Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64991 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fabianus Hiapianto Koesoemadinata
"Pasar Malam Komidi Putar yang masih ditemukan di pinggiran Jabodetabek merupakan hiburan rakyat yang sederhana dan terjangkau serta menjadi ruang berkumpul para penghibur dan pedagang yang bergerak secara kolektif dengan memanfaatkan lahan terbuka di sekitar permukiman padat penduduk. Penelitian ini berangkat dari keprihatinan terhadap hiburan rakyat yang semakin kurang mendapat ruang. Isu utama yang diangkat penelitian ini adalah dinamika okupasi lahan dan relasi kuasa dalam penyelenggaraan hiburan rakyat. Kelompok yang diteliti adalah “Yudhika Ria” yang merupakan kelompok pengelola pasar malam dan beroperasi di periurban Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi, dan memetakan historisitas pasar malam dalam konteks sosial, politik dan budaya di Indonesia. Hasil dan temuan penelitian lapangan diinterpretasikan dalam kaitannya dengan strategi okupasi dan pemanfaatan lahan dalam konteks praktik negosiasi antara kelompok pengelola dan otoritas formal serta informal. Penelitian ini menemukan bahwa pelaku hiburan rakyat melakukan fluid-placemaking menggunakan strategi melipir, menyelinap dan mengokupasi ruang secara temporer untuk bernegosiasi dengan struktur kekuasaan tempat mereka beroperasi. Eksistensi hiburan rakyat ini merepresentasikan perlawanan bidang usaha informal terhadap gempuran hegemoni industri hiburan modern dan pusat perbelanjaan di perkotaan.

Pasar Malam Komidi Putar is a form of folk entertainment which is affordable for lower middle class communities and has become a space for informal entertainment business and traders to work collectively in open lands situated near densely populated settlements. This research departs from the concern of how entertainment for lower class is getting less and less space. The main issue raised inthis research is the dynamics of land occupation and power relations in organizing this type of entertainment. The chosen case study is 'Yudhika Ria' which is a night market management group that operates in Jabodetabek suburbs. Data is collected and analyzed by utilizing qualitative method with an ethnographic approach. The research also involves a historical mapping of night markets in Indonesia within its social, political, and cultural context. Research findings are interpreted in relation to strategies in occupying and using spaces while reflecting the process of negotiation between the management group with the formal and informal authorities. Data analysis reveals that the group who runs entertainment for lower middle-class communities is actually doing fluid- placemaking by implementing strategies of melipir (slipping away), menyelinap (sneaking) and occupying spaces temporarily. The existence of this type of entertainment represents the resistance of informal businesses againts the hegemonic onslaught of the modern entertainment industry in urban areas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006
Jakarta: Lentera Dipantara, 2010
899.232 PRA b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Isnaini
"Disertasi ini merupakan sebuah studi mengenai representasi relasi kekuasaan yang bertitik tolak dari telaah tata ruang publik kota dalam membentuk identitas sebuah kota. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif eksplanatif dengan menggunakan metode penelitian semiotika sosial. Dengan mengacu pada konsep Representasi dari Stuart Hall dan Episteme dari Foucault, secara umum dapat disimpulkan dua hal penting dalam penelitian ini. Pertama, Alun-alun Kota Tuban adalah sebuah representasi identitas Kota Tuban sebagai kota yang religius dan multikultural. Kedua, perubahan bentuk arsitektur serta lokasi bangunan menandakan bergesernya rezim kepenguasaan yang terjadi dalam konteks wilayah Alun-alun Kota Tuban Kontemporer. Transformasi episteme berupa relasi kuasa tergambar jelas pada kompleks Alun-alun Kota Tuban kontemporer yang menunjukkan dominasi kontrol yang dimiliki oleh diskursus-diskursus tertentu yang dalam konteks penelitian ini berwujud diskursus Islam, Globalisasi, Kapitalisme dan Postkolonialisme, dengan ideologi dominan yang muncul adalah kapitalisme dan postkolonialisme.
Implikasi teoritis penelitian ini menunjukkan, khususnya dalam kaitannya dengan pilihan identitas Kota Tuban, Hall tidak menjelaskan bahwa sebetulnya faktor ekonomi pun berperan terhadap konstruksi akan identitas sekaligus pilihan identitas pada suatu kota baik langsung atau tidak langsung, sama seperti Theodore Adorno yang tidak menyinggung faktor komodifikasi dapat berperan terhadap konstruksi akan identitas. Selain itu, ketika budaya menjadi basis dalam perekonomian kota, maka dalam perekonomian simbolis terjadi reduksi dalam pemaknaan budaya. Budaya yang didefinisikan sebagai shared of meaning dibatasi maknanya sebagai semua image dan simbol yang marketable yang mampu untuk mendorong konsumsi.

