Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Geraldi Hartono Kurniawan Tan
"Latar belakang: Periodontitis merupakan inflamasi kronis yang dapat merusak jaringan periodontal dan mempengaruhi hinggi 50% populasi dunia, sedangkan prevalensinya di Indonesia sebesar 77,8%. Perubahan pada proses inflamasi di jaringan periodontal terjadi akibat faktor mikrobial yang mengubah ekspresi faktor-faktor inflamasi seperti IL-1, TNF-, IL-6, IL-10. Konjac glucomannan (KGM) adalah polisakarida dari tanaman Amorphophallus konjac, yang sudah lama dikonsumsi sebagai sumber makanan dan obat tradisional. Banyak penelitian menunjukkan kemampuan KGM untuk memodulasi reaksi inflamasi, yang berpotensi untuk pencegahan dan perawatan penyakit periodontal. Tujuan: Mendapatkan efek anti-inflamasi KGM secara histologis (skor dan distribusi) dan biomolekuler (kadar IL-6 dan IL-10 di gingival crevicular fluid/GCF dan serum) pada model periodontitis di mencit Swiss Webster. Metode: Mencit Swiss Webster berusia 8 minggu dibagi secara acak ke dalam empat kelompok perlakuan (Kontrol, Konjac, Periodontitis, Periodontitis+Konjac). Suspensi KGM diberikan selama 14 hari dan induksi periodontitis dilakukan tujuh hari setelah pemberian KGM. Euthanasia dilakukan setelah 14 hari penelitian dan diambil sampel GCF, serum dan maksila mencit untuk pembuatan preparat histologis. Hasil: Kelompok periodontitis menunjukkan skor dan distribusi inflamasi tertinggi dan menurun setelah pemberian KGM. Pemberian KGM pada mencit periodontitis dapat mencegah penurunan kadar IL-10 serum dan peningkatan kadar IL-6 serum. Pemberian konjac pada mencit sehat cenderung meningkatkan kadar IL-6 GCF dan IL-10 GCF, walaupun tidak berbeda secara statistik. Kesimpulan: Pemberian KGM mampu menurunkan tingkat inflamasi pada model periodontitis secara histologis dan mengubah proses inflamasi.

Background: Periodontitis is chronic inflammation that characterized by the destruction of periodontal tissue, affecting up to 50% of the world’s population and having a prevalence as high as 77.8% in Indonesia. The inflammatory process in periodontal tissue changes as a result of microbial factors that will affect the expression of pro- and anti-inflammatory factors such as IL-1, TNF-, IL-6, IL-10. Konjac glucomannan (KGM) is a polysaccharide from the tubers of Amorphophallus konjac, that have long been used as a food source and traditional Chinese medicine. Many studies have shown that KGM is capable of modulating inflammation, which has potential usage for the prevention and treatment of periodontal diseases. Aim: To study anti-inflammatory effects of KGM thru histological (score and distribution) and biomolecular (levels of IL-6 and IL-10 in gingival crevicular fluid and serum) analysis on periodontitis model in Swiss Webster mice. Methods: Eight weeks old mice is randomly divided into four groups (Control, Konjac, Periodontitis, Periodontitis+Konjac). Konjac glucomannan suspension is administered daily for 14 days dan mice is ligated to induce periodontitis 7 days after administration of KGM. Mice is euthanized after 14 days and GCF, serum and maxilla is acquired for analysis. Results: Periodontitis group have the highest inflammation score and distribution out of all the groups and reduces with administration of KGM. Administration of konjac glucomannan prevents the reduction of IL-10 serum levels and increase of IL-6 serum levels in mice with periodontitis. While KGM increases both IL-6 and IL-10 GCF levels in healthy mice, though not statistically significant. Conclusion: Adminstration of KGM can supress inflammation in mice periodontitis model histologically and alter the inflammatory process."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edlyn Dwiputri
"Pendahuluan: Periodontitis adalah penyakit inflamasi oleh mikroorganisme spesifik yang mengakibatkan kerusakan progresif pada jaringan periodontal / pendukung gigi dan dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Penyakit periodontal memiliki hubungan erat dengan kadar Reactive Oxygen Species (ROS) yang berlebihan. Peningkatan nilai rasio RANKL/OPG terlihat pada kerusakan tulang pada periodontitis. Indonesia berada pada urutan ke-4 sebagai negara pemasuk umbi porang terbesar di Indonesia. Konjac Glukomannan adalah sediaan dari akar umbi porang yang telah terbukti memiliki banyak kemampuan seperti antioksidan dan pengaruhnya terhadap tulang. Tujuan: Menganalisis aktivitas inhibitor osteoklastogenesis dan antioksidan dari Konjac Glukomannan melalui nilai