Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angelica Bunardi
"Masyarakat yang sadar akan kesehatan merupakan salah satu bentuk investasi dasar dalam pembangunan sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas. Puskesmas merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan dalam membangun kesehatan masyarakat yang merata. Apoteker sebagai salah satu substansi tenaga kesehatan dalam rangka mendukung tercapainya tujuan yang ada melakukan berbagai pelayanan kefarmasian sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian yang berlaku. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO). Mengingat akan banyaknya tantangan yang dihadapi oleh orang tua saat memberikan obat pada anak, maka dilakukanlah PIO dengan cara penyuluhan di Puskesmas Kecamatan Palmerah dengan membawa tema “Cara Pemberian Obat pada Anak" menggunakan media leaflet. Leaflet dibuat dengan menyusun materi leaflet yang nantinya akan disusun dalam bentuk tahapan yang perlu diperhatikan pada saat pemberian obat pada anak berdasarkan penelitian berbasis ilmiah. Proses tersebut kemudian dilanjutkan dengan pembuatan desain dan pencetakan leaflet. Penyuluhan dilakukan dengan meminta persetujuan peserta (keluarga yang membawa anak ke lokasi penyuluhan) untuk diberi penyuluhan. Hasilnya, telah dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah yang diselingi sedikit diskusi selama 15 menit terhadap 3-5 keluarga di poli Influenza Like Illness (ILI) Puskesmas Kecamatan Palmerah. Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah peran apoteker dan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, khususnya dokter anak sangatlah penting dalam pemberian penyuluhan mengenai “Cara Pemberian Obat Pada Anak” untuk keberhasilan pengobatan yang tepat untuk anak.

The awareness of health in a society is a form of basic investment in the development of productivity and quality of human resources. Public Health Center as a form of strategy carried out by the government, aims to develop an equally level of health around the citizens. Pharmacists as one of the substance of healthcare workers perform various pharmaceutical services based on pharmaceutical service standards in supporting the achievement of this goal. One of the way is by conducting Drug Information Services (DIS). Based on many challenges faced by parents when giving medicine to children, a DIS in a counseling form was carried out at the Palmerah District Public Health Center with the theme "How to Give Medicine to Children" using leaflets as the media. Leaflets are made by compiling materials which are arranged in the form of stages that need to be considered when administering drugs to children based on scientific based research. The process is continued into the making of leaflet designs and printing. Counseling is firstly done by giving consent to the participants (families that brought children to the location of counseling). As a result, counseling was carried out to 3-5 families at the Influenza Like Illness (ILI) polyclinic of Palmerah District Health Public Center using the lecture method for 15-minute, interspersed with a brief discussion. The conclusion that can be drawn from this activity is that the role of pharmacists and other healthcare workers such as doctors, especially pediatricians, is very important in providing counseling on "How to give medicine to children" to carry out appropriate treatment for children."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lola Miftahul Fidini
"Apoteker memiliki peranan penting dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Berpartisipasi langsung dalam praktik kerja kefarmasian merupakan salah satu hal penting yang dilakukan untuk menjadi seorang apoteker profesional. Oleh karena itu, sebagai bekal dan pengalaman dalam memahami peran apoteker dalam dunia kerja, para calon apoteker diwajibkan untuk menjalani praktik kerja profesi. Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Puskesmas Matraman periode Oktober 2022.

