Ditemukan 189078 dokumen yang sesuai dengan query
Sari Sukmawati Kapota
"Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termaksud pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada pengadaan sediaan farmasi penting untuk mengetahui stok sediaan tersebut sebelum pengadaan dilakukan untuk meminimalkan kerugian-kerugian seperti kelebihan stok maupun kekurangan stok, oleh karenanya setiap distribusi farmasi perlu adanya sistem pengendalian sediaan khususnya pada sediaan farmasi kategori Pareto A yang sering kali terjadi kekosongan karena pergerakan barang cepat (fast moving stock) dengan jumlah anggaran mencapai 70-80% dari total dana sehingga kekosongan barang akan berpengaruh pada penurunan profit sebuah distribusi. Pengendalian sediaan farmasi memiliki beberapa metode salah satunya metode ABC (Always, Better, Control) yang paling sering digunakan dalam distribusi farmasi. Tujuan dari analisis pengendalian sediaan farmasi pareto A dalam penelitian ini yaitu memperoleh data kategorisasi pareto A beserta jumlah item dan total anggaran serta membandingkan kategorisasi tersebut dengan panduan pengadaan periode sebelumnya. Metode pengambilan data menggunakan metode cross sectinal retrospektif dengan beberapa langkah-langkah analisis. Data analisis pada penelitian ini menunjukkan kategori pareto A memiliki total 260 dari 754 item atau sekitar 35% dengan total anggaran mencapai 79%.
Pharmaceutical work is manufacture referred to quality control pharmaceutical inventory, security, procurement, storage and distribution or drug distribution, drug management, drug prescription services, drug information services, drug development, medicinal ingredients, and traditional medicines. In the procurement of pharmaceutical inventory is important to know the inventory before procurement is carried out to minimize losses such as overstock or understock, therefore each distribution in the pharmaceutical industry, it is necessary to have an inventory control system, especially for Pareto A pharmaceutical inventory category, where vacancies often occur due to fast-moving stock with a total budget of up to 70-80% of the total funds so that the vacancy will affect the decrease in distribution profits. Control of pharmaceutical inventory has several methods, one of which is the ABC (Always, Better, Control) method most frequently used in pharmaceutical distribution. The purpose of the Pareto A pharmaceutical inventory control analysis in this study was to obtain Pareto A categorization data along with the number of items and the total budget and to compare this categorization with the procurement guidelines for the previous period. Methods of data collection using the retrospective cross-sectional analysis method with several steps. Data analysis in this study shows that the Pareto A category has a total of 260 out of 754 items or about 35% with a total budget of 79%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Salsabila Tasyah
"PT. Sammarie Tramedifa sebagai distribusi farmasi melakukan pengendalian persediaan obat dengan metode analisis ABC. Metode ABC yang digunakan hanya didasarkan oleh jumlah penjualan dan harga beli sehingga tidak dapat menunjukkan laju konsumsi obat. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya dead stock bila diadakan terlalu banyak dan terjadi stock out bila diadakan terlalu sedikit. Metode analisis FSN (Fast, Slow and Non- moving) merupakan metode pengendalian persediaan yang didasarkan laju pergerakan barang sehingga diharapkan dapat membantu dalam perencanaan jumlah persediaan yang tepat dan frekuensi untuk membeli atau bahkan menghapus item tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan persediaan barang kategori pareto C dengan metode analisis FSN berdasarkan Turn Over Ratio (TOR) serta menentukan kelompok barang kategori CF, CS dan CN agar dapat diketahui tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk pengendalian persediaan obat golongan pareto C. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis FSN berdasarkan TOR yaitu melihat tingkat perputaran persediaan selama periode 1 Oktober sampai 31 Desember 2023. Data obat selama tiga bulan terakhir diteliti persediaan awal, persediaan masuk dan pemakaian barangnya kemudian dihitung nilai TOR. Nilai TOR diurutkan yang tertinggi hingga yang terendah dan diklasifikasikan ke dalam fast, slow atau non-moving. Kelas fast-moving didapatkan sebanyak 111 obat, kelas slow-moving sebanyak 70 obat dan kelas non-moving sebanyak 72 obat dari 253 obat kategori pareto C. Barang-barang pada kelompok fast-moving dapat dikelola dengan memperhatikan safety stock dan reorder point. Barang-barang pada kelompok slow- moving dapat dikelola dengan metode periodic review (R, s, S) atau dibeli saat dibutuhkan saja. Barang-barang pada kelompok non-moving cukup dibeli saat dibutuhkan saja.
