Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114337 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tresca Aulia Saphira
"Aktivitas rumah tangga seperti penggunaan listrik, transportasi, serta barang dan jasa memiliki kontribusi terhadap gas rumah kaca. Kecamatan Pancoran menjadi salah satu wilayah pemukiman yang terletak di Jakarta Selatan. Dengan itu, diperlukannya upaya pengurangan besar jejak karbon pada wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan dari tiga sektor, yaitu energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa di Kecamatan Pancoran. Selain itu, untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besar jejak karbon rumah tangga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana data diolah secara statistik. Data dikumpulkan dengan kuisioner dan wawancara kemudian dihitung menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. Hasil penelitian menunjukkan besar rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan adalah 16,55 ton CO2e per rumah tangga per tahun. Rata-rata jejak karbon rumah tangga dari sektor energi sebesar 8,71 ton CO2e per rumah tangga per tahun, sedangkan dari sektor transportasi sebesar 4,38 ton CO2e per rumah tangga per tahun, dan dari sektor konsumsi barang dan jasa sebesar 3,46 ton CO2e per rumah tangga per tahun. Faktor yang berpengaruh signifikan secara statistik terhadap besar jejak karbon rumah tangga adalah penghasilan keluarga, golongan daya listrik, luas rumah, dan ukuran keluarga. Penghasilan keluarga menunjukkan hubungan korelasi yang kuat terhadap besar jejak karbon rumah tangga (r=0,829, Sig.=<0,001, R2=0,70), dimana semakin besar penghasilan keluarga maka semakin besar jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan.

Household activities such as the use of electricity, transportation, and services contribute to greenhouse gas emissions. Pancoran subdistrict is one of the residential areas located in South Jakarta, therefore works are necessary to reduce the carbon footprint of this area. The findings of this study highlight the average household carbon footprints from energy, transportation, and consumption of goods and services in Pancoran District. Additionally, this study aims to analyze the factors that effect household carbon footprint. This study uses a quantitative approach with statistic tests. Data was collected by questionnaires and interviews and subsequently calculated by online calculator named Carbon Footprint Ltd. The results showed that the average household carbon footprint in Pancoran District is 16.55 tons of CO2e per household per year. The average household carbon footprint from the energy sector is 8.71 tons CO2e per household per year, while from the transportation sector is 4.38 tons CO2e per household per year, and from the goods and services consumption sector is 3.46 tons CO2e per household per year. Factors that have a statistically significant effect on household carbon footprint are household income, electric power class, house size, and family size. Household income shows a strong correlation with household carbon footprint (r=0.829, Sig.=<0.001, R2=0.70), where the wealthier household tend to have larger household carbon footprints."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Wahyu Untari
"Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 72% terhadap emisi GRK global sehingga diperlukan upaya pengendalian, salah satunya melalui studi jejak karbon rumah tangga. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kelapa Gading ini bertujuan untuk menghitung rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading, mengidentifikasi aktivitas dan faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga tersebut, serta memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang memperhitungkan aktivitas konsumsi energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa. Pengumpulan data dilakukan secara random-purposive sampling menggunakan kuesioner dimana data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Penelitian dilakukan selama masa pandemi COVID-9 dengan pemberlakuan kebijakan PPKM tingkat 3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 1,77 MT CO2e per rumah tangga per bulan dengan dominasi oleh sektor energi (0,71 MT CO2e per rumah tangga per bulan) diikuti oleh sektor konsumsi barang dan jasa (0,66 MT CO2e per rumah tangga per bulan) serta transportasi (0,4 MT CO2e per rumah tangga per bulan). Jejak karbon rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penghasilan keluarga (r = 0,54 ; Sig = 3,45 x 10-9), ukuran keluarga (r = 0,31 ; Sig = 0,02), dan pola makan (r = 0,37 ; Sig = 0,01). Penghasilan keluarga menunjukkan korelasi yang sedang (r = 0,54) terhadap jejak karbon rumah tangga sementara ukuran keluarga (r = 0,31) dan pola makan (r = 0,37) menunjukkan korelasi yang rendah terhadap jejak karbon rumah tangga. Beberapa rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga yang ditawarkan antara lain pembuatan kebijakan konsumsi energi, optimasi penggunaan sumber energi terbarukan, konsumsi ekoefisien, serta perubahan gaya hidup rumah tangga yang intensif karbon.

