Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Tasyah
"Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Pengkajian resep merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek. Pengkajian resep dilakukan untuk melakukan analisa adanya permasalahan terkait obat dan apabila ditemukan masalah terkait obat harus segera dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Tujuan dilakukannya pengkajian resep untuk mencegah permasalahan terkait obat sebelum obat diserahkan kepada pasien sehingga tidak terjadi medication error yang berdampak pada kegagalan terapi dan efek obat yang tidak diharapkan yang merugikan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan administrasi, kesesuaian farmasetik dan kesesuaian klinis pada peresepan di Apotek Kimia Farma Menteng Huis. Dalam penelitian ini, dilakukan pengkajian resep Pasien Rujuk Balik (PRB) pasien asma dengan mengkaji secara administratif, farmasetik dan klinis. Pada persyaratan administratif, didapatkan ketidaklengkapan berat badan pasien dan paraf dokter. Pada pengkajian secara farmasetik, resep yang tertulis sudah sesuai bentuk dan kekuatan sediaannya. Pada pengkajian secara klinis, terdapat duplikasi dan interaksi pada beberapa obat. Dapat disimpulkan bahwa masih banyak ketidaksesuaian dalam penulisan resep yang diamati sehingga harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.

Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmacists practice pharmacy. Prescription review is one of the standard pharmaceutical services carried out at pharmacies. Prescription review is carried out to analyze drug-related problems and if a drug-related problem is found, a doctor who prescribes it must be consulted immediately. The purpose of reviewing prescriptions is to prevent drug-related problems before the drugs are dispensed to patients so that medication errors do not occur which result in therapy failure and unexpected drug effects that harm the patient. This study aims to determine the completeness of administration, pharmaceutical suitability and clinical suitability for prescriptions at the Kimia Farma Pharmacy, Menteng Huis. In this study, the prescription review of Back-Referral Program (PRB) was carried out in asthma patient by examining administrative, pharmaceutical and clinical aspects. In administrative requirements, incomplete patient weight and doctor's initials were obtained. In the pharmaceutical study, the written prescription have appropriate dosage forms and dosage strengths. In clinical studies, there are duplications and interactions with several drugs. It can be concluded that there are still many observed discrepancies in prescription writing, so a doctor who prescribes it must be consulted."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Wilmayanti
"Program Rujuk Balik (PRB) merupakan pelayanan pemberian obat-obatan untuk peserta BPJS penderita penyakit kronis di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atas surat keterangan yang dibuat oleh dokter spesialis/sub spesialis sehingga memudahkan pasien penderita penyakit kronis dengan kondisi sudah stabil untuk mendapatkan obat-obatan yang diresepkan untuk pemeliharaan kondisi kronisnya selama tiga bulan berturut-turut. Salah satu penyakit kronis kardiovaskular dengan angka pembiayaan tinggi yang ditanggung dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta diatur dalam PRB adalah angina pectoris. Resep pasien dengan diagnosis angina pectoris perlu dilakukan pengkajian resep secara teliti oleh seorang Apoteker di Apotek yang melayani resep PRB BPJS Kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, melindungi pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional, serta menghindari kerugian materil bagi Apotek yang melayani resep BPJS Kesehatan. Data diperoleh dari resep-resep PRB BPJS Kesehatan yang dilayani oleh Apotek Kimia Farma 48 Matraman sejak tanggal 2 sampai 27 Oktober 2023. Resep pasien dengan diagnosis Angina Pectoris (I 20.8) yang tertera pada lembar Surat Rujukan Balik (PRB) Fasilitas Kesehatan Jakarta. Pada ketiga resep, ketidaklengkapan aspek administrasi meliputi berat badan pasien, paraf dokter, dan nomor resep. Pada aspek farmasetik tidak ditemukan masalah. Pada aspek klinis, masalah yang teridentifikasi adalah efek samping dan interaksi obat.

