Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200419 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatma Silviani
"Lama rawat inap diduga dipengaruhi oleh berbagai fakor kompleks diantaranya sosio-demografis, gizi, dan kondisi klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosio-demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pekerjaan, status pernikahan, kelas rawat inap), gizi (asupan energi, asupan protein, status gizi, dan risiko malnutrisi), dan kondisi klinis (tingkat keparahan, komorbiditas, riwayat rawat inap stroke) terhadap lama rawat inap pasien stroke iskemik. Desain penelitian ini adalah cross-sectional melibatkan 150 pasien stroke iskemik usia 18-59 tahun di RSPON Prof.Dr.dr. Mahar Mardjono melalui metode purposive sampling. Analisis statistik menggunakan chi-squarepada bivariat dan regresi logistik pada multivariat. Hasil menunjukkan mayoritas pasien memiliki lama rawat inap pendek (78%). Tidak ada perbedaan proporsi antara usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pekerjaan, status pernikahan, kelas rawat inap, risiko malnutrisi, tingkat keparahan, komorbiditas, atau riwayat rawat inap stroke terhadap lama rawat inap bagi pasien stroke iskemik (p>0,05). Melalui analisis bivariat ada perbedan proporsi status gizi terhadap lama rawat inap (p=0,026), namun ketika dikontrol dengan variabel lain keduanya tidak signifikan (p=0,888). Ada perbedaan proporsi antara asupan energi (p=0,001) dan protein (p=0,001) terhadap lama rawat inap pasien stroke iskemik. Pada permodelan akhir asupan energi (OR=165,4; CI:4,27-6404,3) dan protein (OR=547,94; CI: 19,86-15116,4) defisit berhubungan signifikan dan berisiko meningkatkan lama rawat inap panjang pasien stroke iskemik. Asupan protein menjadi faktor dominan terhadap lama rawat inap.

Multifactorial aspects such as sociodemographic, nutrition, and clinical condition were related to length of stay among ischaemic stroke patients. The aim of the study was to explore the association between sociodemographic (age, gender, education, occupation, marital status, and type of class), nutrition (energy intake, protein intake, nutritional status, and risk of malnutrition) and clinical condition (severity, comorbidity, and previous history of stroke) with length of stay in ischaemic stroke patients. Design of the study was cross-sectional. The study recruited 150 ischaemic stroke patients aged from 18 to 59 years old at National Brain Center Hospital Prof.Dr.dr. Mahar Mardjono Jakarta. Data was analysed by using chi-square test for bivariate and logistic regression for multivariate. Most of of ischaemic stroke patients had shorted length-of-stay (78%). There was no difference proportion between age, gender, education, occupation, marital status, type of class, risk of malnutrition, severity, comorbidity, or previous history of stroke and length of stay in ischaemic stroke patients (all p>0.05). Based on bivariate analysis, there was a difference proportion between nutritional status and length of stay (p=0.026), but not significant when controlled with other variables (p=0.888). There was a difference proportion between energy intake (p=0.001) or protein intake (p=0.001) and length of stay. Patients who had inadequate energy intake (OR=165.4; CI:4,27-6404.3) and protein intake (OR=547.94; CI: 19.86-15116.4) significantly related and increased the risk of prolonged hospital length of stay in ischaemic stroke patients. Protein intake was dominant determinant factor of length of stay in ischaemic stroke patients."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoza Misra Fatmi
"Program spesialis keperawatan medikal bedah khususnya neurologi dimaksudkan untuk menjadikan seorang perawat spesialis neurosains yang berperan dalam pemberi asuhan keperawatan lanjut, melakukan pembuktian ilmiah, dan agen pembaharu. Asuhan keperwatan yang dilaksanakan pada kasus stroke hemoragik dan 30 pasien dengan gangguan neurologis menggunakan pendekatan Model adaptasi Roy. Perilaku maladaptif yang paling sering ditemui pada mode adaptasi fisiologis adalah ketidakefektfan perfusi serebral. Intervensi keperawatan yaitu monitor tekanan intrakranial bertujuan untuk meningkatkan adaptasi pasien dalam meningkatkan perfusi jaringan cerebral. Penerapan EBN tentang penilaian kualitas tidur pada pasien stroke menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index. Tiga puluh pasien menunjukkan bahwa sebagian besar paien mengalami kualitas tidur buruk. Program inovasi keperawatan berupa penerapan perawatan pasca craniotomy di ruang NCCU, HCU dan rawat inap bedah saraf.

