Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144976 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afif Muzayyin
"Pandemi Covid-19 membawa implikasi negatif pada segala aspek kehidupan, termasuk aspek pendidikan. Adanya transisi sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang mengadopsi teknologi digital (TIK) dikhawatirkan dapat menurunkan kemampuan belajar siswa dan berpotensi meningkatkan risiko putus sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh literasi digital terhadap risiko putus sekolah anak usia 7-18 tahun di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data sekunder berupa data susenas Maret 2021, Podes 2021 dan publikasi IP-TIK 2021 dengan unit analisis adalah individu usia 7-18 tahun yang berstatus sekolah pada tahun ajaran (2019/2020) pada jenjang SD sampai SMA sebanyak 250.921 sampel unit. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan regresi logistik biner multilevel. Hasil analisis menunjukkan bahwa literasi digital yang diproksi dengan kecakapan digital dalam menggunakan (mengakses) perangkat digital (handphone, komputer/laptop dan internet) berpengaruh signifikan terhadap risiko putus sekolah. Semakin baik kecakapan digital seseorang maka akan menurunkan risiko putus sekolah dan sebaliknya. Variabel kontrol yang signifikan adalah jenis kelamin, jenjang sekolah, status pekerjaan kepala rumah tangga, lama sekolah kepala rumah tangga, kuintil pengeluaran rumah tangga dan klasifikasi tempat tinggal. Selain itu terdapat variabel kontekstual (kewilayahan) berupa indeks pembangunan teknologi informasi dan komunikasi (IP-TIK) yang berpengaruh signifikan terhadap risiko putus sekolah. Hasil heterogeneity test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap putus sekolah anak di masing-masing jenjang sekolah dari SD sampai SMA.

The Covid-19 pandemic has negative implications for all aspects of life, including aspects of education. It is feared that there is a transition to a distance learning system that adopts digital technology (ICT) that can reduce student learning abilities and increase the risk of dropping out of school. This study aims to study the effect of digital literacy on the risk of dropping out of school for children aged 7-18 years during the Covid-19 pandemic. This study used a quantitative approach that using secondary data of Susenas March 2021, Podes 2021 and IP-TIK publications 2021 with 250.921 samples unit of analysis being individuals aged 7-18 years with school status in the academic year (2019/2020). Data analysis was performed using descriptive methods and multilevel binary logistic regression. The results of the analysis show that digital literacy proxied by digital skills in using (accessing) digital devices (mobile phones, computers/laptops and the internet) has a negative significant effect on the risk of dropping out of school. Childrens that have higher the digital literacy will have the lower the risk of dropping out children of school. The significant individual control variables are gender, school level, employment status of head of household, length of schooling of head of household, expenditure quintile and classification of residence. In addition, there are contextual variables, namely ICT development index (IP-TIK) which have a significant effect on risk dropout. The results of heterogeneity test show that there are differences in the factors that affect dropouts at each school level from elementary to high school."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Dinda Gunawan
"Latar belakang: Pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) secara global menyebabkan pemerintah Indonesia untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya pencegahan transmisi COVID-19. Kebijakan ini berdampak pada perubahan gaya hidup anak melalui penutupan sekolah dan fasilitas rekreasional sehingga terjadi penurunan aktivitas fisik dan perubahan pola tidur anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan gangguan tidur pada anak usia sekolah dasar di masa pandemi COVID-19.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada 437 subjek. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahun 2020 yang menggunakan Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C) dan Children Sleep Habits Questionnaire-Abbreviated (CSHQ-A). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi-square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60,87% subjek tidak aktif dan sebanyak 73,23% subjek mengalami gangguan tidur selama pandemi COVID-19. Hasil uji analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan gangguan tidur (p=0,248).
Kesimpulan: Sebagian besar anak usia sekolah dasar tidak aktif melakukan aktivitas fisik, kurang tidur pada hari biasa, tidur cukup pada akhir pekan, dan mengalami gangguan tidur selama pandemi COVID-19. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan gangguan tidur pada anak usia sekolah dasar selama pandemi COVID-19.

