and Organization. Factors accomodated to conduct the assessment are: Trust, Knowledge Self-Efficacy, Openness for Change, Reciprocicy, Understanding of Definition & Benefit of KM, Regulatin, Culture, Structure, Leadership & Management, Strategy, Information & Communcation Technology (ICT), and Physical Environment. The measurement of readiness level refered to Rao scale.
This research was conducted quantitatively by using 5-scale-likert questionnaire. Respondents were carried out from 150 samples. Data was collected and processed by using descriptive-analysis method. The result showed readiness level to implement KM in GI-PWH is 66.68% at Receptive level. This means GI-PWH is ready to implement KM, but
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Risetiyawan Dimas Sutejo
"Di era modern saat ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa penggunaan Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi kebutuhan strategis dalam meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, pada akhir tahun 2014 divisi TI FIF telah melakukan assessment IT Governance menggunakan COBIT 5 ? Process Assessment Model (PAM). Hasil assessment tersebut menunjukan terjadi beberapa masalah di dalam penerapan manajemen proyek TI di FIF.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kematangan manajemen proyek di FIF dan memberikan rekomendasi kepada divisi TI FIF terkait kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapai tingkat kematangan manajemen proyek yang diharapkan sesuai dengan target IT Governance. Model kematangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Project Management Maturity Model (PMMM) yang dikembangkan oleh PM Solutions yang disesuaikan dengan Project Management Body of Knowledge (PMBoK) dari Project Management Insititute (PMI) yang kemudian akan dipetakan ke dalam COBIT 5.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kematangan manajemen proyek di divisi TI FIF saat ini masih berada pada level 2. Hal ini menjadi kesenjangan di mana target organisasi berada pada level 3. Terdapat 39 proses manajemen proyek yang ditargetkan FIF, namun 24 proses tidak mencapai target kematangan. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi perbaikan terhadap penerapan manajemen proyek di FIF berdasarkan 24 proses tersebut, yang kemudian dikelompokan ke dalam empat aspek, yaitu: aspek teknologi, aspek kebijakan, aspek work product, dan aspek sumber daya manusia, dengan tujuan mendukung pencapaian target IT Governance organisasi.

Currently, it can?t be denied that the use of Information Technology (IT) has become a strategic necessity in improving the company's competitive advantage. Regarding to fulfill this need, in the end of 2014, FIF IT division has conducted an assessment of IT Governance using COBIT 5 - Process Assessment Model (PAM). The assessment results indicated there was some problem about the implementation of IT project management at FIF.
This study was conducted to determine the level of IT project management maturity at FIF and provide recommendations to FIF IT division related anything of needs that shall be provided in order to achieve project management maturity level expectation. The Maturity model of study is Project Management Maturity Model (PMMM) developed by PM Solutions which is tailored with Project Management Body of Knowledge (PMBOK) from the Project Management Institute (PMI) then mapped to COBIT 5.
The results of this research showed that the maturity level of project management implementation at FIF IT division still at level 2. This has become a gap since the target organization are at level 3. There are 39 project management processes that are targeted by FIF, but 24 process does not reach the maturity target. This research also gives recommendations for improvement of the implementation of project management in FIF, in which grouped into four aspects, namely: technology aspects, policy aspects, work product aspects , and human resources aspects. This recommendations are expected to increase the maturity level of project management implementation in FIF as expected by organization.
"
2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Agastya Werdikatama
"Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) sebagai salah satu institusi pemerintah memiliki tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat terkait pengujian perangkat TIK. Hasil survei layanan publik Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) 2022, menunjukan layanan konsultasi dari pengguna layanan di BBPPT dinilai masih dibawah ekspektasi masyarakat. Akar dari permasalahan tersebut adalah penyebaran pengetahuan yang tidak merata di BBPPT. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat rancangan knowledge management system (KMS), untuk menjadi acuan bagi BBPPT dalam membangun sistem informasi knowledge management system, yang akan membantu proses manajemen pengetahuan di lingkungan BBPPT agar dapat meningkatkan kualitas layanan sesuai harapan BBPPT. Penelitian ini menggunakan teori analisis faktor kontingensi KMS Fernandez untuk menentukan solusi manajemen pengetahuan serta metodologi prototyping dalam analisis dan rancangan sistem. Penelitian ini adalah mixed method research dengan penelitian secara kualitatif melalui wawancara dan FGD serta secara kuantitatif dilakukan dengan melakukan survei. Hasil dari rancangan dengan metode Fernandez menghasilkan beberapa proses KM diantaranya socialization, combination, direction, dan routine. Hasil dari rancangan diwujudkan dalam bentuk pemodelan dengan diagram UML dan prototyping. Evaluasi dari rancangan dilakukan dengan metode SUS. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi rencana implementasi dari rancangan sistem KMS untuk BBPPT.

Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) as one of the government institutions has the task of providing services to the public regarding the testing of ICT devices. Based on the results of a public service survey of the Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) 2022, consulting services from service users at BBPPT are still below public expectations. The root of the problem is the uneven distribution of distribution in BBPPT. The purpose of this research is to design a knowledge management system (KMS) model, to be a reference for BBPPT in developing a knowledge management system, which will assist the knowledge management process in the BBPPT environment to improve service quality as expected by BBPPT. This study uses the KMS Fernandez contingency factor analysis theory to determine knowledge management solutions also using prototyping for system analysis and design. This research is a mixed method research with qualitative research through interviews and FGDs and quantitatively conducted by conducting surveys. The results of the design using the Fernandez method produce several KM processes including socialization, combination, direction, and routine. The results of the design are realized in the form of modeling with UML diagrams and prototyping. Evaluation of the design was carried out using the SUS method. This study also provides recommendations for the implementation plan of the KMS system design for BBPPT."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>