The medical surgical nursing specialist program, especially neurology, is intended to become a neuroscience specialist nurse who plays a role in providing advanced nursing care, conducting scientific evidence, and a reforming agent. Nursing care was carried out in cases of hemorrhagic stroke and 30 patients with neurological disorders using the Roy adaptation model approach. The most common maladaptive behavior in physiological adaptation modes is cerebral perfusion ineffectiveness. Nursing intervention, namely intracranial pressure monitor, aims to improve patient adaptation in increasing cerebral tissue perfusion. The application of the EBN on sleep disturbance screening in stroke patients using the Pittsburgh Sleep Quality Index. Thirty patients indicated that most patients experienced poor quality sleep. Nursing innovation program in the form of post craniotomy care application in the NCCU, HCU and neurosurgery inpatients."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoza Misrafatmi
"Program spesialis keperawatan medikal bedah khususnya neurologi dimaksudkan untuk menjadikan seorang perawat spesialis neurosains yang berperan dalam pemberi asuhan keperawatan lanjut, melakukan pembuktian ilmiah, dan agen pembaharu. Asuhan keperwatan yang dilaksanakan pada kasus stroke hemoragik dan 30 pasien dengan gangguan neurologis menggunakan pendekatan Model adaptasi Roy. Perilaku maladaptif yang paling sering ditemui pada mode adaptasi fisiologis adalah ketidakefektfan perfusi serebral. Intervensi keperawatan yaitu monitor tekanan intrakranial bertujuan untuk meningkatkan adaptasi pasien dalam meningkatkan perfusi jaringan cerebral. Penerapan EBN tentang penilaian kualitas tidur pada pasien stroke menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index. Tiga puluh pasien menunjukkan bahwa sebagian besar paien mengalami kualitas tidur buruk. Program inovasi keperawatan berupa penerapan perawatan pasca craniotomy di ruang NCCU, HCU dan rawat inap bedah saraf.

The medical surgical nursing specialist program, especially neurology, is intended to become a neuroscience specialist nurse who plays a role in providing advanced nursing care, conducting scientific evidence, and a reforming agent. Nursing care was carried out in cases of hemorrhagic stroke and 30 patients with neurological disorders using the Roy adaptation model approach. The most common maladaptive behavior in physiological adaptation modes is cerebral perfusion ineffectiveness. Nursing intervention, namely intracranial pressure monitor, aims to improve patient adaptation in increasing cerebral tissue perfusion. The application of the EBN on sleep disturbance screening in stroke patients using the Pittsburgh Sleep Quality Index. Thirty patients indicated that most patients experienced poor quality sleep. Nursing innovation program in the form of post craniotomy care application in the NCCU, HCU and neurosurgery inpatients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rakhmawati
"Clinical Pathway (CP) merupakan perangkat alat multidisiplin ilmu yang digunakan untuk perawatan kesehatan berbasis bukti (evidence based). CP memiliki fungsi menyeragamkan terapi sehingga mampu meminimalkan komplikasi dan kesalahan pengobatan. Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) merupakan rumah sakit rujukan otak dan persarafan nasional. Stroke perdarahan menjadi penyakit kedua tertinggi di RS.PON. Keberagaman keputusan dilakukannya operasi atau tidak, meskipun sudah masuk indikasi, menjadi poin penting untuk menganalisis implementasi pelaksanaan Clinical Pathway ini.
Tujuan penelitian: menilai implementasi CP stroke perdarahan yang telah dijalankan sehingga diharapkan mampu menjadi dasar penentu kebijakan rumah sakit jejaring maupun rumah sakit seluruh Indonesia. Menilai hubungan antara variabel-variabel dalam clinical pathway terhadap Length of Stay (LOS), morbiditas dan mortalitas
Metode: ​​Penelitian ini menggunakan metode mixed method, dengan pendekatan retrospektif. Dalam penelitian kuantitatif dilakukan analisis univariat dan multivariat, dimana menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien stroke perdarahan yang dirawat di RS PON pada januari 2020 - Desember 2021. Dari total populasi 1254 pasien setelah dilakukan kriteria inklusi dan inklusi didapatkan 1001 pasien. Penelitian kuantitatif, dilakukan dengan menganalisis pengaruh implementasi CP terhadap lama hari rawat, morbiditas (nilai NIHSS) dan mortalitas. Faktor risiko dan efek atau penyakit yang terjadi di masa lampau diukur melalui catatan historis. Sementara pengumpulan data secara kualitatif menggunakan kuisioner dan wawancara secara mendalam kepada Kepala Bidang Pelayanan Medis, Kepala Komite Medis, Kepala Komite Keperawatan, Kepala Divisi Vaskular, Dokter Spesialis Neurologi, Dokter Spesialis Bedah Saraf, Dokter IGD, Perawat, Fisioterapi, Terapi wicara, Gizi dan Farmasi untuk mengetahui tahapan proses Clinical Pathway di RS PON. Total responden 129 orang. Penelitian kualitatif menilai pengetahuan tenaga medis dan paramedis terkait CP, implementasi, supervisi, monitoring dan evaluasi.
Hasil: penelitian kuantitatif menemukan adanya hubungan antara beberapa variabel yang berada dalam CP, seperti pemeriksaan penunjang, terapi sesuai indikasi dan penyakit komorbid terhadap LOS, morbiditas dan mortalitas. Sementara pada penelitian kualitatif menilai implementasi CP di RS PON memerlukan perbaikan dari segi sosialisasi, implementasi, monitoring dan evaluasi.