PT. Sammarie Tramedifa as a pharmaceutical distributor controls drug inventory using the ABC analysis method. The ABC method used is only based on the number of sales and purchase prices, so it cannot show the rate of drug consumption. This can result in dead stock if there is too much supply and stock out if the supply is too low. The FSN (Fast, Slow and Non-moving) analysis method is an inventory control method based on the rate of movement of goods so hopefully it can help in planning the right amount of inventory and the frequency for buying or even removing certain items. This study aims to classify goods in the pareto category C with the FSN analysis method based on Turn Over Ratio (TOR) and to determine the groups of goods in the categories CF, CS and CN so that further action can be identified for inventory control of pareto class C drugs. In this study, an FSN analysis was carried out based on the TOR, namely looking at the inventory turnover rate during the period 1 October to 31 December 2023. Drug data for the last three months was examined for initial inventory, incoming inventory and usage of the goods and then the TOR value was calculated. TOR values are sorted from highest to lowest and classified as fast, slow or non-moving. The fast-moving class obtained 111 drugs, the slow-moving class obtained 70 drugs and the non-moving class obtained 72 drugs from 253 drugs in the pareto category C. Goods in the fast-moving group can be managed by paying attention to safety stock and reorder points. Goods in the slow- moving group can be managed using the periodic review method (R, s, S) or purchased only when needed. Goods in the non-moving group are only purchased when needed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ardhona Irani
"Pedagang besar farmasi sebagai fasilitas pelayanan distribusi berperan penting untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi yang aman dan bermutu ke fasilitas pelayanan kesehatan lain dan/ atau PBF lainnya hingga sampai kepada masyarakat (pasien) sesuai pedoman CDOB. Untuk mendapatkan tingkat stok persediaan yang efektif maka perlu kebijakan pengendalian persediaan yang tepat. Analisis ABC sebagai salah satu pengendalian persediaan sediaan farmasi yang digunakan oleh Perusahaan PT SamMarie Tramedifa. Dalam praktiknya, kelompok obat pareto A masih terdapat kendala kelebihan stok. Olek karena itu, pengawasan pengendalian persediaan perlu dilakukan dengan menggunakan kombinasi ABC-FSN (fast-moving, slow-moving, dan non-moving) yang diharapkan dapat mencapai tingkat persediaan yang efisien melalui rencana pengadaan yang optimal dengan mempertimbangkan tingkat perputaran persediaan item tersebut selama periode 1 Oktober-31 Desember 2022. Berdasarkan hasil analisis 150 item obat kelompok A, ditemukan 9 item obat kelompok AN (Non-Moving), 20 item obat AS (Slow), dan 121 item obat AF (Fast) yang membutuhkan kontrol peninjauan persediaan, perencanaan dan metode pengendalian yang berbeda.