Pharmacists have an important role in doing pharmaceutical practice. Participating directly in the practice of pharmacy work is one of the important things to do to become a professional pharmacist. Therefore, as a provision and experience in understanding the role of pharmacists in the world of work, prospective pharmacists are required to undergo professional work practices. The Professional Practice of Pharmacist is held Matraman District Health Center periode October 2022.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Febrianti
"Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar setiap tahunnya dapat diketahui bahwa penyakit masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia serta diakibatkan oleh tidak tepatnya tata laksana diare baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Penelitian ini dilakukan terhadap Rekam medik balita yang mengalami diare yang datang ke poli Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Penelitian ini dibagi kedalam 5 kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks masa tubuh, penggunaan obat dan bentuk obat, dan tempat dosis. Hasil menunjukkan bahwa Pasien diare balita berjenis kelamin laki-laki memiliki kasus terbanyak yaitu 32 pasien (51.6%) dan perempuan berjumlah 30 pasien (48.4%). Jumlah usia pasien diare pada balita usia 0 tahun berjumlah 16 pasien (25.8%) dan usia 1 – 5 tahun berjumlah 46 pasien (74.2%). Kelompok indeks masa tubuh pasien diare pada balita berdasarkan standar WHO yaitu kelompok indeks masa tubuh kurang berjumlah yang diberikan 58 pasien (93.5%) dan indeks masa tubuh normal berjumlah 4 pasien (6.5%). Berdasarkan penggunaan obat dan bentuk sediaan obat diperoleh penggunaan obat pada pasien diare balita di poli MTBS lebih ke terapi supportif dengan oralit dan zinc. Pengobayan diare tepat dosis pada obat oralit dan zinc sebanyak 0 kasus (100%), dan cotrimoxazole tepat dosis sebanyak 2 kasus (66.67 %) dan terdapat 1 kasus (33.33%) tidak tepat dosis.

Based on the Household Health Survey, Mortality Study and Basic Health Research every year it is seen that disease is still the main cause of under-five mortality in Indonesia and is caused by improper handling of diarrhea both at home and in health. Facility. This research was conducted on the medical records of toddlers who experienced diarrhea who came to the Integrated Management of Sick Toddlers at the Pasar Rebo District Health Center. This study was divided into 5 groups based on gender, age, body mass index, drug use and drug form, and place of drug administration. The results showed that male toddlers with diarrhea had the most cases, namely 32 sufferers (51.6%) and 30 female sufferers (48.4%). The number of diarrhea sufferers in toddlers aged 0 years was 16 sufferers (25.8%) and aged 1-5 years were 46 sufferers (74.2%). Based on WHO standards, the body mass index group for diarrhea sufferers was less than 58 patients (93.5%) and 4 patients (6.5%) had normal body mass index. Based on the use of drugs and drug dosage forms, it was found that the use of drugs in children with diarrhea under five at the MTBS poly was more supportive of therapy with ORS and zinc. Treatment of diarrhea with ORS and zinc was dosed correctly in 0 cases (100%), and co-trimoxazole was dosed correctly in 2 cases (66.67%) and there was 1 case (33.33%) wrong dose."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Rahmansyah Putra Pratama
"Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009, obat adalah suatu bahan, campuran bahan, atau produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi dan menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, serta kontrasepsi untuk manusia. Salah satu bentuk obat yang umum digunakan yaitu tablet. Salah satu cara penggunaan obat, dalam hal ini cara penggunaan tablet yang seringkali disalahgunakan pasien yaitu membelah tablet. Praktik ini umum dilakukan oleh pasien dengan beberapa alasan, yaitu untuk mengatasi kesulitan menelan obat, mengatur dosis, ataupun untuk melakukan penghematan. Praktik membelah tablet yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan zat aktif, dosis yang tidak seragam, penurunan efektivitas obat, atau menyebabkan efek toksik yang mempengaruhi keselamatan pasien. Untuk mencegah hal tersebut, maka edukasi kepada pasien adalah hal yang diperlukan. Salah satu wujud pemberian edukasi kesehatan, khususnya edukasi mengenai obat-obatan yang dilakukan oleh apoteker yaitu Pelayanan Informasi Obat (PIO). Laporan ini menjelaskan kegiatan PIO yang dilakukan terhadap pasien rawat jalan di ruang tunggu pelayanan resep Puskesmas Kecamatan Palmerah. Kegiatan PIO yang dilakukan yaitu pembuatan leaflet, pemaparan materi secara tatap muka, dan pembuatan video edukasi yang kemudian dipublikasikan di media sosial. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan serta pemahaman masyarakat dalam menggunakan tablet dengan benar.