Clinical Pathway is a multidisciplinary toolkit used for evidence-based health care. The Clinical Pathway has the function to unify the therapy so as to minimize complications and medication errors. The National Brain Center Hospital (PON Hospital) is a national brain and nervous referral hospital. Hemorrhagic stroke is the second-highest disease in PON Hospital. The diversity of decisions to have surgery or not, even though it is indicated, is an important point to analyze the implementation of this Clinical Pathway.
Objective: to evaluate the implementation of CP bleeding stroke that has been carried out so that it is expected to be the basis for determining policy for network hospitals and hospitals throughout Indonesia. Assessing the relationship between variables in clinical pathways on Length of Stay (LOS), morbidity, and mortality
Methods: This study uses a mixed-method, with a retrospective approach. In this quantitative study, univariate and multivariate analyzes were carried out, which used secondary data from the medical records of hemorrhagic stroke patients treated at the PON Hospital in 2020-2021. From the total population of 1254 patients, after the inclusion and inclusion criteria were carried out, there were 1001 patients. Quantitative research was conducted by analyzing the effect of Clinical Pathway implementation on length of stay, morbidity (NIHSS value), and mortality. `Risk factors and effects or diseases that occurred in the past are measured through historical records. Meanwhile, qualitative data collection used in-depth interviews with the Head of Medical Services, Head of the Medical Committee, Head of Nursing, Head of the Vascular Division, Neurology Specialist, Neurosurgeon Specialist, Emergency Room Doctor, Nurse, Farmation, physiotherapist, speech therapist, nutritionist to find out the stages of the Clinical Pathway process at the PON Hospital. The total number of respondents are 129 people. Qualitative research assesses the knowledge of medical and paramedical personnel related to CP, implementation, supervision, monitoring, and evaluation.
Result: Quantitative research found a relationship between several variables in CP, such as investigations, therapy, and comorbid with LOS, morbidity, and mortality. Meanwhile, qualitative research showed that the implementation of CP in the PON Hospital was still unsatisfactory in terms of socialization, implementation, monitoring and evaluation.
Conclusion: Implementation of CP is associated with clinical outcomes of hemorrhagic stroke patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Desvina
"Tujuan Penelitian Stroke merupakan penyebab kedua kematian secara global dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan pasien stroke berdasarkan tipe stroke hemoragik dan iskemik di RSPON Jakarta. Metode Desain penelitian menggunakan kohort retrospektif. Pasien rawat inap dengan diagnosis stroke pertama dimasukkan ke dalam penelitian. Sampel terdiri dari 134 pasien stroke hemoragik dan 134 pasien stroke iskemik yang dicatat dalam rekam medis pada periode waktu 1 Januari-30 November 2018. Pasien diamati dari waktu diagnosis hingga event (meninggal) dalam kurun waktu 30 hari. Hasil Analisis Kaplan Meier menunjukkan probabilitas 30 hari kesintasan pasien stroke iskemik (91,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan pasien stroke hemoragik (78,3%)(p<0,05). Rata-rata kesintasan pasien stroke iskemik, yaitu selama 27 hari, sedangkan pasien stroke hemoragik selama 23 hari. Hasil analisis cox regression didapatkan, risiko kematian pasien stroke hemoragik 4,05 kali lebih besar dibandingkan pasien stroke iskemik setelah dikontrol oleh umur dan diabetes melitus di RSPON Jakarta (p<0,05) dalam kurun waktu 30 hari. Kesimpulan Probabilitas kesintasan pasien stroke iskemik lebih tinggi dibandingkan pasien stroke hemoragik di RSPON Jakarta tahun 2018.