Pharmaceutical wholesalers as distribution service facilities play an important role in ensuring the availability of safe and quality pharmaceutical supplies to other health care facilities and/or other PBFs until they reach the public (patients) according to guidelines for the proper distribution of drugs. To get an effective inventory stock level, it is necessary to have the right inventory control policy. ABC analysis as one of the inventory controls for pharmaceutical preparations used by the Company PT SamMarie Tramedifa. In practice, the pareto drug group A still has problems with excess stock. Therefore, inventory control monitoring needs to be carried out using a combination of ABC-FSN (fast-moving, slow-moving and non-moving) which is expected to achieve efficient inventory levels through optimal procurement plans taking into account the item's inventory turnover rate during October 1 - December 31, 2022. Based on the results of an analysis of 150 group A drug items, 9 items of AN (Non-Moving) group drug were found, 20 items of AS (Slow) group drug, and 121 items of AF (Fast) group drug that required inventory review control, different planning and control methods."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Salsabila
"Pengadaan sediaan farmasi merupakan proses penyediaan sediaan farmasi yang dibutuhkan suatu perusahaan yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari distributor atau pedagang besar farmasi. Distibusi produk farmasi dapat dilakukan oleh PBF, yang merupakan perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar. PT. SamMarie Tramedifa saat ini merupakan pengadaan obat dengan pembelian langsung melalui PBF lain yang ditunjuk sebagai distributor utama oleh industri farmasi. PT. SamMarie Tramedifa melakukan kegiatan distribusi dan penyaluran obat dan alat kesehatan hanya untuk memenuhi kebutuhan obat dari outlet internal SamMarie Healthcare Group (SMHG). Kegiatan operasional yaang dilakukan oleh PBF terdiri dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penanganan produk kembalian, dan penyaluran sediaan farmasi. Selama pengadaan, tidak dapat dipungkiri telah terjadi beberapa kendala, salah satunya masih terdapat kekosongan saat pemesanan dari outlet, yang mengakibatkan pesanan tidak terpenuhi, dan masih ada beberapa barang yang jumlahnya kurang dari stok minimum atau reorder point (ROP) yang ditetapkan. Metode penelitian dilakukan dengan observasi alur pengadaan di gudang PT. SamMarie Tramedifa. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 11 hingga 17 Maret 2023 secara real time dengan metode wawancara kepada supervisor MDC mengenai alasan kekurangan stok dari reorder point (ROP). Alasan ketidaksesuaian stok akhir dengan ROP didominasi oleh “sudah dipesan” dan “belum ada permintaan”. Tidak semua pemesanan barang di PT. SamMarie Tramedifa hanya berdasarkan ROP. Beberapa pemesanan barang akan menjadikan ROP sebagai sebuah notifikasi saja, sedangkan pada beberapa barang lain ROP dijadikan sebagai acuan untuk waktu pemesanan barang, dan seluruhnya tertera di panduan pengadaan PT. SamMarie Tramedifa.
Procurement of pharmaceutical preparations is the process of providing pharmaceutical preparations needed by a company obtained from external suppliers through purchases from pharmaceutical distributors or wholesalers. Distribution of pharmaceutical products can be carried out by PBF, which is a company with legal status that has a license to procure, store and distribute pharmaceutical supplies in large quantities. PT. SamMarie Tramedifa is currently procuring drugs by purchasing directly through another PBF appointed as the main distributor by the pharmaceutical industry. PT. SamMarie Tramedifa carries out distribution and distribution of drugs and medical devices only to meet the needs of drugs from SamMarie Healthcare Group (SMHG) internal outlets. The operational activities carried out by PBF consist of planning, procurement, receiving, storage, handling of returned products, and distribution of pharmaceutical preparations. During the procurement process, it is undeniable that several problems have occurred, one of which is that there is still a vacancy when ordering from outlets, which results in orders not being fulfilled, and there are still several items that are less than the minimum stock or reorder point (ROP) set. The research method was carried out by observing the flow of procurement in the warehouse of PT. SamMarie Tramedifa. Data collection was carried out from 11 to 17 March 2023 in real time by interviewing MDC supervisors regarding the reasons for stock shortages from reorder points (ROP). The reasons for the discrepancy between the final stock and the ROP were dominated by "already ordered" and "no request yet". Not all orders for goods at PT. SamMarie Tramedifa is based on ROP only. Some goods orders will only make the ROP a notification, while for some other goods the ROP will be used as a reference for the time to order goods, and all of them are listed in the procurement guide for PT. SamMarie Tramedifa."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sisilia
"Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri farmasi dalam melakukan kegiatan pembuatan obat dan/atau bahan obat wajib menggunakan acuan yaitu standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Standar CPOB mengatur salah satunya peralatan, cara penyimpanan dan pengiriman obat yang baik serta kualifikasi dan validasi. Tujuan dari tugas khusus ini adalah memahami alur proses di warehouse department, proses kualifikasi alat, proses pemantauan suhu dan kelembaban penyimpanan di gudang serta proses pengendalian stok di gudang. Hasil menunjukkan bahwa alur proses di warehouse department meliputi proses penerimaan, penyimpanan, penimbangan, pengiriman, pengembalian dan pemusnahan. Kualifikasi terdiri dari kualifikasi desain, instalasi, operasional dan kinerja. Proses pemantauan suhu dan kelembaban penyimpanan di gudang dilakukan menggunakan EMS yang data pemantauannya ditarik 2 minggu sekali. Proses pengendalian stok salah satunya adalah dengan cycle count yang dilakukan 1 bulan sekali untuk memastikan akurasi inventori dan mengidentifikasi kesalahan dalam sistem pengelolaan stok.