Household consumption contributes 72% to global GHG emissions. Thus, control efforts are needed, one of which is through a household carbon footprint study. This research, which was conducted in Kelapa Gading District, aims to calculate the average household carbon footprint in Kelapa Gading District, identify activities and factors that affect the household's carbon footprint, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint. Calculations were made using a calculator from Carbon Footprint Ltd. which takes into account the energy consumption, transportation, and consumption of goods and services activities. Data was collected using a random-purposively using questionnaire where the data were then analyzed using descriptive statistics and multiple linear regression. The study was conducted during the COVID-9 pandemic with the implementation of the PPKM level 3 policy. Based on the results of the study, the average household carbon footprint in Kelapa Gading District was 1.77 MT CO2e per household per month with the dominance of the energy sector (0 ,71 MT CO2e per household per month) followed by the consumption of goods and services sector (0.66 MT CO2e per household per month) and transportation (0.4 MT CO2e per household per month). The household's carbon footprint was influenced by several factors, including household income (r = 0.54 ; Sig = 3.45 x 10-9), household size (r = 0.31 ; Sig = 0.02), and diet (r = 0.37 ; Sig = 0.01). Household income showed a moderate correlation (r = 0,54) to the household carbon footprint while household size (r = 0,31) and diet (r = 0,37) showed a low correlation to the household carbon footprint. Several recommendations for controlling household carbon footprints were offered, including making energy consumption policies, optimizing the use of renewable energy sources, eco-efficient consumption, and changing carbon-intensive household lifestyles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifalina Ramadhanti
"Aktivitas rumah tangga merupakan salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca (GRK). Kecamatan Makasar di Jakarta Timur merupakan wilayah yang didominasi oleh sektor pemukiman. Berbagai aktivitas rumah tangga yang dilakukan oleh rumah tangga berkontribusi terhadap besarnya jejak karbon. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengendalikan jejak karbon dari sektor rumah tangga, salah satunya melalui studi analisis jejak karbon rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jejak karbon yang berasal dari aktivitas rumah tangga seperti penggunaan energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa di Kecamatan Makasar, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga, serta memberikan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon rumah tangga. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara terstruktur untuk memperoleh data aktivitas dan konsumsi rumah tangga. Jejak karbon rumah tangga dihitung menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang besarnya akan dinyatakan dalam satuan t CO2 ekuivalen per rumah tangga per tahun (t CO2e/RT/tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jejak karbon di Kecamatan Makasar adalah 15,33 t CO2e/RT/tahun. Sektor penggunaan energi mendominasi besar jejak karbon rumah tangga dengan rata-rata sebesar 8,68 t CO2e/RT/tahun, kemudian sektor penggunaan transportasi sebesar 4,04 t CO2e/RT/tahun, serta sektor konsumsi barang dan jasa sebesar 2,61 t CO2e/RT/tahun. Faktor-faktor yang memiliki hubungan yang kuat dan signifikan secara statistik dengan jejak karbon rumah tangga yaitu ukuran keluarga (jumlah anggota keluarga), penghasilan, dan golongan daya listrik. Penghasilan menunjukkan hubungan/korelasi yang paling kuat terhadap besar jejak karbon rumah tangga (r = 0,872; p = 0,001) yang bermakna bahwa semakin tinggi penghasilan suatu rumah tangga, maka semakin tinggi jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan.