histomorfometrik, rasio RANK/OPG dan ROS pada mencit Swiss Webster model periodontitis. Metode: Studi eksperimental laboratoris (in vivo) pada mencit Swiss Webster jantan berusia 8 minggu yang dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan dengan jumlah sampel pada tiap kelompok penelitian adalah 12. Suspensi Konjac Glukomannan diberikan selama 14 hari. Induksi periodontitis dilakukan pada hari ke-7 hingga hari ke-14. Pengukuran dilakukan pada sampel maksila, gingiva, dan cairan sulkus gingiva mencit untuk mendapatkan nilai kerusakan tulang secara histomorfometrik, ekspresi gen RANKL/OPG, dan nilai protein ROS. Hasil: Kelompok periodontitis yang diawali dengan pemberian Konjac Glukomannan menunjukkan nilai kerusakan tulang alveolar secara histomorfometrik linear, rasio RANKL/OPG, dan ROS yang lebih rendah signifikan secara statistik dibandingkan tanpa pemberian Konjac Glukomannan. Pemberian Konjac Glukomannan pada mencit sehat tidak memberikan perubahan signifikan secara statistik pada nilai-nilai tersebut. Kesimpulan: Pemberian Konjac Glukomannan dinilai mampu menghambat periodontitis melalui aktivitas inhibitor osteoklastogenesis dan antioksidan.

Introduction: Periodontitis is an inflammatory disease caused by specific microorganisms that result in progressive damage to the periodontal/dental supporting tissues and can affect a person's quality of life. Periodontal disease is closely related to excessive Reactive Oxygen Species (ROS) levels. An increase in the RANKL/OPG ratio is seen in bone damage on periodontitis. Indonesia is in 4th place as the largest importer of porang tubers in Indonesia. Konjac Glucomannan is a preparation from porang root which has been proven to have many abilities such as antioxidants and its effect on bones. Objectives: To analyze the osteoclastogenesis inhibitor and antioxidant activity of Konjac Glucomannan through histomorphometric values, RANK/OPG ratio, and ROS in the Swiss Webster mice model of periodontitis. Methods: Laboratory experimental study (in vivo) on 8 weeks old male Swiss Webster mice divided into four treatment groups with 12 samples in each study group. Konjac Glucomannan suspension was given for 14 days. Periodontitis induction was carried out from the 7th to the 14th day. Measurements were made on samples of the maxilla, gingiva, and gingival crevicular fluid of mice to obtain histomorphometric values ​​of bone damage, RANKL/OPG gene expression, and ROS protein values. Results: The periodontitis group pre-treated with Konjac Glucomannan showed lower alveolar bone damage, RANKL/OPG ratio, and ROS significantly than without Konjac Glucomannan. Administration of Konjac Glucomannan to healthy mice did not provide significant changes to these values. Conclusion: Administration of Konjac Glucomannan is considered capable of inhibiting periodontitis through the activity of inhibitors of osteoclastogenesis and antioxidants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanaa
"ABSTRAK
Latar Belakang: Periodontitis merupakan kondisi patologis yaitu terjadinya inflamasi atau peradangan yang menyebabkan hilangnya jaringan pendukung gigi seperti gingiva, ligamen periodontal, dan kerusakan tulang alveolar. Untuk mengatasi periodontitis dapat dikembangkan terapi menggunakan bahan alami yaitu propolis dimana propolis memiliki efek farmakologi, seperti anti-mikrobial dan anti-inflamasi. Tujuan: Mengetahui efektivitas gel propolis 5% terhadap periodontitis secara klinis dan kerusakan tulang pada model periodontitis Mus musculus dengan aplikasi ligature silk thread. Metode: 18 Mus musculus dibagi menjadi kelompok perlakuan, kelompok kontrol positif, dan kelompok kontrol negatif. Kemudian dipasangkan ligature silk thread 5.0 pada gigi molar dua kanan maksila untuk memicu periodontitis. Kemudian pada hari ke-7 dilakukan pelepasan ligature dan dilakukan pengaplikasian gel propolis 5% untuk kelompok perlakuan, gel metronidazole untuk kontrol positif, dan gel plasebo untuk kontrol negatif. Pengambilan sampel tulang alveolar dilakukan pada hari ke-14 dan dilakukan pengamatan pada bagian bukal menggunakan stereomikroskop. Pada hari ke-7 dan hari ke-14 juga dilakukan pengukuran kedalaman poket dan skor SBI. Hasil: Terdapat penurunan poket dan penurunan skor SBI pada kelompok gel propolis 5%, namun tidak memiliki perbedaan signifikan secara statistik dengan kelompok kontrol (p>0,05). Selain itu luas rata-rata kerusakan tulang antara kelompok gel propolis 5% tidak memiliki perbedaan signifikan secara statistik dengan kelompok kontrol. (p>0,05). Kesimpulan: Gel Propolis 5% tidak memiliki efek terapi terhadap periodontitis pada model periodontitis Mus musculus dengan aplikasi ligature silk thread."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Nuraida Safitri