Introduction: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) globally affected the Indonesian government to implement the large-scale social restriction to prevent the COVID-19 transmission. The policy has altered children’s lifestyles through the closure of schools and recreational facilities which caused the decline in children’s physical activity level and the alteration of children’s sleep pattern. This study aims to determine the relationship between elementary school-aged children’s physical activity level and sleep disorders during the COVID-19 pandemic.
Method: This study was conducted with a cross-sectional design on 437 subjects. The research used secondary data collected in 2020 to obtain the data through the Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C) and the Children Sleep Habits Questionnaire-Abbreviated (CSHQ-A). The data were analyzed using the Chi-square analysis test.
Result: This study showed that 60,87% of the subjects were not physically active and 73,23% of the subjects had sleep disorders. The statistical analysis test showed no significant relationship (p 0.05) between children’s physical activity level and sleep disorders.
Conclusion: The majority of elementary school-aged children were not physically active and had sleep disorders during the COVID-19 pandemic. There was not a significant relationship between elementary school-aged children’s physical activity level and sleep disorders during the COVID-19 pandemic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifaurrahma Hanif
"Latar belakang: Pandemi Covid-19 menyebabkan terbentuknya beberapa kebijakan oleh pemerintah guna mencegah penyebaran penyakit. Kebijakan yang dibuat berupa PSBB (pembatasan sosial berskala besar). PSBB ini menyebabkan semua aktivitas yang tidak mendesak dilakukan dari rumah termasuk sekolah. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan kebiasaan terhadap anak-anak usia sekolah dasar. Perubahan kebiasaan tersebut berupa peningkatan penggunaan internet dan juga perubahan pola tidur. Orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar mengeluhkan bahwa sang anak menngalami penurunan kualitas tidur. Penurunan kualitas tidur dapat menjadi indikasi mengalami gangguan tidur yang kadang tidak disadari oleh sang anak dan orang tuanya. Gangguan tidur dapat berdampak kepada emosi, proses tumbuh kembang dan kognitifnya. Oleh karena itu, perlu diketahuinya hubungan aspek sosiodemografi terhadap gangguan tidur pada anak di sebelum dan selama pandemi Covid-19
Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder dari projek SEANUTS II yang diambil dari anak usia 6-12 tahun di 22 Kabupaten/Kota di Indonesia. Jenis studi yang digunakan adalah before and after studies dengan uji yang digunakan adalah uji Chi-square, Uji normalitas, uji Kruskall-Wallis dan uji Mc-Nemar)
Hasil: Prevalensi gangguan tidur pada periode sebelum pandemi sebesar 41.82%, sedangkan prevalensi gangguan tidur saat pandemi mengalami penurunan dibanding sebelum pandemi menjadi 40.19%. Akan tetapi, hubungan antara gangguan tidur dengan pandemi Covid-19 tidak memiliki hubungan yang bermakna (p>0.05) Terjadinya peningkatan prevalensi gangguan tidur pada domain sleep-wake transisiton disorders dan diorders of excessive sonolence pada periode saat pandemi dibanding sebelum pandemi. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan usia dengan gangguan tidur baik sebelum pandemi dan saat pandemi (p > 0.05). Akan tetapi, pada variabel area tempat tinggal periode sebelum pandemi memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan tidur (p < 0.05), sedangkan area tempat tinggal pada periode pandemi tidak memiliki hubungan yang siginifikan dengan gangguan tidur.
Kesimpulan: Terjadinya penurunan prevalensi gangguan tidur pada pandemi dibanding sebelum pandemi. Tidak ditemukannya hubungan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin dengan gangguan tidur baik periode sebelum dan selama pandemi, sedangkan aspek area tempat tinggal memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan tidur hanya pada periode sebelum pandemi.

Abstrak Berbahasa Inggris:
Introduction: The Covid-19 pandemic has led to the formation of several policies by the government to prevent the spread of the disease. The policy made is in the form of PSBB (large-scale social restrictions). This PSBB causes all non-urgent activities to be carried out from home, including school. This causes a change in the habits of elementary school-age children. Changes in these habits are in the form of increased use of the internet and also changes in sleep patterns. Parents who have elementary school-aged children complain that their children experience a decrease in sleep quality. Decreased sleep quality can be an indication of having a sleep disorder that is sometimes not realized by the child and his parents. Sleep disturbances can have an impact on emotions, growth, and cognitive processes. Therefore, it is necessary to know the relationship between sociodemographic aspects to sleep disorders in children before and during the Covid-19 pandemic.
