Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196314 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasya Davita
"Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan kegiatan yang dilakukan di rumah sakit untuk memastikan terapi yang diberikan aman, efektif dan rasional dengan cara pengkajian terapi dari segi obat, dosis, cara pemberian, respon terapi, dan reaksi obat yang tidak dikehendaki serta rekomendasi perubahan atau alternatif terapi yang dapat diberikan untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki tersebut. PTO dilakukan pada pasien dengan diagnosis utama yaitu sepsis, ulkus pedis sinistra, dan fraktur fibula sinistra. Tujuan dari laporan ini yaitu untuk mengetahui masalah terkait obat berdasarkan klasifikasi Hepler dan Strand dan memberikan rekomendasi penyelesaian masalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Metode yang digunakan dalam laporan yaitu mengumpulkan data dari Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dan melakukan analisis PTO berdasarkan metode Hepler dan Stand. Berdasarkan analisis pemantauan terapi obat dengan metode Hepler dan Strand, dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah terkait duplikasi penggunaan obat analgesik, interaksi obat, Reaksi obat yang tidak dikehendaki, dan penggunaan obat ketorolak melebihi batas yang telah ditentukan. Rekomendasi yang dapat dilakukan yaitu melakukan pemantauan lama penggunaan ketorolak, pemantauan penggunaan obat yang dapat menyebabkan interaksi, dan pemantauan efek terapi obat analgesik.

Drug therapy monitoring is an activity carried out in a hospital to ensure that the therapy given is safe, effective and rational through assessing therapy in terms of drug, dosage, method of administration, therapeutic response, and unwanted drug reactions, as well as recommendations for changes or alternatives. Therapy can be given to optimize the therapeutic effect and minimize these unwanted effects. Drug therapy monitoring was performed in patients with the primary diagnoses of sepsis, left foot ulcer, and left fibula fracture. This report aims to identify drug-related problems based on Hepler and Strand's classification and provide recommendations for problem solving to improve the patient's quality of life. The method used in the report is to collect data from the Integrated Patient Progress Record and perform a drug therapy monitoring analysis based on the Hepler and Stand methods. Based on the analysis of drug therapy monitoring using the Hepler and Strand methods, it can be concluded that there are problems related to the duplication of analgesic drug use, drug interactions, unwanted drug reactions, and the use of ketorolac drugs that exceed predetermined limits. Recommendations that can be made are monitoring the duration of using ketorolac, the use of drugs that can cause interactions, and the effects of analgesic drug therapy."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Familia Maya Sari
"Diare merupakan gejala umum dari infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh berbagai macam patogen, diantaranya bakteri, virus dan protozoa. Diare biasanya terjadi karena kurangnya air minum yang bersih, sanitasi dan kebersihan yang kurang baik, dan status gizi yang buruk. Pada kasus diare penanganan berfokus pada penyebab, mengganti kehilangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang penting untuk mencegah terjadinya hipovolemia, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan dengan melalui oral dengan (seperti, pedialite atau oralit) atau terapi parenteral. Pengobatan pada kondisi pasien seperti ini memerlukan penanganan khusus, dimana peran Apoteker adalah memantau pemberian terapi obat yang diberikan oleh dokter agar efek terapeutik tercapai. Proses pemantauan terapi obat merupakan proses yang panjang dan komprehensif yang harus dilakukan secara berkesinambungani. Pada tugas khusus ini membahas mengenai pemantauan terapi obat pasien pediatri yang memiliki diagnosa diare dan syok hipovolemik untuk dapat melihat proses pengobatan terapi yang digunakan.

Diarrhea is a common symptom of gastrointestinal infections caused by various pathogens, including bacteria, viruses and protozoa. Diarrhea usually occurs due to a lack of clean drinking water, poor sanitation and hygiene, and poor nutritional status. In cases of diarrhea, treatment focuses on the cause, replacing fluid and electrolyte losses is important to prevent hypovolemia. This can be done by administering it orally (such as pedialite or ORS) or parenteral therapy. Treatment of patient conditions like this requires special treatment, where the pharmacist's role is to monitor the administration of drug therapy given by the doctor so that the therapeutic effect is achieved. The process of monitoring drug therapy is a long and comprehensive process that must be carried out continuously. This special assignment discusses monitoring drug therapy for pediatric patients diagnosed with diarrhea and hypovolemic shock to be able to see the therapeutic treatment process used."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaini
"Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan kegiatan farmasi klinik yang dilakukan oleh seorang apoteker yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan dalam PTO meliputi pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat pada pasien untuk menurunkan risiko terjadinya Drug Related Problem (DRP). Pemantauan terapi obat harus dilakukan pada pasien yang dirawat di RSUD Tarakan Jakarta dengan komplikasi penyakit salah satunya adalah Hypertensive Heart Disease yang disertai penyakit penyerta seperti AKI, Non-insulindependent diabetes mellitus with multiple complications, Hiponatremia serta Pneumonia unspecified. Pemantauan terapi obat dilakukan selama 10 hari. Berdasarkan pengobatan yang diterima pasien untuk mengobati penyakitnya, ditemukan adanya 4 jenis DRP yaitu terapi obat yang tidak perlu, mengalami efek samping, interaksi obat dan overdose.