"Pendahuluan: Periodontitis adalah penyebab utama kehilangan gigi pada orang dewasa dan dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Selain terapi mekanik, dengan dengan perawatan SRP (scaling dan root planing), antibiotik dalam bentuk gel juga diindikasikan sebagai perawatan periodontal. Terdapat beberapa pengembangan bahan alami sebagai pengganti perawatan periodontitis tersebut, salah satunya adalah gel propolis. Tujuan: Mengetahui efektivitas gel propolis 10% terhadap periodontitis pada model periodontitis Mus musculus dengan aplikasi ligature silk thread. Metode: 18 ekor Mus musculus dibagi menjadi kelompok perlakuan, kelompok kontrol positif, dan kelompok kontrol negatif (gel plasebo). Kemudian, periodontitis diinduksi dengan ligature silk thread 5.0 pada gigi molar dua maksila kanan. Pada hari ke-7 ligature dilepaskan, skor SBI (Sulcus Bleeding Index) dan kedalaman poket awal diamati, dan diapikasikan gel propolis 10% pada kelompok perlakuan, gel metronidazole pada kelompok kontrol positif pada poket periodontal, dan gel plasebo pada kelompok kontrol negatif. Pada hari ke-14 diamati skor SBI (Sulcus Bleeding Index) dan kedalaman poket akhir, dan dilakukan pengambilan sampel tulang alveolar untuk diamati dengan Stereomikroskop. Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna pada skor SBI, kedalaman poket, dan luas kerusakan tulang antara kelompok perlakuan, kelompok kontrol positif, dan kelompok kontrol negatif. Kesimpulan: Gel propolis 10% tidak menunjukkan efek terapi terhadap periodontitis pada model periodontitis Mus musculus (Swiss Webster).

Introduction: Periodontitis is the main cause of tooth loss on adults and considered a major problems of public health around the world. Antibiotics in gel form are used as an adjunctive treatment of standard periodontal therapy, scaling and root planning. There are developments of alternative therapy of periodontitis, and one of them is propolis. Objective: Discover efficacy of propolis gel 10% on periodontitis in ligature-induced Mus musculus periodontitis model. Methods: in vivo study on 18 Mus musculus, divided into intervention group, positive control group, and negative control group. Periodontitis is induced by placing ligature silk thread 5.0 around maxillary right second molar. On the seventh day, the ligature was removed, and the first SBI score and periodontal pocket depth were measured, before the application propolis gel 10% on intervention group, metronidazole gel on positive control group, and placebo gel on negative control group in periodontal pocket. On the fourteenth day, the last SBI score and periodontal pocket depth were measured, and the alveolar bone samples were taken to be observed by stereo microscope. Result: There are no significant difference of SBI score, periodontal pocket depth, and alveolar bone loss area between every group. Conclusion: Propolis gel 10% does not show any therapeutic effect on periodontitis in ligature-induced Mus musculus periodontitis model."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Steven Setiadi
"ABSTRACT
Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit yang disebabkan adanya akumulasi  bakteri sehingga dapat menyebabkan kerusakan tulang. Selama ini  tindakan preventif  periodontitis  banyak menggunakan terapi obat sintetis  sehingga menimbulkan berbagai efek samping. Oleh sebab itu, pemanfaatan dan penggunaan ekstrak etanol Hibiscus sabdariffa  diharapkan dapat memberikan alternatif bahan  preventif periodontitis. Tujuan: Menganalisis efek preventif Hibiscus sabdariffa terhadap periodontitis Metode: Pembuatan model periodontitis pada Mus musculus dilakukan dengan mengikatkan ligature silk thread pada gigi molar kedua, selanjutnya perlakuan diberikan dengan irigasi dengan salin steril Otsu-NS 0.9% (kontrol) dan ekstrak etanol rosela 10% (preventif) agar  terjadi penumpukan plak. Pada hari ke tujuh ligature dilepas diambil sampel selanjutnya  dianalisis dengan Image-J. Hasil: Tidak terjadi perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan kontrol dengan ekstrak etanol rosela 10%. Kesimpulan: Ekstrak etanol kelopak bunga rosela10% tidak menunjukkan adanya efek preventif terhadap kerusakan tulang pada model periodontitis dengan Ligatur Silk Thread.