According to Indonesian Law Number 36 of 2009, medicine is a substance, mixture of materials, or biological products used to affect and investigate physiological systems or pathological conditions in the framework of establishing a diagnosis, prevention, cure, recovery, health improvement, and contraception for humans. One form of drug that is commonly used is tablets. One way of using tablets that is often misused by patients is splitting the tablet. This practice is commonly carried out by patients for several reasons, namely to overcome difficulties in swallowing drugs, adjust doses, or make savings. The practice of splitting tablets improperly can cause damage to the active substance, non-uniform dosage, decrease the effectiveness of the drug, or cause toxic effects that affect patient safety. To prevent this, patient education is necessary. One form of providing health education, especially education regarding medicines carried out by pharmacists, is the Drug Information Service (PIO). This report describes the PIO activities carried out on outpatients in the waiting room for prescription services at the Palmerah District Health Center. The PIO activities carried out include making leaflets, presenting material face-to- face, and making educational videos which are then published on social media. This activity aims to provide education to increase public knowledge and understanding of using tablets properly."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Mediati Firdausya
"Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang sering terjadi dan salah satu alasan paling umum untuk penggunaan antibiotik. Salah satu masalah yang kini menjadi perhatian utama adalah masalah resistensi antimikroba, akibat penggunaan antibiotik secara tidak bijak, baik oleh masyarakat maupun tenaga kesehatan. Tujuan analisis resep antibiotik di Apotek Roxy Ciledug adalah pengkajian resep sesuai persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016, analisis kesesuaian terapi berdasarkan Tatalaksana ISK dan Genitalia Pria 2021 oleh Ikatan Ahli Urologi Indonesia dan EAU Guidelines on Urological Infections 2022, dan memberikan rencana tindak lanjut untuk penyelesaian masalah terkait obat yang terjadi atau berpotensi terjadi. Penelitian ini bersifat observasional dengan pengambilan sampel secara retrospektif. Kriteria inklusi yang digunakan yaitu pasien dengan peresepan antibiotik oral maupun topikal. Kriteria eksklusi yaitu resep antibiotik telemedicine. Resep antibiotik yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan yaitu satu resep. Pasien dengan peresepan antibiotik yang masuk di Apotek Roxy Ciledug pada periode Juli 2022 berjumlah 87 pasien. Resep yang digunakan adalah resep antibiotik azithromycin, doxycycline, metronidazole. Hasil pengkajian menunjukkan resep telah sesuai persyaratan administratif, tidak ada bentuk sediaan menurut kajian farmasetik, terdapat efek samping obat dan tidak tepat dosis menurut kajian aspek klinis. Tindak lanjut mengenai masalah terkait potensi efek samping obat yaitu pemberian informasi obat kepada pasien, sedangkan masalah terkait interaksi obat yaitu pemberian jeda waktu penggunaan obat.

Urinary Tract Infection (UTI) is a common bacterial infection and one of the most common reasons for taking antibiotics. One of the problems that has now become the main concern is antimicrobial resistance, due to the unwise use of antibiotics, either by the public or health workers. The purpose of analyzing antibiotic prescriptions at Apotek Roxy Ciledug is to review prescription according to Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016, analysis of the suitability of therapy based on the Tatalaksana ISK dan Genitalia Pria 2021 by the Indonesian Association of Urologists and the EAU Guidelines on Urological Infections 2022, and provides a follow up plan for solving DRP that occur or potentially to occur. This study is an observational study with retrospective sampling. The inclusion criteria were patients prescribed oral or topical antibiotics. The exclusion criteria were telemedicine antibiotic prescriptions. Antibiotic prescriptions used as sample in this study were determined by simple random sampling. The number of samples used is one prescription. Patients with antibiotic prescriptions who entered the Apotek Roxy Ciledug in July 2022 totaled 87 patients. The prescription used was azithromycin, doxycycline, metronidazole. The results showed that the prescription met administrative requirements, there were no dosage forms according to pharmaceutical studies, there were drug side effects and the dosage was incorrect according to clinical aspects. Follow up regarding problems related to potential drug side effects is providing drug information to patients, while problems related to drug interactions is providing drug use interval"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Reza Juliani
"Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas No. 74 Tahun 2016, Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam dalan kegiatan manajerial Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai serta Pelayanan Farmasi Klinik. Salah satu kegiatan pelayanan farmasi klinik yaitu memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) (Kemenkes RI, 2016). Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah kegiatan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar puskesmas (Kemenkes RI, 2019). Pelaksanaan pelayanan informasi obat di Puskesmas salah satunya dapat dilakukan dengan membuat leaflet serta melakukan kegiatan penyuluhan khususnya bagi pasien rawat jalan, rawat inap serta masyarakat (Kemenkes RI, 2016). Kegiatan tersebut telah rutin dilakukan di Puskesmas Kecamatan Palmerah. Peran apoteker dalam memberikan Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas Kecamatan Palmerah yaitu menjawab pertanyaan terkait obat serta melakukan penyuluhan dan pembuatan leaflet secara akurat, jelas, dan terkini kepada pasien, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Informasi terkait Interaksi Obat dan Makanan telah disampaikan dengan baik dan jelas melalui Penyuluhan dan Leaflet kepada pasien di Ruang Tunggu Apotek Puskesmas Kecamatan Palmerah.