Medication Therapy Monitoring (MTM) is a clinical pharmacy activity performed by a pharmacist to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patients. MTM involves assessing drug selection, dosing, administration route, therapeutic response, Adverse Drug Reactions (ADRs), providing recommendations to resolve drug-related problems (DRPs), and monitoring the effectiveness and side effects of drug therapy to reduce the risk of DRPs. MTM needs to be conducted for patients admitted to RSUD Tarakan Jakarta with complications from various diseases, including Hypertensive Heart Disease accompanied by conditions such as Acute Kidney Injury (AKI), Non-insulin-dependent diabetes mellitus with multiple complications, Hyponatremia, and unspecified Pneumonia. The drug therapy monitoring lasts for 10 days. Based on the treatment received by the patients for their respective conditions, four types of DRPs were identified: unnecessary drug therapy, experiencing side effects, drug interactions, and overdose.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Yuni Adelia
"Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memastikan terapi obat aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Pemantauan terapi obat dilakukan dengan menganalisis pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD), serta rekomendasi perubahan maupun alternatif terapi. Pemantauan terapi obat telah termasuk sebagai salah satu pelayanan farmasi klinis pada standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, puskesmas, dan apotek yang diatur oleh kementerian kesehatan RI. Sepsis merupakan respons sistemik pejamu terhadap infeksi, saat patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses inflamasi. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan dengan tingkat kejadian kasus serta kematian yang cukup tinggi dan terus meningkat di seluruh dunia. Meskipun telah terdapat berbagai panduan terkait terapi sepsis yang dibuat oleh para ahli untuk menurunkan angka kematian akibat sepsis, minimnya pengetahuan SDM, ketersediaan pemeriksaan penunjang dan modalitas terapi menjadi alasan sulitnya pengimplementasian panduan terapi sepsis secara menyeluruh di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data menggunakan metode retrospektif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari rekam medis pasien yang kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah terdapat masalah terkait obat atau DRP (Drug Related Problem). Data yang diambil berupa data identitas pasien, kajian status klinik, hasil pemeriksaan penunjang, dan profil penggunaan obat. Daari data yang dikumpulkan, dilakukan beberapa analisis, yakni interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium, analisis penggunaan antibiotik, analisis ketepatan terapi, dan analisis masalah terkait obat/DRP. Berdasarkan hasil pemantauan terapi obat, dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang diberikan mayoritas sudah sesuai dan tidak ada masalah. Namun, terdapat beberapa masalah terapi yang kemudian dianalisis DRP nya dengan metode SOAP pada pasien. Solusi yang diberikan yaitu perlunya dilakukan pengecekan terhadap masalah terapi obat yang muncul terutama potensi interaksi obat bagi pasien yang mendapatkan obat polifarmasi, serta selalu melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda vital pasien maupun pemeriksaan lab apabila ada kemungkinan muncul efek samping obat.