Household activities are one of the main sources of greenhouse gas emissions (GHG). Makasar district in east Jakarta is a region dominated by the settlement sector. The various household activities performed by households contribute to the size of the carbon footprint. Therefore, an effort is needed to control the carbon footprint of the household sector, one of which is through household carbon footprint analysis studies. The study aims to analyze the carbon footprint derived from household activities such as energy use, transportation, as well as the consumption of goods and services in Makasar District, analyze the factors that influence the household carbon footprints, and provide recommendations for reducing the domestic carbon footprint. This research method is quantitative. Data was collected through structured questionnaire and interviews to obtain data on household activity and consumption. The household carbon footprint is calculated using the Carbon Footprint Ltd. calculator, the size of carbon footprint will be expressed in t CO2 equivalent units per household per year (t CO2e/household/year). The results of the study show that the average carbon footprint in Makasar district is 15,33 t CO2e/household/year. The energy use sector dominates the large carbon footprint of households with an average of 8,68 t CO2e/household/year, followed by the transport sector with an average of 4,04 t CO2/household/year, and the consumption of goods and services with an average of 2,61 t CO2e/household/year. Factors that have strong and statistically significant relationship with a household’s carbon footprint are family size (number of family members), income, and electric power groups. Income shows the strongest correlation to the large carbon footprint of households (r = 0.872; p = 0.001), which means that the higher a household's income, the higher the household carbon footprint it produces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rhiza Auliya Atthariq
"Jejak karbon rumah tangga berkontribusi besar di dalam emisi gas rumah kaca total, dan tentunya pengendalian perlu diupayakan untuk mengurangi tingkat jejak karbon dalam rumah tangga, dengan melakukan studi jejak karbon. Kecamatan balikpapan merupakan kecamatan di Kota Balikpapan dengan penduduk yang tertinggi dari 5 kecamatan lainnya di Kota Balikpapan, menyebabkan jejak karbon yang dihasilkan pada kecamatan ini juga cukup besar sebagai penyumbang jejak karbon di Kota Balikpapan. Penelitian yang dilakukan di kecamatan ini memiliki tujuan untuk menganalisis jumlah rata-rata jejak karbon yang dihasilkan oleh rumah tangga di Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi, dan memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Balikpapan Utara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan dengan bantuan kalkulator karbon yang dikeluarkan oleh Carbon Footprint Ltd. Penelitian dilakukan dengan melihat sumber dari 3 macam sektor yaitu sektor energi, sektor transportasi, dan sektor konsumsi barang dan jasa. Hasil yang didapatkan adalah jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan di Kecamatan Balikpapan utara sebesar 10,02 t CO2e per rumah tangga per tahun dengan yang paling banyak bersumber dari sektor energi (49%) dengan jumlah jejak karbon yang dihasilkan sebesar 4,93 t CO2e per rumah tangga per tahun. lalu sektor transportasi dengan timbulan jejak karbon sebesar 3,14 t CO2e per rumah tangga per tahun, dan sektor barang dan jasa dengan timbulan jejak karbon sebesar 1,96 t CO2e per rumah tangga per tahun. jejak karbon yang ditimbulkan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran keluarga (r = 0,1), luas lahan (r = 0.22), penghasilan (r = 0,85 ; sig = <0,01), golongan daya listrik (r = 0.64 ; sig = <0.01), dan tingkat pendidikan (r = 0,56 ; sig = <0,01). Dalam melakukan upaya pengendalian jejak karbon ini, terdapat rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga, antara lain optimasi penggunaan energi terbarukan, penambahan jenis kendaraan umum, serta melakukan perubahan pola gaya hidup dengan melakukan financial literacy dan konseling dengan menggunakan metode self-instruction.