Based on Pharmaceutical Service Standards at Health Center No. 74 of 2016, Community Health Centers have responsibility for managerial activities in the Management of Pharmaceutical Supplies and Medical Consumables and Clinical Pharmacy Services. One of the clinical pharmacy service activities is providing Drug Information Services (PIO) (Ministry of Health Republic of Indonesia, 2016). Drug Information Service (PIO) is an activity carried out by pharmacists to provide accurate, clear and up-to-date information to doctors, pharmacists, nurses, other health professionals as well as patients and other parties outside the puskesmas (RI Ministry of Health, 2019). The implementation of drug information services at the Community Health Center can be done by making leaflets and conducting outreach activities, especially for outpatients, inpatients and the community (Ministry of Health Republic of Indonesia, 2016). This activity has been routinely carried out at the Palmerah District Health Center. The role of the pharmacist in providing Drug Information Services at the Palmerah District Health Center is to answer questions related to drugs and conduct counseling and produce leaflets in an accurate, clear and up-to-date manner for patients, health workers and the community. Information related to drug and food interactions has been conveyed properly and clearly through counseling and leaflets to patients in the waiting room of the Palmerah Health Center Pharmacy.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di Puskesmas salah satunya adalah evaluasi penggunaan obat. Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik, masalah terapi obat, dan peningkatan biaya obat. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat rasional di Puskesmas Kelurahan Cililitan berdasarkan indikator peresepan untuk tiga diagnosis penyakit (ISPA non pneumonia, diare non spesifik, myalgia) serta rerata item per lembar resep pada periode Agustus – Oktober 2022. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil satu data peresepan setiap hari untuk tiap diagnosis penyakit dan dihitung persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan diare non spesifik, persentase penggunaan injeksi pada myalgia, serta rerata jumlah item obat yang diresepkan. Hasil menunjukkan bahwa persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia adalah 15% (Agustus) dan 10% (September dan Oktober). Persentase penggunaan antibiotik pada diare non spesifik adalah 10% (Agustus – Oktober). Persentase penggunaan injeksi pada myalgia adalah 0% (Agustus – Oktober). Rerata jumlah item obat adalah 3,18 item (Agustus), 3,02 item (September), dan 2,85 item (Oktober). Kesimpulannya adalah persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan penggunaan injeksi pada myalgia tidak melebihi batas toleransi yang ditetapkan (20% dan 1%). Sedangkan persentase penggunaan antibiotik pada diare non spesifik dan rerata jumlah item obat melebihi batas toleransi yang ditetapkan (8% dan 2,6 item).