Stroke is the second leading cause of death in the world and still a major health problem in Indonesia. The aim of this study was to identify survival of stroke patients according to hemorrhagic (HS) and ischemic (IS) stroke type in National Brain Center Hospital Jakarta. Methods A cohort retrospective study. Acute first-ever stroke inpatients were included in this study. The sample consists of 134 HS and 134 IS and recorded in medical record from January 1 to November 30, 2018. All study patients were followed-up from diagnosis time to event (death) in 30 days. Results Kaplan-Meier analysis showed that survival probability at 30 days was higher for IS (91,8%) than HS (78,3%) (p < 0,05). Mean survival time of IS (27 days) was longer than HS (23 days). Cox Regression analysis found the risk of death for HS was 4,05 times greater than the risk of death for IS after adjusted by age and diabetes mellitus in National Brain Center Hospital Jakarta (p < 0,05) at 30 days. Conclusions Survival probability IS was higher than HS within 30 days of the first-ever stroke in National Brain Center Hospital Jakarta"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Ismawati Sulistyorini
"Pasien dengan kasus tumor otak memerlukan perawatan yang komprehensif dan membutuhkan waktu yang lama untuk pasien dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Selama pasien menjalani masa perawatan di rumah sakit, asuhan keperawatan yang tepat diberikan kepada pasien adalah dengan model konsep teori adaptasi Roy. Asuhan dengan pendekatan model adaptasi ini menjadi pilihan yang sesuai untuk kasus-kasus perawatan jangka panjang sehingga pasien dapat menjalani kehidupan lanjutan pasca perawatan dengan baik, mengembalikan kemandirian, kepercayaan diri terutama konsep gambaran diri dan status peran di masyarakat. Perawat dengan pendidikan spesialis harus mampu menjalankan berbagai peran terutama sebagai Clinical Care Manager, dengan demikian peningkatan layanan keperawatan di rumah sakit dapat dicapai dengan lebih optimal dan memberikan kepuasan pelanggan. Laporan analisis praktek ini membahas mengenai asuhan keperawatan perioperative pada pasien dengan tumor otak, laporan praktik keperawatan berbasis fakta yaitu early mobilization dan resume pasien dengan gangguan neurologis di RS PON Jakarta,serta e handbook peran perawat perioperative dalam pembedahan spinal. Analisis praktik residensi ini dapat digunakan sebagai dasar perawat dalam latihan critical thinking, mengelola kasus sulit dan menerapkan asuhan keperawatan berbasis bukti.

Patients with cases of brain tumor require comprehensive care and require a long time for the patient to adapt of the changes that occur. As long as the patient is undergoing treatment in the hospital, the appropriate nursing care is using Roy's adaptation teori concept model. Adaptation model approach is an appropriate choice for cases of long-term care so that patients can live a good post- treatment follow-up life, restore independence, self-confidence, especially the concept of self-image and role status in society. Nurses with specialist education must be able to carry out various roles, especially as Clinical Care Managers, thus improving nursing services in hospitals can be achieved more optimally and provide customer satisfaction. This practice analysis report discusses perioperative nursing care for patients with brain tumor, a fact-based nursing practice report, namely and resumes of patients early mobilization with neurological disorders at National brain centre Hospital Jakarta. E handbook about perioperative nursing at spinal surgery. This residency practice analysis can be used as a basis for nurses in critical thinking exercises, managing difficult cases and implementing evidence-based nursing care. Keywords: Brain tumor, Roy's adaptation model, early mobilization, E handbook about perioperative nursing at spinal surgery."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Husein
"Praktek klinik lanjut selama praktek residensi keperawatan pada sistem neurologi dimaksudkan untuk mampu memberikan asuhan keperawatan, menerapkan Evidence Based Nursing (EBN) serta mampu berperan sebagai innovator di ruang perawatan. Peran pemberi asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan model adaptasi Roy pada pasien dengan cedera kepala dan 30 pasien lainnya dengan berbagai gangguan sistem persarafan. Perilaku maladaptif paling banyak adalah mode adaptasi fisiologi, yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral. Intervensi keperawatan berupa manajemen edema cerebral ditujukkan untuk meningkatkan adaptasi pasien dalam meningkatkan perfusi jaringan cerebral. Penerapan EBN skrinning tool Trunk Impairment Scale. Program inovasi keperawatan berupa edukasi terhadap perawat dalam manajemen pasien pasca craniotomy dengan protokol ERAS.