This dissertation explores how power relations represented in urban planning of public spaces form the identity of a city. This is a qualitative research study using an explanatory social semiotics method. With reference to the concept of representation by Stuart Hall and Foucault's perspectives on episteme, there are two important things can be concluded from this study. First, Alun-alun Kota Tuban (Tuban's City Square) is a representation of the city's religious and multicultural identities. Second, the changes on architectural landscapes and building sites signify the shift of the regime that has take a place within the context of Contemporary Tuban's City Square. The transformation of power relations episteme is clearly illustrated in the Tuban's Contemporary City Square complex which shows the dominance of control possessed by certain discourses such as Islamic Globalization, Capitalism and Post colonialism discourses, whereas the dominant ideologies that emerge in those discourses are capitalism and post colonialism.
The theoretical implication of this study suggests that, particularly in relation to the selected Tuban's identity, Stuart Hall and Theodore Adorno did not explain that in fact, economic factors also contribute to the construction of identity. In other words, in order to understand the way in which the city's identity is formed we should consider commoditization as a contributing factor to the construction of identity. Furthermore, when culture becomes merely a part of the city's economy or a form of symbolic economy, it reduces the profound meaning of culture making. Culture, which is defined as shared of meaning, has limited meaning as all images and marketable symbols that support people's mode of consumption.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiesel, Elie
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003
843 WIE m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Lionardi Irsugana
"Anak-anak dalam perawatan sistem asuh seringkali menghadapi risiko pengasuhan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, penting untuk memerhatikan praktik pengasuhan untuk memastikan hasil positif yang mendukung pertumbuhan mereka jangka panjang. Penelitian ini mengeksplorasi pengasuhan anak dalam sistem asuh, khususnya mengenai keterikatan emosional dan dinamika kuasa. Studi ini menggunakan film Systemsprenger (2019) sebagai studi kasus untuk menggali aspek-aspek emosional dan psikologis dalam pengasuhan. Dengan pendekatan sosio-psikologis, penelitian ini memadukan teori attachment dan konsep relasi kuasa untuk menganalisis hubungan antara anak dan pengasuh. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana film tersebut menggambarkan pengaruh attachment anak pada dinamika relasi kuasa dalam konteks sistem asuh. Hasil penelitian menunjukkan pentingnya pendekatan pengasuhan berbasis attachment yang aman, serta dampaknya pada identitas anak dan struktur kuasa dalam sistem asuh. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang praktik pengasuhan yang efektif dan humanis, serta relevansinya pada konteks sosial yang lebih luas di dunia nyata.