One of the clinical pharmacy services carried out at public health center is the evaluation of drug use. Irrational use of drugs can lead to antibiotic resistance, drug therapy problems, and increased drug costs. The purpose of this special assignment was to evaluate rational drug use at the Cililitan Public Health Center based on prescribing indicators for three disease diagnoses (non-pneumonic URTI, non-specific diarrhea, myalgia) and the average item per prescription in the period August – October 2022. Data collection was carried out using the method of taking one prescription per day for each disease diagnosis and calculating the percentage of antibiotic use in non-pneumonic URTI and non-specific diarrhea, the percentage of injection use in myalgia, and the average of drug items prescribed. The results showed that the percentage of antibiotic used in non- pneumonic URTI is 15% (August) and 10% (September and October). The percentage of the used of antibiotics in non-specific diarrhea is 10% (August - October). The percentage of injections used in myalgia is 0% (August – October). The mean number of drug items was 3.18 items (August), 3.02 items (September), and 2.85 items (October). The conclusions are that the percentage of antibiotic use in non-pneumonic URTI and injection use in myalgia does not exceed the established tolerance limit (20% and 1%). While the percentage of antibiotic use in non-specific diarrhea and the average of drug items exceeded the established tolerance limit (8% and 2,6 items)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Metanoia Simarmata
"Pelayanan kesehatan di Puskesmas tidak lepas dari peran petugas kefarmasian yaitu apoteker dalam penyelenggaraan obat. Penyelenggaraan obat dilakukan dari proses perencanaan obat sampai obat diterima oleh pasien. Pelayanan kefarmasian bertugas dalam pengelolaan obat serta Bahan Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian dalam pengelolaan obat serta BMHP meliputi permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,pengendalian, pencatatan, pelaporan, pengarsipan dan pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Pelayanan kefarmasian klinik meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap), pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan obat.Peran apoteker dibutuhkan keterampilan serta sikap yang dapat mendukung proses pekerjaannya. Menurut WHO (World Health Organization) keterampilan dan sikap seorang apoteker dapat ditujukan untuk fungsi yang berbeda tiap penncarian solusi. Praktek apoteker meliputi care giver, decision maker, communicator, manager, leader, life-long learner, teacher, research, dan enterpreuner. Peran apoteker yang memiliki sikap nine stars dapat memberikan pelayanan yang layak, efektif dan seaman mungkin bagi pasien. Kontribusi seorang apoteker sangat berdampak pada kualitas kesehatan pasien.

Health services at the District health center be separated from the role of pharmacy officers, namely pharmacists in administering drugs. Drug administration is carried out from the drug planning process until the drug is received by the patient. Pharmaceutical services are responsible for managing drugs and Consumable Medical Equipment Management and clinical pharmacy services. Pharmaceutical services in managing drugs and Consumable Medical Equipment Management include requesting, receiving, storing, distributing, controlling, recording, reporting, archiving and monitoring and evaluating management. Clinical pharmacy services include reviewing prescriptions, dispensing drugs, and providing drug information, Drug Information Services, counseling, rounds/patient visits (especially inpatient Health Centers), monitoring and reporting of drug side effects, monitoring of drug therapy and evaluation of drug use. The pharmacist's role requires skills and attitudes that can support the work process. According to World Health Organization the skills and attitudes of a pharmacist can be directed to different functions for each search solution. Pharmacist practice includes care giver, decision maker, communicator, manager, leader, life-long learner, teacher, research, and entrepreneur. The role of pharmacists who have a nine-star attitude can provide services that are appropriate, effective and as safe as possible for patients. The contribution of a pharmacist greatly affects the quality of patient health."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Reforma Yunita Masri
"Pemberian informasi obat dan penyerahan obat pada pasien merupakan kegiatan paling akhir dalam tahap pengobatan pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker kepada pasien, yang biasanya telah disiapkan oleh tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan ini dilakukan mulai dari tingkat Apotek, Puskesmas, klinik maupun Rumah sakit. Pelayanan pemberian informasi obat dan penyerahan obat yang dilakukan oleh unit kefarmasian tidak lepas dari risiko kesalahan pemberian obat pada pasien. Bentuk-bentuk kesalahan yang terjadi, seperti kesalahan dalam pelayanan atau pengobatan yang dikarenakan kesalahan dalam mengidentifikasi pasien dengan benar, kesalahan dalam pemberian obat dikarenakan Look-Alike Sound-Alike, serta metode penggunaan obat yang terbukti tidak efektif. Panjangnya alur yang dilakukan saat penyiapan obat dapat mengakibatkan