The pharmaceutical industry is a business entity that has a permit in accordance with the provisions of laws and regulations to carry out the manufacture of drugs or drug ingredients. The pharmaceutical industry in carrying out the manufacture of drugs and/or drug ingredients is required to use a reference, namely the Good Manufacturing Practices (GMP) standard. The GMP standard regulates equipment, good storage and delivery methods for drugs, as well as qualification and validation. The purpose of this special task is to understand the process flow in the warehouse department, the equipment qualification process, the process of monitoring the temperature and humidity of storage in the warehouse, and the stock control process in the warehouse. The results show that the process flow in the warehouse department includes the process of receiving, storing, weighing, shipping, returning and destroying. Qualification consists of design, installation, operational and performance qualifications. The process of monitoring the temperature and humidity of storage in the warehouse is carried out using EMS whose monitoring data is withdrawn once every 2 weeks. One of the stock control processes is with a cycle count which is carried out once a month to ensure inventory accuracy and identify errors in the stock management system. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Putri Juniarti
"Perusahaan sering kali harus menangani berbagai macam produk yang berbeda. Klasifikasi persediaan memiliki peran penting untuk membantu perusahaan mengelola inventory mereka. Berdasarkan literatur akademik, sejumlah peneliti yang memiliki fokus pada inventory telah mengembangkan berbagai model multi-criteria inventory classification (MCIC) untuk mengatasi masalah klasifikasi persediaan dengan menganalisis criticality suatu produk dengan lebih baik daripada hanya menggunakan satu kriteria seperti yang ditunjukkan dalam traditional ABC classification. Di sisi lain, reverse logistic adalah bisnis yang cukup besar bagi industri farmasi. Di Indonesia, industri farmasi berkontribusi besar terhadap kinerja perekonomian nasional. Namun, tidak banyak penelitian yang secara khusus menggabungkan dua topik penting ini. Sebagian besar penelitian di bidang supply chain dan logistic berfokus pada pengoptimalan forward logistic. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model multi-criteria inventory classification (MCIC) yang cocok untuk diaplikasikan pada proses reverse logistic. Hasil klasifikasi berdasarkan model yang diusulkan dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan kebijakan pengendalian persediaan dan kebijakan pengembalian barang retur.