ABSTRACT
Peridontitis is a disease that is caused by accumulation of bacteria that cause bone destruction. Studies have shown that antibiotic thus one of the most common preventive theraphy for periodontitis however there are side effects in prolonged use, recent studies shown that Hibiscus sabdariffa a well known traditional herbal medicine has a significant effect in retaining anti bacterial  behavior of cells. Therefore, by utilizing and using ethanol extract of  Hibiscus destruction hope to be an alternative way for an effective preventif theraphy. Objective: To analyze  preventive property of Hibiscus sabdariffa for periodontitis in maxillary  posterior region of  Swiss Webster Mouse. Methods: Periodontitis model was induced by ligature silk thread circumferentially on the maxillary second molar gingiva of Swiss Webster mouse using ligature silk thread. Spooling with sterlized saline solution Otsu-NS 0.9% for control and ehthanol extract rosela 10% for preventive theraphy, respectively. After the seventh day sampel was taken and analyze by image-J. Results: Overall bone loss occurred after the injection of Ethanol extract in Hibiscus sabdariffa 10% is 166,5µm 2 compare  with control that is 142µm2 on the site of the Ligature wire. Conclusion: Active anti-inflammation  properties  of ethanol extract in Hibiscus sabdariffa 10%  has not shown some preventive effect for periodontitis preventive theraphy."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fifi Prihasti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benso Sulijaya
"Latar Belakang: Periodontitis kronis merupakan penyakit multifaktorial yang terjadi akibat interaksi respon host terhadap agregasi bakteri pada poket gingiva. Peran human beta-defensin-1 sebagai peptida antimikroba pada perokok dengan periodontitis kronis masih belum jelas.
Tujuan: Menganalisa kadar Human beta defensin-1 pada perokok penderita periodontitis kronis.
Bahan dan Metode: Seratus empat subjek berusia 33-78 tahun didiagnosis periodontitis kronis pada Departemen Periodonsia, Rumah Sakit Khusus Gigi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Penelitian ini merupakan desain penelitian potong lintang dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris. Pengumpulan data di dapat secara anamnesis, pemeriksaan klinis (OHIS, kedalaman poket, CAL) serta status merokok. Sampel lalu disimpan di suhu -20°C hingga uji laboratoris dilakukan. Sampel dipilih secara consecutive sampling dan dideteksi dengan uji ELISA.
Hasil: Berikut adalah nilai median (minimum-maksimum) dari kadar human beta-defensin-1. Kadar human beta-defensin-1 pada kelompok periodontitis kronis kelompok ringan-sedang adalah 57,61(.87-343.58) pg/ml sedangkan pada kelompok berat adalah 25,04(0.94-198.03) pg/ml dengan nilai kemaknaan p=0,087. Kadar human beta-defensin-1 pada periodontitis kronis bukan perokok adalah 27,82 (0.92-200.58) pg/ml sedangkan pada perokok adalah 25,04 (0.87-343.58) pg/ml dengan nilai kemaknaan p=0,457.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara kadar human beta-defensin-1 pada periodontitis kronis terkait keparahan dan status perokok.