The household carbon footprint contributes significantly to the total greenhouse gas emissions, and it is crucial to implement control measures to reduce the carbon footprint level within households. A carbon footprint study is needed to analyze the average amount of carbon footprint generated by households in North Balikpapan District, Balikpapan City. This district has the highest population among the five districts in Balikpapan City, resulting in a considerable carbon footprint contribution to the city. The objective of this research is to analyze the average carbon footprint produced by households in North Balikpapan District, identify the influencing factors, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint in this district. The study employs a calculation method using the carbon calculator provided by Carbon Footprint Ltd. It focuses on three sectors: financial, transportation, and consumption of goods and services. The findings reveal that the household carbon footprint in North Balikpapan District amounts to 10.02 t CO2e per household per year, with the financial sector being the largest contributor (49%), generating a carbon footprint of 4.93 t CO2e per household per year. The transportation sector contributes 3.14 t CO2e per household per year, while the goods and services sector accounts for 1.96 t CO2e per household per year. Several factors influence this carbon footprint, including family size (r = 0.1), land area (r = 0.22), income (r = 0.85; sig = <0.01), electricity power rating (r = 0.64; sig = <0.01), and education level (r = 0.56; sig = <0.01). To address this carbon footprint, recommendations for household carbon footprint control include optimizing the use of renewable financial, expanding public transportation options, and adopting sustainable lifestyle changes through financial literacy and self- instruction counseling methods. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Rosita Budiono
"Pertumbuhan penduduk dan perkembangan bidang industri di Indonesia menjadikannya negara yang berkontribusi besar pada jejak karbon secara global. Mitigasi terhadap perubahan iklim harus dilakukan. Salah satunya dengan mengurangi jejak karbon dari sektor rumah tangga. Pada penelitian ini dianalisis rata-rata jejak karbon rumah tangga, sumber aktivitas pendorong, faktor yang mempengaruhi, dan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon dari Kecamatan Cibinong. Pengumpulan data primer didapatkan melalui kuesioner dan wawancara. Dilakukan pada Maret 2022 ketika diterapkan PPKM level 2 dengan teknik kombinasi simple random sampling dan purposive sampling. Dari data yang dikumpulkan dapat diperkirakan jejak karbon rumah tangga dari setiap sektor dengan kalkulator karbon yaitu Carbon Footprint Ltd.. Lalu, dianalisis sejauh mana faktor demografi, faktor ekonomi, dan faktor gaya hidup berpengaruh terhadap jejak karbon rumah tangga dengan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jejak karbon rumah Kecamatan Cibinong sebesar 0,69 ton CO2e/rumah tangga/bulan. Rata-rata jejak karbon terbesar berasal dari sektor energi, lalu diikuti sektor transportasi, dan terakhir dari sektor penggunaan barang serta jasa. Jejak karbon rumah tangga Kecamatan Cibinong menunjukkan peningkatan signifikan akibat pendapatan keluarga, ukuran keluarga, tingkat pendidikan, dan jenis diet yang diterapkan keluarga. Maka dengan membuat kebijakan peningkatan tarif konsumsi energi listrik rumah tangga, pengaturan tata ruang kota dengan transportasi yang terintegrasi satu dengan yang lain, dan menggunakan barang elektronik hemat energi dapat menjadi langkah penting untuk mengurangi jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Cibinong.

Population growth and industrial development in Indonesia make it a country that contributes greatly to the global carbon footprint. Mitigation of climate change must be done. One of them is by reducing the carbon footprint of the household sector. In this study, the average household carbon footprint was analyzed, sources of driving activities, influencing factors, and recommendations for reducing the carbon footprint of Cibinong District. Primary data collection was obtained through questionnaires and interviews. This study was carried out in March 2022, when Public Activity Restriction (PPKM) at level 2 happened, with a combination technique of simple random sampling and purposive sampling. From the data that has been collected, it is possible to estimate the household carbon footprint of each sector with a carbon calculator, namely Carbon Footprint Ltd.. Then, it is analyzed to what extent demographic factors, economic factors, and lifestyle factors affect the household carbon footprint by using a regression test. The results showed that the average house carbon footprint in Cibinong District was 0,69 tons CO2e/household/month. On average, the largest carbon footprint comes from the energy sector, followed by the transportation sector, and finally from the use of goods and services. The household carbon footprint of Cibinong District showed a significant increase due to family income, family size, education level, and the type of diet adopted by the family. So by making a policy of increasing household electricity consumption rates, regulating urban spatial planning with integrated transportation with one another, and using energy-efficient electronic goods can be an important step to reduce the carbon footprint of households in Cibinong District."