Insiden keselamatan pasien. Analisis risiko kesalahan pemberian obat dapat dilakukan dengan metode FMEA. Failure Mode Effect Analysis atau FMEA adalah metode perbaikan kinerja dengan cara mengidentifikasi dan mencegah adanya potensi kegagalan atau kesalahan sebelum terjadi dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Providing drug information and handing over drugs to patients is the final activity in the patient's treatment stage. The drug delivery is carried out by the pharmacist to the patient, which is usually prepared by pharmaceutical technical personnel. This service is carried out starting from the pharmacy, health center, clinic and hospital level. The service of providing drug information and drug delivery carried out by the pharmacy unit is not free from the risk of medication administration errors to patients. Types of errors that occur, such as errors in service or treatment due to errors in correctly identifying patients, errors in administering medication due to Look-Alike Sound-Alike, as well as methods of using medication that are proven to be ineffective. The long process involved in preparing medication can result in patient safety incidents. Analysis of the risk of medication administration errors can be carried out using the FMEA method. Failure Mode Effect Analysis or FMEA is a method of improving performance by identifying and preventing potential failures or errors before they occur with the aim of improving patient safety."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Imadera Intan Jatu Pangestika
"Salah satu kegiatan pelayanan farmasi klinik yang dilakukan apoteker di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah Pelayanan Informasi Obat (PIO). Salah satu jenis dari Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah PIO aktif dimana apoteker menyediakan informasi yang dapat berupa leaflet, buku pedoman maupun buletin. Nasogastric Tube (NGT) merupakan istilah untuk pemasangan suatu selang yag dimasukan melalui hidung sampai lambung. Adminitrasi obat melalui NGT memerlukan perhatian khusus karena tidak semua bentuk sediaan per oral dapat diberikan melalui NGT. Hal ini karena ketidaktepatan dalam pemilihan bentuk sediaan obat dapat mengakibatkan efektivitas dari obat yang diberikan berkurang, tersumbatnya tube hingga dapat menyebabkan timbulnya toksisitas obat. Apoteker harus memastikan bahwa perawat memiliki informasi yang cukup untuk memerikan obat dengan aman. Tujuan ditulisnya laporan ini yaitu untuk mempelajari peran apoteker di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dalam memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) melalui pembuatan Buku Pedoman Pemberian Obat melalui Nasogastric Tube (NGT) Tahun 2022 di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Kegiatan yang dilakukan meliputi studi literatur, pemilihan obat dan penyusunan informasi pemberian obat melalui NGT. Pedoman ini dibuat berdasarkan studi literatur dan disusun berdasarkan obat yang tersedia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang tertera pada Formularium Rumah Sakit RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk membantu dalam pemberian obat melalui NGT kepada pasien dengan benar. Buku pedoman ini memuat informasi mengenai pemberian obat melalui NGT sebanyak 202 item obat dengan jenis obat meliputi jenis sediaan tablet/ kaplet, tablet/ kaplet salut selaput, kapsul gelatin keras dan tablet salut gula.

One of the clinical pharmacy service activities carried out by pharmacists at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo is the Drug Information Service (PIO). One type of Drug Information Service (PIO) is an active PIO where pharmacists provide information in the form of leaflets, manuals or bulletins. Nasogastric Tube (NGT) is the term for the installation of a tube that is inserted through the nose to the stomach. Administration of drugs through the NGT requires special attention because not all oral dosage forms can be administered through the NGT. This is because inaccuracy in the selection of drug dosage forms can result in reduced effectiveness of the drug given, and blockage of the tube which can cause drug toxicity. Pharmacists must ensure that nurses have sufficient information to administer medications safely. The purpose of writing this report is to study the role of pharmacists in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in providing Drug Information Services (PIO) through the creation of a 2022 Guidebook for Drug Administration through a Nasogastric Tube (NGT) at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Activities carried out include literature studies, drug selection, and compiling information on drug administration through the NGT. This guideline was made based on a literature study and was prepared based on the drugs available at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo listed on the Hospital Formulary of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo to assist in administering drugs through the NGT to patients correctly. This guidebook contains information regarding the administration of drugs through the NGT as many as 202 drug items with types of drugs including tablet/caplet, film-coated tablet/caplet, hard gelatin capsules, and sugar-coated tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>