Background: Chronic periodontitis is a multifactorial disease that occurs due to the host response to the aggregation of bacteria in the gingival pocket. The role of human beta-defensin-1 as an antimicrobial peptide in a smoker’s periodontitis is still unclear.
Materials and Methods: In total 104, 33-78 years old subjects were diagnosed to have chronic periodontitis in the Department of Periodontology, Oral Disease Special Clinic of The University of Indonesia. This cross-sectional study included clinical and laboratory examination. The data collected included those from anamnesis, clinical examination (OHIS, pocket depth, CAL), and smoking status. The samples were stored in -20oC until testing for human beta-defensin-1 level by ELISA.
Results: The median (min-max) human beta-defensin-1 level in the group of mild to moderate chronic periodontitis was 57.61 (0.87-343.58) pg/ml and in the group of severe periodontitis 15.27 (0.94-198.03) pg/ml (p=0.087). The median (min-max) human beta-defensin-1 level in non-smokers with chronic periodontitis was 27.82 (0.92-200.58) pg/ml, and in smokers 25.04 (0.87-343.58) pg/ml (p=0.457).
Conclusion: There were no significant differences in the human beta-defensin-1 levels in subjects with chronic periodontitis regardless of the smoking status or severity of the disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Karenina
"Latar belakang: Prevotella intermedia merupakan bakteri patogen periodontitis kronis yang berasosiasi dengan plak dental implan. Lingkungan yang stres dapat memicu ekspresi mRNA dnaJ bakteri.
Tujuan: Analisis semikuantitatif mRNA dnaJ P.intermedia yang diisolasi dari plak dental implan sehat dan periodontitis kronis.
Metode: P.intermedia dikultur selama 6 dan 11 hari, mRNA dnaJ dikuantifikasi secara Reverse-Transcription PCR.
Hasil: Hasil semikuantifikasi intensitas ekspresi mRNA dnaJ P.intermedia isolat dental implan sehat [6 hari;91,09%] dan [11 hari;88,42%], pada periodontitis kronis [6 hari;87,03%] dan [11 hari;76,94%].
Kesimpulan: Terdapat perbedaan intensitas ekspresi mRNA dnaJ P.intermedia pada isolat dental implan sehat dengan periodontitis kronis, namun tidak signifikan secara statistik.

Background: Prevotella intermedia is a pathogenic bacteria in chronic periodontitis, which is associated with dental implant plaques. A stressed environment can trigger the expression of bacteria dnaJ mRNA.
Objectives: Semiquantitative analysis of dnaJ mRNA of Prevotella Intermedia isolated from healthy dental implant and chronic periodontitis plaques.
Methods: P.intermedia was cultured during 6 and 11 days, then dnaJ mRNA was quantified by using Reverse-Transcription PCR.
Result: The result of dnaJ mRNA of P.intermedia expression intensity semiquantification from isolated healthy dental implant [6 days;91,09%] and [11 days;88,42%], in chronic periodontitis [6 days;87,03%] and [11 days;76,94%].
Conclusion: There are differences in the expression intensity of dnaJ mRNA P.intermedia between isolated healthy dental implants and chronic periodontitis, but it is not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S44744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Mulya
"Latar Belakang: Periodontitis kronis mempunyai prevalensi yang sangat tinggi. Baru-baru ini, ada tipe baru fototerapi non bedah untuk mengeliminasi bakteri dinamakan terapi fotodinamik.
Tujuan: Menganalisis efek terapi fotodinamik setelah SPA pada periodontitis kronis.
Metode: Desain split-mouth menerima SPA dengan atau tanpa terapi fotodinamik. BOP, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan diperiksa pada awal dan 1 bulan.
Hasil: Terjadi penurunan kedalaman poket dan peningkatan perlekatan, yang lebih besar dibandingkan sisi kontrol (p<0,05). Pada BOP terjadi penurunan hampir sama dengan sisi kontrol.
Kesimpulan: Tindakan SPA + terapi fotodinamik dibandingkan SPA saja terbukti menyebabkan perubahan efek klinis yang lebih baik pada penurunan kedalaman poket periodontal dan meningkatkan perlekatan gingiva.