Advanced clinical practice during the nursing residency practice in the neurological system is intended to be able to provide nursing care, implement Evidence Based Nursing (EBN) and be able to act as an innovator in the treatment room. The role of nursing caregivers was carried out using Roy's adaptation model in patients with head injuries and 30 other patients with various nervous system disorders. The most maladaptive behavior is physiological adaptation mode, namely ineffective cerebral tissue perfusion. Nursing intervention in the form of cerebral edema management is intended to improve patient adaptation in increasing cerebral tissue perfusion. Application of the EBN screening tool Trunk Impairment Scale. Nursing innovation program in the form of education to nurses in post-craniotomy patient management with the ERAS protocol."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Husein
"Praktek klinik lanjut selama praktek residensi keperawatan pada sistem neurologi dimaksudkan untuk mampu memberikan asuhan keperawatan, menerapkan Evidence Based Nursing (EBN) serta mampu berperan sebagai innovator di ruang perawatan. Peran pemberi asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan model adaptasi Roy pada pasien dengan cedera kepala dan 30 pasien lainnya dengan berbagai gangguan sistem persarafan. Perilaku maladaptif paling banyak adalah mode adaptasi fisiologi, yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral. Intervensi keperawatan berupa manajemen edema cerebral ditujukkan untuk meningkatkan adaptasi pasien dalam meningkatkan perfusi jaringan cerebral. Penerapan EBN skrinning tool Trunk Impairment Scale. Program inovasi keperawatan berupa edukasi terhadap perawat dalam manajemen pasien pasca craniotomy dengan protokol ERAS.

Advanced clinical practice during the nursing residency practice in the neurological system is intended to be able to provide nursing care, implement Evidence Based Nursing (EBN) and be able to act as an innovator in the treatment room. The role of nursing caregivers was carried out using Roy's adaptation model in patients with head injuries and 30 other patients with various nervous system disorders. The most maladaptive behavior is physiological adaptation mode, namely ineffective cerebral tissue perfusion. Nursing intervention in the form of cerebral edema management is intended to improve patient adaptation in increasing cerebral tissue perfusion. Application of the EBN screening tool Trunk Impairment Scale. Nursing innovation program in the form of education to nurses in post-craniotomy patient management with the ERAS protocol."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Jumiati Agustina
"

Salah satu sistem informasi di rumah sakit yang diperlukan dalam mendukung pelayanan rawat inap adalah sistem Bed Management. Sistem ini merupakan bagian dari Electronic Health Record (EHR) RSPON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta dan

terkait dengan indikator rawat inap yang terdiri dari BOR (Bed Occupancy Rate), TOI (Turn Over Interval), LOS (Length Of Stay) dan BTO (Bed Turn Over). Indikator tersebut berguna untuk memantau aktivitas rawat inap, selain itu terdapat indikator untuk menilai mutu pelayanan rawat inap yaitu GDR (Gross Death Rate) dan NDR (Net Death Rate).

Beberapa kendala terkait bed management yang sering terjadi di rumah sakit, diantaranya: keterbatasan tempat tidur sehingga pasien tidak dapat masuk ruang rawat atau dititipkan ke kelas lain atau tunda rawat bagi pasien elektif operasi sehingga menyebabkan penjadwalan ulang, koordinasi antar unit atau ruangan yang terhambat dalam hal pemesanan kamar, lamanya persiapan pasien pulang, adanya kebutuhan informasi yang belum terakomodir dalam sistem informasi yang ada, adanya kamar yang tidak dapat digunakan karena kerusakan pada sarana pendukung. Saat ini pada sistem yang ada belum dapat menampilkan informasi terkait efisiensi pelayanan Bed Management secara realtime untuk mengetahui kondisi dilapangan. Berdasarkan hal tersebut, perlu pengembangan terhadap sistem informasi rumah sakit yang sudah ada untuk menghasilkan informasi yang lebih lengkap dan realtime terkait bed management.

Rancangan Sistem ini model Systems Development Life Cycle (SDLC) dalam bentuk prototype dengan output Dashboard yang dapat memvisualisasikan informasi yang terkait dengan bed management.