Drug therapy monitoring is an activity carried out to ensure the drug therapy is safe, effective and rational for patients. Drug therapy monitoring is carried out by analyzing drug choices, dosages, methods of drug administration, therapeutic response, adverse drug reactions (ADR), as well as recommendations for changes or alternative therapies. Drug therapy monitoring has been included as one of the clinical pharmacy services at pharmaceutical service standards in hospitals, health centers, and pharmacies regulated by the Indonesian Ministry of Health. Sepsis is a systemic response of the host to infection, when pathogens or toxins are released into the blood circulation resulting in the activation of the inflammatory process. Sepsis is a health problem with a high incidence of cases and deaths and continues to increase throughout the world. Although there have been various guidelines related to sepsis therapy made by experts to reduce mortality, the lack of knowledge of human resources, the availability of supporting examinations, and therapeutic modalities are the reasons for the difficulty in implementing comprehensive sepsis therapy guidelines in Indonesia. This research was carried out by collecting data using a retrospective method. Data collection was carried out by taking data from the patient's medical record which was then analyzed to find out whether there were drug-related problems or DRP. The data taken including the patient identity data, clinical status studies, results of supporting examinations, and drug use profiles. From the data collected, several analyzes were carried out, namely interpretation of laboratory examination results, analysis of antibiotic use, analysis of appropriateness of therapy, and analysis of drug-related problems/DRP. Based on the results of drug therapy monitoring, it can be concluded that the majority of the treatment given is appropriate and there are no problems. However, there were several potential therapeutic problems which were then analyzed by DRP using the SOAP method in patients. The solution given is the need to check drug therapy problems that arise, especially the potential for drug interactions for patients receiving polypharmacy drugs, and always monitor the patient's vital signs and lab tests if there is a possibility of drug side effects."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Gebby Tumundo
"Apoteker mempunyai peran penting dalam pencegahan masalah yang berkaitan dengan obat. Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kanker kolorektal merupakan pertumbuhan sel tidak normal yang terjadi pada usus besar atau rektum, awal mula terjadinya kanker yaitu tumbuhnya polip secara perlahan pada lapisan kolon atau rektum. Pasien kanker stadium lanjut akan sangat rentan terjadi DRPs yang disebabkan oleh penggunaan berbagai jenis obat, termasuk terapi antineoplastik dan terapi penyakit penyerta yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi data terapi untuk menetapkan ketepatan indikasi dan dosis terapi, serta mengidentifikasi masalah interaksi obat terkait penggunaan obat pasien. Pada kasus pasien X, Drug Related Problems pada kanker kolon yang terjadi yaitu potensi interaksi obat, dimana obat 5- fluorouracil berinteraksi dengan leucovorin. Hal ini merupakan akibat dari 5- fluorouracil menginduksi antikanker dengan menghambat pembentukan sintase timidilat dan mengurangi folat, sehingga leucovorin dianjurkan diberikan 1 jam terlebih dahulu sebelum 5-fluorouracil, serta monitoring ketat efek toksisitas yang ditimbulkan dari 5-fluorouracil seperti neutropenia, trombositopenia dan diare parah.

Pharmacists have an important role in preventing drug-related problems. Drug Therapy Monitoring (PTO) is a process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. Colorectal cancer is an abnormal cell growth that occurs in the colon or rectum, the beginning of cancer is the slow growth of polyps in the lining of the colon or rectum. Advanced cancer patients will be very susceptible to DRPs caused by the use of various types of drugs, including antineoplastic therapy and other co-morbidities. This study aims to identify therapeutic data to determine the accuracy of indications and therapeutic doses, as well as identify drug interaction problems related to patient drug use. In the case of patient X, the Drug Related Problems in colon cancer that occur are the potential for drug interactions, where the 5-fluorouracil drug interacts with leucovorin. This is a result of 5-fluorouracil inducing anticancer by inhibiting the formation of thymidylate synthase and reducing folate, so it is recommended that leucovorin be given 1 hour before 5-fluorouracil, as well as close monitoring of the toxic effects of 5-fluorouracil such as neutropenia, thrombocytopenia and severe diarrhea ."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Rahmawati Putri
"Salah satu bagian dari pelaksanaan pelayanan farmasi klinis adalah Pemantauan Terapi Obat. Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional. Apoteker bertanggung jawab dalam pengembangan program deteksi, pemantauan dan pelaporan ROTD. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat yang kompleks (polifarmasi), pasien dengan kondisi khusus (Gangguan ginjal, gangguan hati, geriatri, pediatri), pasien yang menerima obat-obatan yang sering menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan, serta respon pasien yang individual meningkatkan munculnya masalah terkait obat merupakan dasar penting untuk dilakukannya PTO.Identifikasi dilakukan dengan mengidentifikasi DRPs (Drug Related Problems) berdasarkan farmakoterapi dan literatur pendukung.