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bening Kalimasada Aura Keindahan
"Kecamatan Lumajang yang merupakan daerah dengan penduduk terbanyak di Kabupaten Lumajang memiliki keunikan dalam menghasilkan jejak karbon. Penelitian ini menganalisis jejak karbon rumah tangga Kecamatan Lumajang untuk mengidentifikasi kegiatan yang berkontribusi menghasilkan jejak karbon, nilai jejak karbon, dan faktor-faktor yang mempengaruhi jejak karbon, serta memberikan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon rumah tangga. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data konsumsi energi rumah tangga, aktivitas transportasi, dan konsumsi barang dan jasa dengan kuesioner online dan wawancara. Perhitungan jejak karbon dilakukan dengan kalkulator jejak karbon online oleh Carbon Footprint Ltd. Berdasarkan penelitian, rata-rata jejak karbon Kecamatan Lumajang adalah 0,507 mtCO2 per rumah tangga per bulan dan didominasi oleh jejak karbon energi (42%). Jejak karbon total berkorelasi rendah dengan tingkat pendidikan (r = 0,39, p = 5,2 x 10-5), berkorelasi sedang dengan penghasilan (r = 0,47, p = 4,0 x 10-6), dan berkorelasi sedang dengan golongan daya listrik (r = 0,45, p = 5,1 x 10-7). Jejak karbon energi berkorelasi rendah dengan tingkat pendidikan (r = 0,29, p = 0,01), berkorelasi sedang dengan penghasilan (r = 0,44, p = 2,8 x 10-5), berkorelasi rendah dengan luas lahan hunian (r = 0,28, p = 3,7 x 10-2), dan berkorelasi kuat dengan golongan daya listrik (r = 0,66, p = 3,9 x 10-16). Jejak karbon transportasi berkorelasi rendah dengan luas lahan hunian (r = 0,28, p = 3,7 x 10-2). Jejak karbon barang dan jasa berkorelasi rendah dengan penghasilan (r = 0,27, p = 4,1 x 10-2). Untuk mengurangi jejak karbon energi, metode reduksi absolut tepat digunakan mengingat hanya sedikit orang yang menggunakan energi terbarukan di rumah. Dalam meminimalkan jejak karbon transportasi, peralihan moda ke transportasi lebih rendah karbon lebih mudah diterapkan. Jejak karbon barang dan jasa paling baik dikurangi dengan meningkatkan efisiensi penggunaan barang yang ada. Upaya-upaya ini juga dapat didukung dengan mengembangkan kebijakan dan sistem untuk mengurangi jejak karbon.

Lumajang District, the most populated district in Lumajang Regency, has uniqueness in generating carbon footprint. This study analyzed the household carbon footprint of Lumajang District to identify activities that contribute to generating carbon footprint, the carbon footprint value, and factors that affect the carbon footprint, as well as provide recommendations for reducing household carbon footprints. This study collected datas of household energy consumption, transportation activities, and consumption of goods and services with online questionnaires and interviews. The carbon footprint calculation used an online carbon footprint calculator by Carbon Footprint Ltd. Based on this study, the average carbon footprint in Lumajang District was 0.507 mtCO2 per household per month and it is dominated by energy carbon footprint. The total carbon footprint was low correlated with education level (r = 0.39, p = 5.2 x 10-5), moderately correlated with income (r = 0.47, p = 4.0 x 10-6), and moderately correlated also with the electric power group (r = 0.45, p = 5.1 x 10-7). Energy carbon footprint had low correlation with education level (r = 0.29, p = 0.01), moderate correlation with income (r = 0.44, p = 2.8 x 10-5), low correlation with residential land area (r = 0.28, p = 3.7 x 10-2), and strong correlation with the electric power group (r = 0.66, p = 3.9 x 10-16). The carbon footprint of transportation has a low correlation with the area of residential land (r = 0.28, p = 3.7 x 10-2). The carbon footprint of goods and services has a low correlation with income (r = 0.27, p = 4.1 x 10-2). To reduce the energy carbon footprint, the absolute reduction method is the best measure considering that there are only few people who use renewable energy at home. In minimizing transportation carbon footprint, switching modes to a low-carbon transportation is easier to implement. The carbon footprint of goods and services is best reduced by increasing efficiency of the usage of existing goods. These attempts can also be supported by developing policies and systems for reducing carbon footprints"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Saras