Pengembangan ini diharapkan memudahkan semua pihak yang terkait dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan sehingga dapat mempercepat para  pimpinan rumah sakit dalam pengambilan kebijakan termasuk percepatan respon terhadap permasalahan yang terkait dilapangan agar  pelayanan rawat inap berjalan lancar dan meningkatkan kepuasan pasien.


One of the essential information systems in hospitals that supports inpatient services is the Bed Management system. This system is part of the Electronic Health Record (EHR) at RSPON Prof. Dr. Dr. Mahar Mardjono Jakarta and is related to inpatient indicators such as Bed Occupancy Rate (BOR), Turn Over Interval (TOI), Length Of Stay (LOS), and Bed Turn Over (BTO). These indicators are useful for monitoring inpatient activities, and there are also indicators to assess the quality of inpatient services, namely the Gross Death Rate (GDR) and the Net Death Rate (NDR).

Several common issues related to bed management in hospitals include the limitation of beds, resulting in patients not being able to be admitted or being transferred to other classes or postponing elective surgeries, leading to rescheduling. Coordination between units or rooms is often hampered regarding room reservations, the discharge preparation process is lengthy, and there is a need for information not accommodated by the existing information system. Additionally, some rooms cannot be used due to damage to supporting facilities. The current system cannot display real-time information related to the efficiency of Bed Management services to understand the conditions in the field.

Based on these issues, there is a need to develop the existing hospital information system to provide more comprehensive and real-time information regarding bed management. This system is designed using the Systems Development Life Cycle (SDLC) model in the form of a prototype, with an output of a dashboard that can visualize information related to bed management.

This development is expected to facilitate all relevant parties in monitoring and evaluating services, thereby expediting hospital leadership in making decisions and responding swiftly to field-related issues, ensuring smooth inpatient services and improving patient satisfaction.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Kulsum
"Konsep green hospital merupakan manajemen perubahan yang menjadi kebutuhan di RS yang dapat mengurangi konsumsi energi secara signifikan, meningkatkan kenyamanan dan produktivitas serta menjaga kelestarian sumber daya alam berkelanjutan Dalam memberikan pelayanan kesehatan, RS menggunakan energi berupa listrik, air, bahan bakar, makanan pasien dan bahan bangunan. RS juga memproduksi limbah medis dan non medis. Hal tersebut dapat menjadi kontribusi terhadap perubahan iklim apabila tidak dikelola dengan baik. Penelitian ini menilai kesiapan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta yang mengacu pada standar nasional Greenship Green Building Council Indonesia (GBCI). Penelitian ini berupa studi kasus dengan pendekatan kualitatif melalui observasi untuk mengamati dan menelaah berbagai objek dalam penelitian, melakukan pengukuran dan mengisi ceklis pada instrumen/tools. Dari hasil penelitian diketahui bahwa RSPON dapat memenuhi total nilai nilai 58 atau 49,57% dari maksimal 117 nilai dari total kriteria yang dipersyaratkan dalam Greenship. Berdasarkan perolehan nilai tersebut maka sesuai dengan peringkat Greenship GBCI, RSPON mendapatkan peringkat Silver (Perak). Untuk memperbaiki peringkat, masih dapat dengan cara menyediakan parkir sepeda, menambah luasan ruang terbuka hijau, pemasangan sistem pemantauan energi, daur ulang sampah organik, daur ulang air olahan IPAL melakukan konservasi air bersih, mencoba menggunakan teknologi panel surya (solar cell) serta mengintegrasikan efisiensi energi ke dalam program pemeliharaan.

The green hospital concept is change management which becomes a hospital need in order to lower energy consumption significantly, intensify amenities and productivity, along with preserve the sustainable natural resources. Hospital consumes electricity, water, fuel, patient's foods, and also building materials while giving the health service. It also produces medical and non-medical waste. If all of them are unmanaged well, they may contribute to the global warming occurrence. This research is held to assess the National Brain Hospital Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta's readiness toward a national standard called Greenship Green Building Council Indonesia (GBCI). The study used in this research is a case study with a qualitative approach through observation to monitor and analyze the research objects, make measurements, and also checklist the instrument/tools. The research has shown that National Brain Hospital gained 58 or 49,57% from the maximum score of 117 of Greenship's requirement total criteria. Based on that score, National Brain Hospital was rated as a Silver category. In order to improve the rank, it needs to provide the bicycle parking area, add the green open space, install the energy monitoring system, do the organic waste recycle, recycle the water produced by the wastewater treatment plant, perform the clean water conservation, try to use solar cell technology, and also integrate the energy efficiency to the maintenance program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>