The Refer-Back Program (PRB) is a service providing medicines for National Health Insurance (BPJS) participants suffering from chronic diseases at First Level Health Facilities based on a certificate made by a specialist/sub-specialist doctor, making it easier for patients suffering from chronic diseases whose conditions are stable to obtain prescribed medication for the maintenance of their chronic condition for three consecutive months. One of the chronic cardiovascular diseases with high funding rates which is covered by the National Health Insurance and regulated in the PRB is angina pectoris. Prescriptions for patients with a diagnosis of angina pectoris need to be carefully reviewed by a pharmacist at a pharmacy that serves PRB BPJS Health prescriptions to improve the quality of pharmaceutical services, protect patients from irrational drug use, and avoid material losses for pharmacies that serve BPJS Health prescriptions. Data was obtained from PRB BPJS Health prescriptions served by Kimia Farma 48 Matraman Pharmacy from 2 to 27 October 2023. Prescriptions for patients with a diagnosis of Angina Pectoris (I 20.8) listed on the Jakarta Health Facility Counter Referral Letter (PRB) sheet. In the three prescriptions, incomplete administrative aspects included the patient's weight, doctor's initials and prescription number. In the pharmaceutical aspect, no problems were found. In the clinical aspect, the problems identified are side effects and drug interactions.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Handayani
"Hipertensi menurut WHO adalah ketika tekanan dalam pembuluh darah terlalu tinggi (140/90 mmHg atau lebih tinggi). Hal ini umum terjadi, namun dapat menjadi serius jika tidak ditangani. Seiring dengan perkembangan ekonomi, hipertensi pada awalnya mempengaruhi mereka yang memiliki status sosial ekonomi tinggi, tetapi pada tahap perkembangan ekonomi selanjutnya, prevalensi hipertensi dan konsekuensinya paling besar pada mereka yang memiliki status sosial ekonomi rendah. Tujuan dari penulisan tugas khusus ini adalah Menganalisis aspek administrasi, aspek farmasetik, dan aspek klinis resep PRB (Program Rujuk Balik) pasien dengan diagnosis hipertensi yang terdapat di apotek Kimia Farma 48 Matraman Jakarta dan Mengidentifikasi obat antihipertensi yang termasuk dalam PRB (Program Rujuk Balik). Pengambilan data dilakukan dengan cara mengambil 2 (dua) sampel resep program rujuk balik (PRB) dengan diagnosis hipertensi. Hasil yang diperoleh adalah masih terdapat ketidaksesuaian terutama dalam aspek administratif dengan peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 dan Obat antihipertensi yang diresepkan sesuai dengan diagnosis pasien tersebut dan menggunakan terapi 2 kombinasi serta tercantum di dalam fornas.

Hypertension according to WHO is when the pressure in the blood vessels is too high (140/90 mmHg or higher). It is common, but can be serious if left untreated. Along with economic development, hypertension initially affects those with high socioeconomic status, but in later stages of economic development, the prevalence of hypertension and its consequences is greatest in those with low socioeconomic status. The purpose of writing this special assignment is to analyze the administrative, pharmacetic, and clinical aspects of PRB (Program Rujuk Balik) prescriptions for patients with a diagnosis of hypertension found at Kimia Farma 48 Matraman Jakarta pharmacy and to identify antihypertensive drugs included in the PRB (Program Rujuk Balik). Data collection was carried out by taking 2 (two) samples of program rujuk balik (PRB) prescriptions with a diagnosis of hypertension. The results obtained were that there were still discrepancies, especially in administrative aspects with the Ministry of Health Regulation Number 35 of 2014 and the antihypertensive drugs prescribed were in accordance with the patient's diagnosis and used 2 combination therapies and were listed in fornas.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Meltiara
"Sebagai seorang apoteker, salah satu cara untuk memastikan pasien telah mendapatkan pengobatan yang rasional adalah melalui pengkajian resep, yang meliputi ketepatan penilaian kondisi pasien, tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat jenis obat, tepat dosis, tepat cara dan lama pemberian, tepat informasi, dengan memperhatikan keterjangkauan harga, kepatuhan pasien, dan waspada efek samping. Pengkajian resep dilakukan berdasarkan aspek administratif, farmasetik dan klinis. Pengkajian resep dilakukan pada pasien yang menebus obat di Apotek Kimia Farma Dramaga 348 yang memiliki diagnosis diabetes tipe 2, hipertensi, dan diabetes tipe 2 yang disertai dengan hipertensi. Resep-resep yang akan dikaji umumnya berisi obat-obatan rutin pasien yang diberikan selama 1 bulan. Dari hasil kaji resep, Aspek administratif belum memenuhi persyaratan karena kurangnya informasi mengenai berat badan dan alamat pasien. Namun, kekurangan tersebut dapat diatasi dengan mengkonfirmasi kembali ke pasien dan dokter yang bersangkutan. Aspek farmasetik sudah memenuhi persyaratan, sementara aspek klinis belum memenuhi persyaratan karena ada beberapa obat yang saling berinteraksi dan merupakan polifarmasi. Namun, hal tersebut dapat diintervensi dengan mengedukasi pasien untuk menjeda konsumsi pemberian obat dan memotivasi pasien pentingnya untuk meminum obat secara rutin untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal.