"Peningkatan emisi Co2 di atmosfer merupakan salah satu ancaman lingkungan terbesar bagi makhluk hidup, ekosistem, dan bahkan ekonomi global. Pola konsumsi rumah tangga terbukti berkontribusi 60-70% terhadap emisi global, dengan menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS), sebagai satu-satunya survei longitudinal besar yang tersedia di Indonesia. Survei ini mencakup 83% dari total populasi di Indonesia, menunjukkan jejak karbon pada tingkat konsumsi rumah tangga Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara beban lingkungan rumah tangga Indonesia untuk transisi kehidupan karbon dan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kategori pengeluaran rumah tangga, total pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, karakteristik wilayah terhadap jumlah emisi yang dihasilkan, baik emisi dari energi rumah tangga maupun tidak langsung. Tujuan kedua adalah untuk menentukan kontributor utama konsumsi rumah tangga di Indonesia serta membuat beberapa rekomendasi berdasarkan hasil yang diperoleh. Metode perhitungan total jejak karbon pada penelitian ini menggunakan kalkulator karbon, Carbon Footprint Ltd. sebagai salah satu kalkulator “kuat” dibandingkan dengan 15 – 30 kalkulator lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan berpengaruh signifikan terhadap total emisi dibandingkan faktor lainnya dengan hasil uji korelasi (r = 0,6712) untuk daerah perkotaan dan (r = 0,9148) untuk daerah pedesaan. Selain itu, konsumsi energi dan peralatan listrik rumah tangga merupakan kategori yang paling banyak mengeluarkan emisi. Total emisi di perkotaan juga jauh lebih tinggi daripada di perdesaan, meskipun hanya selisih rata-rata pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga tidak terpaut jauh Proyeksi emisi yang dihasilkan di Indonesia untuk tahun 2030 dengan interval kepercayaan (1- ) sebesar 11.186,6 ± 2.956,45 Co2 metrik ton. Selain itu, emisi yang dihasilkan dari sumber emisi tidak langsung memiliki nilai mengkhawatirkan sebesar 7.862 ± 3.354,28 metrik ton Co2

The increase in Co2 emissions in the atmosphere is one of the biggest environmental threats to all living things, ecosystem and the global economy. Household consumption pattern proven to have contributed 60-70% to the global emission. This study will be using Indonesia Family Life Survey (IFLS) data, as the only large longitudinal survey available in Indonesia covering 83% of the total population in Indonesia, means showing carbon footprint at the level of Indonesia household consumption practices. This study aims to analyze the relationship between the environmental impact of Indonesian households for the transition to a carbon life and reducing greenhouse gas (GHG) emissions. The first objective of this study is to determine the relationship between categories of household expenditure, total household income, number of household members, area characteristics and the amount of emissions produced, both direct and indirect emissions. The second objective is to determine the main contributors to household consumption in Indonesia moreover to make some recommendations based on the results obtained. The method to calculate Indonesia’s household carbon footprint in this study by using carbon calculator, Carbon Footprint Ltd. as one of the “strong” calculators compared to 15 – 30 other calculators. The results of this study indicate that income is significantly affecting the total emissions compared to other factors with the results of the correlation test r = 0.6712 for urban areas and r = 0.9148 for rural areas. Moreover, energy consumption and the household electrical appliances are the most emission-intensive categories. Total emissions in urban areas are also much higher than in rural areas, although there is only a slight difference between the average of income and number of household members Projected emissions produced in Indonesia for 2030 with a confidence interval (1- ) of 11,186.6 ± 2,956.45 Co2 metric tons. In addition, the emission generated from indirect emission sources has an alarming value of 7,862 ± 3,354.28 metric tons Co2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Khairunnisa