Method: This study used secondary data from the SEANUTS II project taken from children aged 6-12 years in 22 districts/cities in Indonesia. The type of study used is before and after studies with the tests used are the Chi-square test, normality test, Kruskal-Wallis test, and Mc-Nemar test)
Result: The prevalence of sleep disorders before the pandemic period was 41.82%, while the prevalence of sleep disorders during the pandemic was 41.82%. the pandemic has decreased compared to before the pandemic to 40.19%. However, the relationship between sleep disturbances and the Covid-19 pandemic was not significant (p>0.05). There was an increase in the prevalence of sleep disorders in the domain of sleep-wake transition disorders and orders of excessive somnolence during the pandemic period compared to before the pandemic. There was no significant relationship between sex and age with sleep disturbances before and during the pandemic (p > 0.05). However, the area of ​​residence in the pre-pandemic period had a significant relationship with sleep disturbances (p < 0.05), while the area of ​​residence during the pandemic period did not have a significant relationship with sleep disturbances.
Conclusion: There was a decrease in the prevalence of sleep disorders during the pandemic compared to before the pandemic. No significant relationship was found between age and sex with sleep disturbances both before and during the pandemic, while the area of ​​residence had a significant relationship with sleep disturbances only in the pre-pandemic period
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Amaliyah
"Anak usia sekolah rentan mengalami kecemasan diakibatkan karena kurangnya kehadiran orang tua dalam mendampingi anaknya dalam tahap tumbuh kembangnya termasuk dalam masa sekolahnya. Hal ini semakin parah akibat adanya situasi pandami COVID-19 yang menyebabkan semua anak usia sekolah harus melakukan segala kegiatan pembelajaran melalui daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pendampingan orang tua dengan kecemasan kecemasan anak usia sekolah pada pembelajaran jarak jauh selama pandemi COVID-19 di kota Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah metode cross-sectional yang dilakukan pada anak usia sekolah berusia 9-12 tahun di SD Negeri Depok Jaya 1 sebanyak 333 sampel yang dipilih menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pendampingan orang tua dengan kecemasan anak usia sekolah pada pembelajaran jarak jauh selama pandemi COVID-19 Di Depok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui skrining kesehatan mental secara berkala dan mengadakan penyuluhan mengenai peran pendampingan orang terhadap kecemasan anak.

School-aged children are susceptible to experiencing anxiety caused by the limited presence of parents in accompanying their children in their growth and development stages, including during their school years. It has deteriorated due to the COVID-19 pandemic situation which has caused all school-aged children to carry out all learning activities online or through distance learning (PJJ). The study aimed to determine the relationship between parents’ assistance and school-aged childrens’ anxiety in distance learning during the COVID-19 pandemic in Depok City. This research used a cross-sectional method. The samples weref 333 school-aged children aged 9-12 years at SD Negeri Depok Jaya 1 which was selected using purposive sampling. The results showed a positive relationship between parents’ assistance and school-aged children’s anxiety in distance learning during the COVID-19 pandemic in Depok City. The results of this study are expected to improve mental health services through periodic mental health screening and conduct counselling regarding the role of parents’ assistance towards school-aged children’s anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salindri Dara Rizkita
"Latar belakang: SARS-CoV-2 dengan infeksinya yaitu COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi global. Kondisi ini membuat pemerintah Indonesia membuat kebijakan untuk membatasi segala bentuk kegiatan social yang mengubah banyak aspek kehidupan, salah satunya adalah perubahan metode kegiatan bersekolah. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan terkait pola aktivitas fisik pada anak usia 10-14 tahun selama pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia.