As a pharmacist, one way to ensure that patients have received rational treatment is through reviewing prescriptions, which includes accurate assessment of the patient's condition, correct diagnosis, correct indication, correct type of drug, correct dosage, correct method and duration of administration, correct information, with pay attention to affordability, patient compliance, and side effects. Prescription reviews are carried out based on administrative, pharmaceutical and clinical aspects. Prescription reviews were carried out on patients who redeemed medicines at Kimia Farma Dramaga 348 Pharmacy who had a diagnosis of type 2 diabetes, hypertension, and type 2 diabetes along with hypertension. The prescriptions that will be studied generally contain the patient's routine medicines that are given for 1 month. From the results of the prescription review, the administrative aspects did not meet the requirements due to lack of information regarding the patient's weight and address. However, this deficiency can be overcome by confirming it again with the patient and the doctor concerned. The pharmaceutical aspect meets the requirements, while the clinical aspect does not meet the requirements because there are several drugs that interact with each other and polypharmacy. However, this can be intervened by educating patients to separate the consume between interacted medications and motivating patients to the importance of taking medication regularly to get optimal therapeutic results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Tasya Lintang
"Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 tahun 2016 menetapkan standar pelayanan kefarmasian di Apotek, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian telah berkembang dari orientasi produk menjadi berorientasi pada pasien. Pengkajian resep adalah aspek operasional penting dalam pelayanan kefarmasian, yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan terkait obat sebelum disiapkan. Dalam pengkajian resep, terdapat tiga aspek yang diperhatikan: administratif, farmasetik, dan klinis. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengkajian pada resep pasien dengan diagnosis osteoarthritis di Apotek Kimia Farma 049 untuk mengidentifikasi kemungkinan kesalahan pengobatan dan memberikan saran. Ditemukan bahwa resep pasien osteoarthritis memiliki beberapa permasalahan administratif, seperti ketidaklengkapannya, tetapi dari segi farmasetik dan klinis sudah sesuai. Kesimpulan dari pengkajian adalah bahwa meskipun ada permasalahan administratif pada resep, obat yang diresepkan sudah sesuai dengan tatalaksana osteoarthritis. Saran yang diberikan adalah untuk memperhatikan aspek administratif yang kurang lengkap pada resep dan melakukan konfirmasi kepada pasien atau dokter jika diperlukan.