"Jejak karbon merupakan jumlah karbon atau gas emisi dari beberapa jenis kegiatan manusia dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan commuting dari mahasiswa Universitas Indonesia yang berdomisili di Jakarta Selatan dan Bogor menjadi salah satu penyumbang jejak karbon. Studi ini dilakukan untuk menghitung jejak karbon yang dihasilkan mahasiswa Universitas Indonesia yang berdomisili di Jakarta Selatan dan Bogor, menentukan hotspot jejak karbon, menganalisis faktor yang mempengaruhi jejak karbon dan memberikan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon yang dihasilkan oleh mahasiswa Universitas Indonesia yang berdomisili di Jakarta Selatan dan Bogor. Perhitungan jejak karbon dilakukan dengan metode fuel- based dari World Resources Institute Indonesia dan menggunakan faktor emisi dari UK Department for Business, Energy, & Industrial Strategy. Data primer, yang mencangkup jarak tempuh, jenis kendaraan, frekuensi penggunaan kendaraan, jumlah penumpang, dan jenis bahan bakar, diperoleh dengan pengisian kuesioner online dengan target responden mahasiswa UI yang berdomisili di Jakarta Selatan dan Bogor. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, rata-rata jejak karbon yang dihasilkan oleh aktivitas commuting oleh mahasiswa komuter UI dari Jakarta Selatan dan Bogor adalah 102,352 kg CO2eq/tahun-orang dan 214,292 kg CO2eq/tahun-orang. Faktor yang mempengaruhi nilai jejak karbon tersebut adalah jarak tempuh (r=0,747), jenis kendaraan (r=-0,532) dan frekuensi penggunaan kendaraan (r=0,535). Maka, nilai ini menunjukkan jejak karbon akan meningkat jika terjadi penggunaan kendaraan tidak ramah lingkungan dan peningkatan jarak tempuh beserta frekuensi penggunaan kendaraan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga terkait upaya pengurangan jejak karbon dalam sektor transportasi, yang akan bermanfaat bagi universitas, mahasiswa, dan pemerintah.

Carbon footprint is the amount of carbon or emission gases produced from various human activities within a specific timeframe. Commuting activities of University of Indonesia students residing in South Jakarta and Bogor contribute significantly to the carbon footprint. This study aims to calculate the carbon footprint generated by University of Indonesia students residing in South Jakarta and Bogor, identify carbon footprint hotspots, analyze factors influencing the carbon footprint, and provide recommendations to reduce the carbon footprint produced by these students. The carbon footprint calculation was conducted using the fuel-based method from the World Resources Institute Indonesia and emission factors from the UK Department for Business, Energy, & Industrial Strategy. Primary data, including travel distance, vehicle type, frequency of vehicle use, number of passengers, and fuel type, were obtained through an online questionnaire targeting University of Indonesia students residing in South Jakarta and Bogor. Based on the calculations, the average carbon footprint generated by commuting activities of University of Indonesia students from South Jakarta and Bogor was 102,352 kg CO2eq/person-year and 214,292 kg CO2eq/person-year. The factors influencing the carbon footprint value were travel distance (r=0.747), type of vehicles (r=-0,532) and frequency of vehicle use (r=0.535). Therefore, this value indicates that the carbon footprint will increase in the event of the use of environmentally unfriendly vehicles and an increase in travel distance and frequency of vehicle usage. This research aims to provide valuable insights into carbon footprint reduction efforts in the transportation sector, benefiting universities, students, and the government.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Nurfauziah
"Populasi manusia setiap tahunnya selalu meningkat, pada DKI Jakarta jumlah penduduk pada tahun 2020 sebesar 10.562.088 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 0,92%. Seiring dengan meningkatnya populasi manusia maka akan berbanding lurus dengan dampak terhadap lingkungan. Di Indonesia, sektor sampah menjadi salah satu sektor penyumbang gas rumah kaca mulai dari sumber, pengangkutan, hingga tempat pemrosesan akhir. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara secara langsung dan kuesioner, kemudian dilakukan perhitungan estimasi jejak karbon yang dihasilkan dari transportasi pengangkutan sampah menggunakan Emission Quantification Tool (EQT) 2018 version yang dikembangkan oleh Institute for Global Environmental Strategies (IGES). Berdasarkan hasil penelitian, jumlah jejak karbon yang dihasilkan dari transportasi pengangkutan sampah di DKI Jakarta sebesar 22.461,71 Kg CO2-eq/hari. Penyumbang jejak karbon terbesar adalah Kota Administrasi Jakarta Barat yaitu 6.352,67 Kg CO2-eq/hari, Kota Administrasi Jakarta Timur 4.942,95 Kg CO2-eq/hari, Kota Administrasi Jakarta Selatan 3.696,37 Kg CO2-eq/hari, Kota Administrasi Jakarta Utara 3.569,06 Kg CO2-eq/hari, Kota Administrasi Jakarta Pusat 3.521,06 Kg CO2-eq/hari, dan Kepulauan Seribu adalah yang terendah yaitu 379,59 Kg CO2-eq/hari. Faktor yang mempengaruhi jejak karbon dari kendaraan pengangkutan sampah di DKI Jakarta berdasarkan hasil uji korelasi pearson adalah jumlah penduduk, jarak tempuh kendaraan, konsumsi bahan bakar yang habis, umur kendaraan, dan berat sampah yang diangkut.