Companies often have to deal with many different producs. Inventory classification have an important role to helping companies manage their inventory. According to academic literature, a number of inventory researcher have developed multi-criteria inventory classification (MCIC) models to overcome inventory classification problems to analyze the criticality of products better than only use one criterion as shown in traditional ABC inventory classification. On the other hand, reverse logistic is a big business for pharmaceutical industry. In Indonesia, the pharmaceutical industry contributes significantly to the national economy performance. However, lack of research that specifically combine these two important topics. Most of the research in the field of supply chain and logistic focuses on optimization for forward logistic. This research aim to develop multi-criteria inventory classification model that are suitable to be applied to the reverse logistic process. The result of the classification based on proposed model could be used as a tool for developing inventory control policies and return policies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rima Melati
"Salah satu Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang ada di Indonesia yaitu PT SamMarie Tramedifa. Peran penting seorang Apoteker di PBF yaitu menjadi penanggung jawab sebuah PBF yang tugasnya melakukan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di PBF tersebut mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian sediaan farmasi. Manajemen pengelolaan sediaan farmasi yang kurang baik dapat menyebabkan beberapa permasalahan diantaranya pemborosan dalam penganggaran, pembengkakan biaya pengadaan dan penyimpanan, serta tidak tersalurnya sediaan farmasi sehingga dapat menyebabkan kerusakan dan kadaluwarsa. Pengelolaan persediaan obat yang optimal memberikan penghematan biaya pengadaan obat. Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dilakukan analisis pengendalian obat khususnya obat golongan pareto C yang mengalami penumpukkan stok yang melebihi stok maksimum berdasarkan data konsumsi per 25 Mei 2022 agar pada periode selanjutnya dalam lebih dikendalikan dalam kegiatan pengadaan sediaan farmasi sehingga lebih efesien dan efektif. Metode pengambilan data yang digunakan yaitu metode cross sectional retroospektif. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terdapat 42 item sediaan farmasi dalam kategori Pareto C yang memiliki jumlah stok di Gudang MDC melebihi batas stok maksimum yang ditetapkan, dengan persentase jumlah sebesar 12% dari jumlah obat dalam kategori pareto C. Dari jumlah tersebut disimpulkan total kelebihan harta dari dampak adanya stok berlebih dari sediaan farmasi khususnya yang masuk dalam pareto kategori C sebanyak Rp 61,865,739. Berdasrakan kesimpulan tersebut langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan pengendalian pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan terkait ROP dan stok maksimum sesuai yang telah ditetapkan di PT SamMarie Tramedifa dan dilakukan pengecekan berkala jumlah stok obat agar tidak terjadi penumpukan barang yang tidak terjual kecuali terdapat permintaan dari outlet.
One of the Major Pharmaceutical Supplier (PBF) in Indonesia, namely PT SamMarie Tramedifa. The important role of a Pharmacist in PBF is to be in charge of a PBF whose job is to carry out pharmaceutical preparation management activities at PBF starting from planning, procurement, storage to distribution of pharmaceutical preparations. Poor management of pharmaceutical preparations can cause several problems including waste in budgeting, swelling of procurement and storage costs, and non- distribution of pharmaceutical preparations which can cause damage and expiration. Optimal drug inventory management provides savings in drug procurement costs. Based on this background, an analysis of drug control will be carried out, especially for pareto C class drugs which have stockpiles that exceed the maximum stock based on consumption data as of May 25, 2022 so that in the next period the procurement activities of pharmaceutical preparations are more controlled so that they are more efficient and effective. The data collection method used was a retrospective cross- sectional method. Based on the results of the study conducted, there were 42 items of pharmaceutical preparations in the Pareto C category that had stock in the MDC Warehouse that exceeded the maximum stock limit, with a total percentage of 12% of the number of drugs in the Pareto C category. From this amount it was concluded that the total excess assets from the impact of excess stocks of pharmaceutical preparations, especially those included in pareto category C as much as IDR 61,865,739. Based on these conclusions, it is necessary to pay attention to the steps that can be taken in controlling the procurement of pharmaceutical preparations related to the ROP and maximum stock according to what has been set at PT SamMarie Tramedifa and to periodically check the amount of drug stock so that there is no accumulation of unsold goods unless there is a request from an outlet."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dita Shafira Apriyani
"Perencanaan persediaan perbekalan farmasi dapat dilakukan menggunakan analisis pareto ABC. Analisis pareto ABC adalah suatu analisis yang dapat digunakan dalam menganalisis pola konsumsi perbekalan farmasi. Dengan menggunakan analisis ABC maka dapat membantu untuk koreksi perencanaan yang tepat untuk masing-masing kelompok obat dan menentukan obat yang harus diprioritaskan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Berdasarkan hasil analisis pareto ABC terhadap 60 item obat yang terdapat di Apotek Kimia Farma Metland, hasil yang dapat diketahui adalah kelompok pareto A memiliki jumlah investasi sebesar Rp. 34.058.870,- atau 69,80% dari total investasi dengan jumlah produk 20 item obat. Kelompok pareto B memiliki jumlah investasi sebesar Rp. 9.815.063,- atau 20,12% dari total investasi dengan jumlah produk 20 item obat. Kelompok pareto C memiliki jumlah investasi sebesar Rp. 4.917.418,- atau 10,08% dari total investasi dengan jumlah produk 20 item obat. Apotek selain mengatur pengelolaan persediaan obat, apotek juga menyediakan pelayanan kefarmasian klinik. Salah satu pelayanan kefarmasian klinik di apotek adalah pelayanan obat non resep atau yang lebih dikenal dengan pelayanan swamedikasi. Pelayanan swamedikasi yang dilakukan kepada 10 pasien.