Minister of Health Regulation No. 73 of 2016 sets the standard for pharmaceutical services in pharmacies, aimed at improving the quality of patient life. Pharmaceutical services have evolved from product-oriented to patient-oriented. Prescription assessment is a crucial operational aspect in pharmaceutical services, aiming to identify and resolve medication-related issues before preparation. In prescription assessment, three aspects are considered: administrative, pharmaceutical, and clinical. The aim of this study is to assess prescriptions for patients diagnosed with osteoarthritis at Kimia Farma Pharmacy 049 to identify potential medication errors and provide recommendations. It was found that prescriptions for osteoarthritis patients had some administrative issues, such as incompleteness, but were adequate in terms of pharmaceutical and clinical aspects. The conclusion of the assessment is that despite administrative issues in prescriptions, the prescribed medications are suitable for osteoarthritis management. Recommendations include paying attention to incomplete administrative aspects in prescriptions and confirming with patients or doctors if necessary.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Putriana
"Pelayanan kefarsmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab seorang apoteker kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pengkajian resep merupakan suatu proses pemeriksaan resep. Skrining resep dilakukan bertujuan untuk menganalisis adanya masalah terkait obat dan apabila terdapat kesalahan atau kejanggalan dapat dikonsultasikan dengan dokter penulis resep sehingga pasien dapat terhindar dari risiko medication error. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Faktor resiko yang menyebabkan hipertensi yaitu umur, jenis kelamin, keturunan, obesitas, merokok, kurangi aktivitas fisik, konsumsi garam berlebihan, dyslipidemia. Terapi pada pasien hipertensi bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan target tekanan darah. Adanya peningkatan tekanan darah yang terjadi pada pasien hipertensi dapat menurunkan aliran darah ke ginjal. Aliran darah ginjal yang rendah akan menstimulasi reabsorpsi asam urat. Tekanan darah yang semakin tinggi memiliki kemungkinan untuk memperbesar risiko penyakit mikrovaskuler yang dapat memicu iskemia jaringan. Penggunaan obat yang tepat untuk penderita hipertensi diperlukan agar pengobatan pasien menjadi efektif. Penggunaan obat yang tidak efektif dapat mengakibatkan kegagalan terapi.

Pharmaceutical services are direct and responsible services provided by a pharmacist to patients related to pharmaceutical preparations with the aim of achieving definite results to improve the patient's quality of life. Prescription review is a process of examining prescriptions. Prescription screening is carried out with the aim of analyzing drug-related problems and if there are errors or irregularities, it can be consulted with the prescribing doctor so that patients can avoid the risk of medication errors. Hypertension is a condition where blood pressure increases beyond normal limits. Risk factors that cause hypertension are age, gender, heredity, obesity, smoking, reduced physical activity, excessive salt consumption, dyslipidemia. Therapy for hypertensive patients aims to achieve and maintain target blood pressure. Increased blood pressure that occurs in hypertensive patients can reduce blood flow to the kidneys. Low renal blood flow will stimulate uric acid reabsorption. Increasing blood pressure has the potential to increase the risk of microvascular disease that can trigger tissue ischemia. The use of appropriate drugs for hypertensive patients is needed so that patient treatment is effective. Ineffective use of drugs can result in therapy failure.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ferina Rahmalia Fauziah
"

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh Apoteker. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Salah satu pelayanan farmasi klinik di apotek adalah pengkajian resep. Pengkajian resep meliputi kajian administratif, farmasetik, dan klinis. Hal-hal yang termasuk dalam kajian klinis diantaranya yaitu ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontra indikasi, dan interaksi. kajian klinis ini perlu dilakukan agar pengobatan untuk pasien tepat sehingga target terapi pasien dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melakukan pengkajian klinis resep di Apotek Kimia Farma Siliwangi Cirebon bulan September 2022, diantaranya yaitu resep geriatri, pediatri, narkotika, psikotropika, dan polifarmasi. Melalui tugas khusus ini diketahui pada beberapa resep geriatri, pediatri, narkotika, dan psikotropika secara klinis untuk indikasi, dosis, waktu dan cara pemberian sudah sesuai, namun terdapat beberapa interaksi obat sehingga perlu dilakukan monitoring dan penyesuaian dosis, dan jika terdapat antibiotik pada resep disarankan tidak diracik bersama dengan obat lainnya. Untuk resep polifarmasi sebaiknya diperhatikan kembali karena polifarmasi dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat dan mungkin juga terdapat duplikasi obat.


Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmacy practice is done by pharmacist. The Standards for Pharmaceutical Services in Pharmacies include standards for the management of pharmaceutical products, medical devices, consumable medical material, and clinical pharmacy services. One of the clinical pharmacy services in a pharmacy is prescription review. Prescription reviews include administrative, pharmaceutical, and clinical reviews. Things included in clinical studies such as the accuracy of drug indications and dosages, rules, method and duration of drug use, duplication and/or polypharmacy, unwanted drug reactions, contraindications, and interactions. This clinical study needs to be carried out so that the treatment for the patient is accurate so that the patient's therapeutic target can be achieved. Therefore, this research was conducted to obtain a clinical review of prescriptions at the Kimia Farma Siliwangi Pharmacy Cirebon in September 2022, including geriatric, pediatric, narcotics, psychotropic, and polypharmacy prescriptions. Through this special assignment it is known that several geriatric, pediatric, narcotics and psychotropic prescriptions are clinically appropriate for indications, dosage, time and method of administration, but there are several drug interactions so it is necessary to do monitoring and adjust doses, and if there is an antibiotic in the prescription it is recommended not mixed with other drugs. For polypharmacy prescriptions, must be reconsidered because polypharmacy can increase the risk of drug interactions and there may also be drug duplication.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Phillip
"Pelayanan resep merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yang berupa kegiatan menyiapkan permintaan tertulis (resep) dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat yang tepat kepada pasien dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Akan tetapi, terkadang masih terdapat beberapa resep yang kurang tepat (resep irasional) yang disebabkan oleh pemilihan obat, dosis, dan cara penggunaan yang kurang tepat. Terdapat beberapa dampak yang mungkin diakibatkan karena kesalahan peresepan diatas, mulai dari biaya pengobatan yang lebih mahal hingga kematian. Salah satu pelayanan resep yang sering diberikan kepada pasien di apotek Kimia Farma cabang Pos Pengumben merupakan pelayanan resep PRB (pasien rujuk balik). Pasien rujuk balik (PRB) merupakan pemberian obat-obatan untuk pasien penyakit kronis dengan kondisi stabil untuk kebutuhan 1 bulan dan dapat diulang sebanyak 3 kali. Salah satu jenis penyakit kronik yang dilayani pada program pasien rujuk balik adalah penyakit diabetes. Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang menyumbangkan angka kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Menurut analisis yang dilakukan terhadap beberapa resep pasien program rujuk balik penderita diabetes, dapat disimpulkan bahwa bentuk ketidakrasionalan resep PRB pada pasien diabetes melitus di Apotek Kimia Farma Pos Pengumben berupa duplikasi obat, terjadinya interaksi obat, dan kurang spesifiknya cara pemberian obat pada resep.

Prescription service is one of the pharmaceutical activities in the form of preparing written requests (prescriptions) from doctors, dentists, and veterinarians to pharmacists to provide and deliver the right medicines to patients and in accordance with applicable regulations. However, sometimes there are still some irrational prescriptions caused by inappropriate drug selection, dosage, and method of use. The above prescribing errors could have a wide range of effects, from increased medical costs to patient death. one of the prescription services that is often carried out at apotek Kimia Farma cabang Pos Pengumben is the Pasien rujuk balik (PRB) prescription service. Pasien rujuk balik (PRB) is the administration of medications for a month to those with stable chronic diseases. One type of disease covered in the PRB program is diabetes. Diabetes mellitus is a metabolic disorder that is responsible for Indonesia's third-highest mortality rate. According to the analysis conducted on several PRB program prescriptions for diabetics, it can be concluded that the irrational forms of prescribing for PRB patients with diabetes mellitus at Apotek Kimia Farma Pos Pengumben are in the form of drug duplication, drug interactions, and a lack of detail in the directions for administering medications."
Depok: 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Ayu Kinasih
"Apotek merupakan sarana atau fasilitas pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Salah satu pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek adalah pelayanan resep. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016, lama waktu pelayanan Resep antara 15-30 menit. Berdasarkan SOP Apotek Kimia Farma, waktu tunggu pasien resep non racikan adalah antara 5-10 menit. Untuk mengevaluasi mutu pelayanan resep di apotek, perlu dilakukan perhitungan durasi waktu tunggu pelayanan resep. Hingga saat ini, waktu tunggu pelayanan resep masih menjadi masalah. Hal tersebut terjadi karena kurangnya efisiensi waktu pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian (TTK) dan antrian pasien yang hendak menebus resep di apotek. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis waktu tunggu pelayanan resep di apotek untuk mencapai kepuasan pasien terhadap pelayanan resep di Apotek Kimia Farma Cahaya Amalia. Penelitian dilakukan dengan metode observasi. Observasi dilakukan terhadap resep kredit dan resep tunai pasien di Apotek Kimia Farma Cahaya Amalia. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, rata-rata waktu pelayanan resep kredit di Apotek Kimia Farma Cahaya Amalia adalah 17 menit, sedangkan rata-rata waktu pelayanan resep kredit di Apotek Kimia Farma Cahaya Amalia adalah 6 menit. Rata-rata waktu pelayanan tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Namun, rata-rata waktu pelayanan resep kredit tidak sesuai dengan SOP Apotek Kimia Farma.