One part of the implementation of clinical pharmacy services is Drug Therapy Monitoring. Drug Therapy Monitoring (PTO) is a process of activities aimed at ensuring safe, effective and rational drug therapy. Pharmacists are responsible for developing a program for detecting, monitoring and reporting ROTD. The complexity of the disease and the use of complex drugs (polypharmacy), patients with special conditions (kidney disorders, liver disorders, geriatrics, pediatrics), patients who receive drugs that often cause unwanted reactions, as well as individual patient responses increase the emergence of related problems Drugs are an important basis for PTO. Identification is done by identifying DRPs (Drug Related Problems) based on pharmacotherapy and supporting literature."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Shafira Apriyani
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan kegiatan PTO adalah untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Kegiatan PTO mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan dan alternatif terapi. PTO harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan atau kegagalan terapi dapat diketahui. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh agen infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang organ paru pada manusia. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan PTO yaitu pengumpulan data pasien melalui status pasien, data penunjang seperti data hasil pemeriksaan laboratorium, pengkajian pemilihan obat meliputi dosis, cara pemberian, waktu dan respon terapi, identifikasi masalah terkait obat, analisis pemantauan SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment dan Plan), rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan efektivitas dan efek samping obat. Obat-obat yang diberikan yaitu, kodein, salbutamol, vitamin B6, curcuma, N-acetylsistein, rifampisin, isoniazid, pyrazinamid, ethambutol, omeprazole, dexamethasone, ceftriaxone, ciprofloxacin, dan meropenem. Berdasarkan hasil kegiatan PTO yang dilakukan terhadap pasien Nn.S.R. adanya interaksi obat dengan kategorinya yaitu interaksi antara Rifampisin dan Isoniazid dengan kategori major, rifampisin dan pyrazinamid dengan kategori major, isoniazid dan kodein dengan kategori moderate, dan pyrazinamid dan isoniazid dengan kategori minor. Diperlukan monitor pada pemakaian obat-obat yang berinteraksi tersebut, dan monitor terhadap pemeriksaan fungsi hati.

Drug Therapy Monitoring (PTO) is a process that includes activities to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patients. PTO activities aim to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of Adverse Drug Reactions (ROTD). PTO activities include reviewing drug choices, dosages, methods of drug administration, therapeutic response, adverse drug reactions (ROTD), and recommendations for changes and alternative therapies. PTO must be carried out continuously and evaluated regularly at certain periods so that the success or failure of therapy can be known. Tuberculosis is a contagious infectious disease caused by the infectious agent Mycobacterium tuberculosis which generally attacks the lungs in humans. The stages carried out in carrying out PTO activities are collecting patient data through patient status, supporting data such as data from laboratory examination results, assessment of drug selection including dosage, method of administration, time and response to therapy, identification of drug-related problems, analysis of SOAP monitoring (Subjective, Objectives, Assessment and Plan), recommendations for solving drug-related problems, monitoring drug effectiveness and side effects. The drugs given were codeine, salbutamol, vitamin B6, curcuma, N-acetylcysteine, rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, ethambutol, omeprazole, dexamethasone, ceftriaxone, ciprofloxacin, and meropenem. Based on the results of PTO activities carried out on patients Nn.S.R. There were drug interactions with their categories, namely interactions between Rifampicin and Isoniazid in the major category, rifampicin, and pyrazinamide in the major category, isoniazid and codeine in the moderate category, and pyrazinamide and isoniazid in the minor category. Monitoring is needed on the use of these interacting drugs and monitoring of liver function tests."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Felix Leonard A.M
"Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit menyatakan bahwa salah satu contoh pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit adalah Pemantauan Terapi Obat. Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, calon Apoteker memperoleh kesempatan untuk melakukan PTO pada pasien TBC. Tugas khusus ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman calon Apoteker mengenai pelaksanaan dan pembuatan laporan PTO pada pasien TBC. Kegiatan PTO dilakukan secara retrospektif pada salah satu pasien di Ruang Lily Gedung A. Kajian ini menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien dan hasil laboratorium. Pemantauan terapi obat pada pasien TBC dapat dilakukan dan dapat diidentifikasi masalah terkait obat, yaitu semua obat yang diberikan kepada pasien telah tepat indikasi dan tepat dosis. Terdapat beberapa obat yang memiliki interaksi, sehingga direkomendasikan agar penggunaan obat-obatan yang memiliki interaksi tersebut dipisah dan dilakukan pemantauan terapi.

Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 72 of 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards in Hospitals states that one example of clinical pharmacy services in hospitals is Drug Therapy Monitoring. Drug Therapy Monitoring (PTO) is a process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. The goal of PTO is to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of Adverse Drug Reactions (ROTD). In this Pharmacist Professional Work Practice (PKPA), prospective pharmacists have the opportunity to carry out PTO on TB patients. This special assignment aims to increase the understanding of prospective pharmacists regarding the implementation and preparation of PTO reports for TB patients. PTO activities were carried out retrospectively on one of the patients in the Lily Room, Building A. This study used secondary data in the form of patient medical records and laboratory results. Monitoring drug therapy in TB patients can be carried out and drug-related problems can be identified, namely that all drugs given to patients have the correct indications and the correct dosage. There are several drugs that have interactions, so it is recommended that the use of drugs that have interactions be separated and therapy monitored.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Audrew Johnson Budianto
"Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan Global TB Report 2018, Indonesia mencatat 842.000 kasus TB baru pada tahun 2017, dengan kematian akibat TB mencapai 116.400. Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional. PTO meliputi evaluasi pemilihan obat, dosis, cara pemberian, respons terapi, Resolusi Outcome Terapi Obat (ROTD), serta merekomendasikan perubahan terapi bila diperlukan. Di RSUD Tarakan Jakarta, PTO dilaksanakan pada pasien dengan tuberkulosis paru, diabetes melitus, dan dispepsia. Proses PTO dimulai dengan seleksi pasien berdasarkan diagnosis, obat yang diresepkan, serta lama perawatan, diikuti dengan pengumpulan data rekam medis. Analisis dilakukan menggunakan metode Hepler dan Strand. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengobatan pasien sebagian besar sudah tepat indikasi dan tidak menimbulkan interaksi obat yang merugikan. Namun, terdapat beberapa indikasi yang tidak diterapi seperti hipoalbuminemia dan anemia mikrositik, serta pemilihan antibiotik yang kurang tepat berdasarkan hasil kultur laboratorium.

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. According to the Global TB Report 2018, Indonesia reported 842,000 new TB cases in 2017, with TB-related deaths reaching 116,400. Drug Therapy Monitoring (DTM) is a continuous activity aimed at ensuring safe, effective, and rational drug therapy. DTM includes the evaluation of drug selection, dosage, administration method, therapeutic response, Drug Therapy Outcome (DTO), and recommending therapy modifications if necessary. At RSUD Tarakan Jakarta, DTM is conducted for patients with pulmonary tuberculosis, diabetes mellitus, and dyspepsia. The DTM process begins with patient selection based on diagnosis, prescribed medications, and length of treatment, followed by collecting medical record data. Analysis is carried out using the Hepler and Strand method. The results of the analysis indicate that most patient treatments were appropriate for their indications and did not result in harmful drug interactions. However, there were some untreated indications such as hypoalbuminemia and microcytic anemia, as well as suboptimal antibiotic selection based on laboratory culture results.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Ratna Shabrina
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah kegiatan yang memastikan pengobatan yang diberikan kepada pasien efektif, aman, dan rasional. Pemantauan terapi obat bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), meminimalkan biaya pengobatan dan menghormati pilihan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis drug related problems (DRPs) yang terjadi pada pengobatan pasien dan memberikan rekomendasi tindak lanjut menggunakan metode SOAP. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi langsung, pengambilan data, dan studi literatur. Kesimpulan Drug Related Problems (DRPs) yang ditemukan pada pasien Tn. BJP adalah Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) dan interaksi obat. ROTD yang dialami pasien adalah hipokalemia yang dapat disebabkan karena penggunaan diuretik (furosemide dan spironolactone) yang berkepanjangan sehingga menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit pada pasien. Terdapat tiga obat yang memiliki resiko interaksi obat, yaitu: Spironolactone + Valsartan (Kategori interaksi: major); Phenytoin + Amlodipine (Kategori interaksi: major); dan Aspirin + Clopidogrel (Kategori interaksi: moderate).

Monitoring (PTO) is an activity that ensures the treatment given to patients is effective, safe, and rational. Drug therapy monitoring aims to improve the effectiveness of therapy and minimize the risk of Unwanted Drug Reactions (ROTs), minimize treatment costs and respect patient choice. The purpose of this study is to analyze drug related problems (DRPs) that occur in the treatment of patients and provide follow-up recommendations using the SOAP method. The data collection method used in this study is by direct observation, data collection, and literature study. Conclusion Drug Related Problems (DRPs) found in Mr. BJP's patients are Unwanted Drug Reactions (ROTDs) and drug interactions. The ROTD experienced by patients is hypokalemia which can be caused due to prolonged use of diuretics (furosemide and spironolactone) that causes electrolyte imbalance in the patient. There are three drugs that have a risk of drug interactions, namely: Spironolactone + Valsartan (Interaction category: major); Phenytoin + Amlodipine (Interaction category: major); and Aspirin + Clopidogrel (Interaction category: moderate).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>