Metode: Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dalam jaringan untuk menghindari kontak fisik secara langsung. Jenis penelitian observasional dengan desain studi Cross-Sectional. Pengolahan data dengan analisis deskriptif, dilanjutkan analisis analitik bivariat dengan uji statistik chi-square dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil: Diperoleh sebaran subjek berdasarkan usia yaitu usia 10-12 tahun 71.2% dan >12- 14 tahun 28.8%. Jenis kelamin perempuan 62.7% dan laki-laki 37.3%. Tingkat ketaatan protokol kesehatan yaitu 75.7% tidak taat dan taat 24.3%, Durasi kegiatan pembelajaran jarak jauh 0-3jam/hari 63.8%, >3-6jam/hari 32.8%, dan >6jam/hari 3.4%. Klasifikasi daerah, rural 36.2% dan urban 63.8%. Tingkat aktivitas fisik tinggi 51.4% dan tingkat aktivitas fisik rendah 48.6%. Tingkat aktivitas fisik berhubungan bermakna dengan usia (p=0.017), durasi PJJ (p=0.005), tingkat ketaatan terhadap protokol kesehatan (p=0.013), tidak berhubungan bermakna dengan jenis kelamin (p=0.059), dan daerah tempat tinggal (p=0.363). Uji multivariat didapatkan hubungan dengan tingkat ketaatan anak (p=0,005;OR=2,870) dan durasi PJJ (p=0,002; OR=2,768)
Kesimpulan: Prevalensi tingkat aktivitas fisik tinggi 51.4%. Faktor yang berhubungan dengan aktivitas fisik anak selama pandemi adalah usia dan faktor yang berhubungan kuat adalah durasi pembelajaran jarak jauh dalam sehari serta tingkat ketaatan anak terhadap protokol kesehatan

Introduction: SARS-CoV-2 with its infection, COVID- is declared as a global pandemic. It makes the Indonesian government limit all social activities such as learning remotely method. Changes in many aspects raise questions regarding the pattern of physical activity in children aged 10-14 years.
Method: Data collected by online questionnaires, conducted by observational study with a cross-sectional design, processed with descriptive analysis, bivariate analytical analysis with chi-square test, and multivariate analysis with logistic regression test.
Result: The distribution of subjects based on age is 71.2% aged 10-12 years and >12-14 years 28.8%. Gender is 62.7% female and 37.3% male. The level of adherence is 75.7% obey and 24.3% disobey, the duration of learning is 0-3 hours/day 63.8%, >3-6 hours/day 32.8%, and >6 hours/day 3.4%. Regional classification, rural 36.2% and urban 63.8%. The level of physical activity is 51.4% high and 48.6% low. The level of physical activity significantly related with age (p=0.017), with learning duration (p = 0.005), and with the level of adherence (p=0.013). Not significantly related with gender(p=0.059) and with regional classification (p=0.363). The multivariate analysis found a strong relation with the level of adherence (p =0.005;OR=2.870) and learning duration (p=0.002;OR = 2.768) with physical activity.
Conclusion: The prevalence of high physical activity is 51.4%. Factors related to children's physical activity during the COVID-19 pandemic is children’s age and strongly related factors is the duration of learning and the level of children's adherence to health protocols
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasian Laurentius Tonggo
"Lansia merupakan golongan masyarakat yang kerap kesulitan dalam menggunakan teknologi komunikasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengalaman dan hambatan yang dialami lansia Kristiani ketika mengikuti ritual ibadah daring menggunakan media berbasis teknologi akibat kondisi pandemi yang
terpaksa membuat kegiatan ibadah tatap muka ditiadakan. Konsep digital divide, digital religion, ritual, serta teori kesempurnaan media digunakan dalam penelitian ini untuk menelaah permasalahan tersebut.
Dengan menggunakan strategi penelitian fenomenologi deskriptif, peneliti mewawancarai enam lansia di Stasi St. Laurensius Parung Panjang, Kabupaten Bogor, yang bersedia menjadi informan. Para informan menonton tayangan ibadah dari beragam kanal gereja yang ada di YouTube. Hasil menunjukkan beberapa
temuan. Mayoritas informan sudah menggunakan media berbasis teknologi dalam kegiatan sehari-hari, namun masih menemui kendala akibat kurangnya keahlian, akses, hingga penurunan kemampuan fisik dan kognisi. Para informan pun akhirnya harus mengandalkan bantuan dari orang lain. Selain itu, mayoritas
informan merasakan ritual ibadah daring belum bisa membawa kekhusyukan penuh. Hal ini membawa pemaknaan ritual ibadah daring menjadi hal yang banal dan tidak sepenuhnya membawa kesenangan.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah pengetahuan mengenai digital divide dan digital religion di Indonesia, sementara secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan untuk pengembangan penyajian ibadah daring khususnya bagi lansia.