Children in foster care systems often face the risk of receiving care that does not adequately meet their needs. Therefore, it is crucial to focus on caregiving practices to ensure positive outcomes that support their long-term development. This study explores child care within foster care systems, particularly in terms of emotional attachment and power dynamics. Using the 2019 film Systemsprenger as a case study, this research delves into the emotional and psychological aspects of caregiving. Adopting a socio-psychological approach, the study integrates attachment theory and the concept of power relations to analyze the interactions between children and caregivers. The primary focus is on how the film portrays the impact of a child's attachment on power dynamics within the foster care context. The findings highlight the importance of secure attachment-based caregiving approaches and their effects on a child’s identity and the power structure within the foster care system. These insights offer new perspectives on effective and humane caregiving practices and their relevance in a broader real-world social context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Lionardi Irsugana
"Anak-anak dalam perawatan sistem asuh seringkali menghadapi risiko pengasuhan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, penting untuk memerhatikan praktik pengasuhan untuk memastikan hasil positif yang mendukung pertumbuhan mereka jangka panjang. Penelitian ini mengeksplorasi pengasuhan anak dalam sistem asuh, khususnya mengenai keterikatan emosional dan dinamika kuasa. Studi ini menggunakan film Systemsprenger (2019) sebagai studi kasus untuk menggali aspek-aspek emosional dan psikologis dalam pengasuhan. Dengan pendekatan sosio-psikologis, penelitian ini memadukan teori attachment dan konsep relasi kuasa untuk menganalisis hubungan antara anak dan pengasuh. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana film tersebut menggambarkan pengaruh attachment anak pada dinamika relasi kuasa dalam konteks sistem asuh. Hasil penelitian menunjukkan pentingnya pendekatan pengasuhan berbasis attachment yang aman, serta dampaknya pada identitas anak dan struktur kuasa dalam sistem asuh. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang praktik pengasuhan yang efektif dan humanis, serta relevansinya pada konteks sosial yang lebih luas di dunia nyata.

Children in foster care systems often face the risk of receiving care that does not adequately meet their needs. Therefore, it is crucial to focus on caregiving practices to ensure positive outcomes that support their long-term development. This study explores child care within foster care systems, particularly in terms of emotional attachment and power dynamics. Using the 2019 film Systemsprenger as a case study, this research delves into the emotional and psychological aspects of caregiving. Adopting a socio-psychological approach, the study integrates attachment theory and the concept of power relations to analyze the interactions between children and caregivers. The primary focus is on how the film portrays the impact of a child's attachment on power dynamics within the foster care context. The findings highlight the importance of secure attachment-based caregiving approaches and their effects on a child’s identity and the power structure within the foster care system. These insights offer new perspectives on effective and humane caregiving practices and their relevance in a broader real-world social context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Pratiwi Wulandari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas relasi kuasa dalam dalam ruang kota Kyoto melalui analisis konflik pemandangan lanskap kota keikan ronsou . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana berbagai kelas masyarakat Kyoto menegosiasikan kekuasaan mereka dalam pembentukan ruang kota. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis dialektika sosio-spasial ruang kota berdasarkan teori relasi kuasa Michel Foucault dan teori-teori ruang kota Henri Lefebvre. Hasil temuan penelitian skripsi ini adalah fakta bahwa pemerintah Kyoto mendominasi pembentukan ruang Kyoto dengan pembangunan terpimpin yang berorientasi kapitalis berdasarkan kepentingan kelas masyarakat pemilik modal dan menjadikan ruang tersebut teralienasi dari identitas kota sebagaimana dipikirkan oleh masyarakat Kyoto.

ABSTRACT
The focus of this study is the power relations in urban Kyoto through analysis of urban scenery conflicts keikan ronsou . This study aims to understand how various classes of Kyoto citizen negotiated their power and shaped the city as well as how the city shaped them. This is a socio spatial dialectic analysis of urban space using theories from Foucault and Lefebvre. The findings of this study show that Kyoto municipal government rsquo s dominating spatial agency shaped the city center based on capitalist rationality which favors the interests of the city development project shareholders. The researcher suggests that this form of development alienates the city center from Kyoto city rsquo s identity held by its citizens."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Pramesti Rachardyanti
"