Background: Chronic periodontitis has a very high prevalency. Recently, there is a new type of non-surgical phototherapy to eliminate bacteria called photodynamic therapy.
Aim: Analyzing the effects of photodynamic therapy after SPA in chronic periodontitis.
Methods: split-mouth design receives SPA with or without photodynamic therapy. BOP, pocket depth, and attachment loss examined at baseline and 1 month.
Results: There was a decrease in pocket depth and increasing clinical attachment, which is greater than the controls (p <0.05). In BOP decreased nearly equal to the control side.
Conclusions: Measures SPA + photodynamic therapy have better clinical effect on periodontal reduction pocket depth and increased gingival attachment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T33113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hj. Sofa Inayatullah
"Latar belakang: Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit yang kronik, ditandai oleh plak eritematosa dan skuama kasar berlapis, dengan fenomena Koebner dan tanda Auspitz. Salah satu faktor pemicu yang diduga berperan adalah infeksi. Periodontitis merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan periodontal dan dapat menjadi fokus infeksi. Penelitian untuk mengetahui proporsi periodontitis pada pasien psoriasis belum pernah dilakukan di Indonesia dan belum ada penelitian yang melaporkan korelasi derajat keparahan psoriasis dengan kedalaman poket periodontal.
Tujuan: Mengetahui proporsi kasus periodontitis pada pasien psoriasis vulgaris dan korelasi antara derajat keparahan psoriasi dengan kedalaman poket periodontal.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada bulan Juli-November 2017 di poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling dengan jumlah sampel 34 pasien. Anamnesis dan pemeriksaan fisis lesi kulit dilakukan oleh peneliti, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi spesialis Periodontologi.
Hasil : Didapatkan total 34 subjek dengan median usia 37,5 tahun 19-58 tahun . Subjek terdiri atas 20 pasien 58,8 dengan psoriasis derajat ringan dan 14 pasien 41,2 dengan psoriasis derajat sedang-berat. Hasil didapatkan 16 pasien 47,1 dengan periodontitis dan 18 pasien 52,9 tanpa periodontitis. Periodontitis didapatkan sebanyak 8 pasien 23,53 pada masing-masing kelompok psoriasis derajat ringan dan sedang-berat. Tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara derajat keparahan psoriasis dengan kedalaman poket periodontal r 0,126, p 0,478.
Simpulan: Ditemukan proporsi periodontitis yang cukup tinggi pada pasien psoriasis vulgaris yaitu sebesar 47,1 dan tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara derajat keparahan psoriasis dengan kedalaman poket periodontal. Hasil ini mungkin dikarenakan faktor perancu yang dapat memengaruhi derajat keparahan psoriasis maupun kedalaman poket. Kata kunci: Psoriasis, periodontitis, infeksi.

Background: Psoriasis is a chronic inflammatory skin disease, characterized by erythematous plaques and coarse grained scales, with the Koebner phenomenon and the Auspitz sign. One of the trigger factors that contributes is infection. Periodontitis is an infection that occurs in periodontal tissue and can be focus of infection. A study to determine the proportion of periodontitis in psoriasis patients has never been done in Indonesia and no studies have reported a correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth.
Objective: To determine the proportion of periodontitis in patients with psoriasis vulgaris and the correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth.
Methods: This cross sectional study was conducted in July November 2017 in Dermatovenereology clinics of dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital. The sample selection was done consecutive sampling with total sample of 34 patients. Anamnesis and physical examination of skin lesions were done by investigator, then dental and oral examination were done by periodontist.
Results: Total of 34 subjects were enrolled with median age of 37.5 years 19 58 years old. The subjects consisted of 20 patients 58.8 with mild psoriasis and 14 patients 41.2 with moderate severe psoriasis. The results showed that 16 patients 47.1 with periodontitis and 18 patients 52.9 without periodontitis. Periodontitis was found in 8 patients 23.53 in each group of mild and moderate severe psoriasis. There was no statistically significant correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth r 0.126, p 0.478 .
Conclusion: The high proportion of periodontitis was found in patients with psoriasis vulgaris 47.1 and there was no statistically significant correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth. The results may be due to counfounding factors that affect both psoriasis severity and pocket depth. Keywords Psoriasis, periodontitis, infection
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>