Senior citizens are a group of people who often encounter difficulties in using communication technology.
This study aims to examine the experiences and obstacles experienced by Christian senior citizens when participating in online worship rituals using technology-based media due to the pandemic, which forced face-to-face worship activities to be abandoned. This study uses the concepts of digital divide, digital religion, ritual, and the theory of media richness to examine these problems. Using a descriptive phenomenological research strategy, the researcher interviewed six senior citizens who are members of the
St. Laurensius Parung Panjang Church, Bogor Regency, and are willing to be informants. The informants watched worship programs from various church channels on YouTube. The results show several findings.
The majority of informants have already utilised technology-based media in their daily activities, but still encounter obstacles due to lack of skill, access, to decreased physical and cognitive abilities. In the end, the informants had to rely on help from other people. In addition, the majority of informants feel that online worship rituals have not been able to bring full solemnity. This brings the meaning of online worship rituals
to be banal and not entirely fun. Academically, this research is expected to expand the wealth of knowledge
regarding the digital divide and digital religion in Indonesia, while practically this research is expected to
provide input for the development of online worship services, especially for the senior citizens.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putri Fauziah
"Kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sejak tahun 2020 merupakan satu upaya dalam sektor pendidikan dengan harapan seluruh anak usia sekolah tetap dapat memperoleh hak belajarnya di tengah pandemi Covid-19 di Indonesia. Namun, pada implementasinya PJJ mengalami banyak kendala di lapangan, demikian juga yang terjadi pada sejumlah peserta didik di sekolah X, di antaranya seperti fasilitas belajar yang tidak memadai (gadget, kuota internet, sinyal). Selain itu, faktor dari lingkungan keluarga di mana tuntutan orang tua untuk mendampingi anaknya belajar dari rumah, minimnya kemampuan dan pengetahuan orang tua akan skema PJJ itu sendiri, kesulitan ekonomi rumah tangga akibat pandemi, yang semuanya menjadikan eskalasi beban orang tua meningkat dan cenderung melampiaskan kekesalan pada anak sehingga memicu kekerasan domestik. Jenis kekerasan yang kerap terjadi pada anak di sekolah X adalah kekerasan verbal, penelantaran, dan paling sering eksploitasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan in-depth interview terhadap pihak/lembaga yang terlibat. Hasil penelitian ini menyajikan bagaimana berubahnya aktivitas-aktivitas rumah tangga selama pandemi yang bersifat situasional dan kedaruratan sehingga dapat dilihat melalui routine activity theory (Cohen, 1979) serta bagaimana kekerasan domestik tersebut berhubungan dengan kontrol orang tua terhadap anak menurut power control theory (Hagan, 1985).