Penggunaan media film untuk merepresentasikan kota telah banyak digunakan seiring berjalannya waktu untuk memahami, membaca dan mempelajari kondisi kota dengan segala dinamika sosial yang silih berganti. Melalui media ini, menyampaikan sudut pandang seseorang dalam menjalani ruang kota menjadi penting karena merupakan refleksi dan komentar sosial terhadap isu-isu dan kondisi yang secara nyata terjadi pada sebuah kota. Isu perkotaan utama yang diangkat dalam skripsi ini merupakan isu gender terutama keterkaitannya dengan perempuan dalam kota, serta bagaimana ruang kota Jakarta sesungguhnya digunakan dan didefinisikan oleh masyarakatnya. Terdapat sebuah steriotip dan pembatasan penggunaan ruang kota yang dapat diidentifikasi melalui perspektif perempuan dalam menjalani dan mengalami ruang kota. Pengidentifikasian isu-isu tersebut dilakukan melalui representasi sinematik kota pada sebuah film. Skripsi ini secara dalam membahas 2 film berbeda yang keduanya bercerita mengenai perempuan & kota Jakarta, yakni; Eliana, Eliana (2002) dan Selamat Pagi, Malam (2014) untuk melihat dan membandingkan representasi kota Jakarta dalam film dengan realita, terutama yang berkaitan dengan isu gender dan penggunaan ruang kota.

 


The use of film to represent a city has been widely used in urban studies to understand, read and study the condition of a city with all of its social dynamics that happened in urban society through out recent history. Through this media, conveying a point of view in living and experiencing urban space is important, as it is sometimes an actual reflection on issues and conditions that occur in the city. The main urban issues raised in this paper is gender issue, especially in relation with women in the city and how the urban space of Jakarta is occupied and defined. These issues are related to the stereotype and limitation on the use of urban space, and can be identified through the perspective of women living and experiencing urban space. Furthermore, cinematic representation of a city in film is used as a media to identify these issues. This thesis discusses 2 different films that both tells the story of women & the city of Jakarta, namely; Eliana, Eliana (2002) and Selamat Pagi, Malam (2014) to see and compare the representations of the city of Jakarta in films with reality, to see and compare representations of Jakarta city in films with reality, especially those relating to gender issues and the use of urban space.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deden Ramadani
"Artikel ini membahas tentang dinamika relasi kuasa dan injunctive norms di dalam partisipasi anak pada perencanaan pembangunan di tiga wilayah DKI Jakarta. Studi-studi sebelumnya mengemukakan bahwa kendala partisipasi anak disebabkan oleh aspek psikososial, terbatasnya kemampuan SDM di dalam mendorong partisipasi anak, serta pelaksanaan prosedural akibat tekanan pihak eksternal. Pandangan tersebut memiliki kelemahan karena belum menempatkan aspek dinamika relasi kuasa antara anak dengan orang dewasa serta injunctive norms yang terjadi di dalam proses partisipasi anak. Penulis berargumen bahwa ketimpangan relasi kuasa antara anak dengan orang dewasa berkontribusi terhadap terhambatnya partisipasi anak. Kondisi ini dilanggengkan oleh injunctive norms yang dikonstruksikan oleh orang dewasa pada proses partisipasi anak, Hal ini berakibat pada proses partisipasi anak yang tidak bermakna dalam perencanaan pembangunan. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai anak yang tergabung di dalam forum anak, anak penerima manfaat, fasilitator forum anak serta pejabat pemerintah. Studi ini juga melakukan analisis berdasarkan data sekunder dan diskusi kelompok terfokus (FGD) untuk menjelaskan dinamika relasi kuasa dan injunctive norms dalam partisipasi anak pada perencanaan pembangunan di tiga wilayah DKI Jakarta, yakni Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