The human population always increases every year, in DKI Jakarta the population in 2020 is 10.562.088 people and the annual population growth rate is 0.92%. Along with the increase in the human population, it will be directly proportional to impact on the environment. In Indonesia, the waste sector is one of the sectors that contributes to greenhouse gases, starting from the source, transportation, to the final processing. Data collection in this research was carried out by direct interviews and questionnaires, then an estimation of the footprints generated from the waste transportation using the Emission Quantification Tool (EQT) 2018 version developed by the Institute for Global Environmental Strategies (IGES). Results Based on the research, the amount of carbon footprint generated from waste transportation in DKI Jakarta is 22.461,71 Kg CO2-eq/day. The largest contributor to the carbon footprint is West Jakarta Administrative City, which is 6.352,67 Kg CO2-eq/day, East Jakarta Administrative City 4.942,95 Kg CO2-eq/day, South Jakarta Administrative City 3.696,37 Kg CO2-eq/day, North Jakarta Administrative City 3.569,06 Kg CO2-eq/day, Central Jakarta Administrative City 3.521,06 Kg CO2-eq/day, and the Thousand Islands are the lowest at 379,59 Kg CO2-eq/day. Factors that affect the footprint of solid waste transportation in DKI Jakarta based on the results of the Pearson correlation test are the number of residents, vehicle mileage, amount of fuel, age of the vehicle, and the weight of the transported waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idhar Muhtar
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara langsung jumlah jejak karbon yang dihasilkan oleh limbah makanan dari rumah makan di kota Ternate. Analisis ini menggunakan variabel bebas yaitu jumlah piring yang disampling dan berat dari limbah makanan yang dihitung pada setiap kategori yang ada. Serta, variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas dalam hal ini adalah emisi CO2 yang dihasilkan dari sampah makanan. Penelitian ini menggunakan metode literatur sebagai bahan pertimbangan, serta perhitungan dari jejak karbon menggunakan faktor emisi yang sudah ditetapkan oleh penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa komposisi limbah makanan yang di rumah makan pada kota Ternate didominasi oleh makanan pokok dalam hal ini nasi sebesar 38%, daging 35%, dan sayuran 13% dengan hasil rata-rata limbah makanan secara keseluruhan adalah 89,77 g/piring/hari. Jejak karbon yang dihasilkan sebesar 55,3 kg CO2eq/piring/tahun dan sekitar 75,2% total jejak karbon diakibatkan karena limbah makanan kategori pokok.

This undergraduate thesis aims to directly analyze the amount of carbon footprint produced by food waste from restaurants in the city of Ternate. This analysis uses the independent variables, namely the number of plates sampled and the weight of food waste calculated for each category. Also, the dependent variable, namely the variable that is influenced by the independent variable in this case is CO2 emissions generated from food waste. This study uses the literature method as a consideration, as well as the calculation of the carbon footprint using emission factors that have been determined by previous studies. From the results of the study, it was found that the composition of food waste in restaurants in the city of Ternate was dominated by staple foods in this case rice by 38%, meat 35%, and vegetables 13% with an overall average yield of food waste was 89,77 g/plate/day. The carbon footprint produced is 55,3 kg CO2eq/plate/year and about 75,2% of the total carbon footprint is caused by food waste in the main categories."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>