Pharmacy/drugstore is a pharmaceutical service facility or facility where pharmacists practice pharmacy. One of the pharmaceutical services carried out in a pharmacy is a prescription service. Based on Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016, prescription service time is between 15- 30 minutes. Based on the SOP of Apotek Kimia Farma, the waiting time for non- concoction prescription patients is between 5-10 minutes. To evaluate the quality of prescription services in pharmacies, it is necessary to calculate the waiting time for prescription services. Until now, the waiting time for prescription services is still a problem. This happens due to the lack of time efficiency for services performed by pharmacists and pharmaceutical technical personnel (TTK) and the queues of patients who want to redeem prescriptions at the pharmacy. Therefore, it is necessary to analyze the waiting time for prescription services at the pharmacy to achieve patient satisfaction with prescription services at Apotek Kimia Farma Cahaya Amalia. The research was conducted by observation method. Observations were made on credit prescriptions and cash prescriptions for patients at the Apotek Kimia Farma Cahaya Amalia. Based on the results of the analysis that has been carried out, the average credit prescription service time at Apotek Kimia Farma Cahaya Amalia is 17 minutes, while the average credit prescription service time at Apotek Kimia Farma Cahaya Amalia is 6 minutes. The average service time is in accordance with Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 concerning Pharmaceutical Service Standards in Pharmacies. However, the average credit prescription service time is not in accordance with the SOP of Kimia Farma Pharmacy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Atqiya Qutrunnada
"Apotek termasuk salah satu sarana pelayanan kefarmasian sebagai tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahun serta keterampilannya dalam memberikan informasi obat kepada pasien serta memberikan konseling kepada pasien yang membutuhkan. Apoteker juga harus menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan penyerahan obat dalam proses pelayanan sehingga perlu diidentifikasi untuk mencegah terjadinya kesalahan penyerahan obat. Salah satu upaya untuk menjamin kesehatan masyarakat adalah melakukan penyerahan obat dengan tepat yaitu dilakukan pengkajian resep terlebih dahulu sebelum melakukan pelayanan resep obat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dalam pemberian informasi obat kepada pasien sehingga meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan optimal. Pengkajian resep dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang terdiri dari aspek administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Dari hasil analisis, kelima resep dinyatakan tidak lengkap secara administratif karena tidak mencantumkan secara lengkap mengenai umur pasien, berat badan pasien, alamat dokter, dan nomor telepon dokter. Pada aspek farmasetik, resep 2 dan 5 telah memenuhi kesesuaian farmasetik sedangkan resep 1, 3, dan 4 tidak memenuhi syarat karena tidak lengkap mencantumkan bentuk dan kekuatan sediaan. Pada aspek kesesuaian klinis, hanya 1 resep yang tidak terjadi interaksi obat yaitu resep 4.

Pharmacy is one of the pharmaceutical service facilities as a place for pharmacists to practice pharmacy. Pharmacists are required to improve their knowledge and skills in providing drug information to patients and providing counseling to patients in need. Pharmacists must also be aware of the possibility of drug administration errors in the service process so that they need to be identified in advance. One of the efforts to ensure public health is to deliver drugs appropriately, namely by assessing the prescription first before carrying out prescription drug services. This is done to increase the effectiveness of providing drug information to patients so as to minimize errors in drug administration and can improve the quality of life of patients optimally. Prescription review can be done by considering several aspects consisting of administrative aspects, pharmaceutical suitability, and clinical considerations. From the analysis, the five prescriptions were declared administratively incomplete because they did not include the patient's age, weight, doctor's address, and doctor's telephone number. In the pharmaceutical aspect, prescriptions 2 and 5 have met the pharmaceutical suitability while prescriptions 1, 3, and 4 did not meet the requirements because they did not include the dosage form and strength. In terms of clinical suitability, only 1 prescription did not have drug interactions, namely prescription 4.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>