This article discusses the dynamics of power relations and injunctive norms in children's participation in development planning in three areas of DKI Jakarta. Previous studies suggest that the constraints on children's participation are caused by psychosocial aspects, limited human resource capability in assisting children's participation, and procedural implementation due to demand from external parties. Previous studies have weaknesses because they have not considered aspects of the dynamics of power relations between children and adults and the injunctive norms that occur in children's participation. The author argues that the imbalance of power relations between children and adults contributes to the restraint of children's participation. This condition is perpetuated by injunctive norms that are constructed by adults in the children's participation process. The condition of inequality in power relations is perpetuated by injunctive norms constructed by adults in children's participation. This study uses a qualitative approach by interviewing children who are members of the children's forum, child beneficiaries, children's forum facilitators, government officials. This study also analyzed secondary data collection and FGDs to explain the dynamics of power relations and injunctive norms in children's participation in development planning in three areas of DKI Jakarta: North Jakarta, East Jakarta and South Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Laeliyatul Masruroh
"Masyarakat adat Kasepuhan Karang di Banten telah melalui perjuangan panjang untuk memperoleh kedaulatan atas tanah hutan yang mereka kelola secara turun-temurun. Penetapan Hutan Adat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2016 membuka peluang masyarakat adat untuk mengelola dan mengembangkan hutan yang berdampak pada dinamika relasi kekuasaan di dalamnya. Penelitian ini bertujuan mengkaji dinamika relasi kuasa di akar rumput masyarakat adat Kasepuhan Karang pasca-Penetapan Hutan Adat, dengan menelusuri perubahan-perubahan yang terjadi. Metode yang digunakan adalah etnografi dengan observasi partisipatif di Desa Jagaraksa, Kecamatan Muncang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, 7-15 Oktober 2023. Analisis dengan teori agensi, struktur sosial, dan ekologi politik yang berorientasi pada aktor. Penelitian ini menunjukkan pasca-Penetapan Hutan Adat 2016, masyarakat adat Kasepuhan Karang melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan identitas adat mereka. Identitas ini memungkinkan mereka mengelola hutan melalui berbagai proyek, seperti saung pembibitan, ekowisata meranti, dan pengelolaan kopi dengan teknologi baru. Namun, proyek-proyek tersebut menimbulkan ketegangan akibat ketidakadilan dalam distribusi peluang. Kepala Desa (Jaro) sebagai aktor utama yang memanfaatkan struktur sosial untuk mempertahankan kekuasaan dan identitas adat. Pemuda adat sebagai agensi dalam pengembangan ekonomi berbasis hutan, meskipun kekuasaan mereka dibatasi. Perempuan adat, berperan kunci dalam melestarikan ritual panen padi dan mempertahankan identitas adat menghadapi ketidakadilan karena terbatasnya akses terhadap peluang kerja dan keterlibatan kegiatan ekonomi proyek. Ekologi politik menekankan pengelolaan hutan harus mengutamakan kesetaraan dan keadilan untuk menciptakan perubahan sosial yang inklusif.

The Kasepuhan Karang indigenous community in Banten has undergone a long struggle to obtain sovereignty over the forest land they have managed for generations. The designation of Indigenous Forest by the Ministry of Environment and Forestry (KLHK) in 2016 opened opportunities for the community to manage and develop the forest, which has impacted the dynamics of power relations within it. This study aims to examine the dynamics of power relations at the grassroots level of the Kasepuhan Karang indigenous community post- Indigenous Forest designation, by exploring the changes that have occurred. The method used is ethnography with participant observation in Jagaraksa Village, Muncang Subdistrict, Lebak Regency, Banten Province, from October 7–15, 2023. The analysis is conducted using the theories of agency, social structure, and political ecology, with an emphasis on power oriented toward actors. The study shows that after the 2016 Indigenous Forest designation, the Kasepuhan Karang indigenous community made various efforts to maintain their cultural identity. This identity enabled them to manage and develop the forest through various activities and projects, such as the seedling hut, Meranti ecotourism, and coffee management with new technologies. However, these projects have created tensions due to the inequities in opportunity distribution. The Village Head (Jaro) plays a central role by utilizing the social structure to maintain power and cultural identity. Indigenous youth act as agents in forest-based economic development, although their power is limited. Indigenous women play a key role in preserving rice harvest rituals and maintaining cultural identity, face injustices due to their limited access to work opportunities and involvement in the economic activities of the projects. Political ecology emphasizes that forest management should prioritize equality and justice to foster inclusive social change."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>