Pharmaceutical supplies inventory planning can be done using ABC Pareto analysis. ABC Pareto analysis is an analysis that can be used in analyzing consumption patterns of pharmaceutical supplies. Using ABC analysis helps to do correct planning for each group of drugs and determine which drugs should be prioritized to increase efficiency and reduce costs. Based on the results of the ABC pareto analysis of 60 drug items available at Kimia Farma Metland Pharmacy, the results that can be seen are that Pareto group A has an investment of Rp. 34,058,870, - or 69.80% of the total investment, with a total of 20 drug items. Pareto group B has an investment of Rp. 9,815,063, - or 20.12% of the total investment, with a total of 20 drug items. Pareto group C has a total investment of Rp. 4,917,418, - or 10.08% of the total investment, with a total of 20 drug items. Besides managing drug supply, the pharmacy also provides clinical pharmacy services. One of the clinical pharmacy services in pharmacies is non-prescription drug services or better known as self-medication services. Self-medication services were performed for 10 patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Hutabarat, Rismauli Ruth Natasari
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan yang melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dengan izin hukum dan undang-undang yang berlaku sehingga berperan sebagai penggerak rantai pasok sediaan farmasi hingga sampai ke tangan konsumen. Salah satu analisis pengendalian persediaan yang umum digunakan adalah analisis fast, slow, dan non-moving (FSN). Analisis ini mengklasifikasikan barang berdasarkan seberapa sering suatu barang keluar dan masuk menjadi tiga kategori, yaitu fast, slow, dan non-moving. Perlu pengendalian persediaan sediaan farmasi pada PT. SamMarie Tramedifa guna mencapai ketersediaan obat yang optimal dengan biaya minimal dan alokasi biaya yang juga optimal sebagai topik laporan praktik kerja profesi apoteker (PKPA) di PBF. Tujuan pelaksanaan laporan pada praktik kerja profesi apoteker di PT. SamMarie Tramedifa adalah untuk mengetahui perbedaan analisis terhadap persediaan sediaan farmasi menggunakan Fast-Slow-Non-moving (FSN) dengan membandingkan metode Turnover Ratio (TOR), Average Monthly Consumption (AMC), dan frekuensi konsumsi untuk dijadikan referensi pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan PT. SamMarie Tramedifa. Berdasarkan analisis FSN menggunakan tiga metode, yaitu TOR, AMC, dan FK, diketahui terdapat perbedaan jumlah barang dan nilai persediaan sediaan farmasi dari ketiga hasil analisis tersebut dengan perbedaan yang sangat variatif antara kategori F, S, dan N. Pemilihan metode yang digunakan untuk analisis FSN bergantung kepada preferensi masing-masing perusahaan. Namun, metode yang paling merepresentasikan analisis FSN dengan dasar kriteria yang dapat diterima adalah metode Average Monthly Consumption
Pharmaceutical distributor (PBF) are companies that procure, store, distribute drugs and/or medicinal ingredients with legal permits and applicable laws so that they act as drivers of the supply chain for pharmaceutical preparations until they reach the hands of consumers. One of the commonly used inventory management is FSN analysis. This analysis classifies goods based on how often an item comes in and out into three categories, namely fast, slow and non-moving. It is necessary to control the inventory of pharmaceutical preparations at PT SamMarie Tramedifa in order to achieve optimal drug availability optimal cost allocation as the topic of the pharmacist professional work practice report (PKPA) at PBF. The aim of implementing the pharmacist internship report at PT SamMarie Tramedifa is to find out the differences in analysis of pharmaceutical supplies using Fast-Slow-Non-moving (FSN) by comparing the Turnover Ratio (TOR), Average Monthly Consumption (AMC) and consumption frequency methods to be used as a reference for choosing a method that suits their needs. Based on FSN analysis using three methods, namely TOR, AMC, and FK, it is known that there are differences in the number of goods and inventory values ââof pharmaceutical preparations from the three analysis results with very varied differences between categories F, S, and N. Selection of methods used for analysis FSN depends on the preferences of each company. However, the method that best represents FSN analysis based on acceptable criteria is the Average Monthly Consumption (AMC) method."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Cindy Manuela