The distance learning policy (PJJ) since 2020 is an effort in the education sector with the hope that all school-age children can still obtain their learning rights in the midst of the Covid-19 pandemic in Indonesia. However, in its implementation, school from home encountered many obstacles in the field, as well as a number of students in school X, such as inadequate learning facilities (gadgets, internet quota, signals). In addition, factors from the family environment where the demands of parents to accompany their children to study from home, the lack of ability and knowledge of parents about the PJJ scheme itself, household economic difficulties due to the pandemic, all of which have increased the burden on parents and tend to vent their frustration. children, leading to domestic violence. The types of violence that often occur in children at school X are verbal violence, neglect, and most often exploitation. This study uses a qualitative method with an in-depth interview approach to the parties/institutions involved. The results of this study present how changes in household activities during a situational and emergency pandemic can be seen through routine activity theory (Cohen, 1979) and how domestic violence is related to parental control of children according to power control theory (Hagan, 1985). )."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerald Bagus Aprilianto
"Perilaku merokok saat pandemi COVID-19 merupakan salah satu masalah kesehatan utama karena meningkatkan risiko perokok terjangkit COVID-19 stadium kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang dampak perilaku merokok terhadap COVID-19, sikap keluarga dan teman terkait perilaku merokok, persepsi terhadap keterpaparan iklan rokok dan keterpaparan edukasi bahaya rokok dengan perubahan perilaku merokok penduduk dengan usia di atas 10 tahun dalam masa pandemi COVID-19 di Kota Bogor. Desain studi dalam penelitian ini ialah cross sectional dengan analisis bivariat dan stratifikasi (variabel kovariat: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan adiksi). Populasi penelitian adalah perokok aktif seminimalnya tiga bulan sebelum pandemi COVID-19 atau tiga bulan sebelum mengisi kuesioner daring dengan usia di atas 10 tahun di Kota Bogor. Hasil penelitian mengemukakan 77% responden tidak mengalami perubahan perilaku merokok. Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan tinggi tentang dampak perilaku merokok terhadap COVID-19 (PR=1,38;95%CI=0,795-2,39;p=0,32), dorongan berhenti merokok dari keluarga (PR=1,15;95%CI=0,69-1,92;p=0,72) dan dari teman (PR=1,16;95%CI=0,68-1,99;p=0,72),  persepsi negatif terhadap merokok setelah terpapar iklan rokok (PR=0,61;95%CI=0,36-1,05;p=0,13), dan keterpaparan edukasi bahaya rokok tingkat “Tinggi” (PR=1,59;95% CI=0,95-2,67;p=0,12) dengan perubahan perilaku merokok penduduk di Kota Bogor. Pemasifan edukasi berbasis konseling dan keluarga, serta larangan iklan rokok di dunia maya dapat meningkatkan kemungkinan penurunan perokok.

Smoking behaviour during COVID-19 pandemic is major health problem because smoking can increase risk of smokers contracting COVID-19 critical. This study aims to determine relationship between knowledge level about COVID-19 smoking impacts, family and friends’ attitudes toward smoking, perception toward cigarette advertisements exposure, and education about smoking dangers exposure level with changes in smoking of residents aged over 10 years during COVID-19 in Bogor City. This study design is cross sectional with bivariate and stratification analysis (covariate variable: age, gender, educational level, and addiction). The study population is active smokers at least smoke three months before COVID-19 pandemic begins in Indonesia or three months before filling online questionnaire, aged over 10 years in Bogor City. This study found that 77% respondents smoke with same amount before and after COVID-19 pandemic. This study hasn’t able to show significant relationship between “high” knowledge level about COVID-19 smoking impacts (PR=1,38;95%CI=0,795-2,39;p=0,32), quit smoking encouragement from family (PR=1,15;95%CI=0,69-1,92;p=0,72) and friends (PR=1,16;95%CI=0,68-1,99;p=0,72), negative perception on smoking after cigarette advertisements exposure (PR=0,61;95%CI=0,36-1,05;p=0,13), and high exposure level of education about smoking danger (PR=1,59;95%CI=0,95-2,67;p=0,12) with changes in smoking of residents in Bogor City. Optimization counselling and family-based education, also establishing cyberspace’s cigarette advertisement ban regulation to reduce smokers’ number. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyifa
"Pemberian vaksin penting diberikan pada tahun pertama usia anak karena pada awal kehidupan, karena anak belum mempunyai kekebalan tubuh sendiri. Hal tersebut merupakan wajib diberikan pada anak, oleh sebab itu dibutuhkan kerja sama dengan orangtua untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin pandemi COVID-19 dapat menyebabkan terganggunya proses pemberian vaksin pada anak, karena orangtua cemas dan takut membawa anaknya ke fasilitas kesehatan. Berdasarkan hal tersebut terjadi penurunan tingkat cakupan vaksin anak dan banyaknya jumlah penundaan pemberian vaksin anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kepatuhan orangtua terhadap pemberian vaksin wajib anak usia 0-24 bulan pada masa pandemi COVID-19. Sampel penelitian ini sebanyak 427 orangtua dari 5 Puskesmas di DKI Jakarta dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling dan menggunakan desain penelitian cross-sectional. Instrumen tingkat kecemasan yang digunakan adalah instrumen GAD-7 (Generalized Anxiety Disorder-7). Sementara untuk kepatuhan orangtua terhadap pemberian vaksin wajib anak menggunakan tabel imunisasi yang terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kepatuhan orangtua terhadap pemberian vaksin wajib anak usia 0-24 bulan pada masa pandemi COVID-19 (p<0,05) artinya orangtua yang memiliki tingkat kecemasan ringan, maka akan cenderung patuh terhadap pemberian vaksin. Peneliti menyarankan agar pihak Puskesmas dapat memberikan edukasi kepada orangtua terkait dengan kecemasan selama masa pandemi COVID-19. Adanya penelitian ini, orangtua diharapkan memiliki kepatuhan yang tinggi sehingga menciptakan anak-anak yang sehat dan terhindar dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Important to give vaccines in the first year of a child's age because at the beginning of life, because children do not have their own immunity. This is mandatory for children, therefore collaboration with parents is needed to bring their children to health facilities to get vaccines for the COVID-19 pandemic, which can disrupt the process of administering vaccines to children, because parents are anxious and afraid to take their children to health facilities. Based on this, there has been a decrease in the level of coverage of childhood vaccines and a large number of delays in giving children vaccines. The purpose of this study was to determine the relationship between anxiety levels and parental compliance with mandatory vaccination for children aged 0-24 months during the COVID-19 pandemic. The sample of this study was 427 parents from 5 Puskesmas in DKI Jakarta with cluster random sampling technique and using a cross-sectional research design. The anxiety level instrument used is the GAD-7 (Generalized Anxiety Disorder-7) instrument. Meanwhile, for parental compliance with the provision of mandatory vaccines for children, use the immunization table contained in the Maternal and Child Health (KIA) book. The results of this study indicate that there is a significant relationship between anxiety levels and parental compliance with mandatory vaccination for children aged 0-24 months during the COVID-19 pandemic (p<0.05), meaning that parents who have mild anxiety levels tend to comply. to vaccine administration. Researchers suggest that the Puskesmas can provide education to parents related to anxiety during the COVID-19 pandemic. With this research, parents are expected to have high compliance so as to create healthy children and avoid Immunization Preventable Diseases (PD3I)
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Khairunnisa
"Pemantauan pertumbuhan pada bayi usia di bawah dua tahun (baduta) tidak dapat terlaksana secara maksimal ketika adanya pandemi Covid-19. Hal ini mengakibatkan permasalahan gizi di Indonesia menjadi semakin mengkhawatirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status pertumbuhan anak usia 6 – 23 bulan di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan data langsung pada 237 responden yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling dan multiple stage cluster random sampling. Kuesioner penelitian mencakup data karakteristik anak dan demografi ibu. Analisis data menggunakan uji univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,4% baduta memiliki berat badan normal, 89% baduta memiliki panjang badan normal, dan 75,9% baduta memiliki gizi baik. Teridentifikasi pula kejadian growth faltering sebesar 48,1%. Melalui temuan ini dapat disimpulkan bahwa secara umum baduta memiliki status gizi normal, namun hampir sebagian mengalami growth faltering. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar untuk melakukan intervensi segera agar baduta growth faltering dapat mengejar periode catch-up.

Growth monitoring in children under-two-years old is not carried out optimally during the existence of Covid-19 pandemic. This causes nutritional problems in Indonesia are increasingly worrisome. This study aims to describe the growth status of children aged 6 – 23 months in North Jakarta and Central Jakarta during the Covid-19 pandemic. This study uses a descriptive method with direct data collection on 237 respondents who were selected using consecutive sampling and multiple stage cluster random sampling techniques. The research questionnaire includes data on child characteristics and maternal demographics. Data analysis uses univariate tests. The results showed that 81,4% of children under-two-years have normal weight, 89% of children under-two-years have normal body length, and 75,9% of children under-two-years have good nutrition. It was also identified that the incidence of growth faltering was 48,1%. Based on these findings, it can be concluded that in general children under-two-years have normal nutritional status, but almost half of them experienced growth faltering. This research is expected to be the basis for immediate intervention so that growth faltering of children under-two-years can enters the catch-up period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>