"Penggunaan sistem komputer dalam pengendalian sediaan farmasi merupakan salah satu upaya dalam menjaga persediaan. Perangkat lunak sangat bermanfaat untuk mendokumentasikan dan memantau seluruh kegiatan. PT SamMarie Tramedifa telah melakukan pembaruan terhadap sistem yang digunakan demi kelancaran pengelolaan dan terdapat hasil temuan yang menunjukkan dampak terhadap pengelolaan obat baik dari sisi pengelola serta performa pengendalian sediaan farmasi. Oleh karena itu, dilakukan analisis pengaruh penggunaan sistem komputer terhadap pengelolaan untuk menjadi bahan evaluasi. Penulisan laporan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan sistem komputer dalam proses pengelolaan, menelaah dampak penggunaan perangkat lunak terhadap sistem pengadaan hingga penyaluran, mengevaluasi penggunaan perangkat lunak. Penulisan dilakukan dengan studi literatur, pengamatan langsung, pendataan laporan stok obat, pengumpulan hasil pencetakan faktur, diskusi dengan apoteker penanggungjawab, penanggungjawab sistem komputer, dan koordinator gudang. Hasil menunjukkan bahwa terjadi selisih stok antara sistem dengan fisik sebesar 11,94% dengan penyebab terbesar akibat kesalahan pada sistem. Pembuatan faktur juga lebih banyak dilakukan dengan pengetikan manual dibanding otomatis karena lemahnya pembacaan nomor bets dan tanggal kedaluwarsa produk. Dampak yang timbul adalah terhambatnya pengadaan akibat kesalahan pada sistem dan lambatnya sistem untuk mulai bekerja, kurangnya ketepatan dalam menentukan jumlah stok akibat adanya selisih, dan terhambatnya penjualan barang akibat pencetakan faktur yang juga terhambat. Dapat disimpulkan bahwa sistem komputer berpengaruh terhadap jumlah stok, berdampak pada pengadaan dan penjualan. Penggunaan sistem komputer di PT SamMarie Tramedifa sudah dirasa baik namun perlu dikaji kembali setiap informasi yang diperoleh dari sistem. Peralihan sistem yang dilakukan saat sedang tahap pengembangan menjadi faktor utama belum maksimalnya sistem tersebut karena perlunya adaptasi.
Using computer systems to control pharmaceutical products is an effort to maintain inventory. The software is useful for documenting and monitoring all activities. PT SamMarie Tramedifa has updated the system for better management and there were findings showing impacts on product management and control performance of pharmaceutical products. Therefore, an analysis of the computer system on management was important to be an evaluation. This report aimed to analyze the effect of computer system in the management process, examine the impact on procurement to distribution, and evaluate the use of software. The writing was done by literature studies, direct observation, data collection on stock reports and printed invoices, discussions with the responsible pharmacist, the person in charge of the computer system, and the warehouse coordinator. The results showed a difference in stock between the system and the physical of 11.94% with the biggest cause due to system errors. Invoicing was also done by manual typing rather than automatically due to the weak reading of the system. The other impacts were delays in procurement, slowness to start working, lack of accuracy of the amount of stock, and delays in sales of goods. In conclusion, the computer system affected the amount of stock, procurement, and sales. The use of the computer system at PT SamMarie Tramedifa was considered good, but necessary to review any information from the system. The system transition during the development stage was the main factor that the system was not maximized because of the need for adaptation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library